PENDAHULUAN
Sepanjang hidup kita, tentunya kita selalu melakukan negosiasi. Baik dengan ayah ke
anaknya, teman, maupun rekan bisnis. Negosiasi dapat menjembatani perbedaan yang ada dan
menghasilkan kesepakatan antar pihak yang terlibat
Dalam dunia bisnis, istilah negosiasi bukanlah hal yang baru. Negosiasi digunakan untuk
menjembatani dua kepentingan yang berbeda, misalnya antara produsen dengan konsumen. Oleh
karena itu, agar terjadi suatu kesepakatan di antara kedua belah pihak, diperlukan negosiasi.
Sementara itu, orang yang melakukan negosiasi sering disebut sebagai seorang negosiator.
Dalam makalah ini akan dibahas lebih jelas yang berkaitan dengan permasalahan
negosiasi, seperti pengertian negosiasi, berbagai tahapan atau proses bernegosiasi, ketrampilan
bernegosiasi, peran seorang negosiator, dan tipe negosiator.
1
1.2 Rumusan Masalah
Didalam makalah ini akan dibahas beberapa permasalahan yang sering kali muncul saat
berkomunikasi dalam negosiasi bisnis, diantaranya adalah :
Di dalam makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami beberapa hal, diantaranya :
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Apa yang harus dikomunikasikan dalam negosiasi .
Salah satu pertanyaan mendasar yang sering di dengar adalah apa saja yang dikomunikasikan
selama negosiasi ? sebagian besar komunikasi selama negosiasi bukanlah preferensi negosiator
,jelas pula bahwa isi dari komunikasi hanya bertanggung jawab sebagian terhadap hasil
negosiasi. Misalnya, satu pihak mungkin memilih untuk tidak mengkomunikasikan hal-hal
tertentu, sehingga lawanya dapat saja tidak menyadari mengapa beberapa hasil muncul. Di
bahasan selanjutnya , akan didiskusikan lima kategori komunikasi yang berbeda yang terjadi
selama negosiasi.
Dengan kata laian, prosen penawaran-penawaran balik merupakan hal yang dinamis dan
interaktif.
3
1. Dibandingkan dengan negosiator yang tidak meiliki BATNA yang menarik,
negosiator dengan BATNA yang menarik menetapkan harga harga yang lebih yang
lebih tinggi bagi dirinya sendiri dibandingkan lawanya.
2. Negosiator yang lawanya memiliki BATNA yang menarik menetapkan poin yang
lebih rendah bagi mereka sendiri.
3. Ketika kedua belah pihak menyadari BATNA yang menarik yang dimiliki salah satu
negosiator, negosiator tersebut menerima hasil negosiasi yang lebih positif.
Membuat pihak lain mengetahui alternative baik seseorang dengan sopan dapat
memberikan pengaruh tanpa mengasingkan pihak lain. Di sisi lain memperlihatkan
BATNA yang baik dalam menghadapi pihak lain dengan cara memaksakan atau
merendahkan dapat ditafsirkan sebagai tindakan agresif atau mengancam.
4. Akun Sosial
Tipe lain dari komunikasi yang terjadi selama negosiasi terdiri atas “ akun sosial “ yang
digunakan negosiator untuk menjelaskan sesuatu kepada pihak lain,terutama ketika
4
negosiator perlu untuk menjustifikasi berita buruk. Sebuah tinjauan literatur oleh Sitkin
dan Bies (1993) menunjukkan tiga penjelasan penting :
1. Penjelasan keadaan mitigasu,dimana negosiator menunjukkan bahwa mereka tidak
memiliki pilihan kecuali mengambil posisi mereka ambil.
2. Penjelasan keadaan pembebasan tuduhan, dimana negosiator menjelaskan posisi
mereka dari sudut pandang yang lebih luas, menyatakan bahwa sementara posisi
mereka saat itu terlihat negatif, hal tersebuut berasal dari motif yang positif .
3. Pembingkaian ulang penjelasan, dimana hasil dapat dijelaskan dengan mengubah
konteks (misalnya kerugian jangka pendek dan keuntungan jangka panjang).
Bagaimana negosiator berkomunikasi sama pentingnya dengan apa yang perlu meeka
katakana, sementara itu penelitian telah menguji aspek yang berbeda mengenai bagaimana
orang-orang berkomunikasi dalam negosiasi. Terdapat tiga aspek yang berhubungan dengan
“bagaimana” komunikasi: karakteristik bahasa yang digunakan oleh orang yang berkomunikai,
penggunaan komunikasi nonverbal dalam negosiasi, dan pemilihan saluran komunikasi untuk
mengirim dan menerima pesan.
5
Karakteristik Bahasa
Kebanyakan apa yang di komunikasikan orang satu sama lain di transmisikan oleh
komunikasi nonverbal. Contohnya, termasuk ekpresi wajah , bahasa tubuh, gerakan kepala, dan
nada bicara, hal itu itu hanya sebagian kecil saja. Beberapa tindakan nonverbal, yang disebut
dengan attending behaviors, merupakan hal yang sangat penting dalam berhubungan dengan
orang lain dalam interaksi yanf terkoordinasi seperti organisai, mereka menunjukkan kepada
anda bahwa mereka mendengarkan dan menyiapkan orang tersebut untuk menerima pesan anda.
6
Di bawah ini akan dibahas tiga attending behaviors penting, yaitu kontak mata, posisi tubuh, dan
dorongan.
Orang tidak jujur dan pengecut tidak akan mampu melihat mata orang lain. Pujangga
menyatan bahwa mata adalah cerminan jiwa seseorang. Pernyataan-pernyataan tersebut dan kata-
kata bijak lainnya mengilustarikan pentingnya kontak mata. Pada umumnya, kontak mata
merupakan salah satu cara untuk menunjukkan bahwa Anda memperhatikan dan mendengarkan
bahwa Anda menganggap mereka penting. Jika ada orang yang tidak melihat anda saat berbica,
Anda mungkin bertanya-tanya apakah mereka mendengarkan atau tidak. Tentu saja sangat
mungkin untuk mendengarkan dengan baik tanpa melihat orang yang berbicara, kenyataan nya,
mungkin mungkin lebih mudah melihat kea rah lain karena Anda akan fokus pada kata-kata yang
akan diucapkan dan tidak teralihkan oleh informasi visual. Namun, permasalahannya adalah
dengan tidak membuat kontak mata, Anda tidak memberikan isyarat bahwa Anda terlibat dan
mendengarkan orang lain.
Meskipun demikian, kita tidak boleh boleh memperthankan kontak mata secara terus-
menerus pada orang lain. Jika tidak, kita akan di tuduh memandangi orang tersebut, yang
biasanya mengarah pada kecurigaan bukan kepercayaan. Malah, sebaliknya kita kdang-kadang
tidak melihat orang tersebut . Pada umumnya tempo dalam kontak lebih sedikit dan lebih pendek
saat aktif mendengarkan di bandingkan saat berbicara. Saat berbica, seseorang terkadang meliat
kea rah lain, terutama saat mencari sebuah kata atau frasa atau saat mencoba mengingat-ingat
suatu detail. Menghindari tatapan secara singkat saat berbicara menandakan isyarat penting pada
orang lain bahwa pembicara belum selesai.
Ketika membujuk seseorang, membuat kontak mata merupakan hal yang sangat penting
ketika menyampaikan bagian terpenting sebuah pesan (Beebe, 1980:Burgoon, Coker, dan
Coker,1986;kleinke,1986). Dalam hal iini system pararel verbal dan nonverbalbmenekankan
pada pentingnya pesan dikirimkan. Selain itu, seseorang harus mempertahankan kontak mata
tidak hanya saat berbicara , namun juga saat menerima komunikasi (kellerman,Lewis,dan
Laird,1989).
7
Namun demikian, perlu juga diketahui bahwa pola yang di jelaskan disini merupakan
karakteristik masyrakat Barat. Di bagian lain dunia, terdapat pola yang berbeda. Di beberapa
masyarakat Asia,misalnya, menundukkan pandaangan saat orang lain berbicara merupakan tanda
hormat ( Ivey dan Simek-Downing,1980).
Para orangtua seringkali menyarankan anak-anaknya bagaimana cara berdiri dan duduk,
terutama saat mereka berada pada situasi formal, seperti sekola,mushola,atau pesta makan
malam. Perintah “duduk tegak” seringkali diiringi dengan “perhatikan!” Disini , orangtua
mengajarkan anaknya nilai yang diyakini secara luas sikap tubuh seseorang mengindikasikan
apakah orang tersebuyt memperhatikan lawan bicara atau tidak. Untuk memastikan bahwa Anda
memperhatikan lawan bicara Anda, tegakkan tubuh Anda, bersandar sedikit ke depan dan hadapi
lawan bicara Anda secara langsung. (Ivey dan Simek-Downing, 1980). JIka Anda menerima dan
menyetujui pesan lawan bicara, perlu diperhatikan untuk tidak menunjukkan sikap tidak hormat
melalui sikap tubuh dengan bungkuk, berbalik, atau mengangkat kaki ke atas meja ( Stack dan
Burgoon, 1981). Sebaliknya, menyilangkan tangan, menganggukkan kepala, mengerutkan dahi,
dan mengerutkan alis semuanya dapat menandakan penolakan atau ketidaksetujuan yang sangat
kuat ( Nierenbreng dan Calero,1971).
Mendukung atau Menolak Apa yang Dibicarakan Orang Lain secara Nonverbal
Seseorang dapat mengindikasikan perhatian dan minat terhadap apa yang dibicarakan
orang lain melalui berbagai perilaku sederhana . Anggukan kepala, isyarat tangan yang sederhan
untuk menunjukkan, atau bisikan “he-eh” semuanya untuk mengindikasikan pemahaman dalam
membeeritahu lawan bicara untuk melanjutkan, bahwa Anda mendengarkan. Bahkan , Anda
dapat membesarkan hati lawan bicara untuk berbicara mengenain banyak hal dengan cukup
menganggukkan kepala saat ia bicara. Kontak mata singkat atau sebuah senyuman dan
menganggukan kepala adalah isyarat untuk membesarkan hati. Sama halnya, kerutan dahi,
pandangan marah, gelengan kepala, atau berpura-pura sakit akan mengisyaratkan penolakan
terhadap pesan lawan bicara.
8
membandingkan hubungan antara negosiator yang memiliki dengan yang tidak memiliki akses
visual satu sama lain selama bernegosiasi. Mereka mendefinisikan hubungan sebagi “keadaan
positivitas dan minat satu sama lain yang muncul melalui pertemuan perilaku ekspresif
nonverbal dalam sebuah interaksi. Hasilnya menyatakan bahwa interaksi tatap muka
menstimulasi hubungan melalui komunikasi nonverbal, yang pada giliran nya mengingatkan
koordinasi dan mengarah ke keuntungan bersama yang lebih tinggi. Tentu saja, keuntungan-
keuntungan ini mungkin akan muncul hanya jika pihak-pihak yang terlibat mampu
menginterpretasikan komunikasi nonverbal secara akurat. Hal ini lebih mudah diucapkan
daripada dilakukan. Kemampuan untuk menilai perilaku nonverbal bervariasi sesuai dengan
konteks social dan gender di antara factor-faktor lain nya (Puccinelli,Tickle Degnam, dan
Rosentha, 2003).
Komunikasi di alami secara berbeda ketika komunikasi tersebut muncul melalui saluran
yang berbeda. Kita mungkin berpikir bahwa negosiasi biasanya terjadi secara tatap muka asumsi
yang ditekankan oleh metamofora umum “meja negosiasi” . Namun, kenyataan nya adalah
bahwa orang-orang bernegosiasi melalui berbagai jenis media komunikasi, melalui telpon,
tulisan, dan lebih banyak lagi melalui saluran elektronik, seperti e-mail, telekofrensi, pesan
instan dan bahkan SMS . Penggunaan teknologi informasi jaringan dalam negosiasi terkadang di
sebut negosiasi virtual (atau juga “e-negotoation). Penggunaan saluran tertentu membentuk
pandangan tugas komunikasi secara praktis dan norma berdasarkan perilaku yang sesuai,
sehingga variasi saluran memiliki pengaruh potensial yang penting terhadap proses dan hasil
negosiasi (Bazerman,Curhan,Moore,dan Valley,2000.Lewicki Dineen,2002)
Peneliti telah meneliti pengaruh saluran pada umumnya, dan e-mail pada khususnya,
terhadap proses negosiasi dan hasil yang dicapai selama decade terakhir.Sayangnya, hanya
terdapat sedikit temuan yang konsisten yang menunjukkan pada pengaruh yang jelas. Kita
mengetahui bahwa pihak yang beriteraksi dapat lebih mudah mengembangkan hubungan
personal melalui komunikasi tatap muka dibandingkan melalui saluran lai (Drolet dan
Morris,2000) dan bahwa negosiator tatap muka cenderung memberikan informasi dengan benar,
meningkatkan kemampuan mereka untuk mencapai keuntungan bersama (Valley,Moag,dan
bazerman,1998). Penelitian telah menemukan bahwa negosiasi melalui saluran tertulis cenderung
9
berakhir dengan kebuntuan dibandingkan negosiasi tatap muka atay telepon , meskipun upaya
untuk memperluas penelitian ini ke e-mail tertulis tidak tidak menghasilkan temuan yang jelas.
Sejumlah bukti yang terus bertambah menunjukkan kesimpulan bahwa negosiator yang
menggunakan e-mail perlu untuk bekerja lebih keras dalam hal membangun hubungan personal
dengan pihak lain jika mereka ingin mengatasi kekurangan e-mail yang jika tidak di atasi akan
membatasi perjanjian optimal atau mendorong terjadi kebuntuan. Kekurangan e-mail adalah
proses merayu keluar dari tugas atau percakapan yang berfokus pada hubungan yang sering
muncul di negosiasi tatap muka. Merayu merupakan kesempatan penting untik membangun
sebuah hubungan dan mencipatakn rasa percaya dalam hubungan negosiasi.
Dengan begitu banyak perhatian terhadap e-mail, penting untuk diingat bahwa terdapat
mekanisme online lainnya untuk negosiasi virtual. Satu dari sedikit penelitian untuk
membandingkan saluran online yang berbeda adalah eksperimen yang dilakukan oleh
Lowenstein,Morris,Chakravarti,Thompson,dan kopelman (2005) yang membandingkan
negosiasi melalu e-mail dan negosiasi melali instant messaging (IM). Penelitian ini
membandingkan bagaiman kedua saluran ini berbeda saat negosiator memiliki argument yang
rumit dengan argument yang sederhana.
10
tertentu dan kurangnya sinkroniasi dapat menggangu salah satu atau kedua pihak ,
sehingga berpengaruh negative terhadap hubungan negosiasi dan hasilnya.
2. Burned Bridge bias adalah kecenderungan individu untuk menerapkan perilaku yang
beresiko selama negosiasi e-mail yang tidak akan selama pertemua tatap muka.
Lingkungan social yang diimprovisasi dari e-mail menciptakan jarak social dan ilusi
anonimitas yang dapat memfasilitasi perilaku yang tidak dapat diterima dalam pertemuan
tatap muka. Misalnya negosiator mungkin lebih berani menantang pihak lain,
memberikan ultimatum atau beraksi negative terhadap penawaran saat tidak bertemu
langsung.
3. Squeaky wheel bias adalah kecenderungan yang dilakukan negosiator melalui e-mail
untuk menggunakan gaya emosional negativ untuk mencapai tujuan. JIka tidak ada atau
kurang terdapat norma social yang mendorong kesopanan, maka negosiator cenderung
menggunakan intimidasi, perilaku kasar dan etika yang tidak baik untuk mencapai hasil
yang di inginkan . Disisi lain jika negosiator yang menggunakan e-mail merupakan dari
kelompk social yang kohesif, norma social konstruktif akan terdorong , yang dapat
melunakkan kecenderungan terhadap ketidaksopanan. Terdapat juga beberapa bukti
bahwa emosi yang muncul ke permukaan lebih diredam dalam negosiasi e-mail
dibandingkan pertemuan tatap muka, karena ekspresi emosi muncul dalam tulisan di
bandingkan melalui perkataan.
4. Sinister attribution bias adalah seseorang yang keliru mengasumsikan perilaku orang lain
disebabkan cacat kepribadian saat menghadapi factor situasional. Bias ini merupakan
kasus berlebihan kesalahan atribusi dasar , di mana atribusi perilaku seseorang tidak
hanya disposional , tetapi juga kejam. Thompson dan Nadler berpendapat bahwa
kurangnya rasa percaya, perbedaan antara pihak-pihak terkain , dan kurangnya hubungan
yang mungil muncul melalui e-mail memicu individu untuk melakukan hal-hal jahat dan
licik kepada pihak lain. Sinister pada giliran nya , mengarah pada hasil yang buruk
(Moore et al.,1999).
Menciptakan hubungan yang positif dengan partner negosiasi, baik secara tatap muka atau
melui telepon , dapat membantu menghilangkan bias-bias tersebut. Sayangnya, merupakan hal
yang tidak mungkin untuk memperpanjang hubungan negosiasi melalui interaksi online. Pada
kasus-kasus tersebut, merupakan hal yang penting untuk menemukan cara untuk menciptakan
konteks akuntabilitas untuk tindakan-tindakan yang dilakukan. Misalnya, melibatkan pihak
11
ketiga yang netral dalam pertukaran e-mail atau meluangkan waktu untuk merayu melalui e-mail
untuk mengembangkan rasa percaya dan persahabatan sebelum negosiasi.
Komunikasi dapat terganggu dan terdistorsi. Kegagalan dan distoris dalam persepsi,
kognisi, dan komunikasi merupakan kontribusi terpenting terhadap kemacetan dan kegagalan
dalam negosiasi. Kegagalan tersebut bisa dikarenakan kesalahpahaman terhadap pihak lain atau
kemacetan dalam proses komunikasi.
1. Penggunaan pertanyaan
Salah satu teknik yang paling umum untuk mengklarifikasi komunikasi dan
menghilangkan gangguan dan distoris. Nierenberg (1976) menekankan bahwa pertanyaan
merupakan elemen penting dalam negosiasi untuk memperoleh informasi.
Menurut Nierenberg pertanyaan dapat dibagi ke dalam dua kategori dasar :
1) Pertanyaan yang dikelola
Pertanyaan yang dikelola menyebabkan perhatian atau menyiapkan pemikiran
pihak lain untuk pertanyaan selanjutnya. Contoh (“ Boleh Saya mengajukan
pertanyaan?”), mendapatkan informasi (“Berapa harga yang akan harus dibayar
untuk ini?”), dan menghasilkan pemikiran (“Apakah Anda memiliki saran untuk
meningkatkan hal ini?”)
2) Pertanyaan tidak dikelola
Pertanyaan yang tidak dikelola menyebabkan kesulitan, memberikan informasi
(“Apakah Anda tidak mengetahui permasalahan biaya ini?”) dan membawa
diskusi tersebut ke dalam kesimpulan yang salah (“ Tidakkah Anda berfikir kita
telah cukup membicarakan hal ini?”). Pertanyaan tidak dikelola cenderung
menghasilkan kemarahan dan sikap defensif dari pihak lain, pihak lain akan
merasa tidak nyaman dan kurang bersedia memberikan informasi di kemudian
hari.
12
2. Mendengarkan
“ Mendengarkan aktif ” dan “ refleksi “ merupakan istilah yang biasa digunakan dalam
proses dibidang bantuan, seperti konseling dan terapi (Rogers, 1957, 1961). Terdapat tiga
bentuk utama mendengarkan :
1) Mendengarkan pasif
Melibatkan menerima pesan saat tidak ada umpan balik bagi pengirim pesan
mengenai keakuratan atau kelengkapan penerimaan. Kadang – kadang
mendengar pasif hanya cukup bagi komunikan untuk mengirimkan pesan.
2) Pengakuan
Merupakan bentuk kedua dari mendengarkan, sedikit lebih aktif dibandingkan
mendengar pasif, Saat mengakui, penerima sesekali menganggukan
kepalanya, mempertahankan kontak mata, atau menyisipkan respon, Respon –
respon tersebut cukup untuk membuat komunikan terus mengirim pesan,
namun pengirim pesan mungkin bisa saja salah mengartikan respon tersebut
sebagai persetujuan penerimaan pesan terhadap posisi mereka.
3) Mendengarkan aktif
Ketika penerima pesan secara aktif mendengarkan, mereka menyatakan
kembali atau memparafrasakan pesan pengirim dalam bahasa mereka sendiri.
Contoh dialog ( Gordon 1977) :
PENGIRIM : Saya tidak tahu bagaimana saya akan menyelesaikan masalah
yang rumit ini.
PENERIMA : Anda sangat kebingungan dalam menyelesaikan masalah ini.
PENGIRIM : Tolong, jangan bertanya padaku tentang masalah tersebut
sekarang.
PENERIMA : Kedengarannya, Anda sangat sibuk sekarang ini.
PENGIRIM : Kupikir rapat kali ini tidak menyelesaikan masalah apapun
PENERIMA : Anda sangat kecewa dengan rapat ini.
Athos dan Gabarro (1978) mencatat bahwa respon refleksi yang berhasil
merupakan bagian penting dari mendengarkan aktif dan memiliki elemen-
elemen :
a) Penekanan yang lebih besar dalam mendengarkan dibandikan
berbicara.
b) Merespon ke personal dan bukan pada poin-poin abstrak.
13
c) Mengikuti pihak lain dan bukan memimpin mereka ke dalam area
yang dipikir pendengar sebaliknya dieksplorasi.
d) Mengklarifikasi apa yang telah diutarakan pembicara mengenai
perasaan dan pemikiran mereka dan bukan menanyakan atau
menyarankan apa yang sebaliknya mereka pikirkan dan rasakan.
e) Merespon perasaan yang telah diutarakan pihak lain
4) Pembalik peran
14
2. Ketiak posisi semua pihak pada dasarnya sesuai satu sama lain,
pembalikan peran kemungkinan menghasilkan hasil yang dapat
diterima (perubahan kognitif dan sikap) ketika posisi semua
pihak pada dasarnya tidak sesuai, pembalikan peran dapat
mempertajam persepsi ketidaksesuaian dan membatasi sikap
yang positif.
3. Meskipun pembalikan peran dapat menimbulkan pemahaman
yang lebih besar terhadap posisi pihak laindan menyoroti area
kesamaan yang mungkin terjadi, pembalikan peran tidak
selamanya efektif dalam pencapaian kesepakatan terhadap
pihak – pihak yang terlibat.
Karena negosiasi bergerak menuju perjanjian yang hampir dicapai, negosiasi harus
memenuhi dua aspek kunci komunikasi dan negosiasi secara berkesinambungan, penghindaran
kesalahan fatal dan pencapaian kesepakatan yang memuaskan dengan cara yang konstruktif.
15
Proses pengembalian keputusan dapat dibagi ke dalam empat elemen kunci
( Russo dan Schoemaker, 1989 ) :
1. Pembingkaian
2. Mengumpulkan inteligensi
3. Membuat keputusan
4. Belajar dari umpan balik
Elemen ke empat ini adalah belajar (atau gagal untuk belajar) dari umpan balik, sebagian
besar merupakan masalah komunikasi.
b. Mencapai penutupan
Gary Karras (1985), Karras menganjurkan negosiator untuk “ mengetahui kapan
untuk tutup mulut”, untuk menghindari penyerahan informasi yang tidak perlu, dan untuk
menghindari kata – kata yang dapat menjauh dari kesepakatan yang hampir dibuat.
Karras juga mengingatkan para negosiator perlu memperhatikan masalah – masalah di
menit terakhir, seperti nit-picking atau “tebakan kedua” oleh pihak yang tidak
berpartisipasi dalam proses tawar – menawar, tetapi memiliki hak atau tanggung jawab
untuk meninjaunya, negosiator harus memperhatikan tantangan tersebut dan siap untuk
menanganinnya dengan percaya diri. Terakhir, Karras mencatat pentingnya menurunkan
perjanjian tersebut kedalam bentuk tertulis,menyadari bahwa pihak yang menulis kontrak
berada dalam posisi untuk mencapai kejelasan tujuan dan pelaksanaan perjanjian
16
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Menurut Oliver, negosiasi adalah sebuah transaksi dimana kedua belah pihak mempunyai hak
atas hasil akhir. Hal ini memerlukan persetujuan kedua belah pihak sehingga terjadi proses yang
saling memberi dan menerima sesuatu untuk mencapai kesepakatan bersama. Sementara itu
Casse, negosiasi adalah proses dimana paling sedikit ada dua pihak dengan persepsi,
kebutuhan, dan motivasi yang berbeda mencoba untuk bersepakat tentang suatu hal demi
kepentingan bersama.
proses negosiasi selalu melibatkan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi, mencari suatu
kesepakatan kedua belah pihak, dan mencapai tujuan yang dikehendaki bersama kedua belah
pihak yang terlibat dalam negosiasi.
menurut Casse, ada tiga tahapan penting dalam bernegosiasi, yaitu tahap perencanaan (sebelum
negosiasi), tahap implementasi (selama negosiasi), dan tahap peninjauan (setelah negosiasi).
Menurut Casse dalam proses negoasiasi ada enam tahapan penting yang perlu diperhatikan,
antara lain : (1) persiapan, (2) kontak pertama, (3) konfrontasi, (4) Kompromi, (5) Solusi, (6)
konsolidasi.
17
Seorang negosiator dapat melakukan berbagai peran penting dalam bernegosiasi, antara lain :
Berperan sebagai seorang pemimpin, faktual, analitis, reliasional, intuitif.
Ada empat tipe negosiator, yaitu negosiator curang, negosiator professional, negosiator bodoh
dan negosiator naïf.
3.2 Saran
- Dalam melakukan negosiasi diperlukan seseorang yang mampu melihat peluang, sabar, dan
memiliki daya sensitifitas social yang tinggi
- Sebelum melakukan negosiasi sehendaknya seorang negosiator mempelajari situasi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Lewicki, j, Roy. Barry, Bruce. Saunders, M, David. Negosiasi Bisnis Salemba. Jakarta. 2012
18