PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
2.1 Definisi
Ischialgia atau sciatika adalah nyeri yang menjalar (hipoestesia, parestesia
atau disastesia) ke bawah sepanjang perjalanan akar saraf ischiadicus.1.2
Ischialgia sebagai gejala nyeri yang timbul akibat perangsangan nervus
ischiadicus. Ischialgia sebagai nyeri yang berpangkal pada daerah
lumbosakralis yang menjalar ke pantat dan selanjutnya ke bagian
posterolateral tungkai atas, bagian lateral tungkai bawah, serta bagian lateral
kaki.1,2
Ischialgia adalah nyeri pada daerah tertentu sepanjang tungkai yang
merupakan manifestasi rangsangan saraf sensoris perifer dari nervus
iskhiadikus.1,2
Menurut Sidharta (1999) iskhialgia dibagi menjadi tiga yaitu : 5
1. Iskhialgia sebagai perwujudan neuritis iskhiadikus primer
Iskhialgia akibat neuritis iskhiadikus primer adalah ketika nervus
iskhiadikus terkena proses radang. Tanda dan gejala utama neuritis
iskhiadikus primer adalah nyeri yang dirasakan bertolak dari daerah
sakrum dan sendi panggul, tepatnya di foramen infra piriformis atau
incisura iskhiadika dan menjalar sepanjang perjalanan nervus
iskhiadikus dan lanjutannya pada nervus peroneus dan tibialis. Nyeri
tekan ditemukan pada incisura iskhiadika dan sepanjangspasium
poplitea pada tahap akut. Juga tendon archiles dan otot tibialis anterior
dan peroneus longus terasa nyeri pada penekanan. Kelemahan otot
tidak seberat nyeri sepanjang tungkai. Karena nyeri itu maka tungkai
di fleksikan, apabila diluruskan nyeri bertambah hebat. Tanda-tanda
skoliosis kompensatorik sering dijumpai pada iskhialgia jenis ini.
Diagnosa neuritis iskhiadikus primer ditetapkan apabila nyeri tekan
pada otot tibialis anterior dan peroneus longus. Dan pada neuritis
sekunder nyeri tekan disepanjang nervus iskhiadikus, tetapi di dekat
bagian nervus iskhiadikus yang terjebak saja. Timbul nyerinya akut
dan tidak disertai adanya nyeri pada punggung bawah merupakan ciri
neuritis primer berbeda dengan iskhialgia yang disebabkan oleh
problem diskogenik. Reflek tendon archiles dan tendon lutut biasanya
tidak terganggu.
2
2. Iskhialgia sebagai perwujudan entrapment radikulitis atau radikulopati
. Pada iskhialgia radikulopati merupakan akibat dari jebakan oleh
tumor, nukleus pulposus yang menjebol ke dalam kanalis vertebralis
maupun osteofit atau peradangan (rematois spondilitis angkilopoetika,
herpes zoster, tuberkulosa) yang bersifat menindihi, menjerat dan
sebagainya terjadi radikulopati.
Pola umum iskhialgia adalah nyeri seperti sakit gigi atau nyeri
hebat yang dirasakan bertolak dari vertebra lumbosakralis dan
menjalar menurut perjalanan nervus iskhiadikus dan lanjutannya pada
nervus peroneus atau nervus tibialis. Makin jauh ke tepi nyeri makin
tidak begitu hebat, namun parestesia atau hipoastesia sering dirasakan.
Pada data anamnestik yang bersifat umum antara lain: nyeri pada
punggung bawah selalu mendahului iskhialgia, kegiatan yang
menimbulkan peninggian tekanan intra spinal seperti batuk, bersin dan
mengejan memprofokasi adanya iskhialgia, faktor trauma hampir
selamanya dapat ditelusuri, kecuali kalau proses neoplasmik atau
infeksi yang bertanggung jawab. Adapun data diagnostik non fisik
yang bersifat umum adalah : kurva lordosis pada lumbosakral yang
mendatar, vertebra lumbosakral memperlihatkan fiksasi, nyeri tekan
pada salah satu ruas vertebra lumbosakralis hampir selalu ditemukan,
test lasegue hampir selalu positif pada derajat kurang dari 70, tesr
naffziger dan valsava hampir selalu positif. Data anamnestik dan
diagnostik fisik yang bersifat spesifik berarti informasi yang
mengarahkan ke suatu jenis proses patologik atau yang
mengungkapkan lokasi di dalam vertebra lumbosakralis atau topografi
radiks terhadap lesi yang merangsangnya.
3
iskhiadikus dapat terjebak dalam bangunan-bangunan yang
dilewatinya. Pada pleksus lumbosakral dapat diinfiltrasi oleh sel-sel
karsinoma ovarii, karsinoma uteri atau sarkoma retroperineal. Di garis
persendian sakroiliaka komponen-komponen pleksus lumbosakralis
sedang membentuk nervus iskhiadikus dapat terlibat dalam proses
radang (sakroilitis). Di foramen infra piriformis nervus iskhiadikus
dapat terjebak oleh bursitis otot piriformis. Dalam trayek selanjutnya
nervus iskhiadikus dapat terlibat dalam bursitis di sekitar trochantor
major femoris. Dan pada trayek itu juga, nervus iskhiadikus dapat
terganggu oleh adanya penjalaran atau metastase karsinoma prostat
yang sudaj bersarang pada tuber iskhii. Simtomatologi entrapment
neuritis iskhiadika sebenarnya sederhana yaitu pada tempat proses
patologik yang bergandengan dengan iskhiagia.
2.2 Etiologi 1
Herniated disc
Lumbar spinal stenosis
Spondylolisthesis
Trauma
Sindrom piriformis
Tumor tulang belakang
2.3 Epidemiologi1
Jumlah kasus ischialgia di Klinik Terapi Fisik selama empat bulan di
tahun 2004 ini (Januari-April) sudah tercatat 17 orang, padahal selama tahun
2003 (Januari-Desember) baru tercatat 19 orang. Hal yang sama terjadi pada
low back pain yang selama empat bulan terakhir tercatat berjumlah 21 kasus,
sedangkan selama tahun 2003 hanya tercatat 25 kasus.3
2.4 Patologi
Ischialgia merupakan nyeri menjalar sepanjang perjalanan nervus
ischiadicus L4-S2. Ischialgia yang terasa bertolak dari lokasi foramen
infrapiriformis dan menjalar menurut perjalanan nervus ischiadicus cum
4
nervus poroneus dan nervus tibialis harus di curigai sebagai manifestasi
ischiadicus primer atau entrapment neuritis dengan tempat jebakan di daerah
sacroiliaca. 4
Nyeri saraf itu terasa sepanjang perjalanan saraf tepi. Ia bertolak dari
tempat saraf sensorik terangsang dan menjalar berdasarkan perjalanan serabut
sensorik itu ke perifer. Perangsangan terhadap berkas saraf perifer biasanya
berarti perangsangan pada saraf motorik dan sensorik.Gangguan sensibilitas
yang terasa sepanjang parjalanan saraf tepi dan biasanya juga disertai
gangguan motorik yang di sebut Neuritis. Neuritis di tungkai dapat terjadi oleh
karena berkas saraf tertentu terkena infeksi atau terkena patologic di
sekitarnya.1.2.3
Nyeri atau rasa tidak enak yang menjalar harus diartikan sebagai
perwujudan hasil perangsangan terhadap saraf sensori. Nyeri saraf itu terasa
sepanjang perjalanan saraf tepi. Ia bertolak dari tempat saraf sensorik
terangsang dan menjalar berdasarkan perjalanan serabut sensorik itu ke
perifer. Perangsangan terhadap berkas saraf perifer biasanya berarti
perangsangan pada saraf motorik dan sensorik.Gangguan sensibilitas yang
terasa sepanjang parjalanan saraf tepi dan biasanya juga disertai gangguan
motorik yang di sebut Neuritis. Neuritis di tungkai dapat terjadi oleh karena
berkas saraf tertentu terkena infeksi atau terkena patologic di sekitarnya. 3.5.6
5
Timbul kelemahan otot, dan hilangnya reflek patella dan achilles.
Nyeri bertambah dengan batuk, bersin dan mengangkat.
2.6 Anatomi 4,7,10
Vertebra terdiri dari tujuh vertebra cervikal, dua belas vertebra thoracalis,
lima vertebra lumbalis, lima vertebra sacralis, dan empat cogcygeus. Vertebra
yang paling besar diantara yang lainnya adalah vertebra lumbalis dan
berbentuk seperti ginjal. Procesus spinosusnya lebar dan berbentuk seperti
kampak kecil. Procesus transversusnya berbentuk panjang dan langsing.
(Evelyn, 1992).
Saraf spinalis L4-S3 pada fossa poplitea membelah dirinya menjadi saraf
perifer yakni Nervus tibialis dan Nervus poreneus. Nervus ischiadicus keluar
dari foramen ischiadicus mayor tuberositas anterior 1/3 bawah dan tengah dari
SIPS kebagian dari tuberositas ischii.
Tengah 2 antara tuberositas ischii dan trochanter yaitu pada saat Nervus
ischiadicus keluar dari gluteus maximus berjalan melalui collum femoris.
Sepanjang paha bagian belakang sampai fossa poplitea.
Perjalanan Nervus Ischiadicus di mulai dari L4-S3, dan saraf ini memiliki
percabangan antara lain:
N. lateral poplital yang terdapat pada caput fibula
N. Medial popliteal yang terdapat pada fossa polpliteal
N. Tibialis Posterior yang terdapat pada sebelah bawah
N. Suralis/Saphenus yang terdapat pada tendon ascilles
N. Plantaris Yang berada pada telapak kaki
6
intervertebra dan nukleus pulposus tidak mempunyai inervasi sensibel biarpun
berbatasan langsung dengan ligamen longitudinal yang mengandung serabut
sensibel.
m. Semitendinosus
m. Semimbranosus
m. Biceps Femoris
m. Adduktor Magnus
N. Poroneus Mempersarafi
m. tibialis anterior
m. ekstensor digitorum longus
m. ekstensor halluci longus
m. digitorum brevism. poroneus tertius
N. Tibialis Mempersarafi
m. gastrocnemius
m. popliteus
m. soleus
m. plantaris
m. tibialis posterior
m. fleksor digitorum longus
m. fleksor hallucis longus
Hip joint merupakan sendi yang arah gerakannya sangat luas atau yang biasa
disebut dengan Ball and Socked joint. Hip joint juga bagian terpenting dalam
pembentuk postur seseorang dan berperan penting dalam setiap aktivitas terutama
7
dalam berjalan. Hip joint ini terbentuk atas beberapa tulang, ligamen, dan otot
dimana kesemuanya itu saling berhubungan dan saling menguatkan.
Beberapa tulang pembentuk hip joint :
1. Acetabulum
Acetabulum merupakan pertemuan antara os ilium, os ischium, dan
os pubis yang bertugas sebagai mangkuk sendi. Dilapisi hyalin cartilage
dan tertutup lagi acetabulum labrium yang merupakan fibro cartilage,
keduanya tebal ditepi dan tipis di center
2. Os Femur
Pada bagian Os femur terdapat dua bagian yang sangat terkait
dalam pergerakan sendi Hip Joint, bagian itu adalah :
Caput femur
Caput femur merupakan tulang yang berbentuk setengah
bola dilapisi hyalin cartilage, kedistal sebagai collum femoris
(sering fraktur), kedistal terdapat trochanter mayor dan minor,
selanjutnya kedistal sebagai (shaff of) femur.
Collum Femur
Collum femur merupakan processus tulang yang berbentuk
piramidal yang menghubungkan corpus dengan caput femur dan
membentuk sudut pada bagian medial. Sudut terbesar terjadi pada
saat bayi dan akan berkurang seiring dengan pertumbuhan,
sehingga pada saat pubertas akan membentuk suatu kurva pada
aksis corpus kurva. Pada saat usia dewasa, collum femur
membentuk sudut sebesar 1250 dan bervariasi tergantung pada
perkembangan pelvis wanita lebih besar.
Ada beberapa ligament pembentuk hip joint, dimana ligamen-ligament ini
sangat kuat sebagai penyambung antara acetabulum dan caput femur. Ada lima
ligament terkuat pada hip joint, antara lain :
1. Ligamentum Capitis Femoris
Ligament ini diliputi oleh membran sinovial yang terbentang dari
fosa acetabuli dimana terdapat bantalan lemak menuju ke caput femoris,
selain itu ligament ini mengandung arteria yang menuju caput femoris
8
yang datang dari r.acetabuli arteria abturatoria. Caput femoris disuplai oleh
A circumfleksa medialis dan A circumfleksa lateralis.
2. Ligamentum Pubofemoral
Berasal dari crista obturatoria dan membrana obturatoria yang
berdekatan. Ligament ini memamcar kedalam capsula articularis zona
orbicularis pada khususnya melanjukan diri melalui jalan ini ke femoris.
3. Tranverse Acetabulum Ligament
Ligament ini berfungsi menjembatani incisura acerabuli dan
seluruh permukaan caput femoris.
4. Iliofemoral Ligament
Berasal dari spina iliaca anterior inferior dan pinggiran
acetabulum serta membentang ke linea intertrochanterica.
5. Ischiofemoral Ligament
Berasal dari ischium di bawah dan berjalan hampir horizontal
melewati collum femoris menuju ke perlekatan pars lateralis ligament
iliofemoral. Ligament ini mencegah rotasi medial paha.
9
masase dapat dilakukan dengan metode refleksi, akupresur, maupun
complete massage. Teknik manipulasi yang banyak digunakan adalah
efflurage, friction, tapotement berirama, dan vibration (Rahim, 1988).
Penambahan manipulasi osteopati yang banyak menggunakan tarikan
sangat bermanfaat untuk mengurangi penjepitan baik pada nervus
ischiadicus maupun nervus spinalis. Hilangnya penjepitan inilah yang
paling menentukan tingkat kesembuhan pada kedua kasus tersebut. Teknik
osteopati untuk kedua kasus tersebut berbeda dan masih memerlukan
kajian lebih lanjut.
10
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama/ No MR : Tn. Z
Umur : 43 tahun
Suku : Melayu
Alamat : Batu Belah
Tgl Masuk : 12 Januari 2017
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Nyeri Punggung yang semakin memberat sejak 1 minggu yang lalu
Pasien mengaku telah berobat ke bidan dan praktik dokter diberikan obat
suntikan tetapi saat ini keluhan tidak membaik
RPD :
Kurang lebih sejak 15 tahun yang lalu pasien sering mengalami sakit pinggang.
Kurang lebih 4 tahun yng lalu pasien mulai mengeluhkan sakit pinggang yang
menjalar ke kaki keluhan juga disertai dengan rasa kesemutan dan kebas
Riwayat trauma (+)
11
Ayah pasien juga mengalami hal yang sama
A. PEMERIKSAAN FISIK
I. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis kooperatif
Tinggi badan : 130 cm
Berat badan : 30 kg
Tanda Vital
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Frekuensi nadi : 84 x/menit, reguler.
- Frekuensi Pernafasan : 20 x/menit
- Suhu : 36,5 oC
Kepala
12
a. Paru-paru
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga tidak ada.
Palpasi : Fremitus suara +/+, simetris kanan dan kiri.
Perkusi : Sonor kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Ronkhi tidak ada, wheezing tidak
ada.
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Ictus cordis teraba. Thrill tidak ada.
Perkusi :
- Batas jantung kanan: SIC IV linea parasternalis dekstra.
- Batas jantung kiri : SIC V 1 jari medio linea midclavicula
sinistra.
Auskultasi : Bunyi jantung I & II, reguler, gallop tidak ada, Murmur
tidak ada.
Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, ascites tidak ada.
Auskultasi : Bising usus positif.
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar dan lien, turgor kulit kembali
cepat.
Perkusi : Timpani.
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada, tidak
ada kelemahan.
Inferior : Akral hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada. Tidak
ada kelemahan tungkai.
13
A. Tanda Rangsang Selaput Otak:
Kaku Kuduk : Negatif
Brudzinski I : Negatif
Brudzinski II : Negatif
Kernig Sign : Negatif
Kanan Kiri
Bola mata Normal Normal
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Gerakan bulbus Normal Normal
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Ekso/Endophtalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil :
Bentuk Normal Normal
Refleks cahaya Positif Positif
14
Rrefleks akomodasi Normal Normal
Refleks konvergensi Normal Normal
N. IV (N. Trochlearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah Normal Normal
Sikap bulbus Normal Normal
Diplopia Tidak ada Tidak ada
N. V (N. Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik :
Membuka mulut Normal Normal
Menggerakkan rahang Normal Normal
Divisi Maksila
Normal Normal
Refleks masseter
tidak dinilai Tidak dinilai
Sensibilitas
Divisi Mandibula
Tidak dinilai Tidak dinilai
Sensibilitas
N. VI (N. Abduscen)
Kanan Kiri
Gerakan mata lateral Normal Normal
Sikap bulbus Normal Normal
Diplopia Tidak ada Tidak ada
15
N. VII (N. Facialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Normal Normal
Sekresi air mata Normal Normal
Fisura palpebra Normal Normal
Menggerakkan dahi Normal Normal
Menutup mata Normal Normal
Mencibir/bersiul Normal Normal
Memperlihatkan gigi Normal Normal
Sensasi lidah 2/3 depan Normal Normal
Hiperakusis Tidak ada Tidak ada
Kanan Kiri
Suara berbisik Normal Normal
Detik arloji Normal Normal
Renne test Tidak dinilai Tidak dinilai
Scwabach test Tidak dinilai Tidak dinilai
Webber test : Tidak dinilai Tidak dinilai
Memanjang Tidak dinilai Tidak dinilai
Memendek Tidak dinilai Tidak dinilai
Nistagmus :
Pendular Tidak ada Tidak ada
Vertikal Tidak ada Tidak ada
N. IX (N. Glossopharingeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Normal Normal
Refleks muntah/Gag reflek Normal Normal
N. X (N. Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Normal Normal
Uvula Normal Normal
Menelan Normal Normal
16
Artikulasi Normal Normal
Suara Normal Normal
Nadi - -
N. XI (N. Assesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan Normal Normal
Menoleh ke kiri Normal Normal
Mengangkat bahu ke kanan Normal Normal
Mengangkat bahu ke kiri Normal Normal
Kanan Kiri
Kedudukan lidah di dalam Normal Normal
Kedudukan lidah dijulurkan Normal Normal
Tremor Tidak ada Tidak ada
Fasikulasi Tidak ada Tidak ada
Atrofi Tidak ada Tidak ada
D. Pemeriksaan Koordinasi
Cara berjalan Tidak dinilai Tidak dinilai
Romberg test Tidak dinilai Tidak dinilai
Ataksia Tidak dinilai Tidak dinilai
Rebound phenomen Tidak dinilai Tidak dinilai
Tes tumit-lutut Tidak dinilai Tidak dinilai
17
Khorea Tidak ada Tidak ada
F. Pemeriksaan Sensibilitas
G. Sistem Refleks
18
Refleks Patologis Kanan Kiri
Lengan
Hoffman-Tromner Negatif Negatif
Tungkai
Babinski Negatif Negatif
Chaddoks Negatif Negatif
Oppenheim N Negatif Negatif
Gordon Negatif Negatif
Schaeffer Negatif Negatif
Klonus kaki Negatif Negatif
3. Fungsi Otonom
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Sekresi keringat : Normal
4. Fungsi Luhur
Kesadaran Tanda Demensia
Reaksi bicara Normal Reflek glabella Tidak ada
Fungsi intelek Normal Reflek snout Tidak ada
Reaksi emosi Normal Reflek menghisap Tidak ada
Reflek memegang Tidak ada
Refleks palmomental Tidak ada
B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
(Tidak dilakukan)
C. MASALAH
19
Diagnosis
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Radiologi foto lumbal : tak tampak kelainan
E. TERAPI
Bed Rest total dengan alas keras 2-3 minggu
Medikamentosa
1. Infus RA + 1amp ketorolac/ 12jam
2. Analgetik : Meloxicam : 1 x 15 mg
3. Mecobalamin 3 x 500 µg
Fisioterapi
F. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo Ad Sanationam : Dubia ad bonam
20
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tes laseque (+) pada pinggang kiri
dengan sudut 300. Pada pemeriksan untuk ischialgia ditemukan hasil pemeriksaan
positif pada pemeriksaan tes Naffziger, tes Valsava, tes Nafziger yang mennjukan
suatu ischialgia sebagai perwujudan lesi iritatif terhadap serabut radiks. Pada
pemeriksaan refleks terjadi menurunan refleks APR dsn KPR menandakan adanya
lesi pada radiks L4-5.
Tatalaksana pada pasien adalah bedrest total dengan las keras selama 2-3
minggu. Meloxicam sebagai analgetik dengan dosis 1 x 15 mg dan mecobalamin
3 x 500 µg dan juga dilakukan fisioterapi.
21
DAFTAR PUSTAKA
22