Oleh:
Della Reyhani Putri
Preseptor :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
2.1 Manajemen Perioperatif pada Pasien Fraktur
Evaluasi pra anestesi adalah langkah awal dari rangkaian tindakan anestesiyang
bertujuan untuk mengetahui status fisik pasien prabedah dan menganalisa jenis operasi
sehingga dapat memilih jenis atau teknik anestesi yang sesuai, juga dapat meramalkan
penyulit yang akan terjadi selama operasi dan atau pascabedah dan kemudian
mempersiapkan obat atau alat untuk menanggulangi penyulit tersebut.2 Tatalaksana
evaluasi praanestesi meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
konsultasi dan koreksi terhadap kelainan fungsi organvital dan penentuan status fisik
pasien praanestesi.5
Hal ini dilakukan untuk menegakkan diagnosis sehingga persiapan pasien dapat
dilakukan sesegera mungkin. Yang harus diperhatikan pada anamnesis adalah identifikasi
pasien,riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita misalnya gangguan
faalhemostatis, penyakit saraf otot, infeksi di daerah lumbal, syok, anemia, dankelainan
tulang belakang, riwayat obat-obatan yang sedang atau telah digunakan,riwayat operasi
dan anestesia yang pernah dialami diwaktu yang lalu, serta kebiasaan buruk sehari-hari
yang mungkin dapat mempengaruhi jalannya anestesiseperti merokok. Pemeriksaaan
fisik rutin meliputi pemeriksaan tinggi, berat, suhu badan, keadaan umum, kesadaran
umum, tanda-tanda anemia, tekanan darah, nadidan lain-lain. Pemeriksaan laboratorium
yang diperlukan pada pasien fraktur adalah pemeriksaan darah (Hb, leukosit, golongan
darah, faal hemostasis), foto polos AP/ lateral pada bagian yang dicurigai fraktur, foto
polos toraks, dan EKG.Gangguan elektrolit dan abnormalitas dari faktor koagulasi harus
dikoreksi terlebih dahulu.1,2,5 Berdasarkan hasil pemeriksaan praanestesia tersebut maka
dapat disimpulkan status fisik pasien praanestesia.
ASA 2: pasien penyakit bedah dengan penyakit sistemik ringan sampai sedangdan tidak
ada gangguan aktivitas rutin.
ASA 3: pasien penyakit bedah disertai penyakit sistemik berat sehingga aktivitasrutin
terbatas tetapi tidak mengancam nyawa
ASA 4: pasien penyakit bedah disertai penyakit sistemik berat dan pasien tidak dapat
melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancamankehidupannya setiap
saat.
ASA 5: pasien penyakit bedah yang disertai penyakit sistemik berat yang sudahtidak
mungkin ditolong lagi, dioperasi atau tidak dalam 24 jam pasienakan meninggal.
Sebagai seorang ahli anestesi yang menjadi perhatian utama pada pasien dengan
peritonitis adalahmemperbaiki keadaan umum pasien sebelum diambilnya tindakan
operasi..Tindakan mencakup airway, breathing dan circulation. Oksigenisasi, terapi
cairan, vasopresor/inotropik dan transfusi bila diperlukan.
Pemasangan infus bertujuan untuk mengganti defisit cairan selama puasa dan
mengkoreksi defisitcairan prabedah, sebagai fasilitas vena terbuka untuk memasukan
obat-obatanselama operasi dan sebagai fasilitas transfusi darah, memberikan cairan
pemeliharaan, serta mengkoreksi defisit atau kehilangan cairan selama operasi.Berikut
adalah tujuan dari terapi cairan, yaitu mengganti cairan dan kalori yangdialami pasien
prabedah akibat puasa, fasilitas vena terbuka bahkan untuk koreksidefisit akibat
hipovolemik atau dehidrasi.1,2,3,5
2.2.3 Premedikasi
•Bayi dan anak :-Perdarahan > 10% dari perkiraan volume darah = transfusi-
Perdarahan <10% dari perkiraan volume darah = berikan kristaloidsebanyak 2 - 3
x jumlah perdarahan atau koloid yang jumlahnya samadengan perkiraan jumlah
perdarahan atau campuran kristaloid + koloid.
•Jumlah perdarahan selama operasi dihitung berdasarkan -Jumlah darah yang
tertampung di dalam botol penampung-Tambahan berat kasa yang digunakan ( 1
gram = 1 ml darah)
Pasca anestesia dimulai setelah pembedahan dan anestesia diakhiri sampai pasien
pulih dari pengaruh anestesia.
LAPORAN KASUS
Nama : MIA
No RM : 01050709
Usia : 14 tahun
Berat Badan : 45 kg
Diagnosis : Multiple fraktur (# kondilar femur (s) terbuka grade IIIA, #incomplete
olecranon (s) tertutup, #distal radius (s) tertutup, #muskolo facial II)
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri pada lengan bawah kiri dan lutut kiri
Perjalanan Penyakit : Pasien tiba di IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 3 Juni
2019. Pasien datang dalam keadaan sadar dengan keluhan utama nyeri pada lengan
bawah kiri dan lutut kiri setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien diserempet
mobil dari sebelah kanan pasien saat mengendarai sepeda motor sehingga pasien jatuh
ke arah kiri. Pasien menyangkal adanya pusing, mual, muntah, dan pandangan kabur,
serta mengatakan tidak pernah mengalami penurunan kesadaran atau pingsan.
Bowel : tidak ada kelainan BAB, tidak ada mual dan muntah
Bone : ada fraktur dan tidak ada udem. Fraktur di region femur sinistra, region
olecranon dan radius, dan region maksilla facial.
Temperature : 36,7 C
Hb : 10.1 Ureum : 30
Ht : 31 Globulin : 2.3
SGOT : 58 PT : 15.3
Kesan : Anemia ringan, leukositosis, PT melebihi nilai rujukan, Albumin turun, SGOT
meningkat
3.5 Kesan Anestesi
Pasien laki – laki 14 tahun dengan multiple fraktur (# kondilar femur (s) terbuka grade
IIIA, #incomplete olecranon (s) tertutup, #distal radius (s) tertutup, #muskolo facial II )
dengan ASA 2
2.Persiapan fisik: puasa 8 jam sebelum operasi, minum air putih non partikel
diperbolehkan sampai 3 jam sebelum operasi, dan melepaskan segala macam perhiasan
dan aksesoris
1.Persiapan mesin anestesi dan sistem aliran gas dan cadangan volatile agent
4.Menyiapkan pasien di meja operasi, memasang alat pantau tekanan darah, EKG, tiang
infus,pulse oxymetri
5.Evaluasi ulang status present pasien : Tekanan darah: 110/70 mmHg, Nadi: 90 x/menit,
Respirasi: 20 x/menit
4. Penatalaksanaan anestesi
a. Jenis anestesi : General Anestesi
g. Respirasi: kendali
h. Posisi : Terlentang
Anestesi:
Tekanan darah: 112/80 mmHg, Nadi: 88 x/menit, RR: 18 x/menit, Suhu: 36,8
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada evaluasi praanestesi didapatkan identitas pasien laki-laki, 14 tahun
dating ke IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang di Ruang Surgikal tanggal 3 Juni 2019.
Pasien datang dalam keadaan sadar dengan keluhan utama nyeri pada lengan
bawah kiri dan lutut kiri setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien
diserempet mobil dari sebelah kanan pasien saat mengendarai sepeda motor
sehingga pasien jatuh ke arah kiri. Pasien menyangkal adanya pusing, mual,
muntah, dan pandangan kabur, serta mengatakan tidak pernah mengalami
penurunan kesadaran atau pingsan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah 110/60 mmHg, nadi 80x/menit reguler, respirasi 20 x/menit, suhu aksila
36,8º C. Pasien merasakan nyeri pada lengan bawah kiri dan lutut kiri, tampak
Fentanyl merupakan obat analgesik opioid. sesuai dosis 1-2 mcg/kgBB jadi
diberikan 100mcg. Fentanyl diindikasikan pada nyeri sebelum, selama dan paska
operasi. Sedangkan petidin diindikasikan untuk pengobatan yang biasa dilakukan
pada tingkat kesakitan yang tidak lebih tinggi. Kedua obat tersebut merupakan
obat anti nyeri kuat, keduanya dikombinasikan agar tercapai anti nyeri yang kuat
selama operasi dikarenakan proses operasi yang tergolong memakan waktu yang
lama.
Induksi yang digunakan pada operasi ini adalah propofol 100mg, propofol
dikemas dalam cairan emulsi lemak putih susu, propofol memiliki onset yang cepat
yaitu dalam beberapa detik pasien sudah tidak sadarkan diri. Kelebihan lainnya
pasien merasa lebih nyaman pada periode paska bedah dibanding anestesi
intravena lainnya. Propofol memiliki efek depresi pada pengaturan pernafasan
sentral, penurunan tekanan darah selama induksi melalui proses penurunan
resistensi arteri perifer, serta memiliki efek inotropik negatif.Propofol dapat dipilih
pada pasien ini, karena pada pasien ini tidak adagangguan pada jantung, respirasi,
serta tekanan darah juga normal. Rasasakit karena injeksi terjadi pada sebagian
besar pasien ketika propofoldiinjeksikan ke dalam vena tangan yang kecil.
4.Katzung, B.G., S.B. Masters, dan A.J. Trevor. 2009. Basic & ClinicalPharmacology 11th