Penyusun :
Awang Nur Oktavernanda (20170510154)
Pendahuluan
A.Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara Kepulauan terluas di dunia yang terdiri atas lebih dari 17.504 pulau
dengan13.466 pulau yang telah diberi nama. Sebanyak 92 pulau terluar sebagai garis pangkal
wilayah perairan Indonesia kea rah laut lepas telah didaftarkan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 95.181km dan terletak diposisi sangat strategis antara
Benua Asia dan Benua Australia, serta Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Luas daratan
mencapai sekitar 2.012.402 km2 dan laut sekitar 5,8juta km2 (75,7%) yang terdiri 2.012.392 km2
perairan kedalaman, 0,3 juta km2 Laut Teritorial dan 2,7 juta km2 Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)
(Nasional, 2015)
Sebagai Negara kepulauan yang memiliki laut yang luas dan garis pantai yang panjang, sector
maritime dan kelautan menjadi sangat strategis bagi Indonesia ditinjau dari segi aspek ekonomi
dan lingkungan social budaya, hokum dan keamanan. Meskipun demikian, selama ini sector
tersebut masih kurang mendapat perhatian yang serius bila dibandingkan dengan sector daratan.
(Lisa, 2015)
(1) Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang
kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan
keperibadian Indonesia sebagai Negara Kepulauan;
(2) Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara
hukum;
(3) Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai bangsa maritim;
(4) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera;
(6) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri maju, kuat dan berbasiskan
kepentingan nasional;
(7) Mewujudkan masyarakat yang berkeperibadian dalam kebudayaan. Tiga dari tujuh misi
tersebut berhubungan dengan maritim dan posisi Indonesia sebagai Negara Kepulauan.
B.Pembahasan
Untuk dapat membangkitkan Indonesia sebagai sebuah poros maritim dunia,ada dua jalan:
mengalahkan Singapura atau menjadi sebuah poros pusat. Opsipertama akan sangat sulit karena
Singapura telah jauh meninggalkan Indonesia dan memiliki kampanye negatif yang efektif dalam
menjauhkan kapal-kapal dari kawasanlaut dalam Indonesia. Selain itu, budaya konsumtif dan
orientasi darat yang telahsangat lama terjadi di Indonesia harus terlebih dahulu dihilangkan
sebelum berupayamengalahkan Singapura.Opsi yang lebih mungkin adalah menjadikan kembali
Indonesia sebagai porossentral. Hal ini dilakukan dengan menggiatkan kembali perdagangan laut
dalamIndonesia, menjamin keamanan pelayaran di laut dalam, dan upaya promosi gencarproduk-
produk khas Indonesia ke pasar mancanegara. Upaya ini dilakukan secaramerata agar seluruh
kawasan Indonesia dapat memperoleh aliran pelayaran yangseimbang. Potensi-potensi sebenarnya
ada dan tinggal di bawa ke permukaan lewatupaya pemasaran yang agresif. Papua masih belum
banyak dieksplorasi padahalmemiliki sumberdaya yang langka dan bernilai jual tinggi, begitu pula
Kalimantan,Sulawesi, dan Nusa Tenggara.Berpijak pada potensi alami yang dimiliki oleh
Indonesia, maka geostrategisNKRI merupakan suatu alasan krusial yang tidak dapat dibantahkan
lagi; menjadisuatu variabel utama dalam peran Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
Luaswilayah (Dua pertiga kawasan Asia Tenggara adalah wilayah kedaulatan Indonesia.Selain itu,
dua pertiga perairan Asia Tenggara merupakan perairan yurisdiksiIndonesia) (Yudhoyono, 2014)
dan bentuk negara yang merupakan negara kepulauan sertakestrategisan letak negara (Indonesia
terletak pada posisi silang, yakni di antara duabenua, yaitu Benua Asia dan Australia; serta di
antara dua samudera, SamuderaHindia dan Samudera Pasifik), menjadi faktor pendorong utama
dalam mengukurkemampuan Indonesia dalam menyandang predikat tersebut.
“Usahakanlah agar kita menjadi
bangsa pelaut kembali. Ya,
bangsa pelaut dalam arti seluas-
luasnya. Bukan sekedar menjadi
jongos-jongos dikapal, bukan.
Tetapi bangsa pelaut dalam arti
kata cakrawala samudera.Bangsa
pelaut yang mempunyai armada
niaga, bangsa pelaut
yangmempunyai armada militer,
bangsa pelaut yang kesibukannya
di lautmenandingi irama
gelombang lautan itu
sendiri."(Ir.
Soekarno, 1953)
(1) Perjanjian Giyanti antarapihak kerjaan mataram dengan VOC pada 13 Februari 1755.
Pada pasal 6dijelaskan bahwa Sri Sultan menyerahkan pulau Madura dan daerah-daerahpesisir
jawa kepada VOC. Sebaliknya VOC memberikan ganti rugi kepadaSri Sultan 10.000 Real
tiap tahunnya
(2) Pada tanggal 30 Oktober 1787VOC mengeluarkan sebuah resolusi (surat perintah)
yang berisi pelaranganpembuatan kapal berbobot di atas 1200 tonase. Surat perintah ini
berlaku diseluruh wilayah jajahan VOC mulai dari Sabang hingga Merauke
(4) Penguasaan dan monopoli perkebunan pohon jati yangmerupakan bahan utama dalam
pembuatan kapal.
Namun demikian, penghancuran sistem kemaritiman tidak hanyadilakukan oleh bangsa penjajah
saja, kebijakan Raja Mataram Amangkurat I(1647-1677). menghancurkan daerah-daerah pesisir
yang menjadi pusatperdagangan yang lepas dari kendalinya dan melarang rakyatnya berdagangke
seberang lautan serta pada tahun 1655 menutup semua pelabuhan danmemerintahkan pasukannya
menghancurkan seluruh kapal Jawa, jugamerupakan langkah linear dalam konteks itu. Kondisi itu
dimanfaatkan olehBelanda yang dalam hal ini adalah VOC untuk membangun kantorperdagangan
di pesisir dan pedalaman Mataram, mendorong
Matarammenjadi kerajaan yang sepenuhnya agraris. Sehingga pada masaAmangkurat III,
VOC mendapatkan semua bandar laut yang sebelumnya milik Mataram (Tjiptoatmodjo, 1983:
190-191).
Harus kita sadari bahwa langkah-langkah yang dilakukan oleh Belanda untuk
menghancurkan karakter maritimbangsa telah berhasil. Bangsa yang dikenal sebagai bangsa pelaut
itu telahmeninggalkan kodratnya sejatinya. Geostragis yang dimiliki sebagai potensiyang luar
biasa terabaikan dalam kurun waktu yang sangat lama. Bahkanpasca kolonialisme pun aspek
strategis tersebut tidak diperhatikan secarasignifikan.Sebagai sebuah kodrat alamiah, kesadaran
akan pemberdayaangeostrategis wilayah negara tersebut pelan-pelan mulai terangkat
kepermukaan. Namun demikian, untuk mengembalikan hal tersebut menjadisebuah acuan yang
optimal harus dilakukan secara serentak pada semua linikehidupan berbangsa. Hal prinsip yang
harus dilakukan adalahmelaksanakan doktrin kemaritiman kepada seluruh rakyat
mengenaipentingnya sektor kemaritiman sebagai faktor utama dalam pembangunanbangsa dan
negara.
Kesimpulan
Sebuah visi dan misi bersama harus ada pada semua aras institusi negara yang dituangkan
dalam bentuk kebijakan kemaritiman dan kelautan dengan implikasi secara ekonomi sehingga
sektor maritim dan kelautan menjadi aras utama dalam kebijakan pembangunan nasional. lnilah
yang kemudian menjadi tugas besar dari semua komponen bangsa untuk menjawab problem
struktural bangsa yakni kemiskinan, keterbelakangan, dan ketergantungan terhadap negara maju
seperti bertambahnya jumlah utang, Pemerintah harus mampu mengelola potensi maritim dan
kelautan untuk kepentingan perekonomian nasional dengan tidak hanya mengandalkan kehadiran
kementerian terkait, tetapi juga harus membangun keterkaitan dan koordinasi dengan pemangku
kepentingan lainnya baik di pusat maupun daerah. Namun inti dari pesan Jokowi sebenarnya
terletak pada meningkatan infrastruktur maritim yang selama ini terbengkalai. Akibatnya
Indonesia kehilangan banyak peluang yang seharusnya bisa menjadi sumber pendapatan negara.
Lebih jauh lagi, ide poros maritim tidak lain adalah untuk meningkatkan konektivitas antar
pulau- pulau yang sangat lemah akibat buruknya sarana dan prasarana. Ini merupakan agenda
pokok poros maritim yang berambisi menguhubungkan ribuan kilometer garis pantai terutama
dengan menambah fasilitas pelabuhan. (Maksum, 2015)
Referensi
Kompas, N. (2014, Juli 31). Diakses pada Oktober 14, 2017, dari Menjadi Poros Maritim Dunia:
http://nasional.kompas.com/read/2014/07/31/04390891/Menjadi.Poros.Maritim.Dunia?utm_campaign
=related&utm_medium=bp-kompas&utm_source=news&
Lisa, D. (2015). Diakses pada Oktober 14, 2017,dari Konsep Negara Maritim: Dinando Lisa. 2015. Konsep
Negara Maritim <https://www.google.co.id/int/en/options/>
Maksum, A. (2015, Mei 15). Andalas Journal of International Studies Poros Maritim dan Politik Luar
Negeri Jokowi. Diakses pada Oktober 17, 2017, dari academia.edu:
https://www.academia.edu/11964690/Poros_Maritim_dan_Politik_Luar_Negeri_Jokowi
Nasional, B. P. (2015, Oktober 28). INDONESIA MERUPAKAN NEGARA KEPULAUAN YANG TERBESAR DI
DUNIA. Diakses pada Oktober 17, 2017, dari bphn.go.id:
http://bphn.go.id/news/2015102805455371/INDONESIA-MERUPAKAN-NEGARA-KEPULAUAN-
YANGTERBESAR-DI-DUNIA
Yudhoyono, S. B. (2014, June 28). Geopoitik Kawasan Asia Tenggara. Diakses pada Oktober 14, 2017,
dari Perspektif Maritim: http://jakartagreater.com/geopolitik-kawasan-asia-tenggara/.