LATAR BELAKANG
Dalam rangka peningkatan pendapatan masyarakat dan mendukung
ketahanan pangan yang berorientasi pada pelaksanaan undang-undang otonomi
daerah (UU No. 22 dan 25 tahun 1999 yang diperbaharui dengan UU No. 32 tahun
2004), dimana pemerintah Kabupaten/Kota memiliki wewenang dan kesempatan
untuk mengatur dan mengembangkan wilayahnya masing-masing secara otonom.
Pemerintah Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir dalam menindak lanjuti dan
menyambut otonomi daerah ini mengupayakan pengembangan potensi daerahnya,
salah satunya adalah pengembangan dan pemberdayaan irigasi, rawa dan sungai
dengan melakukan perencanaan teknis irigasi, rawa dan sungai yang ada
diwilayahnya.
Pemanfaatan jaringan irigasi teknis pada daerah irigasi yang ada, dan
ditunjang dengan pemberdayaan Irigasi Kecil diharapkan akan dapat meningkatkan
lahan irigasi secara intensifikasi maupun ekstensifikasi. Intensifikasi dapat dicapai
dengan peningkatan intensitas tanam dan efisiensi pemakaian air irigasi, sedangkan
ekstensifikasi dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber air irigasi yang ada secara
efisien dengan luas areal yang optimum. Di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir
banyak terdapat lahan irigasi sawah maupun irigasi rawa dan sungai yang dapat
dikembangkan dengan sistem jaringan irigasi yang baik sehingga upaya pemerintah
Kabupaten Ogan Komering Ilir di atas dapat dicapai.
LAPORAN FINAL 1
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Anggaran 2017 akan melakukan Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai yang
lokasinya tersebar dibeberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir.
LAPORAN FINAL 2
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
1.6. SASARAN PEKERJAAN
Pengembangan dan konservasi Sumber Daya Air (SDA) Kabupaten Ogan Komering
Ilir melalui kegiatan Pembangunan, Rehabilitasi dan Peningkatan dalam rangka optimalisasi
pemanfaatan sumber-sumber air untuk mengembangkan lahan irigasi, rawa dan sungai.
Kegiatan ini dalam garis besarnya adalah perencanaan jaringan irigasi, rawa dan sungai serta
kegiatan lain yang diperlukan untuk mendukung kegiatan tersebut.
LAPORAN FINAL 3
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
KABUPATEN OGAN
KOMERING ILIR
Melaksanakan review system irigasi di daerah study. Disamping itu Konsultan harus
menyusun rencana system irigasi.
Secara garis besar pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan Persiapan
Pengumpulan Data Sekunder dan program kerja yang meliputi
LAPORAN FINAL 4
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Pengkajian tata letak jaringan irigasi
Pengkajian desain jaringan utama/tersier
Pengkajian peta kesesuaian lahan
Pengkajian peta tata guna lahan
Pengkajian data hidrologi, ketersediaan air dan genangan banjir
Penyiapan program kerja
2. Kegiatan Survey Lapangan
- Investigasi Data Primer
Inventarisasi Bench Mark yang sudah ada serta pembuatan Bench Mark baru
Pengukuran dan pemetaan situasi
Pengukuran trase jaringan utama
Pengukuran situasi bangunan
Jika diperlukan penyelidikan tanah/geoteknik dilaksanakan berdasarkan lay out /
system planning yang akan diusulkan oleh konsultan. Kegiatan ini bertujuan untuk
mendapatkan data mekanika tanah yang meliputi :
Daya dukung tanah
Stabilitas lereng saluran dan tanggul
Penurunan muka tanah
Kelulusan air
Sumber bahan bangunan
Penyelidikan tanah melalui kegiatan-kegiatan :
LAPORAN FINAL 5
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Sumber Air
Konsultan harus melakukan penelitian terhadap semua sumber-sumber air yang
terdapat di sekitar daerah studi dan mengevaluasi sumber air yang diusulkan dalam
rancangan rinci pekerjaan ini meliputi antara lain :
Pengumpulan dan evaluasi dari data yang ada tentang kondisi hidrologi,
geohidrologi, hidrolika aliran dan sedimentasi.
Melakukan survey di lapangan yang meliputi pengenalan, pengukuran debit dan
fluktuasi sumber-sumber air, sampling air dan memeriksakan ke laboratorium
berdasarkan pemeriksaan standar.
3. Pembuatan Sistem Planning dan Peta Petak
Menyusun peta petak dan system planning untuk keseluruhan areal yang akan diairi yang
akan mengintegrasikan rencana perluasan jaringan irigasi dengan jaringan irigasi yang
sudah ada.
4. Perencanaan Detail
Perencanaan detail jaringan utama (Bangunan Pengambilan, saluran pembawa, dan
pembuang beserta bangunan-bangunan lainnya).
LAPORAN FINAL 6
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
1.10. SISTEMATIKA PENYAJIAN LAPORAN
Penyajian laporan Akhir, secara sistematis dibagi dalam beberapa pokok bahasan sebagai
berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan bagian awal yang membahas tentang latar belakang, tujuan
pekerjaan, hasil yang diharapkan, nama pekerjaan, lokasi pekerjaan,
ruang lingkup pekerjaan dan sistematika penyajian laporan.
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN
Membahas tentang gambaran secara umum kondisi geografis, kondisi
sosial ekonomi, dan kondisi pertanian wilayah studi.
BAB III : SURVEY TOPOGRAFI
Survey Pengukuran Topografi adalah kegiatan yang meliputi pengukuran,
analisis dan penyajian data yang berhubungan dengan informasi kondisi
untuk mendukung perencanaan.
BAB IV : TANAH PERTANIAN
Bab ini akan membahas tentang Pengambilan sample tanah, Identifikasi,
Evaluasi Kesesuaian Lahan serta Rekomendasi pemupukan dalam
rangka meningkatkan tingkat produksi lahan.
BAB V : SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
Survey sosial ekonomi dilakukan untuk mengetahui tanggapan
masyarakat di masing-masing lokasi pekerjaan yang akan dikaji,
disamping itu juga untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat
yang ada saat ini guna dilakukan suatu rekayasa teknik.
BAB VI : PERENCANAAN
Bab ini akan membahas tentang perencanaan Pengelolaan tata air,
rencana Bangunan pengatur air dan Bangunan Pelengkap.
BAB VII : RENCANA ANGGATAN BIAYA
Bab ini akan membahas tentang estimasi kebutuhan biaya pelaksanaan
pekerjaan konstruksi perluasan sawah.
BAB VIII : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan membahas tentang kesimpulan sementara berdasarkan
hasil analisa dan pengalaman konsultan dalam pekerjaan pencetakan
sawah agar sasaran yang dikehendaki dapat tercapai.
LAMPIRAN
LAPORAN FINAL 7
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
2.1. UMUM
Kabupaten Ogan Komering Ilir atau yang sering disingkat OKI, beribukotakan Kayu Agung
adalah salah satu Kabupaten di Sumatera Selatan yang memiliki luas 19.023,47 Km² dan
berpenduduk sekitar 742.374 jiwa. terletak di antara 104°,20´ dan 106°,00´ Bujur Timur dan
2°,30´ sampai 4°,15´ Lintang Selatan, dengan ketinggian rata-rata 10 meter di atas
permukkan air laut.
Secara administrasi Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) berbatasan dengan:
Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan Ilir dan Kota Palembang di sebelah Utara;
Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan Propinsi Lampung di sebelah Selatan;
Kabupaten Ogan Ilir di sebelah Barat, dan;
Selat Bangka dan laut Jawa di sebelah Timur .
LAPORAN FINAL 8
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
2.2. KEADAAN UMUM LOKASI PEKERJAAN
2.2.1. Kondisi geografis
Lokasi Pekerjaan berdasarkan data dan Survey di lapangan. lokasi penelitian tertuju ke
dalam 5 (lima) Kecamatan, yaitu : Kecamatan Cengal, Kecamatan Teluk Gelam, Kecamatan
Tanjung Lubuk, Kecamatan Sungai Menang, dan Kecamatan Tulung Selapan.
Secara administrasi berbatasan dengan :
LAPORAN FINAL 9
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Sungai 2. Sebelah Utara : Kecamatan Sungai Menang merupakan salah satu
Menang dari 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Ogan
Kecamatan Cengal
Komering Ilir, yang terdiri dari 18 desa dengan
2. Sebelah Selatan : luas wilayah 2.768,17 km.
Provinsi Lampung
3. Sebelah Barat :
Kecamatan Mesuji
4. Sebelah Timur :
Laut Jawa
3. Kondisi Topografi
Wilayah barat Kabupaten OKI berupa hamparan dataran rendah yang sangat luas, dengan
komposisi 25% merupakan daratan dengan rata-rata ketinggian tempat 10 meter dari
permukaan laut (dpl) dengan 75% merupakan perairan yang merupakan rawa-rawa yang
membentang.
Beberapa kecamatan lokasi studi berada di sisi Timur wilayah kabupaten OKI yaitu terletak di
garis pantai yang memanjang mulai dari kecamatan Cengal, dan Tulung selapan. Garis pantai
tersebut bermuara pada selat Bangka
Berdasarkan tingkat kemiringan, wilayah Pekerjaan dapat dibedakan menjadi daerah dengan
topografi datar sampai landai dengan tingkat kemiringan antara 0–2%, dan Sebagian besar
wilayah Lokasi Pekerjaan merupakan daerah datar sampai landai.
5. Kondisi Hidroklimatologi
Tinjauan kondisi hidroklimatologi dilakukan terhadap keadaan curah hujan dan iklim
berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari beberapa stasiun di sekitar wilayah proyek.
Kondisi hidroklimatologi disini adalah menyangkut keberadaan/kondisi iklim disekitar lokasi
studi yang meliputi curah hujan, temperatur, penyinaran matahari, kelembaban dan kecepatan
angin.
Data klimatologi dalam kaitannya dengan lokasi proyek adalah untuk mengetahui nilai
evapotranspirasi potensi di wilayah proyek. Adapun parameter yang diperlukan adalah
temperatur udara, kelembaban udara, penyinaran matahari dan kecepatan angin. Data
LAPORAN FINAL 10
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
klimatologi yang digunakan adalah dari Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi
Kelas I Kenten.
Tabel 2.1. Data Iklim
SUHU UDARA PENYINARAN TEKANAN KELEMBABAN ANGIN
BULAN RATAS MAX MIN MATAHARI UDARA UDARA KEC.RATAS KEC.MAX
ARAH ARAH
(OC) (OC) (OC) (%) (mb) (%) (knot) (knot)
JANUARI 26.0 30.6 23.4 24 1011.4 87 6 NW 15 NW
PEBRUARI 26.8 31.8 23.8 35 1010.0 84 5 N 15 N
MARET 27.4 33.3 24.0 46 1010.6 82 4 N 12 NW
APRIL 27.6 33.5 24.3 52 1010.2 84 4 NW 12 NE
MEI 27.9 33.4 24.8 59 1009.7 84 4 SE 10 N
JUNI 28.1 33.0 25.0 30 1009.1 82 4 SE 16 NW
JULI 28.0 33.0 24.7 56 1010.1 79 5 SE 15 SW
AGUSTUS 27.5 33.1 24.1 68 1010.8 79 5 E 15 NE
SEPTEMBER 28.0 33.9 23.6 56 1011.5 73 5 E 14 E
OKTOBER 28.7 34.8 24.3 34 1011.0 73 5 E 17 SE
NOPEMBER 27.8 34.0 24.2 46 1010.2 79 5 VRB 12 SE
DESEMBER 27.2 32.1 24.1 38 1009.8 84 5 NW 12 NW
LAPORAN FINAL 11
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Tabel 2.3. Sebaran Jenis Tanah pada Lokasi Teridentifikasi
SATUAN
KABUPATEN KECAMATAN DESA JENIS TANAH PETA
TANAH
(SPT)
Pelimbangan Organosol SPT-1
Balam Jeruju Organosol SPT-1
1. Cengal
Sungai Ketupak Aluvial Gleik SPT-2
Ujung Tanjung Podsolik Merah K. SPT-1
2.Tulung Selapan
Sungai Beringin - -
3. Teluk Gelam Mulya Guna Aluvial Gleik SPT-3
Ogan Dewa Sibur Organosol SPT-1
Komering Ilir
(OKI) Nata Sibur Organosol SPT-1
4.Sungai Menang
Gajah Mati Kambisol Glelk SPT-2
Sidomulyo Podsolik Merah K SPT-3
Beringin Induk Kambisol Glelk SPT-2
Beringin Trans Kambisol Glelk SPT-2
5.Tanjung Lubuk
Gematung Kambisol Glelk SPT-2
Sungai Tj. Beringin - -
LAPORAN FINAL 12
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
2.2.4. Kondisi Sosial Ekonomi
6.1.1.1. Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Kabupaten Ogan Komering Ilir pada pertengahan tahun 2013 sebanyak
764.894 meningkat dibanding tahun 2012 yang jumlah penduduknya sebesar 752.906 jiwa.
Jika dilihat berdasarkan kelompok umur, maka yang paling banyak adalah kelompok umur 0–
4 tahun sebanyak 81.816 jiwa dan kelompok yang paling sedikit adalah kelompok umur 70-74
tahun sebanyak 8.991 jiwa. Struktur umur penduduk Kabupaten Ogan Komering Ilir tergolong
penduduk muda karena proporsi penduduk dibawah 15 tahun masih cukup tinggi, yaitu
mencapai 229.008 jiwa (29,93 persen). Sedangkan penduduk tua, yaitu usia 65 tahun ke atas
sebanyak 30.587 atau sekitar 4,00 persen.
Distribusi penduduk menurut kecamatan pada lokasi pekerjaan tidak merata. dari tiga
kecamatan yang Masuk dalam Kegiatan SID, Kecamatan Cengal memiliki jumlah penduduk
terbanyak, kemudian diikuti oleh Kecamatan Tulung Selapan. Sedangkan Kecamatan Teluk
Gelam memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit. Dapat dilihat pada table 2.4 di bawah ini
No Kecamatan/ Jumlah Kepadatan
Districts Penduduk /Km2
1. Cengal 46.810 20,67
Tabel 2.4. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan dalam Kabupaten OKI
Sumber : Bagian Pemerintahan Pemerintah Daerah Kabupaten OKI
Dari tabel tersebut diatas, dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk di lokasi Kecamatan
Teluk Gelam lebih padat dibanding dengan kedua desa lainya (Dotir dan Maimari).
Kecamatan/ Penduduk Sex Ratio %
No
Districts Laki2 perempuan
1. Cengal 24.695 22.115 111.0
LAPORAN FINAL 13
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
6.1.1.2. Mata Pencaharian
Mata Pencaharian di lokasi pekerjaan pada umunya sama di bidang Pertanian. Pertanian
merupakan sumber penghasilan utama masyarakat di wilayah Pekerjaan, dengan komoditas
utama adalah budidaya tanaman karet, baik sebagai pemilik kebun maupun sebagai buruh
sadap.
Berdasarkan hasil sensus, pada tahun 2014, tercatat di wilayah kecamatan Cengal terdapat
11.709 rumah tangga pertanian dari 15.976 keluarga. Dengan kata lain terdapat 73,29%
keluarga petani yang tersebar di seluruh perdesaan di dalam wilayah kecamatan tersebut.
Disamping sebagai petani budidaya tanaman karet, ada juga masyarakat di wilayah
kecamatan Cengal, terutama yang tinggal di wilayah pesisir bekerja sebagai nelayan, baik
sebagai nelayan tangkap maupun sebagai nelayan budidaya.
LAPORAN FINAL 14
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Gambar 2.3. Peta Lokasi Kegiatan Desa Balam Jeruju
Lokasi Pekerjaan merupakan lahan dataran rendah rawa lebak, kemiringan lahan (slope) <5%
(datar), dengan Kondisi Vegetasi berupa semak dan hutan gelam.Pengambilan sampel tanah
pada lokasi pekerjaan dilakukan di 4 titik, dengan jenis tanah yang terdapat pada lokasi
berupa Tanah Humus Hitam dan Tanah lempung abu.
LAPORAN FINAL 15
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Desa Sungai Ketupak pemukimanya yang berada di tepian sungai ketupak, Sumber
penghasilan utama adalah di sector pertanian Perikanan, sebagai nelayan.perhubungan antar
Desa yang dapat digunakan adalah melalui jalur air, menggunakan Spead Boat dari
pelabuhan yang berada di Kecamatan Tulung Salapan Desa Simpang Tiga Abadi Kabupaten
OKI.
Fasilitas pendidikan pada lokasi Kegiatan hanya terdapat 1 sekolah tingkat Sekolah Dasar
Negeri (SD), dengan jumlah murid 54 orang.Dan fasilitas Kesehatan 1 poskesdes.Dilihat dari
jumlah penduduk dan luas wilayah, efektivitas dunia pendidikan di Desa Sungai Ketupak perlu
adanya peningkatan baik dari segi kuantitas dan kualitas sarana.selama ini masyrakat Desa
Sungai Ketupak untuk menjangkau lokasi pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dan saran
kesehatan yang memadai, harus menjakaunya ke Kecamatan Cengal atau ke Kecamatan
Tulung Salapan.
Kegiatan di Desa Sungai Ketupak Kecamatan Cengal Kabupaten OKI, berdasarkan usulan,
luas lokasi kegiatan adalah 500 hektar, dengan Status lahan milik Desa yang sudah dibagikan
kepada masyarakat dengan bukti kepemilikan lahan berupa Surat Pengakuan Hak (SPH)
yang dikeluarkan oleh Kepala Desa Setempat untuk 5 Kelompok tani pada tahun 2005
Lokasi Kegiatan berada dalam 1 hamparan yang berada di seberang sungai ketupak dekat
tambak, +1 km dari pemukiman Desa, terletak antara3°16'2.1025" - 105°40'6.9599", dengan
luas yang didapatkan adalah 654 hektar.
CP01/F10
TANGGUL X= 0576 250
Y= 9638 600
PAK
AI KETU
F13 SUNG
X= 0573 388
Y= 9638 954
KAWASAN HP
CP.01
X= 0576 250
F2
PARI
T EXIS
TING
F3
CP.05
X= 0576 250
Y= 9638 600
KAWASAN HP KAWASAN HP
S. Lumpur
PARIT EXISTING
KE PT. BMH
F4
AKASIA X= 0574CP03
178 X= 0575 000
Y= 9635 980 Y= 9635 992
Lokasi pekerjaan merupakan lahan daerah pasang surut, dengan kondisi vegetasi berupa
semak belukar.dengan jenis tanah yang didapatkan dari 4 titik pengeboran sampel tanah
X= 0574 180
Y= 9635 540
CP02
X= 0576 250
Y= 9635 540
LAPORAN FINAL 16
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
3. Pelimbangan, Kecamatan Cengal
Desa Pelimbangan yang berada sebelah utara +7.5 km dari Ibukota Kecamatan luas
wilayahnya adalah 186,47 Km2 atau 8.05%,dan memerintahi 5 Dusun, 5 Rukun Warga dan 10
Rukun Tetangga, dengan batas pemerintahan Desa sebagai berikut :
Utara/North : KecamatanTulung Selapan
Selatan/South : Desa Cengal
Timur/East : Desa Ulak Kedondong
Barat/West : Desa Talang Rimba
Jumlah penduduk di Desa Pelimbangan mencapai 2.817 jiwa, dengan suku mayoritas suku
asli komering yang secara pembagian menurut jenis kelamin laki-laki adalah 1.517 jiwa dan
perempuan sebanyak 1.300 jiwa, tingkat rasio 116.69%. dari total jumlah penduduk di Desa
Pelimbangan, banyaknya keluarga pertanian mencapai 44.91% atau hanya 415 keluarga, dari
924 jumlah keluarga yang ada. Sumber penghasilan warga desa pelimbangan selama ini di
bidang sector pertanian dengan komoditi yang diunggulkan adalah karet, sedangkan
penghasilan lainnya adalah sebagai buruh di Desa tetangga dan ternak.
Di Desa Pelimbangan di laksanakan berdasarkan usulan Desa dan rekomendasi Status dari
Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan yang dikeluarkan pada tanggal 7 september
2014 dengan no surat 522.503/1353-II/HUT, hal konfirmasi status lahan. Lokasi pekerjaan
yang berada antara : 3°26'44.4933" - 105°30'16.5522". luas usulan rencananya adalah 500
hektar, terbagi dalam 3 kelompok tani dengan jumlah rata-rata per kelompok tani 50 orang.
Lokasi Pekerjaan yang berada di ujung jalan desa, Dusun Tanjung Batu Desa Pelimbangan, +
5 km dari Pemukiman Desa.Lokasi Pekerjaan terbagi dalam 2 hamparan yang terpisahkan
oleh parit alam. dengan luas yang didapatkan berdasarkan hasil pengkuran adalah 311.83
hektar dengan luas per hamparan sebagai berikut :
1. Hamparan 1 = 162.12 hektar,
2. Hamparan 2 = 149.71 hektar,
LAPORAN FINAL 17
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Gambar 2.5. Peta Lokasi Kegiatan Desa Pelimbangan
Dari hasil pengamatan, Lokasi pekerjaan merupakan daerah cekungan rawa lebak yang
dikelilingi perkebunan karet milik warga desa.dengan nilai vegetasi pada lokasi pekerjaan
berupa Purun semak belukar dan hutan gelam. Dengan jenis tanah yang ada pada lokasi
pada 4 titik pengambilan sampel yaitu: Tanah Gambut (organosol) sedalam 0.20 cm dan
tanah humus hitam.
4. Ujung Tanjung, Kecamatan Tulung Selapan
Lokasi di Desa Ujung Tanjung, dengan luas lahan rencana areal persawahan seluas 1.400
ha. Desa Ujung tanjung dengan luas wilayah 324,41 km2, memiliki jumlah penduduk 2.984
jiwa, dengan tingkat sex ratio 100,67% dan kepadatan penduduk 9.20 jiwa/km2
Secara administrative Desa Ujung Tanjung Kecamatan Tulung Selapan berbatasan dengan :
Utara/North : Desa Tulung Salapan Ulu
Selatan/South : Desa Pondok Kulit
Timur/East : Desa Lebung Gajah
Barat/West : Desa Cengal
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, lokasi yang berjarak + 1 km dari pemukiman
Desa, yang secara geografis berada pada 3°15'6.5045" bujur timur - 105°19'26.3152" lintang
selatan. lokasi merupakan daerah cekungan rawa lebak yang batasi kebun karet masyarakat,
lahan PT Perkebunan Karet, dengan status lahan pada lokasi pekerjaan adalah tanah marga
LAPORAN FINAL 18
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
yang dibagikan pemerintah desa kepada masyarakat terdiri dalam 2 hamparan sawah terbagi
dalam 11 kelompok tani.
Dari hasil penyelidikan di lapangan jenis tanah dilokasi pekerjaan berupa gambut dan
organosol dengan penilaian vegetasi berupa semak dan hutan gelam
LAPORAN FINAL 19
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Desa Mulya Guna memiliki jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Teluk Gelam yaitu
4.758 jiwa dengan Jumlah rumah tangga 1022 dan kepadatan penduduk mencapai 434,72
km2 yang terbagi dalam jenis kelamin laki-laki 2.449 jiwa dan jenis kelamin perempuan 2.302
jiwa, dengan tingkat rasio 107 %.
Lokasi pekerjaan Survey Investigasi Desa Mulya Guna berada + 1 km dari pemukiman Desa
yang secara geografis di koordinat 3°34'9.2715"-104°48'3.9597". di lokasi pekerjaan terdapat
sungai-sungai alam dan danau teluk gelam. lokasi pekerjaan merupakan daerah rawa lebak
yang dikelilingi perkebunan karet masyarakat, dengan kondisi vegetasi dan jenis tanah yang
di dapatkan saat pengambilan sampel tanah berupa :
- Vegetasi pada lokasi Pekerjaan berupa Hutan dan semak belukar
- Jenis Tanah dari 5 titik sampel tanah terdap jenis tanah berupa tanah humus dan Tanah
Lempung Abu (Alluvium)
Status Lahan adalah tanah marga (tanah desa) yang dibagikan kepada masyarakat 4
kelompk tani, dengan bukti kepemilikan lahan berupa Surat Pengakuan Hak (SPH) yang
dikeluarkan dari pemerintah setempat.
LAPORAN FINAL 20
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Gambar 2.11 Peta Lokasi Kegiatan Desa Dewa Sibur
LAPORAN FINAL 21
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
8. Desa Gajah Mati Kecamatan Sungai Menang
Lokasi usulan berada di Desa Gajah Mati pada koordinat 105°44'33.10"T,
3°54'0.19"S. Lokasi dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi Darat dan Air, jarak
dari kota kecamatan70 km, sedangkan jarak dari kota kabupaten 128 km,Luas usulan 500 ha,
status lahan merupakan lahan milik warga dalam bentuk sph dan sertifikat.
LAPORAN FINAL 22
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Gambar 2.14 Peta Lokasi Kegiatan Desa Gajah Mati
LAPORAN FINAL 23
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Gambar 2.15 Peta Lokasi Kegiatan Desa Tanjung Beringin Induk
LAPORAN FINAL 24
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Gambar 2.16 Peta Lokasi Kegiatan Desa Tanjung Beringin Trans
LAPORAN FINAL 25
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Gambar 2.17 Peta Lokasi Kegiatan Desa Pulau Gematung
LAPORAN FINAL 26
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Gambar 2.18 Peta Lokasi Kegiatan Desa Sungai Tanjung Beringin
LAPORAN FINAL 27
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
3.1. UMUM
3.1.1. Pengertian Survey Pengukuran Topografi
Dalam melaksanakan analisis perencanaan, keadaan topografi wilayah sangat penting untuk
diketahui. Karena hasil desain dari suatu perencanaan haruslah bisa diaplikatifkan pada
keadaan wilayah yang ditinjau. Oleh karena itu, keadaan struktur tanah secara fisik perlu
diketahui seperti ketinggian tanah, tipe dataran (pegunungan, lembah, dan sebagainya )
dimana itu semua membutuhkan peta topografi. Peta topografi adalah peta penyajian unsur-
unsur alam asli dan unsur-unsur buatan manusia diatas permukaan bumi. Unsur-unsur alam
tersebut diusahakan diperlihatkan pada posisi yangsebenarnya melalui titik kontrol. Sehingga
pemetaan topografi yang di buat berdasarkan koordinat yang telah ditentukan pada
pengukuran titik kontrol.
Pemetaan topografi merupakan suatu pekerjaan yang memperlihatkan posisi keadaan
planimetris diatas permukaan bumi dan bentuk diukur dan hasilnya digambarkan diatas kertas
dengan simbol-simbol peta pada skala tertentu yang hasilnya berupa peta topografi. Peta
topografi mempunyai ciri khas yang dibuat dengan teliti (secara geometris dan georefrensi)
dan penomorannya memiliki seri. Peta topografi mempunyai peta dasar (base map) yang
berarti kerangka dasar (geometris/georefrensi) bagi pembuatan peta-peta lain. untuk
membuat suatu peta topografi wilayah, perlu diadakan survey pengukuran topografi itu
sendiri.
Survey Pengukuran Topografi adalah kegiatan yang meliputi pengukuran, analisis dan
penyajian data yang berhubungan dengan informasi kondisi untuk mendukung perencanaan.
Hasil kegiatan survey topografi dijadikan sebagai acuan dasar dalam perencanaan teknis.
Dalam melakukan survey topografi, hasil pengukuran haruslah memiliki detail yang baik. Yang
dimaksud dengan detail atau titik detail adalah semua benda-benda di lapangan yang
merupakan kelengkapan daripada sebagian permukaan bumi. Jadi, disini tidak hanya
dimaksudkan pada benda-benda buatan seperti bangunan-bangunan jalan-jalan dengan
segala perlengkapan dan lain sebagainya. Jadi, penggambaran kembali sebagian permukaan
bumi dengan segala perlengkapan termasuk tujuan dari pengukuran detail, yang akhirnya
berwujud suatu peta. Berhubung dengan bermacam-macam tujuan dalam pemakaian peta,
maka pengukuran detailpun menjadi selektif, artinya hanya detail-detail tertentu yang diukur
guna keperluan suatu macam peta.
3.1.2. Adapun ruang lingkup dari pekerjaan survey Topografi ini meliputi:
LAPORAN FINAL 28
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
a. Pemasangan patok.
b. Pengukuran Batas wilayah studi/ pengukuran polygon batas.
c. Pengukuran situasi detail.
d. pengukuran elevasi.
e. Perhitungan sementara dilapangan.
f. Penggambaran Draft lapangan
g. Analisa data ukur
h. Penggambaran dan Penyusunan laporan
LAPORAN FINAL 29
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
1. Peta Rupabumi Digital Indonesia, Skala 1 : 25.000,
2. Peta Rupabumi Digital Indonesia, Skala 1 : 25.000,
3. Peta Administrasi Kabupaten OKI
3.2.2. Bench Mark (BM)
Benchmark adalah teknik pengetesan dengan menggunakan suatu nilai standar. Suatu
program atau pekerjaan yang melakukan perbandingan kemampuan dari berbagai kerja dari
beberapa peralatan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pada produk yang baru.
Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan produk-produk perangkat lunak maupun
perangkat keras dengan percobaan yang sama.
Titik referensi yang dipergunakan adalah titik Bench Mark (BM) yang ada disekitar lokasi
pengukuran (peta dasar), misalnya titik triangulasi, titik NWP atau titik referensi lainnya atas
persetujuan pihak Direksi Pekerjaan. Bila tidak ditemukan titik-titik referensi tersebut di atas,
maka akan dipakai Global Positioning System (GPS) Geodetic untuk menentukan koordinat
BM yang direncanakan.
LAPORAN FINAL 30
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
A. Personil
Dalam menghasilkan suatu produk survey Topografi yang optimal dan mendapatkan standar
data topografi yang sesuai dengan ketentuan dan layak dalam memenuhi data perencanaan,
maka diperlukan Tenaga Ahli Geodesi yang profesional dengan tingkat disiplin ilmu sekurang-
kurangnya setingkat strata 1. Tenaga ahli yang akan ditugaskan dalam kegiatan ini harus
memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman pada bidang survey pengukuran
Topografi lahan pada khususnya agar hasil kajian dari survey Topografi bisa dipertanggung
jawabkan akan kebenarannya.
Selain Tenaga Ahli Geodesi yang mutlak harus dipenuhi sesuai dengan disiplin ilmunya untuk
kelancaran dan ketertiban serta optimalnya produk akhir pengukuran yang diinginkan,
seyogyanya perlu ditunjang oleh tenaga pendukung yang profesional dan berpengalaman.
Oleh sebab itu dalam pelaksanaan kegiatan ini diperlukan tenaga pendukung sesuai dengan
keahliannya dengan tingkat disiplin ilmu yang dapat melaksanakan tugas sesuai pula dengan
kedudukannya.
B. Peralatan
Kebutuhan peralatan survey lapangan untuk pekerjaan pemetaan Topografi disesuaikan
dengan penugasan tenaga teknis yang melaksanakan pekerjaan tersebut di lapangan, seperti
rincian berikut :
a. (T0) : 3 unit
b. Waterpass : 2 unit
c. GPS Geodetik : 1 bh
d. Kamera Digital : 1 bh
e. Roll Meter (50 m) : 1 bh
f. Meteran (10 m) : 1 bh
Alat ukur sebelum dibawa ke lapangan terlebih dahulu dilakukan pengecekan, di antaranya
pengecekan salah Indeks dan salah kolminasi untuk alat jenis T.0 dan salah garis bidik untuk
alat jenis waterpass yang akan dipakai tersebut.
Formulir yang dipakai adalah formulir standar yang biasa dipakai untuk pekerjaan pemetaan
yaitu :
a Formulir Pengukuran Sudut dan Jarak (Poligon)
b Formulir Pengukuran Waterpass
c Formulir Pengukuran Detail Dan Situasi
LAPORAN FINAL 31
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
3.3.3. Pengukuran Topografi
A. Pemasangan Patok, CP dan BM
Dalam melakukan pemasangan Patok, CP dan BM sangat penting untuk mengetahui fungsi
dari Benchmark. seperti yang telah disebutkan pada sub-bab sebelumnya, Benchmark adalah
titik yang telah mempunyai koordinat pasti, dan direpresentasikan dalam bentuk
monumen/patok di lapangan. Mengingat pentingnya fungsi Benchmark dalam kegiatan survey
topografi, yaitu sebagai titik ikat yang mereferensikan posisi obyek pada suatu sistem
koordinat global. maka untuk mendukung efisiensi dalam pengelolaan suatu area situasi,
perlu diketahui manfaat dari Benchmark itu sendiri.
Adapun fungsi dari benchmark adalah sebagai berikut :
1. Untuk memastikan bahwa area situasi pengukuran berada dalam wilayah konsesi yang
diijinkan oleh Pemerintah.
2. Mengintegrasikan area-area situasi pengukuran yang terpisah ke dalam satu sistem
koordinat global.
3. Efektifitas dan efisiensi kegiatan penambangan, dari tahap eksplorasi hingga tahap
reklamasi.
4. Dalam melakukan pengukuran benchmark, kami menggunakan metode penentuan
posisi dengan teknologi Global Positioning System (GPS) yang memiliki akurasi sampai
dengan level subcentimeter. Selain metode pengukuran yang tepat, desain persebaran
titik-titiknya juga Kami perhatikan, karena hal tersebut sangat berpengaruh pada hasil
survey secara keseluruhan.
5. Pembuatan desain persebaran titik-titik benchmark yang paling sesuai dengan area
situasi, merupakan bagian dari layanan Kami kepada konsumen. Dengan desain
tersebut, maka pekerjaan-pekerjaan survey selanjutnya akan lebih efisien.
Adapun pelaksanaan pemasangan patok dan BM yang telah dilakukan adalah sebagai berikut
1. Patok terbuat dari Paralon di isi coran beton, panjang ± 80 cm, ditanam 40 cm dan
bagian atasnya + 20 cm diberi cat biru dan paku payung.
2. Patok dipasang sepanjang / melingkupi batas lahan yang berfungsi sebagai kerangka
pengukuran. Apabila kerangka ini terlalu besar gara dibuat menjadi beberapa loop
sesuai petunjuk Direksi.
3. Patok dipasang setiap pertemuan sudut lahan.
LAPORAN FINAL 32
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Gambar 3.1. Pelaksanaan Pembuatan Patok paralon dan BM oleh Tim Pengukuran
Konsultan
LAPORAN FINAL 33
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
c) Alat ukur jarak yang digunakan adalah EDM untuk polygon utama dan roll meter baja
untuk polygon cabang.
d) Jalur pengukuran polygon megikuti jalur kerangka pengukuran.
e) Sudut horisontal diukur 1 (satu) seri lengkap (B,LB).
f) Perbedaan sudut horisontal bacaan biasa dan luar biasa < 5".
g) Untuk orientasi arah kontrol ukuran sudut harus dilakukan pengamatan matahari sesuai
petunjuk Direksi.
h) Jarak antara patok diukur 2 (dua) kali atau bolak-balik, perbedaannya harus < 1 :
1/10.000 (L = jarak rata-rata).
i) Panjang seksi pengukuran polygon maksimum 2,5 Km dan setiap ujungnya ditandai
dengan BM.
LAPORAN FINAL 34
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
C. Pengukuran Kerangka Vertikal (Sipat Datar)
Setelah dilakukan pengukuran kerangka horizontal, maka salah satu bentuk dari pengukuran
survey topografi adalah pengukuran kerangka vertikal atau lebih di kenal dengan nama
pengukuran sipat datar. Pelaksanaan pengukuran kerangka vertikal adalah sbb :
1. Menggunakan metode pengukuran sifat datar / waterpass.
2. Alat yang digunakan harus alat waterpass otomatis dan rambu ukur yang dilengkapi
dengan nivo.
3. Ketinggian / elevasi setiap titik polygon dan BM ditentukan dengan pengukuran
waterpass.
4. Sebelum dan sesudah pengukuran (setiap hari) harus dilakukan checking garis bidik.
5. Metode pengukuran waterpass adalah double stand dan pergi pulang.
LAPORAN FINAL 35
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
3.3.5. Penggambaran Dan Penyajian Peta
1. Peta dasar pendahuluan skala 1 : 1000 atau 1 : 2000 harus memperlihatkan
keadaan pada saat dilakukan pengukuran.
2. Peta harus digambar di atas kertas kalkir 80/85 mg ukuran A1 (594 x 841 mm)
dengan tata laksana penggambaran sesuai dengan Kriteria Perencanaan (KP. 07).
3. Ukuran tulisan, angka dan ketebalan garis harus sesuai dengan Kriteria
Perencanaan (KP. 07).
4. Setelah perhitungan - perhitungan koordinat selesai, sambil menunggu hasil
perhitungan elevasi dan titik-titik detail, pengeplotan koordinat dengan system
grafis tidak diperbolehkan.
5. Seperti pekerjaan-pekerjaan pengukuran; perhitungan; pekerjaan penggambaran
ini harus dipimpin oleh seorang koordinator yang berpengalaman, hal ini
dimaksudkan agar dapat terkoordinir dengan baik serta hasil survey yang
maksimum dengan waktu yang tepat.
6. Ketentuan gambar sebagai berikut :
- Garis silang grid dibuat setiap 10 cm arah x dan arah y.
- Gambar konsep draft harus diperiksa terlebih dahulu kepada direksi sebelum
digambar final pada drafting ukuran 80/90 gram/m2.
- Semua BM baik yang lama maupun yang baru atau yang digunakan sebagai
BM referensi harus digambar pada peta lengkap dengan ketinggiannya.
- Pada tiap kelipatan 5 m, garis kontur dibuat tebal dan dilengkapi dengan
elevasinya.
- Setiap lembar gambar dilengkapi dengan arah orientasi, daftar legenda,
nomor urut dan jumlah lembar gambar serta titik referensi yang digunakan
lengkap dengan data x, y dan z - nya.
LAPORAN FINAL 36
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
3.4. HASIL KEGIATAN PENGUKURAN SURVEY TOPOGRAFI
Setelah dilakukan survey pengambilan data di lapangan dalam pekerjaan perencanaan atau
perancangan perluasan sawah, maka didapatkan hasil survey berupa data-data yang
dibutuhkan dalam tahapan analisis selanjutnya.
Adapun hasil dari kegiatan Survei Topografi Pekerjaan adalah sebagai berikut :
1. Sebagai titik pengikatan dalam pengukuran topografi perlu dibuat Bench Mark
(BM) dibantu dengan control point (CP) yang dipasang secara teratur dan mewakili
kawasan secara merata. Kedua jenis titik ikat ini mempunyai fungsi yang sama,
yaitu untuk menyimpan data koordinat, baik koordinat (X,Y) maupun elevasi (Z).
2. Gambar hasil Survey Pengukuran Topografi terdiri dari :
a) Peta Ikhtisar (lampiran Gambar Topografi)
b) Peta Situasi lahan rencana skala 1 : 1.000
Tanjun
1. Beringin Induk 3.499693 104.680796 783.000
Pulau
3. 3.545.643 104.714.561 275.000
Gemantung
Sungai
2. 1. Dewa sibur 3.909.288 105.845.646 1.000.00
Menang
3. Cengal
LAPORAN FINAL 37
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
LOKASI PERUBAHAN KOORDINAT
UTM
KECAMATAN DESA
X Y Z
Tulung
4. 1. Ujung tanjung 535,992.51 9,640,567.54 18.000
Salapan
LAPORAN FINAL 38
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
4.1. UMUM
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran
dan penyebarannya, sifat-sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama dengan
makhluk hidup. Penerapan ilmu hidrologi dapat dijumpai dalam beberapa kegiatan seperti
perencanaan dan operasi bangunan air, penyediaan air untuk berbagai keperluan (air bersih,
irigasi, perikanan, peternakan), pembangkit listrik tenaga air, pengendalian banjir,
pengendalian erosi dan sedimentasi, transportasi air, drainase, pengendali polusi, air limbah
dan sebagainya.
Dalam perencanaan bangunan teknis keairan gambaran mengenai kondisi hidrologi pada
lokasi bangunan yang akan dibangun sangat perlu diketahui. Analisis hidrologi mempunyai
peranan yang sangat penting, karena melalui hal ini dapat ditetapkan suatu batas
perancangan untuk menghindari terjadinya suatu perencanaan yang “Over Design” dengan
akibat tidak ekonomis atau mahal ataupun perencanaan yang “Lower Design” yang kurang
aman.
Dalam kaitannya untuk menanggulangi tingkat kekritisan DAS maka bentuk
penanggulangannya harus terpadu yaitu mencakup komponen biotik dan abiotik. Dalam
kajian saat ini, titik berat pembahasan pada komponen abiotik, khususnya pada aspek
hidrologi. Menurut International Glossary of Hydrology (1974, dalam Seyhan, 1990) bahwa
hidrologi adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya, peredaran dan
distribusinya, sifat-sifat kimia dan fisikanya, dan reaksi dengan lingkungannya, termasuk
hubungannya dengan makhluk-makhluk hidup. Dalam kaitannya dengan pelatihan ini maka
bagian hidrologi yang akan diurai adalah siklus dan proses hidrologi, teknik pengukuran dan
pendugaan data hidrologi, dampak perubahan hujan dan penggunaan/penutup lahan
terhadap debit sungai.
Survey Hidrologi adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan dan penyajian data yang
berhubungan dengan informasi kondisi hidrologi dan klimatologi untuk mendukung
perencanaan. Hasil kegiatan survey hidroklimatologi dijadikan sebagai acuan dasar dalam
analisa hidrologi yang nantinya akan digunakan dalam perencanaan sumberdaya/potensi air
pada perencanaan sistem irigasi di lokasi perluasan sawah. Lingkup pekerjaan survey
Hirologi dan klimatologi meliputi:
a. inventarisasi data hidrologi dan klimatologi yang meliputi :
Data Curah Hujan wilayah dari stasiun hujan terdekat lokasi studi dengan periode
data minimal 5 tahun (2010 -2014).
Data Klimatologi dari badan meteorology dan Geofisika BMG yang mewakili daerah
studi (BMG Kenten )
Data debit harian maximal tahunan wilayah
LAPORAN FINAL 39
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
b. Analisa dan pengolahan data
Analisa Data Curah Hujan, dilakukan untuk mengetahui debit banjir rancangan
pada wilayah studi.
Analisa Klimatologi, untuk mengetahui nilai Evapotranpirasi potensial wilayah studi.
c. Penyusunan laporan.
4.2.2. Refrensi
Referensi yang dipergunakan adalah buku mengenai Hidrologi Teknik, Ir. CD. Soemarto Dipl.
HE, serta berpedoman pada Standar Nasional Indonesia No. M 18 F tentang Metode
Perhitungan Banjir, serta berbagi literatur lain sebagi pembanding agar hasil dari analisa lebih
baik.
LAPORAN FINAL 40
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Survey Hidrologi dimaksudkan untuk mendapatkan data-data hidrologi dan klimatologi
sebagai masukkan di dalam menentukan besaran perencanaan seperti curah hujan
maksimum dengan periode ulang tertentu, hidrograf banjir dan drainase modul serta
penentuan parameter-parameter lainnya yang dapat menunjang desain hidrolik. Pekerjaan
pengumpulan data hidrologi meliputi :
1. Pengumpulan data curah hujan diambil dari stasiun yang terdekat
2. Pengumpulan data temperatur
3. Pengumpulan data kelembaban relatif
4. Pengumpulan data Lama Penyinaran
5. Pengumpulan data kecepatan angin
6. Pengumpulan data informasi banjir (tinggi, lamanya dan luas genangan serta saat
terjadinya) baik dengan pengamatan langsung ataupun memperhatikan bekas-bekas
dan tanda-tanda banjir di pohon maupun melalui wawancara dengan penduduk
setempat.
A. CURAH HUJAN
Presipitasi adalah nama umum dari uap yang mengkondensasi dan jatuh ke tanah dalam
rangkaian proses hidrologi. Jumlah presipitasi selalu dinyatakan dengan dalamnya presipitasi
(mm). Presipitasi atau curah hujan dibagi atas Curah hujan terpusat (Point Rainfall) dan Curah
hujan daerah (Areal Rainfall). Curah hujan terpusat (Point Rainfall) adalah curah hujan yang
didapat dari hasil pencatatan alat pengukur hujan atau data curah hujan yang akan diolah
berupa data kasar atau data mentah yang tidak dapat langsung dipakai. Curah hujan daerah
(Areal Rainfall) adalah curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan
pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir yaitu curah hujan rata-rata diseluruh
daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan didaerah
ini disebut curah hujan wilayah atau daerah dinyatakan dalam mm. Bila dalam suatu daerah
terdapat beberapa stasiun atau pos pencatat curah hujan, maka untuk mendapatkan curah
hujan areal adalah dengan mengambil harga rata-ratanya.
Secara kualitatif, intensitas curah hujan disebut juga derajat curah hujan, sebagaimana
dierlihatkan dalam table dibawah ini :
LAPORAN FINAL 41
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Tabel 2.1 Derajat curah dan intensitas curah hujan
Tujuan perhitungan curah hujan rencana adalah untuk mendapatkan curah hujan periode
ulang tertentu yang akan digunakan untuk mencari debit banjir rencana. Untuk menghitung
curah hujan rencana menggunakan parameter pemilihan distribusi curah hujan. Dalam
penentuan curah hujan data dari pencatatan atau penakar hanya didapatkan curah hujan
disuatu titik tertentu (point rainfall). Untuk mendapatkan harga curah hujan areal dapat
dihitung dengan menggunakan metode
a) Metode rerata aritmatik (aljabar)
Merupakan metode yang paling sederhana dalam perhitungan hujan kawasan. Metode ini
didasarkan pada asumsi bahwa semua penakar hujan mempunyai pengaruh yang setara.
Cara ini cocok untuk kawasan dengan topografi rata atau datar, alat penakar tersebar
merata/hampir merata, dan harga individual curah hujan tidak teralu jauh dari harga rata-
ratanya. Metode rerata aljabar memberikan hasil yang baik apabila :
Stasiun hujan tersebar secara merata di DAS
Distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS
Hujan rerata pada seluruh DAS diberikan oleh bentuk berikut (Hidrolika Terapan; Bambang
Triatmodjo) :
𝑃1 + 𝑃2 + 𝑃3 + …+ 𝑃𝑛
𝑝= 𝑛
Dimana
p = Hujan rerata kawasan
p1, p2, ..., pn = hujan di stasiun 1,2,3,..., n
n = jumlah stasiun
LAPORAN FINAL 42
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Kemudian harga ini dikalikan dengan curah hujan daerah di stasiun yang bersangkutan dan
setelah dijumlah hasilnya merupakan curah hujan yang dicari.
Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah sebagai berikut :
1. Jumlah stasiun pengamatan minimal tiga buah stasiun
2. Penambahan stasiun akan mengubah seluruh jaringan
3. Topografi daerah tidak diperhitungkan
4. Stasiun hujan tidak tersebar merata
Adapun perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝐴1 .𝑝1 +𝐴2 .𝑝2 + …+ 𝐴𝑛 .𝑝𝑛
𝑝= 𝐴1 + 𝐴2 + …+ 𝐴𝑛
Dimana :
𝑝 = Hujan rerata kawasan
p1 , p2,.. pn = Curah hujan pada stasiun 1,2, ...., n (mm)
A1, A2, ... An = Luas daerah yang mewakili stasiun 1,2,....n (km2)
c) Metode Isohyet
Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman hujan yang sama.
Pada metoda isohiet, dianggap bahwa hujan pada suatu daerah diantara dua garis isohiet
adalah merata dan sama dengan nilai rerata dari kedua garis isohiet tersebut.
Metode ini merupakan metode yang paling akurat untuk menentukan hujan rata-rata, namun
diperlukan keahlian dan pengalaman. Cara ini memperhitungkan secara akurat pengatuh tiap-
tiap pos penakar hujan. Dengan kata lain , asumsi metode Thiessen yang secara membabi
buta menganggap bahwa tiap-tiap pos penakar mencatat kedalaman yang sama untuk
daerah sekitarnya dapat dikoreksi.
Metode Isohyet terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut :
Plot data kedalaman air hujan untuk tiap pos penakar hujan pada peta.
Gambar kontur kedalaman air hujan dengan menghubungkan titik-titik yang mempunyai
kedalaman air yang sama. Interval isohyet yang umum dipakai adalah 10 mm
LAPORAN FINAL 43
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Hitung luas area antara dua garis Isohyet dengan menggunakan planimeter. Kalikan
masing-masing luas area dengan rata-rata hujan antara dua Isohyet yang berdekatan
Hitung hujan rata-rata DAS dengan persamaan berikut
𝐼 +𝐼 𝐼 +𝐼 𝐼 +𝐼
𝐴1( 1 2 )+𝐴2 ( 2 3 )+⋯+𝐴𝑛 ( 𝑛 𝑛+1 )
2 2 2
𝑝= 𝐴1+𝐴2+ …+𝐴𝑛
atau
𝐼𝑖 + 𝐼𝑖+1
∑𝑛𝑖=1 𝐴𝑖
𝑝= 2
∑𝑛𝑖=1 𝐴𝑖
Dengan :
𝑝 = hujan rerata kawasan
I1 , I2, ... In = Garis isohiet ke 1,2,3 ..... ,n, n+1
A1, A2 , ... An = Luas daerah yang dibatasi oleh garis isohiet ke 1 dan
2, 2 dan 3, .... , n dan n+1
Metode isohiet merupakan cara paling teliti untuk menghitung kedalaman hujan rerata
disuatu daerah, tetapi cara ini membutuhkan pekerjaan dan perhatian yang lebih banyak
dibanding dua metode sebelumnya.
Data curah hujan merupakan masukan parameter utama untuk analisis dan
ketersediaan air dan banjir. Disini data hujan yang digunakan berdasarkan pencatatan
hujan pada pos penakar curah hujan yang terpasang di kabupaten yang di dapat dari
BMG Kenten.
LAPORAN FINAL 44
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Bulan
Tahun Hujan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2014 CH 540 138 295 250 122 128 131 39 0 22 424 804
HH 17 3 9 13 12 8 11 2 0 3 11 23
2013 CH 572 374 457 437 115 318 189 194 138 192 350 615
HH 14 10 16 16 10 6 7 10 6 6 13 18
2012 CH 369 425 229 286 163 134 66 37 43 269 295 476
HH 13 14 14 14 9 6 5 2 2 13 12 17
2011 CH 70 251 252 336 323.5 90 89 3 0 317.5 132 682
HH 7 8 7 10 11 6 6 1 0 17 8 14
2010 CH 485 428.6 523 439 282 110 209 23 285 249 249 249
HH 16 17 16 14 9 11 9 2 13 10 12 10
2009 CH 191.2 84.3 315.5 242.4 170.6 73.2 74.9 82.6 1 109.9 228.1 437.1
HH 15 7 12 11 10 8 10 8 1 6 12 20
2008 CH 360.5 472.5 372.2 398.3 146.3 232.3 185.7 126.9 301.7 136.4 321.8 398.7
HH 20 20 18 15 10 10 14 12 11 12 19 20
2007 CH 207.0 345.5 192.0 223.5 132.5 96.0 38.0 30.0 50.0 136.0 520.0 318.5
HH 10 16 12 18 8 3 4 6 5 13 18 15
2006 CH 293 149 801 597.1 188 61.5 79 8 129.8 347 264.8 909
HH 7 5 14 11 4 3 3 1 6 16 9 13
2005 CH 484 386 529.6 472 282 50 136 219 270 378 347 378.5
HH 19 14 18 19 11 8 8 15 15 18 14 14
x - 2
-
1 2
p(x) e 2
2
Dimana dan adalah parameter dari Distribusi Normal. Dari analisa penentuan paramater
Distribusi Normal, diperoleh nilai adalah nilai rata-rata dan adalah nilai simpangan baku
dari populasi, yang masing-masing dapat didekati dengan nilai-nilai dari sample data.
LAPORAN FINAL 45
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
x-
Dengan subtitusi t , akan diperoleh Distribusi Normal Standar dengan = 0 dan =1.
Persamaan Fungsi Kerapatan Probabilitas Normal Standar adalah:
t 2
1 -2
P(t) e
2
Ordinat Distribusi Normal Standar dapat dihitung dengan persamaan
Persamaan Fungsi Distribusi Komulatif (Cumulative Distribution Function, CDF) Normal
Standar adalah:
1 t2
1
P(t)
- 2
e 2
dt
dimana:
x-
t = , standard normal deviate
x= Variabel acak kontinyu
= Nilai rata-rata dari x
= Nilai simpangan baku (standar deviasi) dari x.
Persamaan diatas dapat diselesaikan dengan bantuan tabel luas di bawah kurva distribusi
normal yang banyak terdapat di buku statistik dan probabilitas.
Untuk menghitung variabel acak x dengan periode ulang tertentu, digunakan rumus umum
yang dikemukakan oleh Ven Te Chow (1951) sebagai berikut:
X T X K
dimana:
XT = Variabel acak dengan periode ulang T tahun
LAPORAN FINAL 46
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
(ln x y ) 2
1 2
P( x ) e y
x y 2
dimana:
y = Nilai rata-rata dari logaritma sampel data variabel x (ln x)
y = Nilai simpangan baku dari logaritma sampel data variabel x (ln
x)
Faktor frekuensi K untuk Distribusi Log Normal 2 Parameter dapat dihitung dengan 2 cara
sebagai berikut:
Sama seperti Distribusi Normal di atas, hanya saja sebelumnya semua data di logaritma lebih
dahulu (ln x) Menggunakan data asli (tanpa di logaritmakan), faktor frekuensi dihitung dengan
rumus berikut (Kite, 1988):
ln(1 z 2 ) 1 / 2 ln(1 z 2 )
et 1
K
z
dimana:
z= Koefisien variasi = x
t = Standard normal deviate
[ln ( x a ) y ]2
1 2 y2
p(x ) e
( x a ) y 2
LAPORAN FINAL 47
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
(μ y+ tσ y )
XT=a+e
12/3
z2
1 / 3
g g2 4
2
di mana g adalah koefisien skew dari sampel variabel acak x, sebagai berikut:
n
n ( xi x ) 3
g i 1
(n 1)( n 2) s 3
dimana:
n = Jumlah sampel data variabel acak x
LAPORAN FINAL 48
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Parameter distribusi diperoleh dengan menggunakan metode momen, hasilnya adalah:
1,2825
0,45
Faktor frekuensi K untuk distribusi Gumbel Tipe I adalah:
(YT Yn )
K
Sn
T 1
YT ln ( ln
T
di mana :
YT = Reduced variabel Y
T = Periode ulang (tahun)
Yn = Nilai rata-rata dari reduced variabel Y, merupakan fungsi dari jumlah data n
Sn = Simpangan baku dari reduced variabel Y, merupakan fungsi dr jumlah data n
Faktor frekuensi K distribusi Pearson III adalah:
2 3 4 5
g 1 g g g 1 g
K t (t 1) (t 3 6 t ) (t 2 1) t
2
LAPORAN FINAL 49
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
dimana:
t = Standard normal deviate, tergantung oleh periode ulang T
g= Koefisien skew
Tabel 4.2 Hasil Analisa Frekuensi Curah Hujan Stasiun Tulung Selapan
Rencana dengan Berbagai Periode Ulang (mm/hari)
LAPORAN FINAL 50
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
50 270.924 196.347 233.792 195.995
25 420.877 453.423 416.173 213.423
20 563.690 1006.178 653.100 234.588
5 636.882 1513.866 803.152 242.237
Metoda yang diambil untuk frekuensi curah hujan adalah metoda Log Pearson Type III di
dasarkan pada simpangan terkecil dari ke enam metoda diatas.
b. Uji Kesesuaian Distribusi frekuensi
Untuk menentukan kecocokan (the gooodness of fit) distribusi frekuensi empiris dari sampel
data terhadap fungsi distribusi frekuensi teoritis yang diperkirakan dapat menggambarkan /
mewakili distribusi empiris tersebut, diperlukan pengujian secara statistik.
Terdapat dua cara pengujian yaitu:
1. Uji Chi Kuadrat (Chi-Square Test)
Uji Chi-Kuadrat hanya efektif bila jumlah data pengamatan besar, karena sebelum
dilakukan pengujian, data pengamatan harus dikelompokkan terlebih dahulu.
Pengelompokkan ini akan mengakibatkan akurasi hasilnya berkurang. Untuk
menghindari hal ini, maka dikembangkan metode uji dari data yang tak dikelompokkan.
Salah satu metoda yang banyak digunakan adalah Uji Kolmogorov-Smirnov.
2. Uji Kolomogorov-Smirnov
Pengujian Kolmogorov - Smirnov dilaksanakan dengan cara menggambarkan distribusi
empiris maupun distribusi teoritis pada kertas grafik probabilitas sesuai dengan distribusi
probabilitas teoritisnya. Kemudian dicari perbedaan maksimum antara distribusi empiris
dan teoritisnya :
D Maksimum P(teoritis) P(empiris )
Apabila nilai D < Dkritis Sesuai Tabel Kolmogorov-Smirnov Test (merupakan fungsi dari
banyaknya data pengamatan dan significance level), maka distribusi teoritisnya dapat
diterima, bila terjadi sebaliknya, maka distribusi teoritisnya tak dapat diterima.
Hasil uji kecocokan distribusi frekuensi menunjukkan bahwa distribusi yang sesuai
digunakan pada daerah studi adalah distribusi Log Person Type III.
LAPORAN FINAL 51
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
c. Analisa Curah Hujan Efektif
Analisa curah hujan efektif dilakukan dengan mengumpulkan data hujan bulanan selama
10 tahun yaitu dari data tahun 2003 s/d 2012, kemudian diurutkan dari data terkecil
sampai terbesar, dan dengan Metoda California,
𝑚
P= ,
𝑛+1
Dengan probabilitas 80% terjadi, dan jumlah data 10 diperoleh data ke 3 dari yang
terkecil sebagai R80.
Tabel 4.5 Hujan Rata-rata R80
LAPORAN FINAL 52
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
4.5. ANALISA EVAPOTRANSPIRASI
Evapotranspirasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan
tanah, permukaan air, serta tanaman menguap ke udara. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Evapotranspirasi adalah suhu air, suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara,
sinar matahari dan lain-lain yang berhubungan satu dengan yang lainnya. Proses
evapotranspirasi terdiri atas dua proses yakni proses evaporasi dan proses transpirasi.
Berikut penjelasan proses dalam evapotranspirasi ;
A. Evaporasi
Evaporasi adalah proses pertukaran molekul air (liquid atau solid) dipermukaan menjadi
molekul uap air (gas) di atmosfer melalui kekuatan panas. Evaporasi dapat terjadi pada
sungai, danau, laut, reservoir (permukaan air bebas), serta permukaan tanah. Faktor-faktor
yang mempengaruhi besarnya evaporasi yakni radiasi matahari, angin, kelembaban dan suhu
LAPORAN FINAL 53
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
(temperatur). Faktor-faktor meteorologi yang mempengaruhi besarnya evaporasi adalah
sebagai berikut :
a) Radiasi Matahari. Evaporasi merupakan konversi air kedalam uap air. Proses ini
berjalan terus hampir tanpa henti disiang hari. Perubahan dari keadaan cari menjadi
gas ini memerlukan energi berupa panas untuk evaporasi. Proses tersebut akan
sangat aktif jika ada penyinaran matahari langsung. Awan merupakan penghalang
radiasi matahari dan menghambat proses evaporasi
b) Angin. Jika uap air menguap ke atmosfir maka lapisan batas antara permukaan tanah
dan udara menjadi jenuh oleh uap air sehingga proses penguapan berhenti. Agar
proses tersebut dapat berjalan terus, lapisan jenuh harus diganti dengan udara kering.
Pergantian itu hanya mungkin kalau ada angin yang menggeser komponen uap air.
d) Suhu. Seperti yang telah disebutkan, energi sangat diperlukan agar evaporasi berjalan
terus. Jika tidak, suhu udara dan tanah cukup tinggi, proses evaporasi berjalan lebih
cepat bandingkan dengan jika suhu udara dan tanah rendah dengan adanya energi
panas yang tersedia. Kemampuan udara untuk menyerap uap air naik jika suhunya
naik, maka suhu udara mempunyai efek ganda terhadap besarnya evaporasi dengan
mempengaruhi kemampuan udara menyerap uap air dan mempengaruhi suhu tanah
yang mempercepat penguapan.
B. Transpirasi
Semua jenis tanaman memerlukan air untuk kelangsungan hidupnya, dan masing-masing
tanaman berbeda kebutuhannya. Hanya sebagian kecil air yang tinggal didalam tubuh
tumbuh-tumbuhan, sebagian dari padanya setelah diserap oleh akar-akar dan dahan-dahan
akan ditranspirasikan lewat bagian tubuh tumbuh-tumbuhan yang berdaun. Dalam kondisi
lapangan tidaklah mungkin untuk membedakan antara evaporasi dan transpirasi jika tanahnya
tertutup oleh tumbuh-tumbuhan. Kedua proses tersebut (evaporasi dan transpirasi) saling
berkaitan sehingga dinamakan evapotranspirasi. Evaporasi yang terjadi, apabila tersedia
cukup air untuk memenuhi pertumbuhan optimum disebut dengan evaporasi potensial
(potensial evapotranspiration).
Metode yang digunakan untuk menghitung besarnya evapotranspirasi adalah metode
Penmann. Data yang dibutuhkan untuk menghitung besarnya evapotranspirasi dengan
metoda Penmann adalah:
Temperatur,
Kelembaban udara relatif,
Kecepatan angin, dan
LAPORAN FINAL 54
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Lama penyinaran matahari.
Rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya evapotranspirasi potensial
dengan metode Penmann adalah:
AH 0,27D
E
A 0,27
dengan:
H = energy budget,
ed
H = R (1-r) (0,18 + 0,55 S) - B (0,56 – 0,092 ) (0,10 + 0,9 S),
D = panas yang diperlukan untuk evapotranspirasi, dan
D = 0,35 (ea – ed) (k + 0,01w).
dimana:
A = slope vapour pressure curve pada temperatur rata-rata, dalam mmHg/oF.
B = radiasi benda hitam pada temperatur rata-rata, dalam mmH2O/hari.
Ea = tekanan uap air jenuh (saturated vapour pressure) pada temperatur rata-
rata, dalam mmHg.
Besarnya A, B dan ea tergantung pada temperatur rata-rata. Hubungan temperatur rata-rata
dengan parameter evapotranspirasi ini ditabelkan sebagai berikut.
Tabel 4.7 Hubungan Temperatur Rata-rata dan Parameter Evapotranspirasi A, B dan ea
Temperatur
8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
(0C)
A
0.304 0.342 0.385 0.432 0.484 0.541 0.603 0.671 0.746 0.828 0.917 1.013
(mmHg/0F)
B
12.60 12.90 13.30 13.70 14.80 14.50 14.90 15.40 15.80 16.20 16.70 17.10
(mmH2O/hari)
ea
8.05 9.21 10.50 12.00 13.60 15.50 17.50 19.80 22.40 25.20 28.30 31.80
(mmHg)
Tabel 4.8 Nilai Radiasi Matahari pada Permukaan Horizontal di luar Atmosfer(mm/hari)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
5 LS 15.65 15.90 15.60 14.80 13.60 13.00 13.25 14.15 15.05 15.65 15.65 15.55
10 LS 16.40 16.30 15.50 14.20 12.80 12.00 12.40 13.50 14.80 15.90 16.20 16.20
0 15.00 15.50 15.70 15.30 14.40 13.90 14.10 14.80 15.30 15.40 15.10 14.80
5 LU 14.10 14.90 15.45 15.45 15.00 14.55 14.75 15.15 15.30 15.05 15.35 13.90
LAPORAN FINAL 55
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
R= koefisien refleksi, yaitu perbandingan antara radiasi elektromagnetik (dalam sembarang
rentang nilai panjang gelombang yang ditentukan) yang dipantulkan oleh suatu benda
dengan jumlah radiasi yang terjadi, dan dinyatakan dalam persentasi.
LAPORAN FINAL 56
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Tabel 4.9 Koefisien Refleksi, r
Koefisien
No Permukaan
Refleksi [r]
1 Rata-rata permukaan bumi 40 %
2 Cairan salju yang jatuh di akhir musim – masih 40 – 85 %
3 segar
Spesies tumbuhan padang pasir dengan daun 30 – 40 %
4 berbulu
Rumput, tinggi dan kering 31 – 33 %
5 Permukaan padang pasir 24 – 28 %
6 Tumbuhan hijau yang membayangi seluruh 24 – 27 %
7 tanah
Tumbuhan muda yang membayangi sebagian 15 – 24 %
8 tanah
Hutan musiman 15 – 20 %
9 Hutan yang menghasilkan buah 10 – 15 %
Koefisien
No Permukaan
Refleksi [r]
10 Tanah gundul kering 12 – 16 %
11 Tanah gundul lembab 10 – 12 %
12 Tanah gundul basah 8 – 10 %
13 Pasir, basah – kering 9 – 18 %
14 Air bersih, elevasi matahari 450 5%
15 Air bersih, elevasi matahari 200 14 %
A R 1 r 0,18 0,55S B 0,5 - 0,092 e 0,1 0,9S 0,27 0,35 e e k 0,01w
d
E a d
A 0,27
LAPORAN FINAL 57
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Analisa kebutuhan air untuk tanaman menggunakan evapotranspirasi potensial harian
rata-rata dari 10 tahun data klimatologi, sedangkan untuk analisa ketersediaan air
metode FJ. Mock menggunakan evapotranspirasi potensial bulanan yang dihitung tiap
tahun data klimatologi.
Hasil analisa evapotranspirasi potensial rata-rata 10 tahun data klimatologi dapat
dilihat pada Tabel 4.10
LAPORAN FINAL 58
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Untuk mengetahui besarnya limpasan permukaan (surface run off) akibat curah hujan andalan
digunakan metode model F.J. Mock. Dari analisa model ini akan diperoleh informasi besarnya
aliran debit andalan pada setiap sumber air.
Dasar asumsi dari model analisa ketersediaan air tersebut secara skematis dijelaskan
sebagai berikut:
1. Curah hujan yang jatuh pada watershed sebagian akan jatuh pada permukaan tanah
dan sebagian lagi akan mengalami evapotranspirasi.
2. Surplus hujan terjadi bila kelembaban tanah (soil moisture) telah mencapai harga
maksimum.
3. Dari air surplus, sebagian akan menjadi Direct Run Off dan sebagian lagi akan meresap
ke dalam tanah sebagai infiltrasi.
4. Dari air yang mengalami proses infiltrasi sebagian akan mengalir sebagai aliran dasar
(Base Flow) dan sebagian lagi akan mengubah tampungan air tanah sehingga
menaikkan storage air tanah.
5. Selanjutnya air tanah yang mengalir sebagai Base Flow akan bergabung dengan Direct
Run Off.
Parameter yang digunakan
Dalam analisis ketersediaan air dengan metode F.J. Mock digunakan beberapa parameter,
antara lain:
1. Koefisien infiltrasi
Parameter ini ditentukan berdasarkan kondisi porositas dan kemiringan daerah
pengaliran. Lahan yang bersifat porous umumnya mempunyai koefisien yang cenderung
besar. Namun jika kemiringan tanahnya terjal di mana air tidak sempat mengalami proses
infiltrasi sampai perkolasi ke dalam tanah maka koefisien infiltrasinya bernilai kecil. Nilai
maksimum koefisien ini adalah 1. Nilai ini bervariasi untuk setiap bulan. Untuk jenis dan
topografi tanah yang sama, bulan kering mempunyai infiltrasi yang relative lebih besar
dibanding bulan basah.
2. Konstanta resesi aliran (K)
Adalah proporsi dari air tanah bulan lalu yang masih ada bulan sekarang, artinya tidak
mengalir menuju stream flow. Nilai K cenderung lebih besar pada bulan di mana bulan
sebelumnya merupakan bulan basah dan cenderung lebih kecil apabila bulan sebelumnya
merupakan bulan kering.
3. Percentage Factor (PF)
PF merupakan persentase hujan yang menjadi limpasan. Digunakan dalam perhitungan
Storm Run Off pada perhitungan Total Run Off. Storm run off hanya dimasukkan ke dalam
total runoff, bila P<200 mm/bln. Mock menyarankan besarnya nilai PF berkisar antara 5%
- 10%, namun tidak menutup kemungkinan nilai ini meningkat secara tidak beraturan
sampai harga 37,3%.
LAPORAN FINAL 59
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Debit Andalan Menurut FJ. Mock
Metode Mock merupakan salah satu dari sekian banyak metoda perhitungan debit yang
menjelaskan hubungan rainfall-runoff . Metoda ini diaplikasikan untuk menghitung debit
andalan dari hujan andalan, tetapi untuk perhitungan debit yang tersedia di sungai yang
merupakan seri atau real time dari tahun ke tahun merupakan siklus yang menerus sambung
menyambung.
Rainfall
Evapotransi pirasi
Infiltrasi
Beberapa hal yang dijadikan acuan dalam prediksi debit dengan metoda Mock sehubungan
dengan water balance untuk urun waktu (misalnya 1 tahun) adalah sebagai berikut :
1. Dalam satu tahun, perubahan ground water harus sama dengan nol
2. Jumlah total evapotranspirasi dan total run off selama satu tahun harus sama dengan
total presipitasi yang terjadi dalam tahun itu.
Hasil perhitungan pada prosedur perhitungan, adalah debit andalan daerah irigasi.
LAPORAN FINAL 60
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Tabel 4.11 Debit Andalan Metode FJ. Mock (m3/det)
Dimana :
KAI = kebutuhan air irigasi,dalam liter/detik
Etc = kebutuhan air konsumtif, dalam mm/hari
IR = kebutuhan air irigasi ditingkat persawahan, dalam mm/hari
WLR = kebutuhan airuntuk mengganti lapisan air, dalam mm/hari
LAPORAN FINAL 61
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
P = perlokasi, dalam mm/hari
Re = hujan efektif, dalam mm/hari
IE = efisiensi irigasi, dalam %
A = luas areal irigasi, dalam ha
a) Kebutuhan air konsumtif
Kebutuhan air untuk tanaman di lahan diartikan sebagai kebutuhan air konsumtif
dengan memasukkan faktor koefisien tanaman (kc). Persamaan umum yang
digunakan adalah (Hidrologi Terapan ; Bambang Triatmodjo) :
Etc = Eto x kc
Dimana
Etc = kebutuhan air konsumtif, dalam mm/hari
Eto = evapotranspirasi, dalam mm/hari
kc = koefisien tanaman
𝑒𝑘
IR = M (𝑒 𝑘 −1)
Dengan :
IR = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan dalam mm/hari
M = kebutuhan air untuk mengagnti kehilangan air akibat evaporasi dan
perkolasi di sawah yang telah dijenuhkan
= Eo + P (mm/hari)
P = perkolasi, dalam mm/hari
Eo = evaporasi air terbuka (=1,1 x Eto), dalam mm/hari
k = M (T/S)
e = koefisien
LAPORAN FINAL 62
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
c) Kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (WLR)
Kebutuhan air untuk mengganti lapisan air ditetapkan berdasarkan Standar
Perencanaan Irigasi 1986. KP-01. Besar kebutuhan air untuk pengganti lapisan air
adalah 50 mm/bulan (atau 3,3 mm/hari selama ½ bulan) selama sebulan dan dua
bulan setelah transplantasi
d) Perkolasi (P)
Laju perkolasi sangat tergantu pada sifat tanah, dan sifat tanah umumnya
tergantung pada kegiatan pemanfaatan lahan atau pengolahan tanah berkisar 1-3
mm/hari
e) Curah hujan efektif
Curah hujan efektif adalah curah hujan andalan yang jatuh di suatu daerah dan
digunakan tanaman untuk pertumbuhan. Curah hujan tersebut merupakan curah
hujan wilayah yang harus diperkirakan dari titik pengamatan yang dinyatakan
dalam milimeter (Sosrodarsono, 1980). Penentuan curah hujan efektif didasarkan
atas curah hujan bulanan, yaitu menggunakan R80 yang berarti kemungkinan tidak
terjadinya 20%. Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman padi diambil 70% dari
curah hujan minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahunan
(Perencanaan Jaring Irigasi, KP-01, 1986,165) dengan persamaan sebagai berikut
(Hidrologi Terapan; Bambang Triatmodjo) :
1
Re = 0,7 x 15 (𝑅80 ) ..................................................................................... 2.19
Dengan
Re = curah hujan efektif dalam mm/hari
R80 = curah hujan yang kemungkinan tidak terpenuhi sebesar 20% dalam
mm
Dengan :
m = rangking dari urutan terkecil
n = jumlah tahun pengamatan
LAPORAN FINAL 63
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
umumnya relatif kecil jika dibandingkan dengan kehilangan air akibat eksploitasi,
sehingga pemberian air di bangunan pengambilan harus lebih besar dari
kebutuhan air sawah.
g) Luas areal irigasi
Luas areal irigasi dapat adalah luas sawah yang akan diairi. Data ini dapat
diperoleh dari Dinas Pengairan berupa peta dan luasan daerah irigasi.
LAPORAN FINAL 64
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
P = Perkolasi (mm/hari)
T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah lapangan
air 50 mm (mm)
M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air di
sawah yang sudah dijenuhkan (mm/hari)
IR = Kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan
(mm/hari)
Harga IR ini dapat dilihat pada Lampiran (KP-01 hlm 161).
Kebutuhan air untuk tanaman/consumtive used
Kebutuhan air untuk tanaman adalah air yang habis terpakai untuk pertumbuhan
tanaman. Kebutuhan air ini dihitung dengan mengalikan koefisien tanaman dengan
evapotranspirasi potensial. Koefisien tanaman tergantung pada tingkat pertumbuhan
dan jenis tanaman. Penggunaan konsumtif air ini dihitung dengan menggunakan
rumus:
Etc = Kc x Etp ……………(4.56)
di mana :
Etc = Evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
Etp = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
Kc = Koefisien tanaman
Evapotranspirasi potensial dihitung dengan menggunakan rumus Penmann, sedangkan
untuk nilai koefisien tanaman padi dan palawija digunakan angka yang disarankan FAO
(KP-01, hlm 164).
LAPORAN FINAL 65
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Penggantian lapisan air
Penggantian lapisan air setinggi 50 mm atau 3.3 mm/hari dilakukan dua kali
selama masa pertumbuhan tanaman padi (KP-01 hlm 165), yaitu:
- Selama 15 hari setelah transplantasi
- Selama 30 hari setelah padi berumur 2 bulan.
Curah hujan efektif
Curah hujan efektif adalah curah hujan yang dapat digunakan tanaman dan
langsung mempengaruhi pemberian air di sawah. Besar curah hujan efektif untuk
padi dan palawija seperti tersaji pada Tabel 4.13
LAPORAN FINAL 66
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Pola Tanam dan Tata Tanam
Analisis kebutuhan air untuk tanaman pertanian di daerah irigasi ini dicoba dengan pola
tanam Padi – Padi – Palawija. Hal ini dikarenakan penanaman tanaman sejenis secara
terus menerus pada suatu lahan tidak memberikan kesempatan pada tanah untuk
melakukan pertukaran unsur hara. Penanaman palawija diharapkan akan memungkinkan
terjadinya siklus unsur hara pada tanah.
LAPORAN FINAL 67
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Tabel 4.14 Altenatif 1 Perhitungan Kebutuhan Air untuk Tanaman Pada-padi –
Palawija Awal Tanam 1 November
Untuk Perencanaan selanjutnya digunakan nilai NFR Alternatif 3 = 1.203 l/det/ha. Diambil nilai
optimum dari ketiga alternatif tersebut diatas.
LAPORAN FINAL 68
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
4.8. ANALISA DRAINAGE MODULE
a. Parameter yang digunakan
Data yang dibutuhkan untuk analisa drainage module ini adalah:
Curah hujan selama periode tertentu.
Pemberian air irigasi pada saat itu.
Kebutuhan air tanaman.
Perkolasi tanah.
Tampungan di sawah-sawah selama atau pada akhir periode yang bersangkutan.
Luasnya daerah.
Sumber-sumber kelebihan air yang lain
b. Analisa dan Perhitungan
Dalam merencanakan jaringan pembuang (drainase) dan mendapatkan dimensi saluran dan
bangunan penunjangnya terlebih dahulu harus diketahui besarnya kapasitas pembuangan
yang akan dialirkan oleh saluran. Karena itu perlu ditentukan besarnya Drainage Module dari
daerah yang akan direncanakan, sesuai dengan
Kriteria Perencanaan Bagian Saluran (KP-03, hlm 61-67). Besarnya Drainage Module
ditentukan dengan hujan tiga harian maksimum.
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
D ( n)
Dm =
n * 8.64
di mana :
D(n) = R(n)T + n (IR – ET – P) – S
Dm = Drainage Module (lt/det/ha)
n = Jumlah hari berturut-turut
D(n) = Limpasan air hujan permukaan selama n hari (mm)
R(n)T = Curah hujan selama n hari berturut-turut dengan periode ulang
T Tahun (mm)
IR = Pemberian air irigasi (mm/hari)
ET = Evapotranspirasi Potensial (mm/hari)
P = Perkolasi (mm/hari)
S = Tampungan tambahan (mm)
LAPORAN FINAL 69
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Tabel 4.15 Perhitungan Rmax 3 harian
Berdasarkan uji R2
LAPORAN FINAL 70
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Besarnya R(n)T ditentukan dengan menggunakan rumus Gumbel, hasil perhitungannya
seperti pada Tabel 3.18 di bawah ini.
Berdasarkan KP-03 hal. 65 dipergunakan nilai modulus drainase dari hujan 3 harian
maksimum dengan periode ulang 5 tahun, yaitu 8.17 lt/dt/ha.
LAPORAN FINAL 71
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
5.1 UMUM
Budidaya padi di lahan rawa mempunyai resiko yang cukup tinggi karena, kesuburan tanah
yang rendah, pH yang masam, miskin unsur hara dan mengandung besi (Fe) yang tinggi.
Keracunan besi dan ketidakseimbangan kandungan unsur hara merupakan permasalahan
utama yang menyebabkan produktivitas padi rendah (1-2 t/ha) atau bahkan tidak
menghasilkan. Untuk itu perlu penambahan unsur hara melalui pemupukan agar diperoleh
hasil pertanian yang menguntungkan.
Analisis tanah merupakan salah satu cara untuk menilai status hara dalam menilai kesuburan
hara, yang mempunyai konsep bahwa tanaman akan respon terhadap pemupukan bila kadar
hara tersebut kurang atau jumlah yang tersedia tidak cukup untuk pertumbuhan yang optimal,
sehingga dari analisa ini akan diperoleh rekomendasi pemupukan. Analisis tanah dilakukan di
laboratorium maupun langsung dilakukan di lapangan dengan Perangkat Uji Tanah Rawa (Al-
Jabri et al. 2011). Analisis tanah diawali dengan pengambilan sampel tanah dilapangan, salah
satunya dengan metode SRS.Menurut Suganda et al, (2006) metode SRS tidak ada batasan
dalam menentukan jumlah contoh tanah yang dipilih, semua titik pengambilan contoh memiliki
peluang yang sama dan saling bebas satu sama lainnya
Kesuburan tanah berhubungan langsung dengan pertumbuhan tanaman, maka penilaian
kesuburan suatu tanah mutlak diperlukan. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui status
hara sawah lahan rawa lebak di Kecamatan Cengal, Tulung Selapan dan Teluk Gelam,
Kabupaten OKI.
LAPORAN FINAL 72
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
3. Sampel tanah individu diambil dengan bor tanah, Contoh tanah diaduk merata dalam
ember plastik.
4. Sampel tanah dibersihkan dari tanaman, akar dan binatang yang terbawa.
5. Sampel tanah lembab yang sudah siap untuk dianalisis diambil dengan syringe
dengan cara: (1) permukaan tanah lembab ditusuk dengan syringe sedalam 5 cm dan
diangkat, (2) bersihkan dan ratakan permukaan syringe, didorong keluar dan potong
contoh tanah setebal sekitar 0,5 cm dengan sendok stainless, lalu masukkan ke dalam
tabung reaksi.
Sampel tanah yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan perangkat uji tanah rawa (PUTR)
dan sebagian untuk analisis tanah di laboratorium.
Pengamatan sample
HB.2 tanah pertanian di Desa
HB.2
Sungai Jeruju, kedalam
titik bor sampai 1.20 m,
LAPORAN FINAL 73
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
HB. 1 564,516.00 9,605,220.00 25 cm Organosol
HB. 2 567,733.00 9,605,675.00 30 cm Organosol
Gambar 5.1 Koordinat Pengambilan Sampel Tanah Desa Balam Jeruju
Sumber : Konsultan 2015
HB.1
HB.3
HB.2
HB.3
HB.2
HB.1
LAPORAN FINAL 74
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Titik Bor X Y Lapisan Gambut Jenis Tanah
HB. 1 556,550.00 9,618,610.00 40 cm Organosol
HB. 2 556,350.00 9,619,310.00 20 cm Organosol
HB. 3 554,550.00 9,619,800.00 20 cm Organosol
Gambar 5.3 Koordinat Pengambilan Sampel Tanah Desa Pelimbangan
Sumber : Konsultan 2015
HB.1
Ujung Tanjung
Pondok kulit
HB.2
HB.3
LAPORAN FINAL 75
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
HB.1
HB.2
Gambar 5.6 Sket titik pengambilan sample tanah dilokasi Desa Dewa Sibur
LAPORAN FINAL 76
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Gambar 5.7 Sket titik pengambilan sample tanah dilokasi Desa Nata Sibur Jaya
Gambar 5.8 Sket titik pengambilan sample tanah dilokasi Desa Gajah Mati
KODE TITIK KOORDINAT SAMPLE
SKETSA TITIK PENGAMBILAN SAMPLE
SAMPLE X Y
OKI -7 -3.609598° 105.287183°
OKI- 7
Gambar 5.9 Sket titik pengambilan sample tanah dilokasi Desa Sido Mulyo
OKI- 11
LAPORAN FINAL 77
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Gambar 5.10 Sket titik pengambilan sample tanah dilokasi Desa Tanjung Beringin Induk
OKI- 13
Gambar 5.11 Sket titik pengambilan sample tanah dilokasi Desa Pulau Gemantung
OKI- 11
Gambar 5.12 Sket titik pengambilan sample tanah dilokasi Desa Tanjung Beringin Trans
LAPORAN FINAL 78
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Titik Bor X Y Lapisan Jenis Tanah
Gambut
HB. 1 538,049.00 9,643,097.00 20 cm Podsolik Merah Kuning
HB. 2 538,868.00 9,638,179.00 60 cm Podsolik Merah Kuning
HB. 3 542,899.00 9,637,952.00 20 cm Podsolik Merah Kuning
Tabel 5.13 Koordinat Pengambilan Sampel Tanah Desa Sungai Tanjung Beringin
Gambar 5.14 Sket titik pengambilan sample tanah dilokasi Desa Sungai Tanjung Beringin
LAPORAN FINAL 79
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
5.3.2 Jenis Organosol (Gambut)
Padanannya:Histosols (menurut FAO/UNESCO) dan Histosols (Soil Taxonomy) Lokasi
indentifikasi terdapat di : Balam Jeruju dan Pelimbangan kecamatan Cengal .
Tanah Gambut atau Organosol, adalah tanah yang terbentuk dari timbunan sisa-sisa
tanaman yang telah mati, baik yang sudah lapuk maupun belum. Timbunan tersebut
terus bertambah karena proses dekomposisi terhambat oleh kondisi anaerob dan/atau
kondisi lingkungan lainnya yang menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota
pengurai. Pembentukan tanah gambut merupakan proses geogenik yaitu pembentukan
tanah yang disebabkan oleh proses deposisi dan transportasi, berbeda dengan proses
pembentukan tanah mineral yang pada umumnya merupakan proses pedogenik.
Proses pembentukan gambut terjadi di daerah cekungan (dome) di bawah pengaruh
penggenangan yang cukup lama. Proses ini berjalan dalam kurun ribuan tahun.
Selain itu bahwa tanah gambut terjadi di bawah kondisi yang jenuh air seperti daerah
depresi, danau dan pantai yang banyak menghasilkan bahan organik yang melimpah
oleh vegetasi yang telah beradapatasi dengan kondisi setempat seperti rumput-
rumputan, mangrove atau hutan rawa. Jenis tanah ini tersebar di Desa Balam Jeruju
dan Pelimbangan.
Tingkat dekomposisi gambut sangat mempengaruhi sifat fisik tanah gambut. Kerapatan
lindak adalah salah satu pengukuran yang penting untuk menafsirkan data analisis
tanah, terutama yang menunjukkan kesuburan (Andriesse, 2003). Kerapatan lindak atau
bulk density (BD) tanah gambut sangat rendah jika dibandingkan dengan tanah mineral.
Tanah gambut memiliki BD yang beragam antara 0,01 g/cm3- 0,20 g/cm3. Makin rendah
kematangan gambut, maka makin rendah nilai BD-nya. Nilai BD gambut fibrik < hemik <
saprik. Kerapatan lindak yang rendah dari gambut memberi konsekuensi rendahnya
daya tumpu tanah gambut (Noor, 2001).
2. Aluvial Gleik,
Padanannya : Gleyic Fluvisols (FAO/UNESCO) dan Aquept (Soil Taxonomy), Lokasi
indentifikasi terdapat di : Desa Sungai Ketupak, kecamatan Cengal dan desa
Mulya Guna kecamatan Teluk Gelam. Jenis tanah ini berkembang sedang yang
berasal dari bahan induk berupa batuan liat masam dan adanya pengaruh air yang kuat
yang bersifat musiman. Pengaruh air ini sangat terlihat dari warna pada lapisan atas
kebiruan (gley) dan bagian bawah banyak ditemui karatan. Jenis tanah ini tersebar
pada daerah cekungan. Kemasaman tanah (pH tanah) agak masam yaitu pH 5,2-5,4).
Menurut USDA, jenis tanah Alluvial tergolong dalam ordo inseptisol. Ciri umum sama
dengan pada tanah latosol. Alluvial merupakan tanah muda hasil pengendapan material
halus aliran sungai. Ciri utama tanah alluvial adalah berwarna kelabu dengan struktur
yang sedikit lepas-lepas. Kesuburan tanah alluvial sangat bergantung pada sumber
bahan asal aliran sungai
Aluvial adalah jenis tanah yang terbentuk karena endapan. Daerah endapan terjadi di
sungai, ataupun cekungan yang memungkin kan terjadinya endapan. Tanah aluvial
LAPORAN FINAL 80
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
memiliki manfaat di bidang pertanian salah satunya untuk mempermudah proses irigasi
pada lahan pertanian. Tanah ini terbentuk akibat endapan dari berbagai bahan seperti
aluvial dan koluvial yang juga berasal dari berbagai macam asal. Tanah aluvial
tergolong sebagai tanah muda, yang terbentuk dari endapan halus di aliran sungai.
Tanah aluvial dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian karena kandungan unsur
hara yang relatif sedang sampai tinggi. Tanah aluvial memiliki struktur tanah yang pejal
dan tergolong liat atau liat berpasir dengan kandungan pasir kurang dari 50%.
Selain itu jenis tanah ini memiliki lapisan-lapisan khas sebagai penciri sedimentasi oleh
pengaruh air, yaitu suatu lapisan yang sangat ditentukan oleh bahan induk sedimennya,
misalkan pasir berlempung halus sampai berlempung berliat halus. Jenis tanah ini
tersebar di Desa Sungai Ketupak, Cengal dan Mulya Guna dengan luas total dari ke tiga
desa tersebut adalah 850 Ha.
LAPORAN FINAL 81
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
jenis tanah Organosol (Gambut), Padanannya :Histosols (menurut FAO/UNESCO) dan
Histosols (Soil Taxonomy).dari keempat titik uji kondisi dan jenis tanah hampir sama yaitu
gambut dengan kedalaman rata-rata 30 cm, untuk pengujian lebih lanjut di laboratorium
diambil dua buah sample dengan meskipun dari tekstur dan warna kedua tanah tersebut
hampir sama.
Tanah Gambut atau Organosol, adalah tanah yang terbentuk dari timbunan sisa-sisa
tanaman yang telah mati, baik yang sudah lapuk maupun belum. Timbunan tersebut terus
bertambah karena proses dekomposisi terhambat oleh kondisi anaerob dan/atau kondisi
lingkungan lainnya yang menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai.
Pembentukan tanah gambut merupakan proses geogenik yaitu pembentukan tanah yang
disebabkan oleh proses deposisi dan transportasi, berbeda dengan proses pembentukan
tanah mineral yang pada umumnya merupakan proses pedogenik.
Kesuburan tanah ini berkisar antara rendah sampai sedang, sehingga pengembangan
tanah ini untuk budidaya padi sawah membutuhkan input perbaikan sifat,diantara
penambahan input perbaikan tersebut adalah kapur pertanian, pupuk anorganik (Urea, KCl
dan SP-36) serta pupuk organik.
Dilokasi terdapat lapisan tanah gambut dengan ketebalan rata-rata 30 – 40 cm yang
terbentuk karena genangan air yang terhambat drainasenya pada tanah cekung. Gambut
jenis ini umumnya tidak begitu dalam, tidak begitu asam airnya dan relatif subur; dengan
zat hara yang berasal dari lapisan tanah mineral di dasar cekungan, air sungai, sisa-sisa
tumbuhan, dan air hujan.
LAPORAN FINAL 82
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Pembentukan tanah gambut merupakan proses geogenik yaitu pembentukan tanah yang
disebabkan oleh proses deposisi dan transportasi, berbeda dengan proses pembentukan
tanah mineral yang pada umumnya merupakan proses pedogenik.
Kesuburan tanah ini berkisar antara rendah sampai sedang, sehingga pengembangan
tanah ini untuk budidaya padi sawah membutuhkan input perbaikan sifat,diantara
penambahan input perbaikan tersebut adalah kapur pertanian, pupuk anorganik (Urea,
KCl dan SP-36) serta pupuk organik.
Dilokasi terdapat lapisan tanah gambut dengan ketebalan rata-rata 20 – 30 cm yang
terbentuk karena genangan air yang terhambat drainasenya pada tanah cekung. Gambut
jenis ini umumnya tidak begitu dalam, tidak begitu asam airnya dan relatif subur; dengan
zat hara yang berasal dari lapisan tanah mineral di dasar cekungan, air sungai, sisa-sisa
tumbuhan, dan air hujan.
LAPORAN FINAL 83
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
perbaikan sifat kimia, diantaranya penambahan kapur pertanian, pupuk anorganik (Urea, KCl
dan SP-36) serta pupuk organik.
Kesuburan tanah ini berkisar antara sangat rendah sampai sedang, sehingga
pengembangan tanah ini untuk budidaya padi sawah membutuhkan input perbaikan sifat
kimia tetapi jumlahnya rebih rendah dibanding untuk Podsolik Gleik. Diantara penambahan
input perbaikan tersebut adalah kapur pertanian, pupuk organik serta pupuk anorganik
(Urea, KCl dan SP-36).
LAPORAN FINAL 84
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Selain itu jenis tanah ini memiliki horison kambik, yaitu suatu lapisan Bertekstur pasir
berlempung halus atau pasir berlempung sangat halus atau pasir sangat halus, dengan
indikasi lemah horison argilik atau spodik namun dapat dibedakan dari keduanya, misalnya
berdasarkan kandungan lempungnya yang 1.2 kali lebih banyak dari horison diatasnya.
Penumpukan liat yang terdapat di bawah permukaan yang sifatnya agak kedap terhadap
air.Oleh karena itu pengembangan tanah ini untuk budidaya padi sawah membutuhkan input
perbaikan sifat kimia, diantaranya penambahan kapur pertanian, pupuk anorganik (Urea,
KCl dan SP-36) serta pupuk organik.
LAPORAN FINAL 85
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Tabel 5.1. Sebaran SPT dan Jenis Tanah pada Lokasi Teridentifikasi
Kabupaten Kecamatan Desa Luas Areal Satuan Peta
Tanah (SPT)
(hektar)
Secara umum keempat jenis tanah tersebut memiliki tingkat kesuburan rendah sampai
sedang, dengan tingkat kemasaman berkisar Secara umum ketiga jenis tanah tersebut
memiliki tingkat kesuburan rendah sampai sedang, dengan tingkat kemasaman berkisar
antara pH 4,9 sampai dengan 5,8 (pH laboratorium).
Tingkat kesuburan tanah yang rendah sampai sedang disebabkan karena tanah
tersebut terbentuk oleh batuan induk (bahan pembentuk tanah) sedimen tua berupa batuan
liat dan Endapan pasir. Oleh karena itu, dalam pengembangan daerah studi sebagai
kawasan untuk budidaya tanaman padi sawah, maka diperlukan berbagai tindakan perbaikan
kesuburan tanah, yaitu melalui pemupukan anorganik (misalkan pupuk Urea, KCl dan SP36)
serta penambahan pupuk organik.
LAPORAN FINAL 86
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
lingkungannya. Pada penyusunan SPT ini turut dimasukkan unsur-unsur lingkungan lain
selain bentuk wilayah/sistem lahan, kelerengan dan bahan induk serta unsur tambahan
seperti solum dan kelas drainase.
Satuan Peta Tanah adalah gambaran penyebaran dari beberapa satuan peta tanah (SPT)
yang memuat berbagai informasi tentang klasifikasi tanah, sifat kimia, fisika, dan lingkungan
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pengelolaan tanaman. Legenda peta tanah
disusun berdasarkan unsur-unsur satuan peta tanah yang disajikan secara ringkas, jelas, dan
informatif.
Satuan Peta Tanah dapat digunakan sebagai data dasar yang dapat diinterpretasi
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pengembangannya. Di bidang pertanian, satuan peta
tanah digunakan sebagai dasar penilaian kesesuaian lahan untuk berbagai jenis komoditas
yang akan dikembangkan dan tingkat atau sistem pengelolaan yang harus diterapkan. Uraian
lebih rinci dari setiap SPT adalah sebagai berikut :
SPT 1 : Jenis tanah Aluvial, tekstur lempung, kemiringan lereng datar (0-2 %), drainase
baik, reaksi tanah agak masam yaitu pH 6,2(padanan jenis tanah Fluvisol).
Di lokasi studi SPT ini menempati wilayah di Desa… Kecamatan …,Kabupaten.
Sistem lahan dataran dan cekungan, dengan kemiringan 0 %.
SPT 2 : Jenis Tanah Podsolik Merah Kuning (PMK), tekstur liat, solum dalam, drainase
baik, reaksi tanah masam (pH 5,5) dan padanan jenis tanah Tropudult.
Di lokasi studi SPT ini menyebar didesa Manah Resmi, Bumi Agung, Paduraksa,
Suka Makmur, Sungai Naik dan Mangan Jaya. SPT ini berada di wilayah dengan
sistem dataran dengan kemiringan antara 0-3 %. Bahan induk berupa batu liat.
SPT 3 : Jenis Tanah Gleisol, tekstur liat, solum sangat dalam, drainase sangat terhambat,
reaksi tanah agak masam (ph 6,1) padanan jenis tanah Aquept.
Di lokasi studi SPT ini menyebar di desa Madang, Kabupaten Musi Rawas. Hampir
sama dengan SPT 2, SPT ini berada di wilayah dengan sistem lahan datar
cekungan dengan kemiringan antara 0-1 %. Bahan induk berupa batu liat dengan
pengaruh genangan air secara musiman.
SPT 4 : Jenis Tanah Kambisol, tekstur liat, solum sangat dalam, drainase baik, reaksi tanah
masam dengan pH 5,5danpadanan jenis tanah adalah Inceptisol.
Di lokasi studi SPT ini tersebar di desa Simpang Tiga Abadi dan Kuala Sungai,
Kabupaten Ogan Komering Ilir. SPT ini menempati fisiografi dataran dibelakang
tanggul sungai dengan kemiringan lahan 0 - 2 %. Bahan induk batu liatdan
drainase relatif baik.
LAPORAN FINAL 87
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Tabel 5.2. Hasil Analisis Laboratorium (Sifat Kimia dan Fisik) pada SPT 1,2 dan 3
Parameter Sifat Kualitas Kesuburan tanah SPT 1, 2 dan 3 *)
Kiimia dan Fisik SPT-1 SPT-2 SPT-3
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
pH H2O 5,8 Agak 5,3 Masam 4,9 Masam
Masam
pH KCl 5,3 - 4,9 - 4,4 -
Bahan Organik
C 25,23 ST 3,53 T 1,35 R
N 2,12 ST 0,23 S 0,11 R
C/N 12 S 15 S 12 S
P2O5 Bray I (ppm) 13,6 R 22,0 S 11,6 R
P2O5 Eks. HCl 25 % 17,3 R 32,9 S 19,3 R
P2O5 Eks. Olsen 18,4 R 32,7 S 15,2 R
(ppm)
K2O Eks. HCl 25 % 19,3 R 31,7 S 15,2 R
Ekstrak Amonium
asetat 1 M pH 7
Ca 3,56 R 7,68 S 3,21 R
Mg 0,96 R 1,08 S 0,36 R
K 0,16 R 0,46 S 0,13 R
Na 0,52 S 0,55 S 0,19 R
Jumlah 4,94 9,76 3,89
KTK 13,9 R 22,2 S 13,2 R
KB (%) *) 35,5 R 44,0 S 27,4 R
Eks. KCl 1 M
Al 1,45 - 1,45 - 2,31 -
H 0,12 - 0,73 - 1,34 -
Tekstur
Pasir 31 29 25
Debu 35 36 27
Liat 34 35 48
Kelas Tekstur Cl L Cl L Cl
Keterangan : SR = Sangat Rendah, R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi, ST = Sangat Tinggi
Cl L = Clay Loam; Cl= Clay
LAPORAN FINAL 88
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
SPT-3 = II_CK-4
Untuk mengetahui kondisi tanah yang ada pada lokasi survey, dilakukan pengamatan tanah
dengan menggunakan bor tangan hingga kedalaman 100 – 110 cm. Parameter tanah yang
diamati adalah pH lapang, sifat fisik tanah (meskipun tidak semua sifat fisik tanah diamati
seluruhnya, hanya tekstur dan konsistensi tanah), ketebalan gambut yang dominan (jika ada)
dan kemudahan pengolahan tanah. Berikut ini uraian tentang sifat-sifat tanah di areal survey.
Tabel 5.3. Sifat Fisik Tanah di Lokasi Studi pada Masing-Masing SPT
No SPT Tekstur Struktur Drainase Tanah
A. Tekstur tanah
Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif dari berbagai kelompok ukuran partikel
individual atau butir – butir primer seperti pasir, debu, dan liat. Tekstur tanah yang
menunjukkan kasar atau halusnya tanah berdasarkan perbandingan banyaknya butir-
butir pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay). Klasifikasi ukuran partikel tanah diagram
segitiga tekstur menurut USDA dapat dilihat pada Gambar Lampiran 2 (Hillel, 1998).
Dari keempat SPT, maka pada SPT 1 (tanah Aluvial) memiliki kelas tekstur Cl L (Clay
Loam) atau Lempung berliat, sedangkan SPT 2, 3 dan 4 memiliki tekstur liat. Hal ini
menunjukkan bahwa dari segi pengolahan tanah untuk SPT 1 termasuk pada tingkat
ringan sampai sedang, sedangkan SPT 2, 3 dan 4 memiliki tingkat pengolahan tanah
sedang sampai berat.
Keadaan konsistensi tanah sangat mempengaruhi daya tahan tanah terhadap gaya
yang mengenainya dan akan merubah bentuk, seperti pengolahan tanah dengan
cangkul, bajak, traktor dan sebagainya. Sebagai contoh tanah yang mempunyai
konsistensi baik (gembur) umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat
pengolah tanah tersebut. Kondisi tanah di lapangan dapat dijumpai dalam keadaan
kering, basah atau lembab, dengan demikian konsistensi tanah juga disesuaikan
dengan keadaan tanah tersebut. Dalam keadaan lembab, tanah dibedakan
konsistensinya menjadi gembur sampai teguh (mudah hingga agak sulit diolah), dan
dalam keadaan kering, tanah dibedakan dalam konsistensi lunak sampai keras.
Keadaan basah dibedakan plastisitasnya yaitu dari plastis sampai tidak plastis atau
kelekatanya dari lekat sampai tidak lekat.
LAPORAN FINAL 89
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Pada umumnya tanah di daerah survey mengandung liat cukup tinggi, sehingga
konsistensinya agak teguh sampai cukup teguh (plastis), kecuali untuk jenis tanah
Aluvial. Oleh karena itu, tanah-tanah di lokasi survey dikategorikan ke dalam tanah
sedang sampai berat dari sisi pengolahannya. Untuk meringankan pengolahan tanah
oleh petani, disarankan untuk setiap kelompoktani diberi subsidi Alsintan (alat mesin
pertanian) berupa hand tracktor.
B. Warna Tanah
Berdasarkan deskripsi warna tanah di lapang, menunjukkan bahwa pada tanah
Gambut (SPT 1) memiliki warna tanah yang kecoklatan, sebagai penciri dari tanah
aluvial. Sedangkan SPT yang lainnya dfengan jenis tanah Podsolik Marah Kuning,
memiliki warna tanah merah kekuningan, sebagai penciri dari tanah yang sudah
mengalami pelapukan agak lanjut.Sedangkan pada SPT 3 warna tanah di permukaan
kehitaman, sementara di lapisan agak bawah (B dan C) berwarna putih kebiruan
sebagai penciri suasana reduktif akibat drainase yang sangat terhambat. Kondisi ini
mengharuskan pembuatan aliran drainase, sehingga air hujan yang terperangkap
dapat dialirkan keluar lahan. Pada SPT 4 warna tanah kuning kecoklatan, yang
menunjukkan suasan oksidatif.
C. StrukturTanah
Struktur tanah lokasi studi sebagian besar dalam bentuk gumpal (blocky), sedangkan
hanya pada SPT-1 yang memiliki struktur remah, sebagai indikasi jenisAluvial.
Struktur tanah yang berupa blocky atau gumpal berakibat agak berat dalam
pengolahan tanah, sehingga sangat direkomendasikan menggunakan alat dan mesin
pertanian berupa hand taractor.
D. Drainase
Drainase tanah menunjukkan kondisi pengaruh genangan air dalam profil tanah dalam
suatu periode waktu tertentu. Semakin kuat pengaruh genangan air dalam suatu
hamparan lahan tertentu dalam jangka waktu yang lama dikatakan sebagai
karakteristik lahan dengan drainase terhambat, dan sebaliknya disebut drainase baik.
Salah satu indikator yang ditunjukkan oleh pengaruh genangan air yang lama adalah
adanya suasana reduktif (kekurangan oksigen akibat genangan dalam periode waktu
tertentu) dengan penampakan warna tanah Gley (putih kebiruan). Selain itu dilapisan
yang agak dalam juga terbentuk karat. Lokasi studi di SPT 1, 2 dan 4 memiliki
drainase yang baik, sedangkan SPT 3 memiliki drainase terhambat. Oleh karena itu
untuk SPT3 perlu dibuat saluran pembuangan air (saluran drainase), sehingga air bisa
di kendalikan dengan membuka dan menutup pintu air.
LAPORAN FINAL 90
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Meskipun demikian diketahui bahwa peranan faktor lingkungan misalnya keadaan iklim,
ketersediaan air tanah, topografi dan tingkat pengelolaan tanah dan tanaman termasuk
didalamnya hama dan penyakit, nampaknya juga perlu menjadi perhatian dalam budidaya
suatu komoditas pertanian. Namun peranan kesuburan tanah sebagai media pertumbuhan
tetap merupakan masalah dasar yang harus dipertimbangkan dalam usaha untuk
menerapkan manajemen dan aplikasi teknologi guna meningkatkan produktivitas lahan
maupun tanaman.
Didalam penilaian keseimbangan unsur hara tanah masalah-masalah yang akan dijumpai
sangat kompleks. Untuk mempermudah pemahaman, maka penilaian yang dilakukan atas
penilaian tunggal. Sifat-sifat kimia tanah yang menyangkut kesuburan tanah dikatagorikan ke
dalam tingkat sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Kriteria yang
digunakan dalam penilaian sifat-sifat tanah hasil-hasil analisis laboratorium yang erat
kaitannya dengan pertumbuhan tanaman.
1. pH Tanah.menunjukkan bahwa pada SPT-1 yang merupakan tanah Gambut dangkal,
memiliki pH yang rendah yaitu 5,8, sedangkan tiga SPT yang lain termasuk dalam
kategori agak masam, yaitu dengan pH berkisar anatara 4,9 – 5,2. Oleh karena itu
tingkat kemasaman atau pH tanah tersebut perlu dilakukan perbaikan dengan
pemberian kapur pertanian (Kaptan) baik kalsit maupun dolomit.
2. Kandungan Bahan Organik Tanah. Bahan organik tanah merupakan faktor sangat
penting bagi kesuburan tanah, karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisik dan kimia
tanah. Semakin tinggi kandungan bahan organik dalam tanah maka semakin kondusif
bagi perkembangan akar tanaman padi, karena bahan organik dapat membantu
melepaskan berbagai unsur hara yang terikat dalam mineral tanah. Hasil analisis
menunjukkan bahwa bahan organik pada SPT 1 sangat tinggi karena memang jenis
tanahnya adalah tanah organik atau tanah gambut, sedangkan pada SPT 2 dan 3
memiliki kategori rendah sampai sedang. Oleh karena itu pada saat awal pembukaan
lahan dan awal budidaya padi tidak memerlukan tambahan bahan organik, karena
secara alami masih tersedia cukup banyak di lahan. Walaupun demikian, setelah
panen pertama, jerami padi hasil panen pertama tetap harus dikembalikan ke dalam
tanah di lahan budidaya.
3. Kadar Nitrogen Tanah. Hasil analisis tanah pada SPT 1, 2, dan 3 menunjukkan bahwa
kadar N dalam tanah berada pada level rendah sampai sedang. Hal ini sangat penting
untuk diketahui, karena untuk dapat mencapai produksi padi yang maksimal maka perlu
ada input/masukan nitrogen, baik dalam bentuk pupuk Urea atau ZA maupun dari pupuk
majemuk NPK.
4. Kadar Fosfor Tanah. Hasil analisis fosfor ada dua macam, yaitu kadar P dengan
ekstrak Bray dan P dengan ekstrak HCl. Perbedaan kedua analisis tersebut adalah
bahwa P-HCl adalah kadar P-potensial yang terkandung dalam tanah, tetapi tidak
semua jenis P dalam bentuk ini bisa tersedia (dapat diserap) oleh tanaman, sedangkan
P-Bray adalah kadar P dalam tanah yang tersedia bagi tanaman (yang dapat diserap
tanaman). Hasil analisis P-Bray pada ke tiga SPT berada pada kategori rendah sampai
sedang, artinya ketersediaan P bagi tanaman relatif rendah sampai sedang dan untuk
LAPORAN FINAL 91
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
mencapai pertumbuhan dan produktifitas yang tinggi tentunya masih membutuhkan
tambahan input pupuk P dari dosis sedang sampai tinggi. Demikian pula, hasil analisis
P-HCl (P-potensial) menunjukkan bahwa pada ketiga SPT (seluruh) lokasi juga berada
pada level rendah sampai sedang. Kenyataan ini menunjukkan bahwa secara potensi
tanah-tanah di lokasi studi memiliki sumber cadangan P rendah, oleh karena itu
dilakukan perlakuan khusus, diantaranya adalah dengan pemberian pupuk organik (SP-
36) maupun bahan organik yang berupa jerami hasil panen awal.
5. Basa-Basa dapat Ditukar. Kadar basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, K dan Na) di areal
studi ketersediaannya bervariasi dari tingkat rendah sampai tinggi. Rendahnya
ketersediaan suatu unsur hara tentunya mengakibatkan sulitnya tanaman padi dalam
menyerap unsur tersebut, sedangkan apabila kadarnya tinggi maka tanaman akan bisa
memanfaatkan unsur tersebut untuk pertumbuhan tanaman dan akan memicu tingginya
produksi tanaman. Dari keempat SPT yang ada di lokasi studi memiliki ketersediaan
kation basa-basa Sangat Rendah (SR) sampai Rendah (R). Unsur Ca, Mg dan K
mempunyai fungsi sangat esensial bagi tanaman, sehingga kekurangan salah satu
unsur tersebut akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman, dan
selanjutnya akan menurunkan produksi. Unsur Ca dan Mg adalah termasuk unsur hara
yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak. Untuk penilaian unsur-unsur tersebut
didasarkan atas bentuk dapat tukar yang merupakan bentuk tersedia bagi tanaman.
Secara umum makin tinggi kandungan Ca, Mg, K dan Na, maka makin tinggi kejenuhan
basa, dan pada imbangan tertentu kejenuhan basa meningkatkan nilai kesuburan tanah.
Pemberian unsur K dapat dilakukan dengan pemberian pupuk KCl atau dengan
menggunakan pupuk majemuk NPK (seperti Phonska). Sedangkan tambahan unsur Ca
dan Mg dapat dilakukan dengan memberikan kapur berupa Dolomit {(Ca, Mg (CO3)2}.
6. Retensi Unsur Hara. Retensi unsur hara merupakan salah satu sifat kimia yang penting
bagi penyediaan unsur hara bagi tanaman, yang direpresentasikan melalui nilai KTK
(Kapasitas tukar Kation) dan kejenuhan basa (KB). Nilai KTK menunjukkan kemampuan
tanah untuk menjerap atau memegang (adsorption) unsur hara dalam bentuk kation.
Semakin tinggi nilai KTK, maka semakin tinggi kemampuan tanah untuk menjerap
kation dan sebaliknya. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa nilai KTK pada
keempat SPT atau di seluruh lokasi studi menunjukkan nilai Rendah (R) sampai Sedang
(S). Rendahnya nilai KTK salah satunya disebabkan oleh jenis liat yang umumnya
tersebar di tanah lokasi studi berupa liat kaolinit, yang memiliki karakter KTK yang
rendah. Salah satu dampak negatif akibat KTK yang rendah adalah menurunkan
efisiensi pemupukan. Oleh karena itu untuk meningkatkan efisiensi pemupukan adalah
salah satunya dengan cara pemberian bahan organik tanah.
LAPORAN FINAL 92
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
LAPORAN FINAL 93
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Tabel 5.4 Hasil Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Budidaya Padi Sawah pada SPT 1, SPT 2
dan SPT 3.
LAPORAN FINAL 94
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Tabel 5.5. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian untuk Tanaman Padi Sawah Tadah Hujan
LAPORAN FINAL 95
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Sumber : Kriteria Kesesuaian tanah dan Iklim Tanaman Pertanian. Dept. Pertanian. Jakarta
1997
Tabel 5.6.
Hasil Rekapitulasi Analisis Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial
untuk Padi Sawah pada Ketiga SPT dan Upaya Perbaikan Faktor Pembatas
Kesesuaian Kesesuaian
SPT Lahan Lahan
No. Perbaikan Faktor Penghambat
Aktual Potensial
1. SPT- S3(r5,nr2) - Faktor ketebalan gambut di atas 100 cm, S2
1 dan Kejenuhan Basa menjadi penghambat
utama. Hal ini dapat diperbaiki dengan
pembuatan drainase dan pemupukan N, P
dan K
2. SPT- S2(r1,nr2) - Faktor drainase tanah yang buruk dan S1
2 kejenuhan basa rendah. Hal ini dapat
diperbaiki dengan pemupukan N, P dan K
juga Pembuatan saluran drainase / irigasi
3. SPT- S3(nr2,3) - Faktor pH tanah yang rendah dan S2
3 kejenuhan basa yang rendah. Hal ini
dapat diperbaiki dengan pengapuran dan
pemupukan N, P dan K serta
Keterangan :
r= Media perakaran w = ketersediaan air
tc= temperatur nr = retensi hara
Sumber : Hasil Analisis Data (2015)
Dari Hasil analisis menunjukkan bahwa ketiga SPT di lokasi studi secara umum memiliki kelas
kesesuaian lahan marginal (S3 dan S2) untuk tanaman padi. Faktor pembatas utama adalah
ketebalan gambut (SPT1) dan kejenuhan basa serta pH tanah yang rendah.
Perbaikan faktor penghambat dapat dilakukan sebagai upaya peningkatan kesesuaian lahan
dari sesuai marginal (S3) menjadi cukup sesuai (S2). Perbaikan faktor penghambat tersebut
tentunya ada yang memiliki biaya tinggi (high cost) seperti pembuatan irigasi dan perbaikan
drainase, dan ada yang memiliki biaya relatif rendah, yaitu pemupukan dan pengapuran.
Perbaikan faktor pembatas pada umumnya akan meningkatkan tingkat kesesuaian lahan satu
tingkat, akan tetapi apabila perbaikan tersebut dapat menghilangkan penghambatan dalam
proses pertumbuhan tanaman, maka tentunya akan mampu meningkatkan dua level
sekaligus yaitu dari S3 menjadi S1.
Pada SPT-1 karena jenis tanah organosol atau tanah gambut salah satu faktor pembatas
adalah pH tanah dan kejenuhan Basa (KB). Oleh karena itu penanaman tanaman padi sawah
harus dilakukan pengapuran dan pemupukan N, P dan K. Demikian pula untuk SPT 2 dan 3
secara keseluruhan yang perlu dilakukan perbaikan terhadap kejenuhan basa dengan
pemberian pupuk organik dan anorganik.
LAPORAN FINAL 96
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
6.1. UMUM
Survey sosial ekonomi dilakukan untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap rencana
pembangunanan Arboretum di masing-masing lokasi pekerjaan yang akan dikaji, disamping
itu juga untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat yang ada saat ini guna
dilakukan suatu rekayasa teknik agar dapat meningkatkan peran serta dan perekonomian
yang ada pada saat nanti setelah adanya proyek. Kondisi eksisting yang perlu diketahui
adalah aspek budaya, pendapatan masyarakat, tingkat perekonomian, jenis usaha dalam
pertanian, jenis tanaman yang merupakan ungulan/langka yang dapat di kembangkan dalam
kawasan arboretum serta dapat mendukung konservasi lahan.
LAPORAN FINAL 97
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
rekapitulaasi untuk masing-masing kondisi sosial dapay di lihat pada tabel 6.1 sampai 6.9.
Tabel 6.1. rekapitulasi penilaian data sosial ekonomi Desa Balam Jeruju
LAPORAN FINAL 98
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
usahatani
Sumber data BPS dan Hsil Wawancara 2015
LAPORAN FINAL 99
Perencanaan Teknis Irigasi, Rawa dan Sungai Dalam Kabupaten OKI T.A 2017
Tabel 6.2. rekapitulasi penilaian data sosial ekonomi Desa Sungai Ketupak
Tabel 6.6. rekapitulasi penilaian data sosial ekonomi Desa Dewa Sibur
Tabel 6.10. rekapitulasi penilaian data sosial ekonomi Desa Tanjung Beringin Induk
Tabel 6.11. rekapitulasi penilaian data sosial ekonomi Desa Tanjung Beringin Trans
Tabel 6.12. Tabulasi penilaian Aspek sosial ekonomi Desa Pulau Gemantung
Tabel 6.13. rekapitulasi penilaian data sosial ekonomi Desa Sungai Tanjung Beringin
Tabel 6.14. rekapitulasi penilaian data sosial ekonomi Desa Sungai Beringin Selapan