irmayanti.muslimah@gmail.com
ABSTRAK
Tekstur pada makanan terdiri dari halus dan kasar, cair dan padat, keras dan
lembek. Tekstur sangat mempengaruhi makanan yang bisa dirasakan dengan tekanan dan
gerakan reseptor di mulut. Salah satu jenis makanan yang mengandalkan tekstur adalah
kerupuk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan tekstur pada
kerupuk terhadap suhu dan waktu yang digunakan. Suhu yang digunakan adalah 120 OC,
140OC dan 160OC dengan variasi waktu yaitu 10, 15, 20 dan 25 detik. Parameter yang
diukur adalah kekerasan dan hasil uji organoleptik tekstur. Kerupuk terbaik dalam hal
tekstur adalah kerupuk yang menggunakan suhu 140 OC dengan waktu 25 detik dan 160OC
dengan waktu 20 detik.
Kata kunci: Tekstur, suhu, waktu, kerupuk
ABSTRACT
The texture on the food consists of smooth and coarse, liquid and solid, hard and
mushy. Texture greatly affects the food that can be felt with pressure and movement of the
receptor in the mouth. One type of food that relies on texture is crackers. The purpose of
this study is to analyze the texture changes in the crackers to the temperature and time
used. The temperature used is 120OC, 140OC and 160OC with variation of time ie 10, 15,
20 and 25 seconds. The measured parameters were hardness and organoleptic test result
of texture. The best crackers in terms of texture is a cracker that uses temperature 140 OC
with time 25 seconds and 160OC with time 20 seconds.
Keywords: Texture,Temperature, Time, Crackers
15
Kadar Air (%)
Hardness(N/m2)
4.88 4.85 5.27 5.04 2000 2261.698
5 AWAL
0 1500 1818.973
AKHIR
AWAL
10 15 20 25 2057.032
1000 1496.946
Lama Penyangraian (Detik) AKHIR
500 1324.142
Gambar 2.
Perubahan kadar air kerupuk selama 0
proses penyangraian pada suhu 140OC 10 15 20 25
Lama Penyangraian (Detik)
dengan berbagai variasi lama
penyangraian (detik) dimana pasir
Gambar 5
sebagai media penghantar panas
Perubahan tekstur kerupuk selama
proses penyangraian pada suhu 140OC
15 dengan berbagai variasi lama
10.079.95 9.7810.07
Kadar Air (%)
2266.9851811.39
Gambar 3. 1500 1636.359
Perubahan kadar air kerupuk selama AWAL
proses penyangraian pada suhu 160OC 1000
dengan berbagai variasi lama 883.92 AKHIR
500
penyangraian (detik) dimana pasir
sebagai media penghantar panas 0
10 15 20 25
Profil Perubahan Tekstur Selama
Penyangraian Lama Penyangraian (Detik)
4000 3205.09 3205.09 Gambar 6
9 9
Perubahan tekstur kerupuk selama
Hardness(N/m2)
2261.69
8 2261.69 proses penyangraian pada suhu 160OC
2000 2261.69 8 2261.69
8
1426.26 8 AWAL dengan berbagai variasi lama
6
0 2036.44 AKHIR penyangraian (detik) dimana pasir
10 15 20 25 sebagai media penghantar panas
Lama Penyangraian…
Gambar 4
Perubahan tekstur kerupuk selama
proses penyangraian pada suhu 120OC
dengan berbagai variasi lama
penyangraian (detik) dimana pasir
sebagai media penghantar panas
Irmayanti, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) : S165-S174 S169
3
Nilai Hasil
2
2 lama penyangraian, penurunan kadar air
1 tercepat terjadi pada penyangraian pada
0 suhu 160OC dengan lama penyangraian
10 15 20 25 25 detik dengan kadar air 3,57% dan
Lama Penyangraian (Detik) penurunan kadar air yang paling rendah
terjadi pada suhu 120OC dengan lama
Gambar 6 penyangraian 10 detik. Sehingga dari
Hasil uji organoleptik tekstur kerupuk hasil penelitian dapat diketahui bahwa
selama proses penyangraian pada suhu semakin tinggi suhu dan lama
120OC dengan berbagai variasi lama penyangraian yang digunakan selama
penyangraian (detik) dimana pasir proses penyangraian, maka semakin
sebagai media penghantar panas rendah kadar air yang dihasilkan. Hal ini
disebabkan karena semakin tinggi suhu
6
4 4
dan waktu yang digunakan selama
Organoleptik
4
2 padatan/bahan akan semakin cepat
0
mengalami proses penguapan, sehingga
10 15 20 25
sangat berpengaruh terhadap kadar air
dalam padatan. Sebagaimana menurut
Lama Penyangraian (Detik) Winarno (2004), semakin tinggi suhu
pengeringan maka akan semakin cepat
Gambar 7
terjadi penguapan, sehingga kandungan
Hasil uji organoleptik tekstur kerupuk
air di dalam bahan semakin rendah.
selama proses penyangraian pada suhu
Proses penguapan terjadi ketika
140OC dengan berbagai variasi lama
bahan/kerupuk yang dimasukkan
penyangraian (detik) dimana pasir
kedalam ruang penyangrai bersentuhan
sebagai media penghantar panas
dengan media penyangrai/pasir, maka
sedikit demi sedikit kadar air yang ada
6
4 4 dipermukaan bahan akan terjadi
Organoleptik
3
Nilai Hasil
4
2 penguapan dan semakin lama maka
2 akan mempengaruhi karakteristik
0 kerupuk menjadi lebih renyah. SNI kadar
10 15 20 25 air kerupuk sebelum penggorengan
Lama Penyangraian (Detik) maupun penyangraian maksimal 12%,
yang dapat diketahui pula bahwa
Gambar 8 kerupuk yang disangrai termasuk dalam
Hasil uji organoleptik tekstur kerupuk SNI yang dimaksud atau tidak melewati
selama proses penyangraian pada suhu batas standar yang ditetapkan. Selain
160OC dengan berbagai variasi lama itu, kadar air kerupuk sangat
penyangraian (detik) dimana pasir menentukan kondisi/hasil penyangraian
sebagai media penghantar panas yang diperoleh karena semakin tinggi
Irmayanti, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) : S165-S174 S170
kadar air dalam kerupuk maka kondisi pencampuran bahan, kandungan bahan
kerupuk akan semakin keras. lainnya yang paling penting adalah pati
Sebaliknya, jika kadar air dalam kerupuk dan kadar air yang dimiliki bahan).
semakin rendah maka kondisi kerupuk Proses perubahan tekstur kerupuk terjadi
akan semakin renyah. Hilangnya pada saat permukaan bahan dalam hal
sebagian air bebas menyebabkan ini kerupuk menyentuh media
kekerasan padatan mengalami sangrai/pasir menyebabkan penguapan
perubahan yang semula lunak akhirnya air dalam bahan pangan yang menekan
menjadi keras (Jamaluddin dkk, 2011). dari dalam bahan sehingga membentuk
gelembung pada kerupuk untuk
Profil Perubahan Tekstur Selama memaksa kadar air selanjutnya keluar
Penyangraian dari dalam kerupuk dan pecahnya
granula pati yang menyebabkan
Selama proses penyangraian terjadinya proses pemekaran/
kondisi tekstur kerupuk mengalami pengembangan pada kerupuk, yang
perubahan. Nilai hardness menunjukkan tentunya kondisi tekstur kerupuk yang
nilai daya patah yang digunakan dalam dihasilkan akan sesuai dengan suhu dan
uji analisis tekstur untuk menentukan lama penyangraian yang digunakan
regangan ataupun tegangan pada selama proses penyangraian. Hal ini
kerupuk udang hingga mencapai kondisi didukung adanya pernyataan yang
fracture/patah. Menurut Jamaluddin dkk dikemukakan oleh Koswara (2009)
(2011) tegangan dan regangan mengatakan bahwa pada proses
didefenisikan sama dengan kekerasan penggorengan akan terjadi penguapan
dan kerenyahan. air yang terikat dalam gel pati akibat
Pengukuran tekstur pada peningkatan suhu dan dihasilkan
kerupuk dilakukan dengan menggunakan tekanan uap yang mendesak gel pati
uji tekanan (compression test), dengan sehingga terjadi pengembangan
menggunakan alat texture analyzer sekaligus terbentuk rongga-rongga udara
dimana probe akan menekan bagian pada kerupuk yang telah digoreng.
tengah produk/kerupuk. Uji tekstur ini Selain itu, ketebalan kerupuk
dilakukan untuk mengetahui tingkat mempengaruhi proses perambatan
kekerasan kerupuk, standar tekstur/nilai panas kedalam bahan sehingga
hardness kerupuk khususnya kerupuk berpengaruh pula pada tekstur bahan
udang saat ini belum ditentukan. yang dihasilkan serta adanya proses
Kerupuk yang akan dilakukan pengujian pencampuran bahan yang kurang kalis
texture analyzer terdiri dari beberapa menyebabkan kondisi pati dalam
perlakuan yaitu suhu dan lama padatan kurang homogen dan hal ini
penyangraian. Suhu yang digunakan juga mempengaruhi tekstur kerupuk
yaitu 120, 140 dan 160OC dengan yang dihasilkan.
masing-masing waktu 10, 15, 20 dan 25 Pada saat suhu 120OC dengan
detik. waktu 10 detik terlihat terjadi
Menurut Kartini (2006), pada peningkatan nilai titik patah/hardness
dasaranya tinggi rendahnya nilai dari nilai hardness sebelum
hardness pada kerupuk disebabkan dari penyangraian, pada saat penyangraian
karakteristik bahan/kerupuk (ketebalan dengan lama penyangraian 15 dan 20
kerupuk, proses homogenisasi detik terjadi penurunan nilai hardness,
Irmayanti, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) : S165-S174 S171
adalah metode hedonik (uji kesukaan) simultan terhadap Y adalah dan nilai F
meliputi tekstur.Secara umum terlihat hitung 8,921 > 4,10 sehingga dapat
bahwa semakin lama waktu disimpulkan bahwa H3 diterima yang
penyangraian maka tingkat kesukaan berarti terdapat pengaruh X1 dan X2
panelis meningkat, tetapi juga secara simultan terhadap Y.
dipengaruhi oleh suhu dan lama
penyangraian yang digunakan. Hasil uji KESIMPULAN
organoleptik terlihat bahwa suhu yang 1. Hasil penelitian menunjukkan suhu
baik digunakan yaitu suhu 140OC mempengaruhi tekstur kerupuk
dengan waktu 20 dan 25 detik serta suhu yang dihasilkan, dimana suhu yang
160OC dengan waktu 20 dan 25 detik. baik digunakan yaitu 140 dan
Sangat penting bahwa bukan 160OC.
hanya pengujian tekstur secara manual 2. Hasil penelitian menunjukkan lama
yang harus dilakukan tetapi lebih baik penyangraian mempengaruhi
lagi jika pengujiannya dilakukan dengan tekstur kerupuk yang dihasilkan,
menggunakan alat dalam hal ini texture dimana lama penyangraian yang
analyzer, sehingga bisa dibandingkan baik digunakan untuk yaitu 20 dan
dan terlihat perbedaan/persamaan dari 25 detik.
kedua metode pengujian tersebut. 3. Hasil penelitian menunjukkan suhu
Berdasarkan hasil analisis tekstur yang dan lama penyangraian secara
dilakukan, perlu juga diketahui ada simultan mempengaruhi tekstur
tidaknya pengaruh suhu dan lama kerupuk yang dihasilkan, dimana
penyangraian terhadap perubahan suhu dan lama penyangraian yang
tekstur, sehingga akan diuji dengan baik digunakan yaitu yaitu suhu
regresi linear ganda pada aplikasi spss 140OC dan suhu 160OC dengan
versi 22. Dapat dilihat pada lampiran waktu 20 dan 25 detik.
1.kbahwa suhu berpengaruh nyata
terhadap perubahan tekstur, lama DAFTAR PUSTAKA
penyangraian berpengaruh nyata Apriadi, Hanim Z, Amanah&Nursigit
terhadap perubahan tekstur, secara Bintoro. 2011. Analisis
simultan suhu dan lama penyangraian Perpindahan Panas dan Massa
berpengaruh nyata terhadap tekstur proses pengeringan Jagung
kerupuk. Pengujian hipotesis pertama Tongkol Pada Beberapa Metode
(H1) diketahui nilai signifikan untuk Pengeringan Sederhana, (on
pengaruh X1 terhadap Y adalah nilai t line),(http://repository.ugm.ac.id,
hitung -1,725 <-2,262, sehingga dapat diakses 4 juli 2017)
disimpulkan bahwa H1 diterima yang
berarti terdapat pengaruh X1 terhadap Y, Jamaluddin, Budi Rahardjo, Pudji Hastuti
pengujian hipotesis kedua (H2) diketahui & Rochmadi. 2011. Model
nilai t hitung -0,143 < -2,262, sehingga Matematika Optimasi Untuk
dapat disimpulkan bahwa H2 diterima Perbaikan Proses Penggorengan
yang berarti terdapat pengaruh X2 Vakum Terhadap Tekstur Kerupuk
terhadap Y. pengujian hipotesis ketiga Buah. Jurnal Teknik Industri.Vol
(H3) Berdasarkan output yang terdapat 12 (1).: 82-89
pada lampiran diketahui nilai signifikansi _________, Husain Syam & kadirman.
untuk pengaruh X1 dan X2 secara 2016. Konduktivitas Panas Jenis
Irmayanti, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) : S165-S174 S174