Anda di halaman 1dari 18

Pekerjaan:

2019
DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) SIDING TRACK KAB.LAHAT
DOKUMEN
PENAWARAN

PT. KHARISMA INDOTARIM UTAMA


Nomor : 0023/IV/KHI-BB/2019 Jakarta, 25 April 2019
Lampiran : 1 Berkas
Perihal : Penawaran Kepada Yth
Pt. Graha Wahyu Kencana
Parc Place SCBD
Jakarta

Dengan hormat,

Melanjutkan hasil survye bersama dengan pihak owner , dengan ini kami mengajukan penawaran
biaya untuk pekerjaan sebagai berikut :

Pekerjaan Detail Engineering Design ( DED) Siding Track Jkab Lahat (Palembang ) sebesar .Rp.
1.100.550.000,- (Satu Milyar Seratus Juta Lima Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Sudah termasuk PPN
10 %.

Adapun tata cara pembayaran yang kami ajukan adalah

1. Termin ke .1 / Uang muka = 40 % (empat puluh persen) setelah SPK


2. Termin ke .2 = 30 % Laporan Antara
3. Termin ke .3 = 30 % Laporan Akhir
4.
Waktu pelaksanaan 3 bulan ( Note : Lahan sdh dibebaskan)

Demikian surat penawaran ini kami ajukan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima
kasih.

Hormat kami
PT. KHARISMA INDOTARIM UTAMA
Syaharul Hafiz , Amd
Direktur Utama

KERANGKA ACUAN KERJA


(TERM OF REFFERENCE)

PEMILIK KEGIATAN : .......................................

PROGRAM : PENGEMBANGAN TRACK ANGKUTAN BATU BARA

SASARAN PROGRAM : PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PRASARANA


DAN FASILITAS PENDUKUNG KERETAAPI

KEGIATAN : PENYUSUNAN DESAIN / STD

SUB KEGIATAN : DED JALAN KERETA API

1 LATAR BELAKANG
a. Rencana Strategis (Renstra) Kemenhub 2015-2019
b. Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) Tahun 2011-2030
c. Dasar Hukum
 Undang – undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4722).
o BAB V Penyelenggaraan, Pasal 18, bahwa Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian
Umum meliputi kegiatan : Pembangunan Prasarana, pengoperasian Prasarana,
perawatan Prasarana dan pengusahaan Prasarana.
o BAB V Penyelenggaraan, Pasal 23 ayat:
(1) Penyelenggaraan Prasarana Perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 dilakukan oleh Badan Usaha sebagai penyelenggara, baik secara sendiri
– sendiri maupun melalui kerjasama.
(2) Dalam hal tidak ada Badan Usaha yang menyelenggarakan Prasarana
perkeretaapian umum, Pemerintah atau Pemerintah Daerah dapat
menyelenggarakan prasarana perkeretaapian.
o BAB VI Prasarana Perkeretaapian, Pasal 35 ayat 1 bahwa Prasarana Perkeretaapian
umum dan Perkeretaapian Khusus meliputi : Jalur KA, Stasiun KA dan Fasilitas
Operasi KA
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048).
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalulintas dan
Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086).
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan
Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian Negara / Lembaga.

d. Gambaran Umum
Tujuan penugasan berdasarkan kerangka acuan ini adalah melakuakan konsultan Perencanaan
konstruksi pekerjaan Pembangunan jalan kereta Api khusus Siding Track yang terkoneksi dengan
jaringan kereta api eksisting yang meliputi:

1). Kegiatan Detil Engeneering Design (DED) Spoor-Spoor muat yang terintegrasi dengan sepoor
spoor emplasement stasiun.

2). Memasukan kebutuhan persyaratan dan perizinan yang di perlukan untuk terwujudnya jalan
kereta api khusus dan spoor spoor muat dimaksud.

3). Bersedia mendampingi pengurusan dan presentasi dalam pengurusan perizinan dengan
instansi terkait.

4). Melakukan koordinasi dan diskusi teknis,Operasional dan keselamatan pekerjaan kereta api
dengan PT Kereta Api Indonesia ( persero).

5). Melakukan koordinasi dengan instansi Institusi terkait di daerah.

6). Membuat dan menyampaikan laporan pendahuluan konsultan, Draft Laporan akhir dan
laporan akhir konsultan Design lengkap dengan Gambar Detail Engeneering Design (DED)
kepada pemilik Projeck melalui Projeck Director.

Dokumen harus disusun berdasarkan kaidah – kaidah Laporan Konsultan dokumen detail
engeneering Design (DED).

2 MAKSUD DAN TUJUAN


a. Maksud Kegiatan
Untuk menyiapkan Detail Engineering Design jalur kereta api termasuk didalamnya
bangunan pelengkap,rancangan operasional fasilitas tersebut. Selain itu kegiatan ini
mencakup detail design untuk bangunan hikmat dan basic designstasiun dan fasilitas operasi.

b. Tujuan Kegiatan
Dengan dilakukannya DED SIDING TRACK di Kab Lahat diharapkan dapat menjadi elemen
pendukung dalam pelaksanaan memaksimalkan daya angkut batu bara.
3 Lokasi kegiatan
Lokasi kegiatan ini adalah jalur KA Kab Lahat

4 RUANG LINGKUP KEGIATAN


a. Kegiatan Survey Sekunder
1) Instansional
a) Lingkup kegiatan
Adapun lingkup dari kegiatan ini adalah Pengumpulan data-data yang relevan dari
berbagai pihak / instansi yang terkait untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan
kegiatan ini.

b) Ketentuan-ketentuan untuk kegiatan


Dalam Pengumpulan data sekunder, minimal konsultan mendapatkan dan atau
memiliki data-data sebagai berikut:

 Peta rupa bumi BAKOSURTANAL atau peta Topografi Jantop dalam skala1 :
50.000 atau yang lebih besar
 Peta Geologi
 Tabel Almanak Matahari terbitan tahun terakhir
 Data curah hujan stasiun sekitar dan data banjir
 Rencana Strategis tahun 2015 – 2019
 Rencana Induk Perkeretaapian Nasional tahun 2006 – 2030
 Data/gambar/Laporan Akhir dari pekerjaan pembuatan desain yang pernah
dilakukan sebelumnya dan terkait dengan pekerjaan ini
 Peta Groundkaart / batas tanah Jalur KA
 Data lain yang terkait dan relevan serta diperlukan untuk menunjang
keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini.

2) Peninjauan Lapangan (Reconnaissance)


a) Lingkup kegiatan
Adapun lingkup dari kegiatan ini adalah mengadakan peninjauan awal / pendahuluan
ke lapangan untuk mengadakan evaluasi secara visual ke lokasi rencana jalur kereta
api untuk mendata kondisi.

b) Ketentuan kegiatan
Hal-hal yang dilakukan pada kegiatan peninjauan awal / pendahuluan, minimal
memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut

(3) Survey Topografi awal mencakup:


 Berdasarkan atas referensi dari hasil studi desain sebelumnya, konsultan
melaksanakan survey pendahuluan berupa pengamatan langsung ke
lapangan untuk memastikan kondisi aktual pada rencana jalur kereta api,
khususnya bila terjadi perubahan kondisi dilapangan yang cukup signifikan.
 Mempelajari lokasi rencana dasar jalur kereta api dan daerah-daerah
sekitarnya ditinjau dari segi geografis dan sosial ekonomi secara umumdan
mencatat daerah-daerah yang perlu dilakukan pengukuran khusus atau lebih
mendetail (bila diperlukan).
 Mencari titik tetap (BM = Bench Mark) hasil desain atau yang terdekat
dengan lokasi rencana;
 Membuat dokumentasi hasil peninjauan awal
 Membuat rencana kerja untuk survey detail pengukuran topografi sampai
penggambaran.
(4) Survey geologi teknik awal mencakup:
 Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaitan dengan
karakteristik tanah di lokasi rencana jalur kereta api dan Bangunan KA yang
mungkin/diperkirakan akan berpengaruh terhadap desain konstruksi.
 Mengamati daerah seperti lokasi yang diperkirakan memiliki struktur tanah
lunak, rawan longsor dan lain-lain
 Membuat dokumentasi hasil peninjauan awal
 Membuat rencana kerja untuk survey detail geologi teknik.
(5) Survey Hidrologi - Hidrolika .
 Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaitan dengan
karakteristik sungai dan atau DAS setempat termasuk bangunan air yang ada,
yang mungkin / diperkirakan akan berpengaruh terhadap desain konstruksi,
baik pada jembatan eksisting maupun pada rencana jembatan baru
 Melakukan wawancara dengan warga sekitar, terkait histori banjir yang
pernah terjadi
 Melakukan koordinasi untuk mendapatkan masukan instansi sungai terkait
 Membuat ringkasan/ summary dan dokumentasi hasil peninjauan awal
 Mernbuat rencana kerja untuk survey detail hidrologi
(6) Survei Geometrik / Alinyemen
 Mengamati secara visualkondisi lapanganyang berkaitan dengan alinyemen
horisontal danvertikal jalan rel dan jembataneksisting maupun pada rencana
jembatan baru, yang dapat menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan detail
desain
 Membuat ringkasan/summary dan dokumentasi hasil peninjauan awal.

(7) Survei Jembatan


 Mernperkirakan tipe konstruksi, kelas pembebanan, total panjang dan lebar
jembatan dengan memperhatikan segi estetika
 Memperkirakan ukuran dan tipe abutmen, pilar, pondasi serta bangunan
perkuatan/pengaman (bila diperiukan) dengan mempertimbangkan lebar
sunqai, kedalaman sungai, sifat tebing, sifat aliran termasuk penggerusan
(scouring), sedimentasi/endapan pada sungai yang pernah terjadi
 Melakukan pemeriksaan terhadap kondisi jembatan eksinting yang ada
 Membuat ringkasan/summary dan dokumentasi hasil peninjauan awal
 Membuat rencana kerja untuk detail desain jembatan.
(8) Survei Lingkungan
 Mengamati kondisi aktual pada lokasi Jalur Kereta Api eksisting maupun
pada lokasi rencana Jalur Kereta Api baru, khususnya bila terjadi perubahan
kondisi lingkungan dilapangan yang cukup signifikan
 Mengamati kondisi aktual pada wilayah sekitar jalur KA termasuk bangunan
– bangunan yang mungkin ada serta tata guna lahan lainnya dengan
memperhatikan rencana tata ruang wilayah pada lokasi tersebut
 Membuat ringkasan / summary dan dokumentasi hasil peninjauan awal
(9) Survei Bangunan Stasiun .
 Mengamati kondisi bangunan yang ada
 Mengumpulkan data luasan tanah yang tersedia

b. Kegiatan Survey Primer


1) Lingkup Kegiatan
a) Survey Geodesi / Topografi
 Menentukan metode pelaksanaan pengukuran
 Survey Pengukuran di lapangan
 Ketentuan dalam Pengukuran Topografi
 Referensi Pengukuran
 Monumentasi (BM= Bench Mark)
 Penggambaran hasil pengukuran
b) Survey Geologi Teknik
 Bor dalam r dan Bor Tangan
 Sondir
 Testpit
 Test Laboratorium
c) Survei Hidrologi – Hidrolika
 Analisa data hujan dan catchment area (tangkapan hujan)
 Analisa karakter sungai

2) Ketentuan-ketentuan Kegiatan
a) Survey Geodesi / Topografi
(1) Metode Pelaksanaan
Konsultan harus memaparkan secara jelas dan lengkap metode pengukuran yang
akan dilaksanakan, baik itu menggunakan metoda manual (konvensional) atau
digital dengan menggunakan pesawat Total Station meliputi :

 Metode pelaksanaan pengukuran di lapangan


 Metoda pengolahan data ukur termasuk rumus-rumus perhitungan (bila
ada), tingkat ketelitian dan sebagainya
 Metoda penggambaran.
Semua perhitungan-perhitungan (Analisis/Interpretasi/Grafik) harus dibuat dan
dilampirkan pada laporan.

(2) Survey Pengukuran di lapangan


Hal-hal yang dilakukan pada kegiatan pengukuran topografi pada jalur kereta api,
setidaknya memenuhi/mencakup ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

 Pengukuran situasi di rencana jalur KA adalah sepanjang lokasi emplasemen


rencana, lebar pengukuran minimum 50 m ke kiri dan 50 m ke kanan dari as
jalur jalan kereta api utama.
 Pengukuran situasi di lokasi emplasemen rencana, lebar pengukuran
minimum 100 m ke kiri dan 100 m ke kanan dari as jalur jalan kereta api
utama.
 Pengukuran profil memanjang rencana jalur kereta api.
 Pengukuran profil melintang rencana jalur kereta api setiap interval 50 m
untuk bagian lurus dan 25 m pada bagian lengkung.
 Pengukuran profil memanjang rencana jembatan kereta api dengan
ketentuan sebagai berikut:
o Pada as sungai, dilakukan pada titik terdalam sepanjang sungai,
termasuk segala perubahan detail yang mencolok pada jalur pengukuran
tersebut.
o Pada as Jalan Rel, dilakukan sepanjang jalur kereta apidi area jembatan ,
baik pada as jalur kereta eksisting maupun pada as jalur kereta api
rencana.
Hal-hal yang dilakukan pada kegiatan pengukuran topografi di jembatan rencana
memenuhi/mencakup ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

 Pengukuran minimal harus mencakup 100 m ke arah belakang masing-


masing pangkal jembatan (100 m + panjang bentang jembatan + 100 m).
 Pengukuran minimal harus mencakup 100 m ke arah hilir sungai dan 300
meterarah hulu sungai.
 Bila dalam radius minimum 300 meter arah hulu & hilir ada belokan sungai
atau bangunan air/sungai (misalnya ambang bendung dan sebagainya) atau
daerah longsor/gerusan, maka pengukuran harus mencakup lokasi-lokasi
tersebut.
(3) Referensi Pengukuran
 Untuk menentukan koordinat X dan Y, sedapatnya dilakukan pengikatan
kepada Titik GPS (orde 2 atau 3 dari Bakosurtanal) atau orde 4 (BPN) yang
berada paling dekat ke lokasi kegiatan.
 Sedangkan untuk ketinggian (elevasi) harus dilakukan pengikatan kepada
Titik Tinggi (TTG) dari Bakosurtanal.
(4) Monumentasi Benchmark (BM)
 Bench Mark pada awal dan akhir lokasi proyek dipasang 2 buah yang saling
terlihat dengan jarak 75 m,
 Serta pada sepanjang lintas dipasang BM dengan interval rata-rata 1 km
sepanjang lokasi proyek.
 Bench Mark (BM) terbuat dari konstruksi beton bertulang ukuran 20x20x125
cm.
 Diskripsi Bench Mark (BM) dan titik-titik tetap lainnya harus dibuat lengkap
dengan photo dan sketsa lokasinya.
 Daftar Bench Mark (BM) dan titik-titik tetap lainnya lengkap dengan
koordinat (x,y,z) harus dibuat secara terpisah dengan titik-titik lainnya dalam
formulir tersendiri. Khusus untuk ketinggian, harus dicantumkan ketinggian
tanah atas tanah dan atas patok.
 Semua Bench Mark (BM) dan atau titik-titik tetap lainnya harus dipasang
terlebih dahulu sebelum pengukuran dimulai
 Semua Bench Mark dan atau titik-titik tetap lainnya harus dipasang terlebih
dahulu sebelum pengukuran dimulai.
Contoh Konstruksi Bench Mark (BM)

(5) Penggambaran Hasil Pengukuran Topografi


(a) Gambar hasil pengukuran terdiri dari :
 Peta situasi dengan skala 1 : 1000
 Profil memanjang dengan skala :
o Horizontal =1 : 1000
o Vertikal=1 :100
 Profil melintang dengan skala 1 : 100
 Gambar situasi dan profil memanjang dibuat dalam 1 lembar
 Gambar profil melintang dibuat dalam 1 lembar
(b) Semua gambar dibuat diatas kertas dengan ukuran A3. Format gambar dan
tata letak disesuaikan dengan yang biasa digunakan Ditjen Perkeretaapian.
(c) Grid beserta harganya, digambarkan dengan ketentuan sebagai berikut:
 Grid 100 m untuk skala 1: 1000
 Grid 200 m untuk skala 1: 2000
 Grid 500 m untuk skala 1: 5000
(d) Pada tiap lembar peta situasi harus dicantumkan hal-hal sebagai berikut:
 Tahun survey
 Skala garis
 Arah Utara
 Legenda
(e) Pada tiap lembar peta, harus dibuat daftar koordinat semua titik triangulasi
dan atau semua Bench Mark yang terdapat pada lembar tersebut. Khusus
untuk ketinggian, harus dicantumkan harga ketinggian atas tanah dan
ketinggian atas patok.
(f) Tiap interval 4 garis kontur dibuat 1 garis kontur tebal dengan angka
ketinggian yang bulat.
(g) Untuk keperluan interpolasi kontur, maka semua data ketinggian (atas tanah)
titik triangulasi, Bench Mark dan titik detail lainnya harus dituliskan.

b) Survey Geologi Teknik / Penyelidikan Tanah


(1) Sondir
Dilakukan di setiap lokasi di sekitar jembatan atau interval rata-rata 1.000 m
sepanjang lokasi pekerjaan) dengan ketentuan:

 Dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras dengan


menggunakan Dutch Cone Penetration Test type 2 ton sampai kedalaman
maksimum 30 meter atau sampai kedalaman lapisan tanah dengan tekanan
konus 200 kg/cm2.
 Pembacaan tekanan konus dan hambatan lekat dilakukan tiap interval 20
cm.
 Dibuat photo dokumentasi dan sketsa lokasi titik pekerjaan.
 Semua perhitungan-perhitungan (Analisis/Interpretasi/Grafik/) harus dibuat
dan dilampirkan pada laporan.
(2) Bor Tangan.
Pekerjaan ini dilakukan untuk mengambil contoh tanah dan deskripsi lapangan
dengan dengan ketentuan:

 Dilakukan dengan memakai mata bor ("Iwan Auger" atau sejenisnya) sampai
kedalaman 10 meter atau sampai tidak dapat ditembus lagi.
 Pekerjaan bor tangan ini dilakukan pada awal dan akhir daerah survai serta
pada tiap interval 1000 meter sepanjang lokasi pekerjaan.
 Pengambilan contoh tanah tak terganggu, dilakukan minimal 2 buah tabung
per titik bor.
 Dilakukan diskripsi jenis tanah untuk setiap lokasi bor dan dibuat dalam
suatu bor log.
 Semua perhitungan-perhitungan (Analisis/Interpretasi/Grafik/) harus dibuat
dan dilampirkan pada laporan.
(3) Bor Mesin
 Dilakukan pada sekitar lokasi pangkal jembatan dan atau pilarjembatan,
masing-masing minimal 1 titik;
 Dilakukan sampai kedalaman maksimum 30 m atau sampai didapat SPT nilai
> 60 dengan kedalaman/ketebalan lapisan minimal 6 m;
 Pengujian standart penetration Test (SPT) setiap interval kedalaman 3 m atau
sampai ada perubahan lapisan tanah;
 Dilakukan diskripsi jenis tanah untuk setiap lokasi bor yang dibuat dalam
suatu borlog, memuat antara lain, jenis dan sifat tanah, kedalaman, muka air
tanah, dan nilai SPT;
 Pengambilan contoh asli minimal 5 (lima) sample tiap titik lubang bor atau
sesuai perubahan jenis tanah.
 Semua perhitungan-perhitungan hasil analisis, interpretasi termasuk grafik
yang dibuat harus dilampirkan pada laporan.
(4) Tes pit
 Dilakukan untuk mengetahui jenis dan tebal lapisan dengan lebih jelas untuk
bahan timbunan pada daerah sumber galian tanah (quarry) rencana.
 Pekerjaan tes pit dilakukan dengan penggalian secara manual dilokasi quarry
rencana, minimal 1.50 m x 1.50 m dengan kedalaman 3 m – 5 m
 Deskripsi setiap lapisan tanah harus dibuat dengan jelas dan disusun dalam
‘log of pit’,dilengkapi dokumentasi pada tiap lokasi.
 Pekerjaan Test Pit dilakukan dengan cara menggali secara manual di lokasi
rencana quarry untuk di ambil contoh tanahnya, yang kemudian dibawa ke
laboratorium untuk pengujian lebih lanjut.
 Contoh tanah yang diambil perlokasi masing-masing 1 sample untuk
kemudian dilakukan pengujian laboratorium, yang meliputi:
No Jenis Pengujian Standar

Compaction Test:
1 (SNI 03 - 1743 - 1989)
 Kadar Air Optimum
 γdry
2 CBR Lab (Soaked)

3 Atteberg Limit (SNI 03-1967 / 1966 - 1990)

4 Grain Size Distribution (SNI 03 - 3423 - 1994)

5 Berat Jenis (03 - 1964 - 1990)

6 Triaxial UU Test (03 - 2455 - 1991)

 Pekerjaan Tes Pitini dilakukan disekitar/terdekat lokasi kegiatan, dengan


memperkirakan ketersediaan bahan galian, setidaknya setiap 10 km
dilakukan pekerjaan minimal 1 titik tes pit pada quarry rencana.
(5) Pengujian Tanah
Dilaksanakan masing-masing 2 sample untuk tiap titik bor, dengan
ketentuan/kesetaraan standar pengujian .

Semua perhitungan-perhitungan (Analisis/Interpretasi/Grafik/) harus dibuat dan


dilampirkan pada laporan.
c) Survey Hidrologi dan hidrolika
Survey ini dilakukan untuk melengkapi parameter-parameter detail desain jalur
kereta api (sistem drainase) termasuk jembatan dan bangunan pelengkap, hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah:

(1) Analisa Data Curah Hujan


 Data curah hujan di peroleh dari beberapa stasiun (pengamat) hujan yang
lokasinya paling mendekati dengan lokasi kegiatan.
 Data curah hujan yang diperoleh minimal data 10 tahun terakhir secara
berturut-turut, sebagai dasar perhitungan debit.
 Analisa hujan rata-rata dapat dilakukan dengan metode yang umum seperti
metode rata-rata hitung (aljabar), metode thiessen dan atau meode isohyet.
Metode-metode yang digunakan sebaiknya di sesuaikan dengan kondisi
lapangan.
 Apabila terdapat kekosongan data pada salah satu stasiun hujan, maka
diperlukan suatu metode pendekatan untuk memperkirakan data hujan yang
kosong tersebut, dengan membandingkan dengan minimal dua stasiun hujan
terdekat pada tahun yang sama, metode yang sering digunakan antara lain
metode aljabar dan atau metode perbandingan normal.
 Data-data hujan dari stasiun hujan agar dilakukan pengujian konsistensi
(lengkung massa ganda), untuk mengetahui apakah terjadi perubahan
lingkungan atau perubahan cara menakar. Apabila terjadi ketidak-
konsistenan, maka data-data hujan tersebut harus dilakukan koreksi.
(2) Karakteristik daerah aliran sungai
 Melakukan identifikasi/analisa terhadap kondisi/situasi daerah aliran sungai,
dilokasi kegiatan, baik dari peta topografi maupun dari hasil pemeriksaan
langsung.
 Survei wawancara dengan warga sekitar terkait histori banjir yang pernah
terjadi pada lokasi kegiatan.
 Proses analisa juga harus memperhatikan data curah hujan dari BMKG,
intensitas curah hujan, kemiringan lahan, tata guna lahan, limpasan/run of
dan hal-hal lain sebagai pertimbangan dalam perencanaan desain.
(3) Analisa Frekuensi Data Hidrologi
 Periode ulang yang digunakan adalah 50 tahun.
 Distribusi frekuensi hujan dilakukan dengan beberapa metode seperti
metode distribusi gumbel, metode distribusi log normal dan metode
distribusi log pearson tipe III.
 Uji kesesuaian distribusi dilakukan dengan cara uji smirnov kolmogorof atau
cara uji chi square.
(4) Analisa Debit Banjir Rencana
 Analisa debit banjir rencana dilakukan berdasarkan data curah hujan
dan/atau berdasarkan data debit aliran sungai.
 Metode yang digunakan dalam analisa debit banjir menggunakan metode
yang sudah umum seperti menggunakan metode empiris dan/atau metode
hidrograf satuan. Perhitungan agar dilakukan dengan beberapa metode dan
diambil hasil perhitungan debit banjir yang terbesar.
(5) Analisa Hidrolika
 Analisa hidrolika menggunakan program (software) dengan metode,
parameter serta asumsi berdasarkan data dan teori yang benar.
 Apabila sungai berada di dekat muara (laut), agar memperhitungkan back
water efect, yang mungkin terjadi.
 Hasil/keluaran dari program (software), minimal memuat muka air normal,
muka air banjir dan limpasan/run of (baik pada kondisi eksisting dan pada
kondisi setelah normalisasi).

d) Stasiun Kereta Api


 Analisa umur stasiun KA dan mengkaji kelayakan operasional
 Heritage (koordinasi dengan dinas terkait)
 Mengevaluasi kebutuhan luasan stasiun terhadap barang yang akan diangkut
(bangkitan orang dan barang)

c. Kegiatan Desain
1) Peraturan dan standar pada kegiatan desain
Dalam kegiatan detail desain ini konsultan melakukan perhitungan-perhitungan teknis
yang mengacu dari referensi dan peraturan yang berlaku antara lain:

 PM No. 60 tahun 2012, tentang persyaratan teknis jalur kereta api,


 PM No. 33 tahun 2011, tentang jenis, kelas dan kegiatan di stasiun kereta api,
 PM No. 36 tahun 2011, tentang perpotongan dan atau persinggungan antar jalur
kereta api dengan bangunan lain.
 PM No. 10 tahun 2011, tentang persyaratan teknis peralatan persinyalan
perkeretaapian
 Peraturan Dinas No. 10;
 Peraturan Dinas No.10 C, tentang Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia (PBJRI);
 Rencana Pembebanan 100 % RM. 1921;
 AVBP 1932;
 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).
 Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Bina Marga, tentang BMS 6 – M.21, Panduan
Perencanaan Teknik Jembatan – 26 Nov 1992;
 Peraturan-peraturan lain yang terkait.

2) Lingkup Rancangan Teknis


Berdasarkan hasil pekerjaan survey sekunder dan primer, selanjutnya penyedia jasa
mengevaluasi dan membuat desain awal mencakup beberapa alternatif lengkap dengan
perkiraan biaya secara kasar, kemudian didiskusikan dengan pemberi tugas. Setelah
disepakati alternatif yang paling menguntungkan, penyedia jasa melakukan perhitungan-
perhitungan teknis termasuk pembuatan gambar rancangan. Kegiatan rancangan teknis
mencakup hal-hal sebagai berikut:

 Detail desain jalur kereta api yang meliputi desain alinyemen horizontal dan
alinyemen vertikal.
 Detail desain struktur bangunan atas dan bangunan bawah jalan rel.
 Kajian pola operasi kereta api
 Detail desain stasiun layout (skema rancangan emplasemen)
 Detail desain Bangunan Hikmat (box culvert, gorong-gorong, saluran terbuka,
jembatan rasuk, buis beton/besi, siphon, talang airdan jembatan bentang > 10 m).
 Detail desain sistem drainase baik di emplasemen maupun di jalur kereta api
rencana.
 Basic design bangunan perpotongan tidak sebidang dengan jalan (perlintasan).
 Basic desain stasiun dan fasilitas operasional.
 Detail desain tembok penahan atau perkuatantanah (bilamana diperlukan)
 Gambar desain teknis

3) Ketentuan umum desain


Dalam Pelaksanaan rancangan detail desain jalur kereta api yang harus dibuat setidaknya
memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a) Lebar dan jarak jalan rel


 Lebar jalan rel : 1067 mm
 Jarak minimum antar as jalan rel adalah 4,00 m sedangkan pada lengkung di
sesuaikan dengan radius lengkung (bilamana perencanaan jalur ganda)
b) DiEmplasemen jarak minimun antar as jalan rel kereta api utama adalah 5,20 m.
c) Kecepatan dan Beban Gandar
 Kecepatan Rencana :120 km/jam.
 Kecepatan di Emplasemen (siding track) :45 km/jam.
 Beban Gandar :18 ton.
d) Geometri Jalan
 Jari-jari lengkung horizontal (R) sedapat mungkin ≥ 800 m.
 Pada lintas datar, kelandaian jalan rel kereta api pada petak jalan, antara 0 ‰ -
10 ‰
 Khusus pada lintas pengunungan, kelandaian jalan rel pada petak jalan dapat
dibuat > 10 ‰ sampai dengan maksimum 40 ‰
 Kelandaian maksimum di emplasemen adalah 1,5 ‰.
e) Kelas Jalan
 Jenis rel yang digunakan untuk jalan kelas I adalah R.54 dengan karakteristik dan
spesifikasi yang memenuhi ketentuan berlaku.
 Alat penambat rel tipe elastis dengan persyaratan bahan sesuai dengan
Peraturan Bahan Jalan Rel atau Peraturan yang berlaku.
f) Jembatan dan bangunan pelengkap yang harus dibuat setidaknya memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
 Struktur bangunan pelengkap sedapat mungkin dipilih tipe yang memerlukan
pekerjaan pemeliharaan seminimal mungkin (misalnya : struktur beton
bertulang).
 Desain sedapat mungkin dibuat secara tipikal.
 Penentuan dimensi dan elevasi dilakukan berdasarkan kajian dan perhitungan
hidrologi dan hidrolika.

4) Penggambaran Hasil Desain


a) Gambar desain jalan rel dibuat diatas kertas berukuran A3, terdiri atas :
 Gambar situasi dengan skala 1 : 1000 dan interval garis 0,5 m – 1,0 m.
 Gambar / peta batas tanah (Groundkaart/Rumaja/Rumija) dan rencana
pembebasan tanah dengan skala 1 : 1000 (jika diperlukan)
 Profil memanjang :
o skala horizontal=1:1000
o skala vertikal=1:100
 Profil melintang :
o skala horizontal = 1 : 200
o skala vertikal = 1 : 100
 Grid beserta harganya, digambarkan dengan ketentuan sebagai berikut :
o Grid 100 m untuk skala 1 : 1000
o Grid 200 m untuk skala 1 : 2000
o Grid 500 m untuk skala 1 : 5000
 Ada tiap lembar peta situasi harus dicantumkan hal-hal sebagai berikut :
o Tahun survey,
o Skala garis,
o Arah Utara,
o legenda.
 Pada tiap lembar peta, harus dibuat daftar koordinat semua titik triangulasi dan
atau semua Bench Mark yang terdapat pada lembar tersebut. Khusus untuk
ketinggian, harus dicantumkan elevasi / ketinggian atas tanah dan ketinggian
atas patok.
 Tiap interval 4 garis kontur dibuat 1 garis kontur tebal dengan angka ketinggian
yang bulat.
 Untuk keperluan interpolasi kontur, maka semua data ketinggian (atas tanah)
titik triangulasi, Bench Mark dan titik detail lainnya harus dituliskan.
b) Gambar desain jembatan dan bangunan pelengkap lainnya dibuat diatas kertas
berukuran A3, terdiri atas :
 Gambar situasi dengan skala 1 : 100 s/d 1 : 200 dan interval garis kontur 0,5 m –
1,0m.
 Gambar / peta batas tanah (Groundkaart/Rumaja/Rumija) dan rencana
pembebasan tanah dengan skala 1 : 100 s/d 1 : 200 (jika diperlukan)
 Profil memanjang:
o skala horizontal = 1 : 100
o skala vertikal = 1 : 100
 Profil melintang:
o skala horizontal = 1 : 100
o skala vertikal = 1 : 100
 Gambar detail struktur = 1 : 20 dan 1 : 50
 Ada tiap lembar peta situasi harus dicantumkan Tahun survey,Skala garis,Arah
Utara,legenda.
 Pada tiap lembar peta, harus dibuat daftar koordinat semua titik triangulasi dan
atau semua Bench Mark yang terdapat pada lembar tersebut. Khusus untuk
ketinggian, harus dicantumkan elevasi / ketinggian atas tanah dan ketinggian
atas patok.
 Tiap interval 4 garis kontur dibuat 1 garis kontur tebal dengan angka ketinggian
yang bulat.
 Untuk keperluan interpolasi kontur, maka semua data ketinggian (atas tanah)
titik triangulasi, Bench Mark dan titik detail lainnya harus dituliskan.
c) Gambar basic desain stasiun berupa gambar situasi, layout stasiun dan peron serta
tampak muka, belakang dan samping dibuat diatas kertas berukuran A3.
d) Gambar Fasilitas operasi berupa layout sinyal dan layout pola operasi dibuat diatas
kertas berukuran A3.

5) Pembuatan Dokumen-dokumen
 Pembuatan Dokumen pelelangan;
 Pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Perhitungan Volume Pekerjaan (BOQ)
termasuk analisa harga satuan upah dan bahan untuk seluruh pekerjaan;
 Pembuatan Rencana Kerja dan Syarat (RKS) serta Spesifikasi Teknis.
5 JADWAL KEGIATAN
a. Waktu pelaksanaan kegiatan
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan ini selama Tiga bulan
Kalender, terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

b. Matrik pelaksanaan kegiatan


TAHUN 2019

No Uraian Pekerjaan 1 2 3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Mobilisasi

2 Pelaksanaan Pekerjaan

a. Laporan Pendahuluan

b. Laporan Antara

c. Konsep Laporan Akhir

d. Laporan Akhir

6 Laporan
a. Laporan Pendahuluan
Memuat hal-hal sebagai berikut :

 Uraian secara umum mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi,waktu
pelaksanaan termasuk gambaran lingkup pekerjaan.
 Struktur organisasi tim pelaksana.
 Hasil analisa terhadap studi yang pernah dilaksanakan, data sekunder dan kebutuhan
operasi kereta api.
 Hasil koordinasi dengan pihak-pihak terkait antara lain Ditjen Perkeretaapian yang
berkaitan dengan Perencanaan, lalu lintas dan angkutan, prasarana, sarana keselamatan,
PT KAI, PSDA, Bappeda, Dinas Tata Ruang, dan lain-lain.
 Identifikasi kendala yang mungkin terjadi dan rekomendasi.
 Pendekatan teknis terhadap hasil survey sekunder, metodologi pelaksanaan pekerjaan
termasuk identifikasi kendala yang mungkin dapat terjadi.
 Review Studi Kelayakan kegiatan terkait
 Hasil kemajuan pekerjaan dibuat dalam bentuk Bar chart dan S- Curve.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak SPMK diterbitkan,
sebanyak 5 (lima) rangkap.

b. Laporan Antara.
Memuat hal – hal sebagai berikut :
 Rancangan jalur KA dari titik awal sampai dengan titik akhir dalam skala tertentu,yang
memuat:
o titik koordinat (x,y,z);
o letak stasiun;
o alinyemen horizontal dan / atau vertikal;
o Lokasi rencana jembatan;
o perkiraan kebutuhan lahan.
 Hasil kajian rencana pola operasi kereta api;
 Hasil kajian keterpaduan inter dan antar moda yang sesuai dengan wilayah studi.
 Hasil analisa survey sekunder maupun primer dan menentukan Kriteria desain.
 Hasil koordinasi dengan pihak-pihak terkait antara lain Ditjen Perkeretaapian yang
berkaitan
 Identifikasi kendala yang mungkin terjadi dan rekomendasi.
 kemajuan pekerjaan dibuat dalam bentuk Bar chart dan S-Curve.
 Buku hasil pelaksanaan pekerjaan survey primer seperti, survey topografi, Survey
Hidrologi/Hidrolika dan survey geologi teknik / Penyelidikan tanah
Laporan ini harus diserahkan selambat-lambatnya 3 (tiga ) bulan sejak SPMK diterbitkan,
sebanyak 5 (lima) rangkap.

c. Konsep Laporan Akhir


Memuat hal-hal sebagai berikut:

 Hasil detail desain


 Hasil perhitungan volume dan biaya
 Hasil kemajuan pekerjaan dibuat dalam bentuk Bar chart dan S – Curve
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 7 (tujuh) bulan sejak SPMK diterbitkan
sebanyak 5 (lima) rangkap.

d. Laporan Akhir
Laporan akhir memuat perbaikan/koreksi atas konsep laporan akhir sesuai dengan hasil
pembahasan dengan Pemberi Tugas. Bersama laporan ini harus diserahkan juga gambar asli
dan detail lengkap.

Dalam penyampaian Laporan akhir agar disertakan laporan teknik yang merupakan
kelengkapan yang berisi antara lain :

 Buku Laporan Akhir


 Buku Executive summary
 Buku Laporan Teknik Desain.
 Buku Album Gambar Perencanaan jalur kereta api, terdiri dari :
o Alinyemen horizontal jalur kereta api diatas topografi termasuk peta pembebasan
tanah (bila dibutuhkan pembebasan tanah).
o Alinyemen vertical jalur kereta api
o Profil melintang
o Stasiun layout (skema rancangan emplasemen)
o Detail desain Jembatan,
o Bangunan pelengkap lain (Tembok penahan tanah termasuk Konstruksi Perlindungan
atau perkuatan talud/tebing).
 Buku BOQ, RAB termasuk AHS
 Buku Dokumen Pelelangan

Laporan Akhir diterbitkan, sebanyak 5 (lima) ) rangkap termasuk softcopy keseluruhan


laporan,yang disimpan/direkam dalam flashdisk.

Anda mungkin juga menyukai