Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiratan Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
Rekayasa Ide dengan judul Efektif Teacher Untuk Pembelajaran Aktif Guna
Meningkatkan Kesungguhan Belajar Siswa untuk memenuhi tugas mata kuliah
BK Perkembangan ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga saya berterimakasih kepada Ibunda Prof. Dr. Rosmala Dewi, M.Pd.,
Kons selaku Dosen mata kuliah BK Perkembangan UNIMED yang telah
memberikan tugas ini kepada penulis. Penulis sangat berharap kiranya rekayasa
ide ini dapat bermanfaat bagi sekolah sebagai referensi program yang harus
dijalankan guna meningkatkan kesungguhan belajar siswa. Penulis juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam review book ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan rekayasa ide yang telah penulis buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga rekayasa ide sederhana ini dapat dipahami dan berguna bagi
siapapun yang membacanya terutama penulis. Sebelumnya penulis mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Medan, 1 Desember 2016

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Inventori Tugas Perkembangan (ITP) merupakan instrumen yang
digunakan untuk memahami tingkat individu. Instrumen ini dikembangkan
oleh Tim pengembang dari Universitas Pendidikan Indonesia (Sunaryo
Kartadinat,dkk.). Penyusunannya dimaksudkan untuk menunjang kegiatan
bimbingan dan konseling di sekolah.ITP disusun dalam bentuk empat buku
inventori, masing-masing untuk memahami perkembangan peserta didik di
tingkat SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi.
Dengan mengetahui tingkat pencapaian perkembangan siswa, diharapkan
konselor memiliki kesadaran bahwa program dan bimbingan dan konseling di
sekolah harus berdasarkan pada kebutuhan dan perkembangan siswa.
Pengembangan instrumen mengacu pada teori perkembangan diri dari
Loevinger yang terdiri dari tujuh tingkatan (Lee Knefelkamp, et.al., 1978 dan
Blocher, 1987 dalam Sunaryo Kartadinata, dkk., 2003).
Inventori tugas perkembangan telah diujicobakan kepada 336 siswa SD.
323 siswa SLTP, 313 siswa SLTA, dan 219 mahasiswa. Hasil sementara
menunjukkan tingkat reliabilitas dan validitas pada tingkat sedang. Hasil uji
coba menunjukkan bahwa makin tinggi tingkat konsistensi peserta didik
dalam menjawab, makin tinggi tingkat realibitasnya.Apabila dilihat dari
homogenitas peserta didik yang mengerjakan ITP, maka makin homogen,
reliabilitasnya semakin rendah. Artinya bila ITP diadministrasikan pada
kelompok heterogen dan peserta mengerjakan dengan sungguh-sungguh,
tingkat reliabilitas ITP akan tinggi.

1.2. Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diketahui tujuan dari
kegiatan ini adalah agar kita mengetahui hasil dari pengelolahan ATP, dan kita
dapat mengetahui butir-butir terendah dari sepuluh aspek perkembangan
siswa, dan bisa melakukan bimbingan dan konseling kepada siswa yang
mendapat delapan butir terendah. Juga mengetahui butir-butir tertinggi agar
dapat dimaksimalkan lebih lagi.

1.3. Manfaat Penulisan


Berdasarkan uraian diatas maka adapun manfaat yang diperoleh dari
kegiatan ini adalah, kita dapat mengetahui tugas perkembangan yang masih
perlu dikembangkan dan tahu memberikan layanan yang tepat dan dibutuhkan
oleh siswa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kerangka Pemikiran / Gambaran Umum


A. Konsep Dasar Inventori Tugas Perkembangan (ITP)

Inventori Tugas Perkembangan (ITP) merupakan instrumen yang


digunakan untuk memahami tingkat individu. Instrumen ini dikembangkan
oleh Tim pengembang dari Universitas Pendidikan Indonesia (Sunaryo
Kartadinat,dkk.). Penyusunannya dimaksudkan untuk menunjang kegiatan
bimbingan dan konseling di sekolah.ITP disusun dalam bentuk empak
buku inventori, masing-masing untuk memahami perkembangan peserta
didik di tingkat SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi.
Tingkatan perkembangan dalam ITP terdiri atas tujuh tingkatan, yaitu :

1. Tingkat implusif
Memiliki ciri-ciri memiliki identitas diri sebagai bagian yang terpisah dari
orang lain. pola perilaku menuntut dan bergantung pada
lingkungansebagai sumber ganjaran dan hukuman, serta berorientasi
sekarang (tidak berorientasi pada masa lalu atau masa depan). Individu
tidak menempatkan diri sebagai faktor penyebab perilaku.

2. Tingkat perlindungan diri


Memiliki ciri-ciri peduli terhadap kontroldan keuntungan yang dapat
diperoleh dari berhubungan dengan orang lain. Mengikuti aturan secara
oportunistik dan hedonistik (prinsip menyenangkan diri).Berpikir tidak
logis dan stereotip.Cenderung melihat kehidupan sebagai “zero-sum
game”. Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain dengan
lingkungan.

3. Tingkat konformistik
Memiliki ciri-ciri yang meliputi :
a. Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial,
b. Cenderung berpikir sterotip dan klise,
c. Peduli akan peraturan eksternal,
d. Bertindak dengan motif dangkal (untuk memperoleh pujian),
e. Menyamakan diri dalam ekspresi emosi,

4. Tingkat sadar diri


Memiliki ciri-ciri yang meliputi :
a. Mampu berfikir alternatif,
b. Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi,
c. Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada.

5. Tahap seksama
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bertindak atas dasar nilai internal,
b. Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan,
c. Mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri,
d. Peduli akan hubungan mutualistik.

6. Tingkat individualistik
Memiliki ciri-ciri meliputi :
a. Peningkatan kesadaran individualitas,
b. Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan
ketergantungan,
c. Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain,
d. Mengenal eksistensi perbedaan individual.

7. Tahap otonomi
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan,
b. Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun
orang lain,
c. Peduli akan paham abstrak seperti keadilan sosial,
d. Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan,
e. Peduli akan self-fulfillment (pemuasan kebutuhan diri).

Dalam ITP, ada 10 aspek yang diukur untuk siswa SD dan SLTP,
sementara untuk siswa SLTA dan perguruan tinggi ada 11 aspek, yaitu:
a. Landasan hidup religius
b. Landasan perilaku etis
c. Kematangan emosional
d. Kematangan intelektual
e. Kesadaran tanggung jawab
f. Peran sosial sebagai pria atau wanita
g. Penerimaan diri dan pengembangannya
h. Kemandirian perilaku ekonomis
i. Wawasan persiapan karier
j. Kematangan hubungan dengan teman sebaya
k. Persiapan diri untuk pernikahaan dan hidup berkeluarga
B. Peran dan Fungsi Konselor dalam ITP
Pada proses asasmen menggunakan InventoriTugas Perkembangan (ITP),
konselor memiliki peran dan fungsi sebagai berikut:
a. Perencana, yaitu mulai dari menetapkan tujuan pelaksanaan asesmen,
menetapkan peserta didik sebagai sasaran asesmen, menyediakan buku dan
lembar jawaban ITP sesuai jumlah peserta didik sasaran, dan membuat satuan
layanan asesmen ITP.
b. Pelaksana, yaitu memberikan verbal setting (menjelaskan tujuan, manfaat,
dan kerahasiaan data), memandu peserta didik dalam cara mengerjakan
sehingga dapat di pastikan seluruh peserta didik mengisinya dengan benar.
c. Melakukan pengolahan data kuantitatif mulai dari menghitung hasil
dengan menggunakan format yang spesifik, berdasarkan skor yang diperoleh
menetapkan tingkat pencapaian tugas perkembangan, membuat grafik 11
aspek perkembangan, serta membuat deskripsi analisis kualitatif pencapaian
tahap perkembangan dan aspek perkembangan dengan merujuk pada pedoman
yang ada.
d. Melakukan tindak lanjut dari hasil asesmen dengan membuat program
layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
peserta didik.

2.2. Metode Pelaksanaan


Penelitian yang peneliti lakukan menggunakan metode deskriptif yang
bertujuan untuk mendeskripsikan tugas perkembangan siswa. Adapun sampel
dari penelitian ini adalah siswa kelas VII-3 MTs. Al-Washliyah Tanjung
Morawa.
Berikut adalah langkah-langkah penelitian:
1. Menyiapkan Inventori Tugas Perkembangan Sekolah Menengah Pertama
beserta lembar jawaban
2. Mencari sekolah yang akan dilakukan obaservasi, dan meminta izin
3. Masuk kedalam kelas dan membagikan Inventori Tugas Perkembangan
serta memberikan arahan kepada siswa mengenai cara pengisiannya serta
menekankan kepada siswa untuk mengerjakannya dengan sungguh-
sungguh
4. Setelah selesai, maka semua data diinput kedalam aplikasi analisis tugas
perkembangan dan dianalisislah datanya
5. Data yang telah dianalisis kemudian dijadikan acuan untuk memperbaiki
dan menciptakan program-program sekolah yang dapat mendukung
perkembangan siswa
2.3. Pembahasan

Dari hasil kegiatan yang peneliti lakukan pada kelas VII-3 MTs. Al-
Washliyah, maka didapatlah delepan butir tertinggi dan delapan butir
terendah di kelas tersebut. Adapun data dari butir tertinggi dan terendah
tersebut adalah sebagai berikut:

8 Butir Tertinggi 8 Butir Terendah


1-2 landasan hidup religius belajar 4-4 kemampuan menilai
agama
6-2 Peranan Sosial sesuai jenis 1-3 landasan hidup religius
kelamin keimanan
1-4 Landasan Hidup Religius sabar 2-2 hormat kepada orang tua
3-4 kemampuan menjaga stabilitas 4-3 kemampuan membela hak
emosi pribadi
9-1 pemahaman jenis pekerjaan 8-4 tidak mengharapkan pemberian
orang lain
2-1 jujur 8-1 upaya menghasilkan uang
7-2 penerimaan kondisi mental 9-2 kesungguhan belajar
4-1 sikap kritis 7-1 penerimaan kondisi fisik

Berdasarkan data diatas maka perlulah pihak sekolah saling bekerjasama


guna meningkatkan dan mengembangkan tugas perkembangan siswa dengan
memfasilitasinya. Data diatas dapat dijadikan acuan penyusunan program.
Seperti, pada butir terendah diketahui bahwa keimanan siswa rendah, namun
siswa dominan menyukai pembelajaran agama (butir tertinggi). Maka
demikian, sekolah dapat membuat program “religi trip” dimana siswa dapat
melihat dengan nyata kekuasaan Tuhan. Jadi selain berjalan-jalan melihat
keindahan alam ciptaanNya, siswa juga harus disuguhkan pencerahan-
pencerahan dan ilmu-ilmu agama tentang keimanan dan langsung
mengimplementasikan bukti keimanannya.

Lalu mengenai kemampuan menilai, guru dapat membuat sistem


penilaian rekan sejawat yang nantinya lama-kelamaan akan menciptakan
siswa yang jadi mampu menilai. Pihak sekolah bisa membuat acara renungan
untuk siswa agar bisa menghormati orang tua dan orang yang lebih tua, serta
penerapan sopan santun disekolah. Guru juga pihak sekolah harus emmbuat
peraturan yang jelas serta memberi tahu mengenai hak dan kewajiban siswa
terhadap guru juga terhadap teman sebaya agar siswa dapat belajar membela
hak pribadi berdasarkan fakta.
Perlu diadakannya workshop kewirausahaan agar dapat meningkatkan
upaya penghasilan uang serta membuat siswa lebih mandiri jadi tidak lagi
mngharapkan pemberian orang lain, namun demikian apabila bisa maka pihak
sekolah dapat memberikan modal untuk siswa yang ingin mandiri berjualan
serta memberikan lapak dengan syarat dan ketentuan yang pihak sekolah
buat. Juga perlu diadakan workshop mengenai penerimaan diri terutama
kondisi fisk, mengenai penerimaan kondisi fisik bisa juga dilakukan study
wisata ke tempat orang-orang disabilitas agar siswa lebih mensyukuri
fisiknya sekarang.
BAB III

PENUTUPAN

3.1. Kesimpulan

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan di MTs. Al-


Washliyah Tanjung Morawa dengan sampel 30 siswa kelas VII-3.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat


disimpulkan bahwa ada delapan butir tertinggi tugas perkembangan yang
telah dilewati siswa seperti, landasan hidup religius belajar agama, peranan
sosial sesuai jenis kelamin, landasan hidup religius sabar, kemampuan
menjaga stabilitas emosi, pemahaman jenis pekerjaan, jujur, penerimaan
kondisi mental serta bersikap kritis. Namun adapula delapan butir terendah
siswa yang harus dikembangkan, seperti kemampuan menilai, landasan hidup
religius keimanan, hormat kepada orang tua, kemampuan membela hak
pribadi, tidak mengharapkan pemberian orang lain, upaya menghasilkan
uang, kesungguhan belajar serta terakhir penerimaan kondisi fisik.

3.2. Saran

Penulis menyarankan kepada semua pihak terkait pendidikan terkhusus


Dinas Pendidikan untuk lebih peduli terhadap tugas perkembangan siswa agar
siswa dapat berkembang secara menyeluruh. Agar siswa tidak mengalami
keterhambatan dalam hidupnya serta jadilah lulusan-lulusan sekolah adalah
anak-anak yang berkarakter. Penulis menyarankan kepada pihak sekolah
terutama kepala sekolah agar kiranya memberikan dukungan sistem untuk
guru Bimbingan dan Konseling agar dapat dengan mudah melakukan tes
perkembangan siswa. selain itu kepada guru Bimbingan dan Konseling untuk
terus belajar dan update mengenai bidang ilmunya agar dapat memberikan
layanan-layanan yang tidak tertinggal jaman serta mau untuk
mengimplementasikan ilmunya dengan ikhlas. Kepada semua guru diluar
guru Bimbingan dan Konseling agar kiranya bekerjasama dalam mengawasi
dan ikut mensukseskan program yang nantinya akan dikecanangkan oleh guru
Bimbingan dan Konseling juga buat orang tua agar tetap selalu memonitor
anak-anaknya serta memberikan edukasi-edukasi terkait tugas
perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA

Komalasari, Gantina. Dkk.2011. Asesmen Teknik Nontes dalam Perspektif BK


Komprehensif. Jakarta: PT Indeks.

Sudrajat, Akhmad. Inventori Tugas Perkembangan from


https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/04/inventori-tugas-
perkembangan/.

http://mozaik.inilah.com/read/detail/2211107/inilah-9-cara-meningkatkan-
kekuatan-iman#sthash.W4Nqf0yh.dpuf

Tim Peneliti Riset Unggulan Terpadu. 2002. Petunjuk Teknis Penggunaan


Inventori Tugas Perkembangan Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama. Bandung:UPI.

Anda mungkin juga menyukai