Anda di halaman 1dari 9

TINJAUAN PEMENUHAN ELEMEN PENILAIAN MIRM 11 SNARS DI RUMAH SAKIT UMUM

KABANJAHE
NOVI MESRINA C
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang sangat berpengaruh dalam
pemeliharaan, pengobatan, dan pencegahan penyakit adalah instansi rumah
sakit. Berdasarkan Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
disebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Menurut
Undang Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 29 menyatakan
bahwa setiap rumah sakit mempunyai kewajiban menyelenggarakan rekam
medis.

Menurut Hatta (2008), Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan
dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Rekam
medis berperan mulai dari saat pendaftaran penerimaan pasien, pelayanan,
tindakan dan pengobatan yang diberikan terhadap pasien oleh dokter atau tim
medis lainnya sampai pasien selesai menerima pelayanan dan pulang. Melihat
peran rekam medis dalam peningkatakan kesehatan sebagai sumber informasi
yang akurat, lengkap dan bukti dilaksanakannya kegiatan-kegiatan oleh sumber
daya manusia guna menyelenggarakan kesehatan dan masyarkat sebagai
penerima pelayanan kesehatan,serta dapat dijadikan sebagai bukti apablia
sewaktu-waktu dibutuhkan untuk kepentingan hukum.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34


Tahun 2017 Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan terhadap mutu
pelayanan Rumah Sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit telah
memenuhi Standar Akreditasi. Rumah sakit wajib melakukan akreditasi dalam
upayanya meningkatkan mutu pelayanan secara berkala dimana dilakukan
setiap 3 (tiga) tahun sekali.

Pada Standar Nasional Akreitasi Rumah Sakit (SNARS) yang memuat


tentang peraturan tentang rekam medis terdapat pada BAB 6 mengenai

1
TINJAUAN PEMENUHAN ELEMEN PENILAIAN MIRM 11 SNARS DI RUMAH SAKIT UMUM
KABANJAHE 2
NOVI MESRINA C
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM), pada MIRM 11 berisi tentang
peraturan bahwa berkas rekam medis dilindungi dari kehilangan, kerusakan,
gangguan, serta akses dan penggunaan yang tidak berhak. Berdasarkan
elemen penilaian pada MIRM 11 yaitu (EP 1) terdapat regulasi yang ditetapkan
untuk mencegah akses penggunaan rekam medis bentuk kertas dan atau
elektronik tanpa izin, (EP 2) rekam medis dalam bentuk kertas dan atau
elektronik dilindungi dari kehilangan dan kerusakan, (EP 3) Rekam medis dalam
bentuk kertas dan atau elektronik dilindungi dari gangguan dan akses serta
penggunaan yang tidak sah, dan (EP 4) Ruang dan tempat penyimpanan
berkas rekam medis menjamin perlindungan terhadap akses dari yang tidak
berhak.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan peneliti dari hasil kerja
praktik pada bulan Juli 2017 dan hasil wawancara dengan petugas pada bulan
Januari 2018 di Rumah Sakit Umum Kabanjahe, peneliti memperoleh informasi
bahwa Rumah Sakit Umum Kabanjahe telah melakukan akreditasi
menggunakan standar KARS 2012 pada 19 Desember 2017. Kegiatan
pelayanan kesehatan yang dilakukan mulai dari penerimaan pasien rawat jalan
dilakukan secara manual. Penerimaan pasien lama yang sudah memiliki nomor
rekam medis dapat langsung dicarikan berkas rekam medis pasien diruang
penyimpanan sesuai nomor rekam medis. Petugas yang mengambil berkas
rekam medis sering sekali bukan petugas yang berwenang, namun bisa diambil
petugas lain apabila dia ingin berobat sendiri atau keluarganya yang paham
dengan penyusunan berkas rekam medis. Ruangan penyimpanan berkas
rekam medis selain petugas bebas keluar masuk untuk kepetingan pribadi atau
untuk pekerjaan.
Dalam kegiatan distribusi berkas ke poliklinik klinik, sering sekali petugas
tidak menginput data peminjaman berkas rekam medis pada saat pasien sangat
banyak dan petugas juga sering memberikan berkas rekam medis pasien
dibawa sendiri oleh pasien ke poliklinik klinik tujuan agar pasien dapat
menerima pelayanan lebih cepat. Unit Rekam Medis Rumah Sakit Umum
Kabanjahe tidak menggunakan Tracer/outguide dalam pengambilan dan
pengembalian berkas rekam medis sehingga memungkinkan banyak berkas
yang bisa hilang atau tidak dapat ditemukan. Lemari penyimpanan berkas
rekam medis di Rumah Sakit Umum Kabanjahe terbuat dari kayu dan triplek
TINJAUAN PEMENUHAN ELEMEN PENILAIAN MIRM 11 SNARS DI RUMAH SAKIT UMUM
KABANJAHE 3
NOVI MESRINA C
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

serta sekat pembatas lemari juga terlalu sempit. Plafon ruangan bocor sehingga
saat hujan maka air akan membasahi lantai dan air yang menggenang diserap
oleh lemari triplek sehingga berkas rekam medis yang ada di bagian paling
bawah menjadi basah dan rusak. Permasalahan tersebuat berpengaruh untuk
melihat hasil setelah dilakukannya akreditasi di rumah sakit tersebut.
Pada SNARS uraian elemen penilaian, pedoman serta standar lebih rinci
dijelaskan melalui narasi, bukan berbentuk tabel atau kolom sebagaimana yang
ada dalam buku 'Instrumen Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012. Dengan kata
lain pada SNARS terjadi penyempurnaan.
Mengingat bahwa pentingnya rekam medis untuk memenuhi kewajiban
menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
2017, Standar Nasional Akreitasi Rumah Sakit (SNARS) pada MIRM 11 (EP 1)
terdapat regulasi yang ditetapkan untuk mencegah akses penggunaan rekam
medis bentuk kertas dan atau elektronik tanpa izin, (EP) 2 rekam medis dalam
bentuk kertas dan atau elektronik dilindungi dari kehilangan dan kerusakan,
(EP) 3 Rekam medis dalam bentuk kertas dan atau elektronik dilindungi dari
gangguan dan akses serta penggunaan yang tidak sah, dan (EP) 4 ruang dan
tempat penyimpanan berkas rekam medis menjamin perlindungan terhadap
akses dari yang tidak berhak, maka penelti tertarik melakukan penelitian di
Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat disimpulkan rumusan masalah
dari penelitian ini adalah “ Bagaimana pemenuhan elemen penilaian MIRM 11
SNARS di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum : Mengetahui pemenuhan elemen penilaian MIRM 11
SNARS di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui pemenuhan elemen penelitian MIRM 11 terkait
terdapat regulasi yang ditetapkan untuk mencegah akses
TINJAUAN PEMENUHAN ELEMEN PENILAIAN MIRM 11 SNARS DI RUMAH SAKIT UMUM
KABANJAHE 4
NOVI MESRINA C
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

penggunaan rekam medis bentuk kertas dan atau elektronik tanpa


izin
b. Mengetahui pemenuhan elemen penelitian MIRM 11 terkait rekam
medis dalam bentuk kertas dan atau elektronik dilindungi dari
kehilangan dan kerusakan
c. Mengetahui pemenuhan elemen penelitian MIRM 11 terkait rekam
medis dalam bentuk kertas dan atau elektronik dilindungi dari
gangguan dan akses serta penggunaan yang tidak sah
d. Mengetahui pemenuhan elemen penelitian MIRM 11 terkait ruang
dan tempat penyimpanan berkas rekam medis menjamin
perlindungan terhadap akses dari yang tidak berhak

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Dapat sebagai pengetahuan,masukan dan pertimbangan bagi Rumah
Sakit dalam memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam menjaga
keamanan rekam medis
b. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan, wawasan bagi peneliti serta
menerapkan pelajaran teori yang diperoleh di instusi pendidikan serta
membandingkan sesuai dengan keadaan di tempat penelitian.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan refrensi dan masukan dalam pengembangan
pelajaran dibidang rekam medis khususnya bidang akreditasi rumah
sakit.
b. Bagi Peneliti lain
Dapat digunakan sebagai bahan acuan pembelajaran dan refrensi
untuk penelitian yang akan dilakukan dengan pembahasan akreditasi
rumah sakit atau terkait dengan akreditasi lainnya.
TINJAUAN PEMENUHAN ELEMEN PENILAIAN MIRM 11 SNARS DI RUMAH SAKIT UMUM
KABANJAHE 5
NOVI MESRINA C
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang sama dengan penilitian ini belum pernah dilaksanakan
sebelumnya, namun ada beberapa penelitian yang hampir sama dengan
penelitian ini antara lain:

1. Penelitian Amaylia (2017) dengan judul “ Pemenuhan Perlindungan


Catatan dan Informasi Menurut Standar MKI 16 Dalam Standar Akreditasi
KARS 2012 untuk Menghadapi Akreditasi Rumah Sakit di RSD Kalisat
Jember”. Hasil dari penelitian Amaylia (2017) adalah pemenuhan elemen
penialaian MKI 16 rekam medis dan informasi dilindungi dari kehilangan
dan kerusakan di RSD Kalisat Jember belum terpenuhi, terlihat dari
petugas lain yang memasuki ruang penyimpanan, belum adanya alat untuk
pencegahan kebakaran, kerusakan dari penggunaan yang terlalu sering,
tetapi sudah aman dari bahaya banjir. Pemenuhan elemen penilaian MKI
16 rekam medis dan Informasi dilindungi dari gangguan dan akses serta
penggunaan yang tidak sah, sudah terpenuhi, seluruh penggunaan dan
akses berkas rekam medis adalah sah dan memiliki ijin. Tapi masih ada
pengguna yang memotret berkas rekam medis. Upaya pemenuhan
Standar MKI 16 yang telah dilakukan dengan kebijakan, pedoman, SPO
yang mengatur tentang keamanan berkas.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Amaylia (2017) adalah
dimana peneliti Amaylia (2017) melakukan penelitian untuk mengetahui
pemenuhan standar MKI 16 standar KARS untuk menghadapi akreditasi di
Rumah Sakit Daerah Kalisat Jember, sedangkan penelitian ini bertujuan
untuk meninjau pemenuhan elemen penilaian MIRM 11 SNARS di Rumah
Sakit Umum Kabanjahe setelah akreditasi. Persamaan penelitian Amaylia
(2017) dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan rancangan penelitian
fenomenologi.

2. Penelitian Prawira (2015) dengan judul “Gambaran kesiapan akreditasi


KARS berdasarkan standar MKI 16 (Manajemen Komunikasi dan
Informasi) di Rumah sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang tahun 2015”.
Hasil dari pemelitian Prawira (2015) adalah menunjukaan bahwa petugas
TINJAUAN PEMENUHAN ELEMEN PENILAIAN MIRM 11 SNARS DI RUMAH SAKIT UMUM
KABANJAHE 6
NOVI MESRINA C
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

filing membiarkan berkas rekam medis yang rusak dan tidak menggantinya
dengan map yang baru. Petugas dalam penataan berkas rekam medis
kurang rapi dimana alasannya adalah tidak adanya tracer sehingga
petugas kesulitan dalam pengembalian. Ketika berkas rekam medis hilang
atau tidak ada di filing, petugas tidak langsung bisa mengetahui
keberadaan berkas rekam medis tersebut. Petugas tidak menjalankan
kebijakan tentang perlindungan akses berkas rekam medis dari orang yang
tidak berhak. Kendala yang dialami petugas ketika persiapan akreditasi
yaitu tidak adanya kebijakan, tidak adanya kelompok kerja, sarana
prasarana yang tidak menunjang dan keterbatasan Sistem Manajemen
Rumah Sakit (SIMRS).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Prawira (2015) adalah
dimana peneliti Prawira (2015) berfokus pada akreditasi KARS
berdasarkan standar MKI 16 (Manajemen Komunikasi dan Informasi)
dengan tujuan untuk mengetahui kesiapan standar MKI 16 di Rumah Sakit
Bhakti Wira Tamtama Semarang, sedangkan penelitian ini menggunakan
SNARS untuk mengetahui pelaksanaan MIRM 11 setelah akreditasi di
Rumah Sakit Umum Kabanjahe. Persamaan dengan penelitian Peawira
(2015) dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan elemen
penilain terkait standar catatan dan informasi dilindungi dari kehilangan,
kerusakan, gangguan, serta akses dan penggunaan yang tidak berhak.

3. Penelitian Sari (2014) dengan judul “Penerapan kebijakan terkait


kerahasiaan, privasi, keamanan, dan integritas data di instalasi catatan
medis RSUP dr. Sardjito berdasarkan standar MKI akreditasi versi 2012”.
Hasil dari penelitian Sari adalah penerapan kebijakan di RSUP Dr Sardjito
terkait dengan poin ke 10 dan11 Pokja MKI tentang kerahasiaan, privasi,
keamanan dan integritas data masihbelum maksimal. Masih terdapat
petugas medis yang memberikan salinan isi berkas rekam medis yang
seharusnya tidak diperbolehkan untuk disalin kepada pasien. Pada
pelaksanaan peraturan di lapangan masih terdapat ketidak sesuaian.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Sari (2014) adalah
penelitian Sari (2014) menggunakan standar akreditasi KARS versi 2012
dengan stadar MKI 10 dan 11 sedangkan penelitian ini adalah penelitian
TINJAUAN PEMENUHAN ELEMEN PENILAIAN MIRM 11 SNARS DI RUMAH SAKIT UMUM
KABANJAHE 7
NOVI MESRINA C
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

ini menggunakan SNARS dengan stadar MIRM 11. Persamaan penelitian


ini dengan penelitian Sari adalah sama sama membahas tema tentang
akreditasi.

F. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Kabanjahe


Berdasarkan Buku Profil RSU Kabanjahe Tahun 2015, gambaran
umum RSU Kabanjahe adalah sebagai berikut:
1. Sejarah
Rumah Sakit Umum Kabanjahe terletak di tengah kota Kabanjahe
yang merupakan ibu kota Kabupaten Karo. Rumah sakit ini memiliki luas
areal sekitar 3 Ha dimana 1 Ha nya merupakan luas tapak siap bangun.
Rumah sakit ini merupakan unit pelayanan kesehatan yang didirikan oleh
Pemerintah Hindia – Belanda pada tahun 1921 dengan nama awal Bataks
Institute kemudian diserahkan kepada Nederlandsch Zending
Genootschap (NZG). Namun pada tahun 1942 sampai 1945 rumah sakit
ini dikuasai dan dikelola oleh Jepang yang menjajah Indonesia. Setelah
proklamasi kemerdekaan RI pada tahun 1945 rumah sakit ini dikembalikan
kepada pemerintah dan pengelolaannya oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Karo dengan nama Rumah Sakit Umum Kabanjahe.
2. Motto, Visi, dan Misi
a. Motto: M = Murah
A = Akurat
L = Lemah Lembut
E = Efisien
M = Memuaskan
b. Visi: Menjadi rumah sakit umum kabupaten yang terbaik di Provinsi
Sumatera Utara.
c. Misi: Untuk mewujudkan visi RSU Kabanjahe agar relevan dengan visi
serta misi jangka menengah Kabupaten Karo, maka RSU Kabanjahe
menetapkan misinya sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan rumah sakit yang prima
2. Melengkapi sarana dan prasarana rumah sakit secara bertahap
TINJAUAN PEMENUHAN ELEMEN PENILAIAN MIRM 11 SNARS DI RUMAH SAKIT UMUM
KABANJAHE 8
NOVI MESRINA C
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3. Meningkatkan profesionalisme pegawai


4. Melaksanakan akreditasi dan sertifikasi
3. Kepemilikan dan Kelas RSU Kabanjahe
a. Status Rumah Sakit : Milik Pemda Kabupaten Karo
b. Nama Rumah Sakit : RSU Kabanjahe
c. Kelas / Type : C
d. Alamat : Jl. Kapten Selamet Ketaren
e. Kapasitas Tempat Tidur : 108 buah
f. Luas Tanah : ± 3 Ha
g. Kapasitas tempat tidur adalah 108 TT dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 1. Jenis Pelayanan Rawat Inap dan Jumlah Tempat Tidur RSU
Kabanjahe
No URAIAN Jumlah TT
1. Ruang I (Perinatologi) 7
2. Ruang Paviliun 12
3. Ruang VIP 11
4. Ruang VI/ Bedah 14
5. Ruang V 30
6. Ruang IV (anak) 11
7. Ruang Kelas 16
8. Ruang HCU 4
9. Ruang Isolasi Flu Burung 3
Jumlah 108
Sumber: Profil RSU Kabanjahe Tahun 2015
TINJAUAN PEMENUHAN ELEMEN PENILAIAN MIRM 11 SNARS DI RUMAH SAKIT UMUM
KABANJAHE 9
NOVI MESRINA C
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4. Struktur Organisasi

Gambar 1. Struktur Organisasi RSU Kabanjahe


Sumber: Profil RSU Kabanjahe Tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai