Anda di halaman 1dari 5

1. Mengapa terjadinya penundaan un di 11 provinsi?

Terlambatnya naskah soal Ujian Nasional (UN) 2013 ke 11 provinsi ini akibat
permasalahan teknis yang terjadi di percetakan yang wajib menangani pencetakan
hingga pendistribusian soal. Kendala teknis ini sendiri terkait dengan masalah
pengepakan soal saat hendak akan didistribusikan.

Keterlambatan dalam pengepakan soal ini sendiri berawal dari banyaknya jumlah
soal yang keluar cetak. Jumlah naskah soal kali ini memang lebih banyak dan waktu
itu kami cetak semuanya langsung 11 provinsi.

- Sebenarnya Kemdikbud menunjuk 6 percetakan, dari 6 percetakan ini PT Ghalia


Printing Indonesia dipercaya untuk mencetak dan mendistribusikan soal UN di
wilayah Indonesia Tengah yang mencakup 11 provinsi, dengan total oplah
106,5juta dengan tender sebesar Rp. 22miliar.

Datanya sbb.:

Paket satu : PT Balebat Dedikasi Prima, dengan total oplah 91,2 juta soal ujian nilai
tender Rp12,9 miliar
Paket dua : PT Pura Barutama dengan total oplah 96,8 juta dengan nilai Rp14,5 miliar
Paket tiga : PT Ghalia dengan total oplah 106,5 juta dengan nilai tender sebesar Rp22
miliar
Paket empat : PT Jasuindo Tiga Perkasa dengan total oplah 102,2 juta dengan nilai
Rp13,7 miliar
Paket lima : PT Karsa Wira Utama dengan total oplah 103,9 juta lembar dengan nilai
Rp16,3 miliar
Paket enam : PT Temprina Media Grafika dengan total oplah sebanyak 90 juta dengan
nilai Rp14,7 miliar

- Dari segi jumlah total soal ujian yang dicetak, memang hampir sama tapi dari segi
jumlah provinsi PT Ghalia mendapat jumlah provinsi terbanyak dibanding
percetakan lain yang, bahkan, ada yang hanya untuk 2 provinsi saja.

Lihat informasi berikut ini :

Masalah1:

- PT Ghalia berkewajiban menyelesaikan percetakan paket 3 naskah UN dan


mendistribusikannya ke Indonesia Tengah, yang terdiri dari 11 provinsi. Masing-
masing, Bali, Kaltim, Kalsel, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, NTB, NTT,
Gorontalo dan Sulbar. Jumlah siswa di 11 daerah ini mencapai 1,1 juta orang di
3.601 SMA/MA dan 1.508 SMK (Okezone).
- Dari data diatas tergambar bahwa proses distribusi soal UN inilah yang menjadi
masalah internal di PT. Ghalia. Karena dari segi teknis cetak, kondisi mesin cetak
dan lain-lain, PT Ghalia termasuk yang terbaik di Indonesia. Tentunya waktu 25
khari yang diberikan Kemendikbud untuk mencetak 106,5 juta lembar soal bisa
disiasati dan bisa selesai sebelum 25 hari.

- Secara garis besar, proses Pre-Press memerlukan waktu paling tidak 5 hari kerja.
Data yang diterima dari Customer, dalam hal ini Diknas, tidak bisa serta merta
dicetak seperti kita mencetak file dari komputer. Ada proses di bagian DTP (Desktop
to Publishing), dimana data (biasanya file pdf) di mounting atau diatur sedemikian
rupa sehingga setelah cetak, posisi masing-masing halaman bisa ketemu, serta
dilengkapi dengan pascruiss (garis bantu untuk pemotongan kertas setelah cetak).
Tentunya ini harus disesuaikan dengan ukuran kertas dan jenis mesin printing yang
akan digunakan.

Jika menggunakan 2 mesin yang berbeda, tentunya akan ada 2 data pula. Konon, ada
20 jenis soal untuk tiap mata pelajaran yang diuji. Artinya, operator DTP minimal
harus membuat 80 jenis data mounting untuk 4 mata pelajaran UN(diluar data untuk
kertas jawaban lho).

Lalu data mounting yang telah dibuat harus di print out dan diperiksa oleh bagian
Quality Control (QC) serta dicocokkan dengan data pdf yang asli. Jika PT Ghalia
mempunyai mesin comparison data, waktu yang dibutuhkan tidak akan lebih lama
dibandingkan dengan pemeriksaan manual (visual) oleh Inspektor QC.

Setelah pemeriksaan selesai, biasanya print out data tersebut dibawa ke Customer
untuk mendapatkan approval (persetujuan). Ini-pun perlu waktu dari Customer
untuk memeriksa print out data tersebut.

Setelah mendapatkan approval Customer, mulailah proses pembuatan Plate untuk


mencetak. Jika PT Ghalia mempunyai mesin CTP (Computer to Plate) tentu proses ini
akan lebih cepat dari pada menggunakan mesin CTF (Computer to Film). Karena CTP
memungkinkan kita membuat Plate cetak dengan hanya menekan tombol enter di
komputer. Sedangkan CTF, outputnya adalah Film yang harus di proses lagi menjadi
Plate cetak.

Jika proses pembuatan Plate cetak sudah selesai, maka barulah bisa dimulai proses
cetak menggunakan mesin cetak. Tentunya ada proses persiapan, proses approval
awal sebelum proses cetak, sehingga kesalahan cetak bisa dideteksi sedini mungkin.

Proses cetak tergantung kemampuan mesin cetak, ada mesin yang mampu mencetak
13.000 - 20.000 lemjbar per jam. Dari jumlah mesin yang digunakan, bisa dihitung
estimasi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencetak 106,5 juta soal ujian.

Estimasinya sbb.:

Anggap saja 1 mesin cetak mampu mencetak 20.000 lembar per jam.
Jika PT Ghalia menggunakan 10 mesin cetak yang sama, maka berapa waktu yang
dibutuhkan untuk mencetak 106,5 juta lembar?

Jawab :

106.500.000 lembar : 20.000 lembar/jam = 5.325 jam untuk 1 mesin.

Jika 10 mesin, maka masing-masing mesin perlu waktu 532,5 jam atau 22,185 hari.

Memang, angka diatas adalah perhitungan kasar. Karena ada beberapa cara untuk
mempersingkat waktu cetak, misalnya mencetak diatas kertas ukuran plano, sehingga dalam
satu kertas bisa memuat beberapa soal ukuran A4 .

Yang perlu dicatat adalah ada kalanya proses cetak tidak mulus begitu saja, terkadang ada
masalah yang membuat Operator menghentikan mesin ditengah proses cetak. Apalagi jika
PT Ghalia memberlakukan sistem 3 shift untuk menguber waktu delivery, tentunya masalah-
masalah yang terjadi ditengah proses akan lebih banyak. Ini perlu didata waktunya sebagai
waktu yang terbuang.

Dari estimasi diatas, sepertinya memang waktu 25 hari tidak cukup. Apalagi selesai proses
cetak maka kita masuk ke proses Post-Press, dimana hasil cetak diperiksa apakah ada
masalah atau tidak. Pemeriksaan bisa dilakukan dengan sistem 100% cek atau sampling.
Dalam kondisi diuber waktu, saya yakin pemeriksaan hanya sampling saja. Kemudian, proses
dilanjutkan dengan proses potong dari ukuran kertas cetak ke ukuran jadi.

Masalah2

Setelah dilakukan pencetakan, langkah selanjutnya adalah pendistribusian. Anda perlu


membayangkan, bahwa soal UN SMA yang 106,5 juta lembar itu harus dipilah-pilah
menjadi 6 mata pelajaran (IPA dan IPS + Bahasa). Selain itu dipilah lagi menurut
jenis peruntukan soalnya (SMA/MA, SMALB, SMK, Paket A/Ula, Paket B/Wusta,
Paket C, dan Paket C Kejuruan untuk paket 3).

Dari sana perlu dipilah lagi untuk 11 provinsi. Dalam 1 provinsi ada beberapa Rayon.
Dalam 1 Rayon ada beberapa Sekolah. Dalam 1 Sekolah, tentunya dibagi lagi
menurut jumlah peserta masing-masing jurusan (IPA dan IPS + Bahasa).

Waktu 60 hari yang tertera pada kontrak adalah total waktu yang diminta PT Ghalia
adalah dari terima data sampai selesai distribusi ke 11 provinsi sehingga jelas waktu
distribusi inilah yang terpangkas. Ini terbukti dengan belakangan ada penambahan
200 orang sumber daya manusia menjadi 500 orang untuk menyelesaikan distribusi
soal tersebut.
Disini saya bisa menyimpulkan bahwa root cause yang pertama adalah waktu 25 hari untuk
mencetak 106,5 juta soal ujian (belum termasuk kertas jawabannya), dari Pre-Press sampai
Post-Press dan Delivery, tidak cukup. Memang order soal seharusnya masuk ke percetakan
60 hari sebelum UN sesuai perjanjian kerja. Namun pada kenyataannya soal baru masuk 25
hari menjelang pelaksanaan UN.

Kenapa tetep diambil? Pihak kami berasumsi ritme kerja akan seperti tahun lalu. "Tapi
ternyata ini jauh lebih sulit. Sebelumnya kami sudah pernah menangani soal UN juga,
tapi hanya seprovinsi, yaitu Sumbar. Selain itu kami hanya ingin profesional dalam
pekerjaan makanya kami mengambil sbm tambahan, memang slahnya juga kami
belum melakukan training khusus kepada sbm baru ini diakibatkan karna waktu yang
cenderung mepet.

Pt ghalia diblaclist?dan dituding menjadi penyebab kemunduran jadwal un diwilayah


indonesia tengah? Dari kami sih, kalau memang mau seperti itu, ya jangan mengambil
keputusan secara sepihak ya. Seharusnya kita dengan Kemendikbud bisa duduk
bareng. Benar enggak ini kesalahan hanya dari Ghalia," kata Kuasa Hukum PT Ghalia
Printing, Kamil

Ditanya kemungkinan akan adanya kebocoran soal UN, Kamil menegaskan bahwa hal
tersebut tidak bisa terjadi.

"Kalau bocor, kemungkinannya tipis sekali ya. Karena di sini kami mempunyai
keamanan tiga lapis di setiap area, dan semua yang masuk ke area Ghalia wajib
mempunyai ID khusus. Semua karyawan pun kita beri kostum khusus juga, kaos dan
celana polos tanpa kantong," jelasnya. biasa, UN tahun ini melibatkan panglima TNI
AU dan Kapolda

, Ridwan, pengamat pendidikan di Surabaya mengatakan bahwa hendaknya kejadian ini dijadikan
sebagai bahan evaluasi bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta tidak lepas tangan
atas kejadian ini. “ya hendaknya jadi bahan evaluasi serta jangan lepas tangan. Memang yang
melakukan wanprestasi adalah pihak percetakan, tetapi sebagai penanggung jawab pelaksanaan
Ujian nasional kali ini ya tetap harus bertanggung jawab seperti yang dilakukan oleh Danjen
Kopasus beberapa waktu lalu. (EB

"Percetakan sebaiknya di serahkan kepada daerah masing-masing. Menurut


saya di sini ada human error, teknologi eror, dan saya penasaran untuk
pencetakan, misalnya contoh soal UN tidak usah tender-tenderan lebih bagus
percetakan ke daerah lebih efisien,"

Anda mungkin juga menyukai