Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI II


“Uji Ketoksikan Khusus: Uji Potensiasi”

Dosen Pengampu : Yane Dila Keswara, M.Sc., Apt

Oleh :
Merie Saphira C. (21154659A)
Fitria Choirunnisa (21154673A)

UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA


FAKULTAS FARMASI
SI FARMASI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dengan adanya perkembangan teknologi serta ilmu pengetahuan alam yang
semakin pesat dari waktu ke waktu, menyebabkan banyaknya para ahli yang mencoba
untuk meneliti senyawa – senyawa yang ada di alam, guna menemukan suatu senyawa
baru yang mungkin dapat digunakan sebagai bahan obat baru. Tapi, tidak semua
senyawa yang terdapat di alam merupakan senyawa yang dapat dijadikan sebagai obat,
karena tidak sedikit pula senyawa yang bersifat toksik (racun).
Namun, dalam penerapannya saat ini, semua senyawa akan diteliti secara
mendalam, meskipun ia telah terbukti sebagai senyawa toksik. Hal ini dilakukan
semata–mata untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Agar masyarakat dapat
mengetahui bahwa senyawa tersebut benar – benar bersifat toksik. Yang artinya tidak
boleh digunakan.
Salah satu uji yang digunakan untuk menguji efek ketoksikan dari suatu
senyawa adalah uji tokisitas khusus. Dimana dalam uji toksisitas khusus ini terbagi
menjadi beberapa sub uji diantaranya adalah : uji mutagenik, uji karsinogenik, uji
teratogenik, uji reproduksi, uji potensiasi dan uji perilaku
Bertitik tolak pada uji toksisitas khusus tersebut kami akan merancang
sebuah pengujian potensiasi efek toksik dari suatu senyawa. Dimana uji potensiasi
merupakan suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui potensi efek toksik yang
dihasilkan oleh suatu jenis senyawa bila diberikan secara bersamaan dengan senyawa
lainnya yang juga bersifat toksik. Uji ini termasuk suatu jenis pengujian yang jarang
dilakukan bila dibandingkan dengan uji teratogenik dan karsinogenik.
Dalam rancangan uji potensiasi ini, akan digunakan senyawa ricin dan
strychnin untuk melihat potensiasi toksisitasnya karena kedua senyawa tersebut
termasuk dalam senyawa yang bersifat sangat toksik. Dan belum terdapat penelitian
tentang hal tersebut. Kami berharap agar penelitian yang kami buat ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat dan juga dapat digunakan sebagai salah satu sumber yang
dapat digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana cara membuat ekstrak ricin dan strychnin?
b. Bagaimana metode kerja dan dosisnya?
c. Apakah ricin dan strychnin dapat menyebabkan efek potensiasi ketoksikan?

1.3 TUJUAN
a. Untuk menjelaskan cara pembuatan ekstrak ricin dan strychnin
b. Untuk menjelaskan metode kerja dan dosis yang diperlukan
c. Untuk mengetahui adanya efek potensiasi yang timbul akibat pemberian ricin dan
strychnine

1.4 MANFAAT
a. Digunakan untuk mengetahui adanya efek potensiasi dari pemberian ricin dan
strychnin.
b. Digunakan untuk mengetahui LD50 dari ricin dan strychnin
c. Digunakan untuk sarana penambah ilmu pengetahuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 UJI TOKSISITAS
Uji toksisitas merupakan bagian dari toksikologi. Dimana toksikologi adalah
ilmu yang mempelajari aksi berbahaya zat kimia atas sistem biologi (Loomis, 1978).
Uji toksisitas dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu :
2.1.1 Uji Toksisitas Khusus
Uji yang dirancang untuk mengevalusi secara rinci efek khusus suatu senyawa
pada aneka ragam hewan uji. Di dalam uji ini termasuk golongan uji potensiasi, uji
karsinogenik, uji mutagenik, uji reproduksi, uji teratogenik, uji kulit dan uji perilaku
(Donatus, 1990).
2.1.2 Uji Toksisitas Tidak Khusus
Uji yang dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan efek suatu
senyawa pada aneka ragam hewan uji. Yang termasuk dalam pengujian ini
adalah : uji toksisitas akut, uji toksisitas kronis dan uji toksisitas subkronis
(Donatus,1990)
2.2 UJI POTENSIASI
Potensiasi hampir mirip dengan sinergis seperti dua senyawa diduga memiliki
efek toksik sama atau berbeda diberikan bersama. Ketika suatu senyawa diberikan ada
suatu mekanisme senyawa satu mengurangi efek dari senyawa yang lain (antagonis) atau
malah menanmbah efek dari senyawa lain (agonis) (Timbrell, 2009).
Sinergis atau potensiasi efek diamati ketika dua senyawa diberikan bersama
memberi efek yang lebih dibanding dengan total efek masing-masing senyawa diberikan
sendiri. Selain itu, potensiasi dapat diamati ketika suatu senyawa yang tidak memiliki
efek toksik pada organ tertentu tetapi ketika diberi senyawa lain membuat senyawa itu
menjadi lebih toksik daripada ketika senyawa itu diberikan sendiri. Contoh isopropanol
tidak bersifat hepatotoksik ketika diberi karbontetraklorida menimbulkan efek
hepatotoksik karbontetraklorida yang jauh lebih besar daripada ketika karbontetraklorida
diberikan secara tunggal atau sendiri (Cassaret,2001).
2.3 Tanaman Ricinus communis

2.3.1 Pengertian
Jarak adalah contoh tanaman anggota family Euphorbiaceae yang mempunyai
kandungan ricin. Ricin adalah protein yang bersifat toksik terhadap manusia dan hewan,
dimana konsentrasi racun tertinggi ada di bijinya. Zat ini memiliki mekanisme
menghambat penyusunan protein esensial bagi tubuh yang menyebabkan keabnormalan
organ. Selain itu biji jarak juga mengandung ricinus comunic aglutinin yang
menyebabkan penggumpalan darah dan sebabgai akibatnya adalah hemolisis yang
membuat sel – sel darah pecah (Herawati,2008)
2.3.2 Klasifikasi Tanaman
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Euphorbiales
Famili: Euphorbiaceae
Genus: Ricinus
Spesies: Ricinus communis L.

2.3.3 Kandungan
Tanaman ini mengandung senyawa ricin yang beracun. Gejala-gejala keracunan risin
sangat cepat, termasuk dehidrasi yang parah serta menyerang hati dan ginjal. Tapi gejala
itu bergantung pada banyak racun yang digunakan. Jadi serangannya bisa dalam waktu
jam atau berhari-hari. Dosis oral mematikan untuk oral pada manusia dewasa adalah
sekitar 1 miligram per kg BB.
2.3 Tanaman Strychnos nux-vomica

2.3.1 Pengertian
Pohon Strychnine lebih dikenal sebagai kacang racun atau Tombol Quaker
dengan nama Latin Strychnos nux-vomica L, adalah pohon berukuran sedang, asli India
dan Asia Tenggara. Benih kecil di dalam pohon ‘hijau mirip buah jeruk, sangat beracun,
karena dipenuhi dengan alkaloid beracun yang disebut Strychnine dan Brucine.
Strychnine merupakan racun yang digunakan untuk meracuni tikus dan predator kecil.
2.3.2 Klasifikasi Tanaman
Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Kelas: Dicotyledoneae
Ordo: Gentianales
Famili: Loganiaceae
Genus: Strychnos
Spesies: Strychnos nux-vomica L.

2.3.3 Kandungan
Tanaman ini mengandung senyawa striknin yang bekerja dengan cara
mengadakan antagonisme kompetitif terhadap transmiter penghambatan yaitu glisin di
daerah penghambatan pascasinaps, dimana glisin juga bertindak sebagai transmiter
penghambat pascasinaps yang terletak pada pusat yanng lebih tinggi di SSP (Louisa dan
Dewoto, 2007)
Striknin menyebabkan perangsangan pada semua bagian SSP. Obat ini merupakan
obat konvulsan kuat dengan sifat kejang yang khas. Gambaran konvulsi oleh striknin ini
berbeda dengan konvulsi oleh obat yang merangsang langsung neuron pusat. Sifat khas
lainnya dari kejang striknin ialah kontraksi ekstensor yang simetris yang diperkuat oleh
rangsangan sensorik yaitu pendengaran, penglihatan dan perabaan. Konvulsi seperti ini
juga terjadi pada hewan yang hanya mempunyai medula spinalis. Striknin ternyata juga
merangsang medula spinalis secara langsung. Atas dasar ini efek striknin dianggap
berdasarkan kerjanya pada medula spinalis dan konvulsinya disebut konvulsi spinal.
(Louisa dan Dewoto, 2007)
Gejala keracunan striknin yang mula-mula timbul ialah kaku otot muka dan leher.
Setiap rangsangan sensorik dapat menimbulkan gerakan motorik hebat. Pada stadium
awal terjadi gerakan ekstensi yang masih terkoordinasi, akhirnya terjadi konvulsi tetanik.
Pada stadium ini badan berada dalam sikap hiperekstensi (opistotonus), sehingga hanya
occiput dan tumit saja yang menyentuh alas tidur. Semua otot lurik dalam keadaan
kontraksi penuh. Napas terhenti karena kontraksi otot diafragma, dada dan perut. Episode
kejang ini terjadi berulang; frekuensi dan hebatnya kejang bertambah dengan adanya
perangsangan sensorik. Kontraksi otot ini menimbulkan nyeri hebat, dan pesien takut
mati dalam serangan berikutnya. Kematian biasanya disebabkan oleh paralisis batang
otak karena hipoksia akibat gangguan napas. Kombinasi dari adanya gangguan napas dan
kontraksi otot yang hebat dapat menimbulkan asidosis respirasi maupun asidosis
metabolik hebat, yang terakhir ini mungkin akibat adanya peningkatan kadar laktat dalam
plasma.
Striknin merupakan sediaan yang bersifat stimulan kuat dan sangat toksik.
Sediaan ini menimbulkan konvulsi dan refleks yang berlebihan. Percobaan dilakukan
untuk mengetahui nilai LD50 sediaan serta pengaruh pen pemberiannya pada hewan
coba,yakni tikus. Dosis striknin untuk keperluan medis ialah 1,1 mg sampai 6,4 mg.
biasanya, dosismaksimum yang digunakan pada manusia ialah 3,2 mg. Full lethal dose
striknin yaitu 32 mg, namun pada manusia dilaporkan bahwa 5 mg/ 70 kg BB striknin
telah dapat menyebabkan kematian.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 BAHAN DAN METODE PERCOBAAN
Bahan yang digunakan adalah infusa biji jarak 5 gram/ 500 ml dan infusa Strichnos nux-
vomica 5 gram/ 500 ml. dan alat yang dipakai adalah spuit oral/ sonde oral.
3.1.1 Pemilihan Hewan Uji
Hewan yang digunakan adalah tikus galur Wistar dengan berat seragam, jenis kelamin
seragam, sehat dan tidak mengalami estrus.
3.1.2 Pengelompokan Hewan Uji
Hewan uji diaklimatisasi dahulu selama 1 minggu. Lalu ditimbang berat badannya.
Setelah itu dibagi kedalam 5 kelompok sesuai jumlah peringkat dosis yang digunakan
termasuk satu kelompok control negatif. Setiap kelompok minimal terdiri atas 5 ekor
3.1.3 Tata Cara Pemejanan Dosis Sediaan Uji
Senyawa uji yang diberikan adalah dalam bentuk larutan infusa dengan konsentrasi
masing-masing sebesar 1% atau sebesar 10 mg/ml. Dosis sediaan uji terdiri atas 4 tingkat
dosis dan 1 kontrol negatif.

Pemberian dosis tiap 200 g BB tikus yakni


Ricin= full lethal dose 1 mg/kg BB manusia= 70 mg/70kg BB manusia
Konversi ke tikus = 70x0,018= 1,26 mg
Volume pemberian ke tikus= (1,26 mg/ 10 mg) x 5 ml
= 0,63 ml

Strichnin= 5 mg/70 kg BB manusia


Konversi ke tikus = 5 mg x 0,018 = 0,09 mg
Volume pemberian ke tikus= (0,09 mg/ 10 mg) x 5 ml
= 0,045 ml
Tingkat kombinasi dosis sediaan uji
Kelompok I : Infusa biji jarak dosis 0,5 mg/kg BB manusia
Kelompok II : Infusa biji jarak 0,5 mg/kg BB manusia + infusa Strichnin nux vomica 4
mg/70 kg BB manusia
Kelompok III : Infusa biji jarak 0,3 mg/kg BB manusia + infusa Strichnin nux vomica 3
mg/70 kg BB manusia
Kelompok IV : Infusa biji jarak 0,5 mg/kg BB manusia + infusa Strichnin nux vomica 2,5
mg/70 kg BB manusia
Kelompok V : control negatif dengan aquadest 0,2 ml/ 200 g BB tikus

3.1.4 Pengamatan
Perlakuan dilakukan selama satu hari (24 jam) apabila tidak terjadi kematian dapat
dilanjutkan perlakuan selama 5 hari berturut-turut. Dengan perlakuan dosis yang sama
setiap harinya. Kemudian amati gejala keracunan yang khas akibat senyawa ricin ataupun
strichnin. Kriteria pengamatan yang lainnya adalah aktivitas tikus, kondisi bulu tikus,
perubahan berat badan tikus, hingga adanya kematian pada hewan uji.

3.1.5 Analisis dan Evaluasi Hasil


Gejala klinis yang tampak dapat dijadikan tolak ukur kualitatif terjadinya mekanisme
kematian. Dan dari data kematian hewan uji selanjutnya dapat ditetapkan nilai LD50
sediaan uji dalam uji potensiasi ketoksikan khas ini. Dalam uji potensiasi toksik ini suatu
senyawa yang diberikan dengan adanya senyawa lain akannmengalami peningkatan efek
toksik ( sama seperti efek sinergisme suatu obat dalam farmakologi). Oleh karena itu,
nilai LD50 sangat penting untuk mengetahui seberapa besar potensiasi toksik senyawa
sediaan uji.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Senyawa dalam tanaman jarak salah satunya adalah ricin merupakan protein yang dapat
menggaggu penyusunan protein esensial bagi tubuh dengan dosis 70 mg/ kg BB manusia.
Sedangkan di dalam Strichnos nux-vomica mengandung striknin yang memiliki dosis
toksik sebesar 5 mg/ kg BB manusia. Dengan uji potensiasi ini akan diketahui kombinasi
dosis manakah yang akan meningkatkan efek toksisistas sediaan uji sebagai hasil dari
efek potensiasi.

DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2017. http://www.tanobat.com/jarak-ciri-ciri-tanaman-jarak-serta-khasiat-dan-
manfaatnya.html

Louisa M & Dewoto HR . 2007. Perangsangan Susunan Saraf Pusat . Dalam :


Farmakologi dan Terapi, edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta, hal. 247-248

Sunaryo. 1995. Perangsang Susunan Saraf Pusat dalam Farmakologi dan Terapi Ed.IV.
Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal.223-224.

Anda mungkin juga menyukai