Anda di halaman 1dari 4

Nama : Baiq Sandi Kartika Sari

Nim : 14000291611

Tugas : AKK/KELAS A

KEBIJAKAN PENANGANAN GIZI BURUK DI PAPUA

Hai sobat BBI, pada perjumpaan kali ini kita akan membahas tentang contoh artikel
penangana gizi buruk di papua mari kita simak contoh artikelnya di bawah ini.

Tahukah kamu apa itu gizi buruk? Gizi buruk adalah kondisi tubuh terparah yang
mengalami kekurangan gizi dalam kurun waktu yang lama (menahun). Hal ini umumnya
terjadi pada anak-anak, gizi buruk pada anak seringkali disebabkan oleh kurangnya asupan
makanan bergizi seimbang, disamping itu bisa juga disebabkan oleh penyakit-penyakit
tertentu yang menyebabkan terganggunya proses pencernaan makanan ataupun terganggunya
penyerapan zat gizi penting yang diperlukan oleh tubuh.

Apa sih dampak dari gizi buruk? Seorang anak akan mengalami malnutrisi jika tidak
mengkonsumsi jumlah atau kualitas nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu
jangka waktu yang cukup lama. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan
kelaparan, penyakit, dan infeksi.Tanda-tanda dari banyak kasus malnutrisi yaitu ketika
cadanagn nutrisi dihabiskan dan nutrisi serta energi yang masuk tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari atau tidak memenuhi tanbahan metabolic yang meningkat.
Malnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi medis yang
disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup.

Tahukah anda di indonesia masih banyak terdapat anak yang kekurangan gizi buruk
salah satunya di daerah pedalaman papua. Presiden Jokowi menyatakan bahwa pemerintah
tidak berdiam diri terhadap kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk yang terjadi di
wilayah paling timur Indonesia tersebut. Kepala Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan
Kabupaten Asmat, Steven Langi mengatakan, pendataan empat tim terpadu penanggulangan
campak dan gizi buruk mencatat setidaknya sudah 61 orang tewas. Dikutip Kompas, ia
menyatakan bahwa 59 korban meninggal berasal dari tiga distrik, yakni Fayit, Aswi, dan
Pulau Tiga. Tiga korban lain meninggal di Rumah Sakit Agats, ibu kota Kabupaten Asmat.
Menurut Jokowi, ia telah memerintahkan jajaran terkait untuk segera turun ke
lapangan menyelesaikan masalah yang telah menimbulkan puluhan korban jiwa tersebut.
Kendati begitu, kondisi medan yang berat menjadi permasalah utama penanganan wabah.
"Medan di sana memang sangat berat. Contoh di Nduga saja. Jalan baru ke Wamena saja 4
hari, ini sama di Asmat juga sama. Perjalanan ada rawa, di situ harus naik boat 2 sampai 3
jam untuk biaya ada Rp 3 sampai Rp 4 juta. Ini sebuah kendala yang memang sangat
menghambat," ungkapnya. Oleh karena itu, Jokowi meminta pemerintah daerah setempat
berperan aktif memeriksa dan mengawasi kondisi kesehatan masyarakatnya sehingga
penyebaran penyakit dapat dicegah dengan cepat.

Tim terpadu Pemerintah Kabupaten Asmat sudah diterjunkan ke tujuh distrik yang
warganya terkena wabah campak dan gizi buruk pada pekan lalu. Ketujuh distrik adalah
Swator, Aswi, Fayit, Pulau Tiga, Kolf Braza, Jetsy dan Siret. Steven Langi Steven dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Asmat, mengatakan, selama lima hari terakhir tim terpadu mengobati
261 anak penderita campak dan memberikan bantuan makanan tambahan bagi 10 anak
penderita gizi buruk. Tim juga memberikan vaksin campak untuk 3.831 anak di 34 kampung
di tujuh distrik itu. Sementara itu, Pemkab Asmat membentuk lima tim yang akan
memberikan imunisasi bagi anak balita di 224 kampung di Asmat untuk mencegah KLB
campak terulang di masa mendatang. Menindaklanjuti jumlah korban jiwa yang semakin
melonjak, Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian kesehatan Elizabeth
Jane Soepardi menuturkan Kementerian Kesehatan pula akan menerjunkan tim untuk
mengatasi persoalan tersebut. "Rencananya tim akan turun, lintas program, untuk membantu
mereka. Kita juga termasuk membawa tim epidemolog untuk membantu menganalisa data,
termasuk untuk validasi data. Di sana kan umumnya data sangat masalah. Jadi tim dari pusat
antara lain untuk itu. Kalau untuk kegiatannya sendiri, imunisasi, pemberian makanan, itu
mereka bisa semua, " cetusnya.

Selain problem kekurangan gizi, juga terjadi kejadian luar biasa (KLB) campak di
lima distrik di Kabupaten Asmat. Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian
Kesehatan, Elizabeth Jane Soepardi, mengakui imunisasi yang belum optimal dan kurangnya
tenaga medis diperkirakan menjadi penyebab cepat merebaknya wabah di wilayah paling
timur Indonesia tersebut. "SDM-nya masih sangat kurang di sana. Sehingga karena SDM
sangat kurang, akibatnya kegiatannya menjadi tidak rutin itu yang menyebabkan ada
penumpukan anak-anak yang tidak diimunisasi. Satu kasus saja masuk, langsung menyebar,"
tutur Jane. Mewabahnya campak dan kasus gizi buruk yang menimpa suku Asmat mendapat
perhatian banyak pihak

Komisioner Bidang Kesehatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Siti Hikmawati,
menuntut pemerintah untuk gerak cepat mengatasi wabah tersebut."Kita tidak bisa
mengharapkan (pemerintah) pusat tapi kita butuh integrasi, dalam hal itu kita butuh
melaksanaan sesuatu di sana, jangan sampai menunggu lebih besar lagi skalanya. Harus
segera ditangani, intervensi langsung kalau menunggu (pemerintah) daerah lama,
(pemerintah) pusat ambil tindakan." Aloysius menuturkan jumlah korban bertambah seiring
data terbaru yang dikumpulkan oleh Dinas Kesehatan Asmat. "Data yang saya peroleh 13
orang. Lalu di-cross check oleh Dinas menjadi 24 (orang meninggal)." Kebanyakan dari
korban, meninggal sebelum sempat dilarikan ke rumah sakit. Pasalnya, jarak antara Kampung
As dan Atat dengan Agats, ibu kota Asmat, hanya bisa menggunakan transportasi air dengan
waktu tempuh sekitar tiga jam jika menggunakan speed boat. "Maka orang kampung bisa jadi
bermalam di jalan. Karena itu meninggal kebanyakan ada di kampung.

Upaya pemerintah dalam mengatasi gizi buruk di papua sebagai berikut:

Untuk menyelesaikan ini, yang pertama adalah infrastruktur (membuka akses) harus
segera dirampungkan, agar yang terisolasi ini bisa terbuka. Jika akses sudah terbuka, tahap
selanjutnya membangun pertanian di wilayah-wilayah tersebut, untuk mengatasi persoalan
pangan dan menahan masyarakat di sana untuk berpindah-pindah tempat tinggal. tahapan
ketiga yang merupakan penanganan jangka pendek, memberikan vaksinasi kepada
masyarakat di Kabupaten Asmat. Namun hal ini juga tidak mudah, karena akses dokter
menuju lokasi cukup sulit, dan ada warga yang tidak mau diberikan vaksinasi.

Anda mungkin juga menyukai