Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

HEAT TREATMENT
ANALISIS PERBANDINGAN
NILAI KEKERASAN PADA MATERIAL AMUTIT
DENGAN BERBAGAI JENIS QUENCHANT

DISUSUN OLEH :
FARHAN ZIKRI ADRIAN
4215010030

TEKNIK MANUFAKTUR
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3


DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. 3
DAFTAR TABEL .................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3
I.1. Latar Belakang ......................................................................................... 3
I.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
I.3. Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB II DASAR TEORI ......................................................................................... 4
II.1. Hardening ................................................................................................. 4
II.2. Amutit ....................................................................................................... 5
II.3. Oli ............................................................................................................. 5
II.4. Uji Keras Rockwell ................................................................................... 6
BAB III METODELOGI ........................................................................................ 8
III.1. Tempat dan Waktu Pengerjaan ................................................................. 8
III.2. Alat dan Bahan ......................................................................................... 8
III.3. Langkah Pengerjaan ................................................................................. 8
BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA ............................................. 11
IV.1. Perbandingan Kekerasan Amutit Awal dan Kekerasan Amutit Setelah di
Hardening ......................................................................................................... 11
IV.2. Perbandingan Kekerasan Amutit Seteleh di-Hardening terhadap Jenis
Quenchant ......................................................................................................... 12
IV.3. Pengaruh Hardening terhadap Kekerasan Material ............................... 14
BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ 15
V.1. Kesimpulan ............................................................................................. 15

1
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hasil Stemping Amutit dengan Quenchant Oli ..................................... 9


Gambar 2. Grafik Perbandingan Kekerasan Awal dan Akhir ............................... 12
Gambar 3. Grafik Perbandingan Nilai Kekerasan pada Amutit yang Telah Di-
Hardening .............................................................................................................. 13

DAFTAR ISI

Tabel 1. Rockwell Hardness Scales ........................................................................ 7


Tabel 2. Nilai Kekerasan Amutit Awal ................................................................. 11
Tabel 3. Nilai Kekerasan Amutit Setelah di-Hardening ....................................... 11
Tabel 4. Nilai Kekerasan Amutit Setelah di-Hardening dengan Quenchant Air .. 12
Tabel 5. Nilai Kekerasan Amtutit Setelah di-Hardening dengan Quenchant Air
Garam .................................................................................................................... 13
Tabel 6. Nilai Kekerasan Amtutit Setelah di-Hardening dengan Quenchant Oli . 13

2
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Heat Treatment merupakan proses pengubahan sifat logam,
terutama baja, melalui pengubahan struktur mikro dengan cara pemanasan
dan pengaturan laju pendinginan. Heat treatment merupakan mekanisme
penguatan logam dimana logam yang akan kita ubah sifatnya sudah berada
dalam kondisi solid. Dalam heat treatment kita memanaskan spesimen
sampai dengan temperature austenisasinya. Dalam pengujian ini hanya
dilakukan untuk menentukan kekerasan dari suatu material. Kekerasan
sendiri adalah suatu sifat mekanis yang berkaitan dengan kekuatan
(strength) dan merupakan fungsi dari kandungan karbon dalam
logam. Pembentukan sifat-sifat dalam baja tergantung pada kandungan
karbon, temperatur pemanasan, sistem pendinginan, serta bentuk dan
ketebalan bahan.
I.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses heat treatment ?
2. Bagaimana pengaruh proses heat treatment terhadap kekerasan
material ?
3. Berapa kekerasan awal material yang digunakan ?
4. Berapa kekerasan material setelah di-heat treatment ?
I.3. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh proses heat treatment terhadap kekerasan
material.
2. Mengetahui proses heat treatment.
3. Mengetahui perbedaan kekerasan dari suatu material sebelum dan
sesudah proses heat treatment.
4. Mengetahui pengaruh pendingin terhadap kekerasan material dengan
media air garam, air dan oli.

3
BAB II
DASAR TEORI

II.1. Hardening
Perlakuan panas atau heat treatment merupakan proses mengubah
sifat mekanik (terutama kekerasan, keuletan, dan ketangguhan) dari
material (logam) dengan memodifikasi struktur mikro melalui proses
pemanasan dan pengaturan laju pendinginan. Pada akhir proses ini terjadi
pengubahan struktur mikro tanpa adanya pengubahan komposisi dari
material.
Penentuan temperatur pemanasan dan laju pendinginan yang
diberikan pada logam, sehingga diperoleh sifat mekanik dan struktur mikro
yang diinginkan, berpendoman pada diagram fasa. Proses pemanasan dalam
laku panas tidak boleh mencapai temperatur melting (garis solidus).
Proses perlakuan panas sangat penting untuk dilakukan mengingat
fakta hampir semua komponen teknik yang terbuat dari logam memerlukan
paling tidak satu tahap/siklus perlakuan panas agar diperoleh sifat mekanis
yang diperlukan. Proses ini biasanya diterapkan mendekati suatu pada tahap
akhir dari proses produksi logam. Misalnya adalah barang hasil forging,
casting, pressing, dan pabrikasi perlu dilakukan laku panas sebelum
dilakukan proses permesinan.
Adapun tujuan dari perlakuan panas ini adalah :
1. Melunakkan.
2. Menghilangkan tegangan sisa .
3. Menghomogenkan yaitu untuk mendapatkan komposisi kimia yang
seragam di setiap bagian material melalui difusi unsur-unsur.
4. Meningkatkan ketangguhan (toughness).
5. Memperkeras.
6. Meningkatkan ketahanan gesek (wear resistance) permukaan logam.
Hardening biasanya dilakukan untuk menghasilkan baja dengan
kekerasan dan kekuatan yang baik. Proses hardening akan mengakibatkan
perubahan struktur kristal dari BCC (body center cubic) menjadi FCC (face

4
center cubic). Perlakuan panas hardening terdiri atas dua tahap utama yaitu
austenisasi dan quenching. Austenisasi merupakan pemanasan baja hingga
temperatur austenitisasi lalu ditahan selama beberapa menit (biasanya 15-
45 menit). Setelah penahanan pada temperatur austenitisasi baja kemudian
didinginkan dalam sebuah media pendingin, atau yang lebih dikenal dengan
quenching. Struktur mikro yang terbentuk setelah proses hardening
biasanya terdiri atas karbida, austenit sisa, dan untempered martensite.
II.2. Amutit
Amutit merupakan baja paduan, termasuk kelompok Cold work Tool
Steel, yang diproduksi oleh perusahan Bohler Jerman. Mempunyai
kekerasan 18,7 HRc dan kekuatan tarik 677 N/mm2. Amutit mempunyai
sifat mampu mesin yang baik sehinga banyak dipilih sebagai bahan untuk
tools. Baja ini dapat ditingkatkan kekerasannya melalui proses quenching
dengan oli sehingga memungkinkan digunakan untuk keperluan industri
sebagai baja perkakas pengerjaan dingin seperti dies, punch,serta keperluan
lain. Hardening dan tempering adalah salah suatu proses yang digunakan
untuk mengubah sifat mekanik baja. Komposisi kimia yang terkandung di
dalam Amutit sebagai berikut :
 Carbon (C) : 0,85%
 Silicon (Si) : 0,25 %
 Manggan (Mn) : 1,10 %
 Chrom ( Cr) : 0,55 %
 Vanadium (V) : 0,10%
 Wolfram (W) : 0,55%
Standar bahan yang sesuai dengan bahan Amutit sebagai berikut :
 DIN : 1.2510100MnCrW4
 AISI : 01
 BS : BO1
 JIS : SKS 3
II.3. Oli
Oli sebagai media pendingin lebih lunak jika dibandingkan dengan
air. Oleh karena itu medium oli tidak menghasilkan baja sekeras yang

5
dihasilkan pada medium air. Pendinginan lambat bertujuan agar didapat
struktur mikro yang lebih stabil dikarenakan perubahan bentuk butir terjadi
secara perlahan, sehingga menghasilkan baja yang lunak dan ulet. Oli atau
biasa disebut dengan pelumas berfungsi sebagai pendingin, dimana pelumas
tersebut mampu menghilangkan panas yang dihasilkan baik dari gesekan
atau sumber lain seperti pembakaran atau kontak dengan zat tinggi.
Perubahan suhu dan oksidatif material akan menurunkan efisiensi pelumas
(Sukirno, 2010).
II.4. Uji Keras Rockwell
Uji keras merupakan pengujian yang paling efektif karena dengan
pengujian ini, kita dapat dengan mudah mengetahui gambaaran sifat
mekanis suatu material. Meskipun pengukuran hanya dilakukan pada suatu
titik, atau daerah tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk
menyatakan kekuatan suatu material. Dengan melakukan uji keras, material
dapat dengan mudah di golongkan sebagai material ulet atau getas.
Hardness ( kekerasan ) dari karet adalah perlawanan dari permukaan
karet terhadap penetrasi dari beban dengan berat tertentu dan ujungnya
berbentuk bola atau kerucut.
Pada cara rockwell pengukuran langsung dilakukan oleh mesin, dan
mesin langsung menunjukan angka kekerasan dari bahan yang di uji. Cara
ini lebih cepat dan lebih akurat. Pada cara rockwell yang normal, permukaan
logam yang di uji di tekan oleh indentor dengan gaya tekan 10 kg, beban
awal (minor load Po) sehinga ujung indikator menembus permukan sedalam
h.
Selama itu penekanan di teruskan dengan memberikan beban utama
di lepas; hanya tinggal beban awal pada saat ini kedalaman penetrasi ujung
indentor adalah Dengan cara rokwell dapat digunakan beberapa skala
tergantung pada kombinasi jenis indentor dan besar beban utama yang
digunakan. Macam skala dan jenis indentor serta besar beban utama dapat
dilihat pada tabel berikut :

6
F0 F1 F
Scale Indentor E Jenis Material Uji
(kgf) (kgf) (kgf)
A Diamond cone 10 50 60 100 Exremely hard materials, tugsen carbides, dll
B 1/16" steel ball 10 90 100 130 Medium hard materials, low dan medium carbon
steels, kuningan, perunggu, dll
C Diamond cone 10 140 150 100 Hardened steels, hardened and tempered alloys
D Diamond cone 10 90 100 100 Annealed kuningan dan tembaga
E 1/8" steel ball 10 90 100 130 Berrylium copper,phosphor bronze, dll
F 1/16" steel ball 10 50 60 130 Alumunium sheet
G 1/16" steel ball 10 140 150 130 Cast iron, alumunium alloys
H 1/8" steel ball 10 50 60 130 Plastik dan soft metals seperti timah
K 1/8" steel ball 10 140 150 130 Sama dengan H scale
L 1/4" steel ball 10 50 60 130 Sama dengan H scale
M 1/4" steel ball 10 90 100 130 Sama dengan H scale
P 1/4" steel ball 10 140 150 130 Sama dengan H scale
R 1/2" steel ball 10 50 60 130 Sama dengan H scale
S 1/2" steel ball 10 90 100 130 Sama dengan H scale
V 1/2" steel ball 10 140 150 130 Sama dengan H scale
Tabel 1. Rockwell Hardness Scales

7
BAB III
METODELOGI

III.1. Tempat dan Waktu Pengerjaan


Pengerjaan ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Jakarta selama tiga minggu, yaitu dari tanggal 10
November 2017 sampai 24 November 2017.
III.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pengerjaan heat treatment
antara lain :
1. Kikir kasar
2. Ragum
3. Amplas kasar (100)
4. Satu bar amutit
5. Oli
6. Oven
7. Metal stamping set
8. Palu
9. Sarung Tangan
III.3. Langkah Pengerjaan
1. Preparasi
Benda kerja yang didapat (Amutit) diratakan dan dihaluskan terlebih
dahulu sebelum di uji keras. Perataan permukaan menggunakan kikir
kasar dan amplas 120.
2. Stemping
Stemping dilakukan untuk memberi tanda pada spesimen karena. Benda
kerja amutit diberi tanda “AM” dan quenchant oli diberi tanda “O”.
Penandaan diberikan pada selimut tabung spesimen.

8
Gambar 1. Hasil Stemping Amutit dengan Quenchant Oli
3. Uji Keras Awal
Benda kerja yang telah selesai di preparasi kemudian di uji keras
menggunakan indentor kerucut intan. Proses ini bertujuan mendapatkan
nilai kekerasan awal dari amutit. Uji keras ini dilakukan sebanyak lima
kali pada permukaan yang sama.
4. Pemanasan (Austenisasi)
Proses perlakuan panas austenisasi memiliki arti proses pemanasan
diatas suhu kritis agar mengubah struktur baja menjadi austenite.
Pemanasan dilakuan di oven dan temperatur dinaikkan hingga 950oC.
5. Holding
Holding dilakukan di dalam oven. Spesimen didiamkan didalam oven
pada suhu 950oC selama 10 menit.
6. Pendinginan Cepat (Quenching)
Quenching menggunakan quenchant oli.
7. Penghalusan dan Perataan Permukaan
Setelah memanaskan benda kerja hingga temperatur austenit dan sudah
di quenching maka permukaan spesimen perlu diratakan dan dihaluskan
kembali. Perataan dan penghalusan permukaan spesimen menggunakan
amplas kasar(100).
8. Uji Keras Akhir

9
Apabila permukaan spesimen telah rata dan halus, spesimen di ujikan
keras kembali dengan indentor kerucut intan. Uji keras ini dilakukan
sebanyak lima kali juga pada permukaan yang sama. Proses ini
bertujuan untuk mendapatkan nilai kekerasan baru dari amutit yang
telah di-heat treatment.

10
BAB IV
ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

IV.1. Perbandingan Kekerasan Amutit Awal dan Kekerasan Amutit


Setelah di Hardening
Nilai kekerasan Nilai Kekerasan
Uji ke- Tekanan
(HRC) Rata-Rata (HRC)
1 30,8
2 30,8
3 360 kgf 31,6 30,9
4 30,5
5 30,8
Tabel 2. Nilai Kekerasan Amutit Awal
Dari lima uji yang telah dilakukan didapat nilai rata-rata kekerasan
30,9 HRC.
Nilai kekerasan Nilai Kekerasan
Uji ke- Tekanan
(HRC) Rata-Rata (HRC)
1 51,8
2 52,7
3 360 kgf 51,6 52,36
4 51,6
5 54,1
Tabel 3. Nilai Kekerasan Amutit Setelah di-Hardening
Dari lima uji yang telah dilakukan didapat nilai rata-rata kekerasan
52,36 HRC.

11
Uji Keras Rockwell
52,7 54,1
51,8 51,6 51,6
55

Nilai Kekerasn (HRC)


50
45
40
35 30,8 30,8 31,6 30,5 30,8
30
1 2 3 4 5
Uji ke-

Nilai Awal Kekerasan (HRC)


Nilai Akhir Kekerasan (HRC)

Gambar 2. Grafik Perbandingan Kekerasan Awal dan Akhir


Berdasarkan grafik hasil dari uji keras, amutit mengalami
peningkatan kekerasan sebesar 21,46 HRC setelah mengalami hardening.
Perlakuan panas hardening terdiri atas dua tahap utama yaitu austenisasi
dan quenching. Austenisasi merupakan pemanasan hingga temperatur
austenit lalu di hold selama 10 menit. Setelah penahanan pada temperatur
austenitisasi baja kemudian didinginkan dalam sebuah media pendingin,
atau yang lebih dikenal dengan quenching.
IV.2. Perbandingan Kekerasan Amutit Seteleh di-Hardening terhadap
Jenis Quenchant
Nilai kekerasan Nilai Kekerasan
Uji ke- Quenchant
(HRC) Rata-Rata (HRC)
1 66,5
2 70,1
3 Air 68,6 67,2
4 63,7
5 67,1
Tabel 4. Nilai Kekerasan Amutit Setelah di-Hardening dengan Quenchant Air

12
Nilai kekerasan Nilai Kekerasan
Uji ke- Quenchant
(HRC) Rata-Rata (HRC)
1 55,4
2 53,1
3 Air Garam 57,2 54,52
4 50,1
5 56,3
Tabel 5. Nilai Kekerasan Amtutit Setelah di-Hardening dengan Quenchant Air
Garam

Nilai kekerasan Nilai Kekerasan


Uji ke- Quenchant
(HRC) Rata-Rata (HRC)
1 51,8
2 52,7
3 Oli 51,6 52,36
4 51,6
5 54,1
Tabel 6. Nilai Kekerasan Amtutit Setelah di-Hardening dengan Quenchant Oli

Perbandingan Kekerasan pada Amutit


yang Telah Di-Hardening
80
Nilai Kekerasan(HRC)

60

40

20

0
1 2 3 4 5
Uji Ke-

Quenchant Air Quenchant Air Garam Quenchant Oli

Gambar 3. Grafik Perbandingan Nilai Kekerasan pada Amutit yang Telah Di-
Hardening

Beradasarkan gambar 3, jenis quenchant yang menghasilkan


kekerasan paling tinggi pada material amutit adalah air dengan nilai
kekerasan rata-rata 67,2 HRC. Quenchant oli menghasilkan kekerasan
paling rendah dengan nilai kekerasan rata-rata 52,36 HRC. Dengan ini
disimpulkan bahwa oli memberikan kekerasan paling rendah dan semakin

13
tinggi viskositas fluida pendingin maka efisiensi quenchant dalam
mendinginkan material semakin rendah.
IV.3. Pengaruh Hardening terhadap Kekerasan Material
Ketika amutit dipanaskan pada suhu austenite (950oC), spesimen
akan mengalami penyerapan karbon. Ketika karbon terserap, maka
spesimen harus didinginkan dengan segera (quenching) untuk bisa
memperangkap struktur karbon pada bentuk barunya. Atom yang berusaha
kembali ke posisi semula akan menjadi sifat keras dari baja.
Jika spesimen didinginkan dengan cepat maka seluruh austenit akan
berubah ke dalam bentuk martensit sehingga akan dihasilkan kekerasan baja
yang maksimum. Nilai kekerasan bergantung pada komposisi kimia
spesimen dan quenchant.
Makin cepat proses quenching maka ukuran partikel akan makin
kecil dan membuat spesimen lebih keras. Pada praktikum kali ini amutit
akan di quenched dengan oli yang memiliki viskositas dan efisiensi yang
lebih kecil dari air sehingga hasil kekerasan akhir kurang maksimal
dibandingkan menggunakan quenchant air.

14
BAB V
KESIMPULAN

V.1. Kesimpulan
 Material yang digunakan pada praktikum heat treatment ini adalah
amutit.
 Quenchant yang digunakan adalah oli.
 Uji kekerasan menggunakan metode Rockwell menggunakan
indentor kerucut inton dengan beban 360 kgf dilakukan sebanyak
lima kali.
 Pemanasan dilakukan di oven pada temperatur 950oC dan di holding
selama 10 menit didalam oven.
 Didapat nilai kekerasan rata-rata awal amutit sebesar 30,9 HRC.
 Didapat nilai kekerasan rata-rata amutit setelah di hardening dengan
quenchant oli sebesar 52,36 HRC.
 Spesimen amutit mengalami kenaikan nilai kekerasan sebesar 21,46
HRC setelah di hardening menggunakan quenchant oli.
 Kenaikan kekerasan pada proses hardening dipengaruhi oleh
komposisi kimia dari spesimen dan jenis quenchant.
 Oli memiliki viskositas yang lebih tinggi dibandingkan air dan air
garam sehingga hasil kekerasan yang dihasilkan lebih rendah.
 Semakin tinggi viskositas fluida semakin kurang efektif dalam
mendinginkan material.

15

Anda mungkin juga menyukai