Anda di halaman 1dari 37

OPTIMASI SISTEM ENERGI

Pemodelan dan Optimasi Heat Recovery Steam Generetor

Disusun Oleh :
Nama :
1. Ica Monika NPM. 061640411597
2. Leila Utarina NPM. 061640411599
3. Mitha Pratiwi NPM. 061640411600
4. Muhamad Azwar NPM. 061640411601
Kelas : 6 EGB
Dosen Pengampu : Ida Febriana, S.Si., M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI DIV TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena berkat limpahan rahmat-Nya maka penulis dapat menyusun makalah
Optimasi Sistem Energi mengenai Modeling dan Optimasi Heat Recovery Steam
Generator.
Penyusunan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Optimasi Sistem Energi. Adapun kendala-kendala yang dihadapi saat membuat
makalah ini baik itu secara materi maupun kendala lainnya, akan tetapi penulis
mengucap syukur dan berterima kasih karena penulis dapat melewati semuanya
itu sampai selesai dengan baik.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu/Bapak dosen, teman-teman serta orang tua penulis
serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
dengan sabar memberikan bimbingannya serta dukungan hingga selesainya
makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa keberadaan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis
sangat diharapkan untuk kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.
Akhirnya, harapan penulis semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua, khususnya pengembangan ilmu pengetahuan.

Palembang, April 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii

2
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3

2.1 Definis HRSG.................................................................................................3


2.2 Komponen Utama HRSG...............................................................................4
2.3 Klasifikasi HRSG............................................................................................5
2.3.2 Berdasarkan Prinsip Evaporator..................................................................6
2.3.3 Berdasarkan Sumber Panas.........................................................................7
2.3.4 Berdasarkan Arah Gas.................................................................................8
2.4 Siklus Kombinasi (Combined Cycle)..............................................................9
2.4.1 Tinjauan Siklus Brayton............................................................................11
2.4.2 Tinjauan Siklus Rankine...........................................................................12
2.5 Modeling dan Optimasi HRSG.....................................................................13
2.5.1 Modeling dan Simulasi..............................................................................14
2.5.2 Optimisasi..................................................................................................18
2.5.3 Studi Kasus................................................................................................18
2.5.4 Verifikasi Pemodelan.................................................................................19
2.5.5 Hasil Optimasi...........................................................................................20
2.5.6 Hasil Analisis Sensitivitas.........................................................................28
BAB III PENUTUP.....................................................................................................29

3.1 Kesimpulan...................................................................................................29
3.2 Saran.............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................30

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap


Gambar 2. Skema Diagram HRSG single-pressure
Gambar 3. Profil distribusi temperatur pada Tekanan Tunggal
Gambar 4. Skema Diagram HRSG multi-pressure

3
Gambar 5. Profil distribusi temperatur pada Tekanan Ganda
Gambar 6. Evaporator: (a) tipe drum ; (b) tipe once-through
Gambar 7. Unfired HRSG
Gambar 8. Supplementary Fired HRSG
Gambar 9. HRSG Tipe Horizontal
Gambar 10. HRSG Tipe Vertikal
Gambar 11. (a) Siklus Rankine ; (b) Siklus Brayton
Gambar 12. Siklus Kombinasi
Gambar 13. Skema HRSG dengan Tipe Dual Pressure dan Supplementary Firing
Gambar 14. Perbandingan pemodelan dan nilai pengukuran suhu gas panas di
berbagai elemen perpindahan panas HRSG di Neka CCPP.
Gambar 15. Konvergensi fungsi objektif untuk berbagai jumlah generasi dalam
algoritma genetika.
Gambar 16. Variasi suhu pinch HP dan LP dengan biaya unit exergy untuk HRSG
dengan dan tanpa duct burner.
Gambar 17. Variasi nilai optimal tekanan drum dengan harga satuan exergy, untuk
HRSG (dengan dan tanpa pembakar saluran).
Gambar 18. Variasi efisiensi eksergi dengan harga satuan eksergi, untuk HRSG
(dengan dan tanpa pembakar saluran)
Gambar 19. Variasi tingkat kerusakan eksergi dengan harga satuan exergy, untuk
HRSG (dengan dan tanpa duct burner)
Gambar 20. Variasi tingkat konsumsi bahan bakar dengan harga satuan satuan untuk
HRSG dengan duct burner.
Gambar 21. Variasi suhu cubit HP dan LP optimal dengan laju entalpi gas inlet untuk
CE = 0,02 $ / kWh (dengan dan tanpa duct burner)
Gambar 22. Variasi tekanan drum HP dan LP optimal dengan tingkat entalpi gas
inlet untuk CE = 0,02 $ / kWh (dengan dan tanpa duct burner).
Gambar 23. Variasi efisiensi eksergi HRSG dan tingkat kerusakan eksergi dengan
tingkat entalpi gas inlet untuk CE = 0,02 $ / kWh (dengan duct burner).
Gambar 24. Variasi efisiensi eksergi HRSG dan tingkat kerusakan eksergi dengan
tingkat entalpi gas inlet untuk CE = 0,02 $ / kWh (tanpa duct burner).
Gambar 25. Variasi efisiensi eksergi HRSG dengan suhu pinch HP untuk HRSG
(dengan dan tanpa duct burner).

4
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rata-rata harga investasi dari alat HRSG


Tabel 2. Parameter desain dan rentang masing-masing variasi

5
Tabel 3. Efek biaya unit eksergi pada nilai parameter desain optimal untuk HRSG
dengan duct burner, untuk suhu gas masuk 773 K.
Tabel 4. Pengaruh suhu gas saluran masuk pada parameter desain optimal untuk CE =
0,02 $ / kWh (dengan duct burner).

BAB I

PENDAHULUAN

6
1.1 Latar Belakang

Pada umumnya sumber energi untuk sistem-sistem pembangkit tenaga gas/uap


berkapasitas besar didominasi oleh bahan bakar fossil yang saat ini persediaanya semakin
menipis dan aplikasinya selalu menciptakan emisi gasgas rumah kaca. Sebagai
konsekuensinya, perekayasaan dan pengoperasian sistem pembangkit tenaga yang baik
menjadi sangat penting sehingga konsumsi energi dan emisi gas-gas rumah kaca dapat
dikurangi. Analisis exsergi merupakan piranti yang menarik untuk memenuhi kebutuhan
ini karena dapat mengidentifikasi lokasi atau kerugian eksergi dan tingkat
ketidakefisienan dari sistem pembangkit tenaga. Dengan demikian analisis exergi
memberikan informasi yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja sistem pembangkit
tenaga secara sistematis dan efisien. Exergi adalah kerja maksimum teoretis yang mampu
diperoleh saat sistem kombinasi berinteraksi dalam mencapai kesetimbangan atau juga
dapat diartikan sebagai potensial kerja atau kualitas dari berbagai bentuk energi dalam
kaitannya dengan lingkungan tertentu. Sistem kombinasi terdiri dari tiga bagian yaitu
sistem, batas sistem, dan lingkungan yang didefinisikan dengan To dan Po. Pada suatu
sistem kondisi yang terjadi selalu mencapai keadaan baru akibat interaksi kerja dan kalor
dengan sekitarnya. Oleh karena exergi berkaitan dengan keadaan baru yang menyimpang
dari keadaan awal akibat interaksi kerja dan kalor sistem dengan sekitarnya, maka
perpindahan exergi diasumsikan dengan interaksi kalor dan kerja. Selain itu, perpindahan
exergi juga memperhitungkan pemusnahan exergi (destruction of exergy) yang
disebabkan oleh ireversibilitas di dalam sistem. Maka dari itu analisa exergi bertujuan
untuk mengidentifikasi terjadinya pemusnahan exergi dan timbulnya kerugian-kerugian
akibat perpindahan exergi yang mendampingi kalor dan kerja serta mengurutkannya dari
kerugian terbesar. (HRSG) Heat Recovery Steam Generator merupakan salah satu
komponen dari pembangkit listrik yang menggunakan prinsip combine cycle dimana
digunakan dua turbin yaitu turbin gas sebagai turbin utama atau turbin gas pertama dan
turbin uap sebagai turbin kedua. Pembangkit listrik yang menggunakan turbin gas atau
mesin disel tentu menghasilkan panas dalam jumlah yang besar dan panas itu dapat
dikatakan sebagai sisa pembakaran. Gas panas yang keluar sebagai hasil proses
7
pembakaran pada turbin gas (exhaust) sangat tinggi temperaturnya, yaitu sekitar . Gas
tersebut digunakan untuk membangkitkan uap. Dalam perkembangannya, HRSG dapat
dikategorikan menjadi beberapa jenis sesuai kebutuhannya. Sehingga perancangan HRSG
pun harus memperhatikan kebutuhan pembangkit itu sendiri. Ada beberapa parameter
yang perlu diperhatikan dalam perancangan HRSG, salah satunya adalah pinch point dan
approach temperature point. Perbedaan parameter tersebut akan memberikan perbedaan
performa pada HRSG, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
karakteristik pengaruh dari pinch point, dan approach temperature point pada HRSG.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Heat Recovery Steam Generator ?
2. Apa saja variable yang mempengaruhi dalam pengoptimasian Heat Recovery
Steam Generator ?
3. Bagaimana fungsi dari HRSG dalam siklus kombinasi ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi, prinsip kerja, kegunaan serta macam-macam Heat
Recovery Steam Generator
2. Mengetahui variabel yang mempengaruhi pengoptimasian Heat Recovery
Steam Generator
3. Memanfaatkan gas buang dari turbin gas
1.4 Manfaat
Memberikan pengetahuan dan informasi kepada pembaca tentang optimasi Heat
Recovery Steam Generator sehingga didapatkan keluaran yang lebih efisien.

BAB II
PEMBAHASAN

8
2.1 Definis HRSG
HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang
memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air
dan mengubahnya menjadi uap, dan kemudian uap tersebut dipergunakan untuk
menggerakkan turbin uap. Pada umumnya HRSG tidak dilengkapi pembakar (burner) dan
tidak mengkonsumsi bahan bakar, sehingga tidak terjadi proses perpindahan/penyerapan
panas radiasi. Proses perpindahan/penyerapan yang terjadi hanyalah proses konveksi dan
konduksi dari gas buang turbin gas ke dalam air yang akan diproses menjadi uap melalui
elemen-elemen pemanas didalam ruang boiler HRSG.

Gambar 1. Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap

HRSG sangat bermanfaat untuk meningkatkan hasil guna (efisiensi) bahan


bakar yang dipakai pada unit turbin gas, yang selanjutnya akan menggerakkan
unit turbin uap. Sistem pembangkit listrik yang memanfaatkan proses ini yaitu
PLTGU (Pusat listrik tenaga gas dan uap). HRSG adalah bagian penting PLTGU,
dimana unit pembangkit PLTGU disebut juga Blok PLTGU. Kapasitas produksi
uap yang dapat dihasilkan HRSG tergantung pada kapasitas energi panas yang
masih mengandung gas buang dari unit turbin gas yang berarti masih tergantung
pada beban unit turbin gas. Pada dasarnya turbin gas yang beroperasi pada
putaran tetap, aliran udara masuk kompressor juga tetap, perubahan beban turbin

9
yang tidak konstan dengan aliran bahan bakar tetap, sehingga suhu gas buang juga
berubah mengikuti perubahan turbin gas.

2.2 Komponen Utama HRSG


Energi panas yang didapatkan dari gas buang turbin gas akan
dimanfaatkan untuk mengubah air menjadi uap air didalam 3 komponen utama
HRSG, seperti pada gambar 2.

2.2.1 Economizer
Air yang sudah melewati pompa sehingga memliki tekanan yang tinggi
akan melewati economizer terlebih dahulu saat memasuki sistem HRSG. Didalam
Economizer, air akan menyerap panas yang berasal dari gas buang turbin gas.
Penyerapan panas yang didalam economizer dimaksudkan agar air mendekati titik
jenuhnya, sehingga dapat mengalami perubahan fase di komponen selanjutnya.

2.2.2 Evaporator
Setelah mendekati titik jenuhnya, air yang keluar dari economizer akan
siap memasuki komponen evaporator. Pada evaporator ini terjadi proses
perubahan fase dari air menjadi uap air. Pada umunya konstruksi evaporator ini
dilengkapi dengan drum, yang memiliki fungsi sebagai bejana yang memisahkan
antara air yang sudah berubah fase dengan yang belum. Air yang masih dalam
fase cair akan diputar kembali melalui rankaian pipa evaporator, sementara yang
telah menjadi uap air akan melewati drum untuk dipersiapkan memasuki
komponen selanjutnya.

2.2.3 Superheater
Pada Superheater atau biasa disebut pemanas lanjut, uap air yang sudah
melewati drum akan dipanaskan kembali agar mencapai temperatur yang lebih
tinggi. Hal ini dimaksudkan agar uap air yang akan melakukan kerja di turbin uap
tidak akan mengembun selama proses ekspansi karena temperatur yang masih

10
mendekati titik jenuh ketika melewati drum, sehingga diperlukan pemanas lanjut
di superheater untuk menaikkan temperatur menjauhi titik jenuhnya.

Gambar 2. Skema Diagram HRSG single-pressure

2.3 Klasifikasi HRSG


2.3.1 Berdasarkan Tingkat Tekanan
a. Single Pressure
Pada HRSG single pressure, fluida kerja akan dialirkan melalui komponen
yang dikondisikan memliki tekanan yang sama dari economizer, evaporator,
hingga superheater. Sehingga turbin uap yang dipakai juga memiliki tekanan
tunggal. Energi dihasilkan dari gas buang yang akan dimanfaatkan panasnya
untuk menghasilkan uap air. Skema tekanan tunggal adalah skema siklus uap air
(Rankine) yang paling sederhana yang bisa diterapkan dalam siklus kombinasi
dan pengunaannya sudah dipakai secara luas. Dengan skema ini akan didapatkan
biaya instalasi yang paling murah, walaupun skema ini tidak menghasilkan
efisiensi termal siklus kombinasi yang tertinggi. Skema tekanan tunggal dapat
dilihat pada gambar 3.

11
Gambar 3. Profil distribusi temperatur pada Tekanan Tunggal

b. Multi Pressure
Pada HRSG multi pressure, fluida kerja akan dialirkan melalui aliran yang
berbeda sesuai dengan tingkat tekanannya. Sehingga turbin uap yang dipakai akan
menyesuaikan terhadap tingkat tekanan yang dimiliki HRSG. Pada multi pressure,
bisa diaplikasikan menjadi 2 tingkat tekanan (High, and Low Pressure), atau 3
tingkat tekanan (High, Intermediate, and Low pressure). Dengan skema ini akan
didapatkan biaya instalasi yang tidak murah, namun skema ini dapat
menghasilkan efisiensi termal siklus kombinasi yang cukup tinggi.

Gambar 4. Skema Diagram HRSG multi-pressure

12
Gambar 5. Profil distribusi temperatur pada Tekanan Ganda

2.3.2 Berdasarkan Prinsip Evaporator


a. Tipe Drum
HRSG tipe drum adalah yang paling sering ditemui aplikasinya. Prinsip kerja
drum seperti yang telah disebutkan sebelumnya, adalah sebagai pemisah antara
fluida kerja yang masih dalam fase cair dengan yang sudah menjadi fase gas.
b. Tipe Once-through
Untuk tipe once-through, aplikasinya memang masih jarang ditemui. Berbeda
dengan tipe drum yang masih harus mensirkulasikan air yang belum berubah
sepenuhnya manjadi uap air, pada tipe once-through air yang melewati evaporator
ini akan langsung berubah sepenuhnya menjadi uap air. Sehingga tidak perlu
mensirkulasikannya lagi.

Gambar 6. Evaporator: (a) tipe drum ; (b) tipe once-through

2.3.3 Berdasarkan Sumber Panas


a. Unfired

13
Pada tipe ini, HRSG hanya memanfaatkan panas sepenuhnya dari gas buang
turbin gas. Sehingga tidak memerlukan bahan bakar tambahan untuk proses yang
terjadi didalam HRSG.

Gambar 7. Unfired HRSG

b. Supplementary Fired
Pada tipe ini, HRSG menggunakan sumber panas tambahan berupa burner
yang ditempatkan pada jalur masuk gas untuk meningkatkan temperatur gas.
Panas tambahan biasanya diperlukan apabila temperatur gas buang tigak cukup
tinggi untuk bisa menghasilkan uap air yang optimal pada HRSG atau ketika
temperatur lingkungan menjadi terlalu rendah sehingga berdampak pada turunnya
temperatur gas buang yang biasa terjadi negara empat musim.

Gambar 8. Supplementary Fired HRSG

2.3.4 Berdasarkan Arah Gas


a. Horizontal

14
Pada HRSG tipe horizontal, maka gas mengalir secara horizontal. Sehingga
membuat susunan tube menjadi vertikal, yang merupakan keuntungan pada
evaporator karena proses sirkulasi dapat terjadi secara alami dengan
memanfaatkan gravitasi.

Gambar 9. HRSG Tipe Horizontal

b. Vertikal
Pada HRSG tipe certikal, maka gas mengalir secara vertikal, menjadikan
susunan tube menjadi horizontal, sehingga pada evaporator proses sirkulasi harus
dibantu dengan pompa. Namun untuk penggunaan tempat, tipe vertikal pada
umunya lebih kecil dibanding tipe horizontal.

Gambar 10. HRSG Tipe Vertikal

15
2.4 Siklus Kombinasi (Combined Cycle)
Siklus kombinasi adalah siklus yang menggabungkan antara dua siklus
termodinamika yang paling umum ditemui aplikasinya pada pembangkit, yaitu
siklus Rankine dan siklus Brayton. Siklus Rankine menggunakan fluida kerja
berupa air, dan memiliki komponen utama berupa turbin uap, kondensor, pompa,
dan boiler. Skema dari siklus Rankine ditunjukkan seperti pada gambar 11(a).
Sedangkan siklus Brayton menggunakan fluida kerja berupa gas, dan memiliki
komponen utama berupa turbin gas, kompresor, dan alat penukar panas (heat
exchanger) yang diaplikasikan ke ruang bakar. Skema dari siklus Brayton
ditunjukkan seperti pada gambar 11(b).

Gambar 11. (a) Siklus Rankine ; (b) Siklus Brayton


Pada siklus Rankine, kerja akan dihasilkan dari putaran turbin uap yang
memanfaatkan aliran uap air yang bertekanan tinggi. Setelah melewati turbin uap,
tekanan uap air akan menurun lalu uap air masuk komponen kondensor untuk
dikondensasikan menjadikan air. Setelah dari kondensor, air akan masuk pompa
untuk dinaikkan tekannya dan masuk komponen boiler untuk merubah air menjadi
uap air. Sedangkan pada siklus Brayton, kerja akan dihasilkan dari putaran turbin
gas yang memanfaatkan aliran dari gas panas yang sebelumnya sudah dikompresi
di kompresor lalu diberikan panas di ruang bakar (heat exchanger). Gas panas
keluaran dari turbin gas masih memiliki temperatur yang tinggi setelah
dimanfaatkan pada turbin, dan akan berbahaya jika langsung dibuang ke
lingkungan. Oleh karena itu, panas gas buang tersebut dapat dimanfaatkan untuk
16
menghasilkan uap air pada siklus Rankine yang merupakan fungsi dari komponen
boiler. Dengan menggabungkan kedua siklus tersebut, dapat menghasilkan
efisiensi yang lebih besar karena sumber panas yang dibutuhkan oleh siklus
Rankine dapat disediakan oleh siklus Brayton, sehingga tidak perlu bahan bakar
tambahan. Skema dari siklus kombinasi dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Siklus Kombinasi

2.4.1 Tinjauan Siklus Brayton


a. Kompresor
Pada kompresor gas akan mengalami kompresi, sehingga pada kondisi 2 gas
akan memiliki tekanan yang tinggi. Dengan asumsi steady state, efek dari energi
kinetik dan potensial dapat diabaikan, sehingga didapat:

Dimana Wc adalah daya kompresor, m adalah laju aliran massa udara, dan h
adalah enthalpi.
b. Ruang Bakar

17
Pada ruang bakar (combustor) akan terjadi proses pemasukan kalor terhadap
gas dalam sistem. Sehingga pada kondisi 3 gas akan memiliki temperatur dan
tekanan yang tinggi. Dengan asumsi yang ada, didapat kan persamaan:

Dimana Qin fuel adalah kalor yang diserap gas dalam ruang bakar yang
berasal dari pembakaracampuran bahan bakar dan udara dan mair + fuel adalah
laju aliran massa udara ditambah bahan bakar.

c. Turbin
Turbin yang digunakan pada siklus Brayton adalah turbin gas, karena fluida
kerja pada siklus ini adalah gas. Gas yang memiliki temperatur dan tekanan yang
tinggi akan diekspansi pada turbin gas, dan menghasilkan kerja. Sehingga pada
kondisi 4, tekanan gas akan menurun begitu pula dengan temperaturnya namun
tidak signifikan. Dengan asumsi yang ada, didapat kan persamaan:

Dimana Wt adalah daya turbin, dan mgas adalah laju aliran massa gas hasil
pembakaran.

2.4.2 Tinjauan Siklus Rankine


a. Turbin
Turbin yang digunakan pada sikluas Rankine adalah turbin uap, karena fluida
kerja yang mengalir dalam siklus ini berapa air dan uap air. Pada kondisi 7, uap
air yang keluar dari HRSG mempunyai temperatur dan tekanan yang tinggi.
Ketika melewati turbin, maka terjadilah proses ekspansi yang menghasilkan kerja.
Sehingga uap air pada kondisi 8 memiliki tekanan yang lebih rendah. Dengan
persamaan energy balance, menggunakan asumsi steady state, perpindahan panas
di sekitar turbin, energi kinetik, dan energi potensial diabaikan, didapat:

18
Dimana Wt adalah daya turbin, ms adalah laju aliran massa steam (uap air), dan h
adalah enthalpi.

b. Kondensor
Pada kondensor terjadi perpindahan panas dari fluida kerja ke air pendingin
(cooling water) pada aliran yang terpisah. Fluida kerja akan mengalami
kondensasi dan temperatur air pendingin akan meningkat. Dengan asumsi yang
ada, didapat kan persamaan:

Dimana Qout adalah kalor yang dibuang dari fluida kerja ke air pendingin.

c. Pompa
Setelah mengalami kondensasi, maka fluida kerja menjadi air. Air pada titik 9
akan dipompa, sehingga akan mengalami proses kompresi yang mengakibatkan
tekanan air meningkat agar dipersiapkan masuk boiler. Dengan asumsi yang ada,
didapat kan persamaan:

Dimana Wp merupakan input daya untuk pompa.

2.5 Modeling dan Optimasi HRSG


Efisiensi yang lebih tinggi dari pembangkit listrik siklus gabungan (CCPP)
dibandingkan dengan siklus Brayton atau peringkat telah membuat bentuk
pembangkit listrik ini cukup menarik. Pembangkit uap pemulihan panas (HRSG)
adalah bagian penting dari pembangkit listrik siklus gabungan karena
memungkinkan pemulihan energi dari gas buang turbin. HRSG dapat
mengandung hingga tiga tingkat tekanan: tekanan rendah (LP), tekanan menengah
(LP), dan tekanan tinggi (HP). Setiap tingkat tekanan mencakup tiga kelompok
utama penukar panas atau elemen pemanas atau pemanas: economizer,
evaporator, dan superheater. ketika gas buang turbin melewati elemen pemanas
19
HRSG, air di dalam tabung dipanaskan oleh gas panas dan diuapkan. Uap yang
dihasilkan mengembang dalam turbin uap, menghasilkan tenaga poros.
Pemanasan awal air dan penguapan terjadi di masing-masing economizer dan
evaporator. Setelah memisahkan air cair dan uap dalam drum, air kembali ke
evaporator ke bawah sementara uap masuk ke superheater. Desain optimal dari
sistem termal seperti itu sangat menarik, terutama karena penggunaan siklus
kombinasi yang luas sebagai metode yang disukai untuk menghasilkan listrik.
Sistem ini dirancang terutama berdasarkan laju aliran massa dan suhu gas buang
turbin gas. Desain HRSG secara signifikan mempengaruhi efisiensi siklus
keseluruhan dan output daya, dan dengan demikian layak dioptimalkan. Desain
yang optimal menyediakan sistem yang efektif biaya dengan total biaya
minimum. Di sini, simulasi dan desain optimal HRSG dengan dan tanpa
pembakar saluran dilakukan. Pengaturan yang diperbolehkan dari elemen-elemen.

2.5.1 Modeling dan Simulasi


Pemodelan dan Simulasi Di sini, parameter desain fisik dan termal yang
optimal dari sistem ditentukan, dan program simulasi dikembangkan. Profil suhu
sepanjang HRSG, energi input dan output, dan area permukaan perpindahan panas
dari setiap elemen pemanas ditentukan untuk mempelajari kinerja HRSG.

Gambar 13. Skema HRSG dengan Tipe Dual Pressure dan Supplementary Firing

20
Persamaan keseimbangan energi untuk berbagai bagian sistem (lihat gambar 13) adalah
sebagai berikut:
Superheater tekanan tinggi

Evaporator tekanan tinggi

Penghemat tekanan tinggi

Superheater tekanan rendah

Evaporator tekanan rendah

Evaporator Deaerator

Preheater kondensat

Persamaan energi dan keseimbangan massa diselesaikan secara numerik


dan profil suhu untuk sisi gas dan air / uap HRSG dihitung. Dari persamaan
keseimbangan exergi sistem, tingkat kerusakan eksergi dalam HRSG dihitung
sebagai berikut :

Eksergi masuk ke HRSG adalah eksergi yang sesuai dengan pengeluaran


turbin gas. Eksergi dari aliran air masuk yang di asumsikan pada temperatur (dead
state) adalah nol. Eksergi keluar dri HRSG dapat berupa dalam 2 bentuk: uap
yang dihasilkan dari evaporator dimana uap tersebut dikirim ke superheater, dan
Flue gas yang keluar melalui cerobong. Jadi,

21
Pernyataan untuk kunci dari aliran eksergi yang berhubungan dengan
HRSG yang dijelaskan dibawah ini :
a. Gas eksergi panas masuk

Disini, pada persamaan terakhir dapat diabaikan karena besar dari tekanan
aliran gas Pg yang mirip dengan tekanan atmosfer Po.

b. Eksergi Steam

c. Eksergi Flue Gas

d. Eksergi Air Saluran Masuk Preheater Kondensat

Pada penjelasan diatas, kapasitas panas spesifik dapat dihitung sebagai berikut:

Perpindahan panas area permukaan yang dibutuhkan ditentukan dari

Dimana ΔTm adalah rata-rata perbedaan temperatur. Keseluruhan koefisien


perpindahan panas U terkadang dianggap konstan. Tetapi disini, variasi dari
koefisien perpindahan panas dengan perubahan dalam variabel (seperti laju alir
massa uap) dihitung dengan menggunakan program software berkembang.
Sebuah kunci parameter desain pada setiap level tekanan dari HRSG adalah titik
22
acuannya. Titik acuan temperatur yang besar sama dengan area permukaan
penukar panas yang kecil dan secara relatif memiliki harga modal yang rendah
untuk perbaikan sistem, untuk nilai rata-rata pasti dari pertukaran energi. Titik
acuan temperatur yang kecil sama dengan area permukaan penukar panas yang
lebih besar dan sistem yang lebih mahal. Dengan menggunakan harga
internasional, rata-rata harga investasi dari masing-masing alat elemen pemanas
dihitung berdasarkan data pada tabel 1.
Harga modal dari HRSG dapat dihitung sebagai berikut:

Harga investasi saluran pembakar dapat di nyatakan berdasarkan kapasitas panansnya


sebagai berikut:

Dimana ηcomb adalah efisiensi pembakaran.

Tabel 1. Rata-rata harga investasi dari alat HRSG

2.5.2 Optimisasi
Pada penukar panas ini, total biaya tahunan per unit uap diproduksi
eksergi (Cr / Exs) dipilih sebagai fungsi objektif. Total biaya tahunan dari plant
dapat dihitung sebagai berikut:

23
Pernyataan pertama (aCc) mewakili modal atau harga investasi, dimana a
adalah faktor perbaikan tahunan. Parameter ekonomik ini bergantung dengan
bunga i dan alat seumur hidup k, dimana dapat dinyatakan dalam bentuk (i
(1+i)^k / ((1+i)^k-1). Pernyataan kedua Cop adalah harga operasi, dimana dapat
digunakan dalam kasus menjalankan saluran pembakar dimana terdapat konsumsi
bahan bakar didalam HRSG. Pernyataan ketiga (C EItop) sama dengan biaya
penghancuran eksergi. Disini, CE adalah harga unit eksergi ($ / kJ),I, adalah nilai
penghancur eksergi (kJ/s),dan top adalah waktu bekerja tahunan dari sistem. Jadi,
fungsi objektif mengandung variabel keputusan untuk setiap nilai optimum adalah
sistem optimum parameter desain. Nilai ini meminimalisir biaya total per unit dari
uap eksergi yang dihasilkan,yaitu, fungsi objektif.
a. Variabel Keputusan
Variabel keputusan pada permasalahan ini adalah level tekanan dari drum Hp
dan LP, perbedaan titik acuan parameter HP dan LP, tekanan tinggi dan tekanan
rendah sisi rasio laju alir massa. Rentang variasi untuk parameter desain ini
didata pada tabel 4.13. untuk menghindari condensasi uap air dan korosi ,
temperatur gas keluar diasumsikan lebih tinggi dari 1200C.

2.5.3 Studi Kasus


Parameter masuk untuk HRSG yang kita hitung dispesifikan pada seksi
ini. Bahan bakar masuk ke saluran pembakar adalah gas alam dengan LHV =
50000kJ/Kg.harga bahan bakar yaitu
Tabel 2. Parameter desain dan rentang masing-masing variasi
Simbol Parameter Satuan Nilai Rendah Nilai Tinggi
PHP Tekanan MPa 5 18
PLP Tekanan MPa 0,4 7
PPHP temperatur K 4 30
PPHP Temperatur K 4 30
MsHP Rasio laju alir % 0,1 0,9
mDB Laju alir masa saluran Kg/s 0,5 1,2
pembakar

24
Tabel 3. Efek biaya unit eksergi pada nilai parameter desain optimal untuk HRSG
dengan duct burner, untuk suhu gas masuk 773 K.

diambil menjadi Cf = 0,003 $ / MJ. Jumlah jam kerja tahunan untuk HRSG adalah 7000
jam. Dengan mempertimbangkan nilai suku bunga i dan k masing-masing menjadi 12%
dan 20 tahun, nilai untuk faktor pemulihan tahunan a adalah 13,39%. Harga satuan
exergy CE adalah $ 0,03 / kWh, yang merupakan harga jual rata-rata listrik di Iran.

2.5.4 Verifikasi Pemodelan


Untuk memverifikasi hasil pemodelan, mereka dibandingkan dengan nilai-
nilai terukur terkait yang diperoleh dari HRSG operasi aktual di utara Iran, yaitu,
HRSG di pembangkit listrik siklus gabungan Neka, yang memiliki output daya
bersih 420 MW [12 ]. Nilai input untuk pemodelan termal HRSG di Neka CCPP
tercantum pada Tabel 3. Variasi suhu gas untuk HRSG tekanan ganda Neka
dengan duct burner diperoleh dengan menggunakan program simulasi dan nilai
pengukuran yang sesuai ditunjukkan dan dibandingkan pada Gambar 14. Rata-
rata perbedaan antara nilai numerik dan nilai parameter yang diukur pada
berbagai bagian HRSG adalah sekitar 1,14%, dengan maksimum 1,36% terjadi di
LP superheater. Ini membantu memverifikasi bahwa kode simulasi yang
dikembangkan untuk memodelkan kinerja termal HRSG berkinerja cukup akurat.
Selanjutnya, hasil yang diperoleh dengan program simulasi menunjukkan tingkat
persetujuan yang dapat diterima dengan output dari program perangkat lunak
komersial.
25
2.5.5 Hasil Optimasi
Hasil optimasi sekarang disajikan dan dijelaskan. Optimasi algoritma
genetik diterapkan untuk mendapatkan parameter desain optimal HRSG. Dua
kasus HRSG dipertimbangkan: dengan dan tanpa duct burner. Gambar 15
menunjukkan konvergensi fungsi objektif dengan jumlah generasi (50 dalam
kasus kami, di luar itu tidak ada perubahan nyata dalam nilai fungsi obyektif).
Nilai numerik dari fungsi tujuan lebih besar untuk HRSG dengan duct burner
karena biaya modal dan operasional yang lebih tinggi. Harga satuan eksergi
adalah parameter efektif yang memainkan peran penting dalam optimasi
termoekonomi, dalam kaitannya dengan efek efisiensi eksergi terhadap total biaya
sistem. Efisiensi hukum kedua HRSG (mis., efisiensi exergi) didefinisikan
sebagai rasio peningkatan eksergi di sisi air dengan penurunan eksergi di sisi gas
[13].

Gambar 14. Perbandingan pemodelan dan nilai pengukuran suhu gas panas di berbagai
elemen perpindahan panas HRSG di Neka CCPP.

26
Gambar 15. Konvergensi fungsi objektif untuk berbagai jumlah generasi dalam algoritma
genetika.

Biasanya, kami mengamati bahwa semakin tinggi harga satuan eksergi,


semakin besar pula efisiensi eksergi. Nilai optimal dari parameter desain yang
dipilih tercantum pada Tabel 3 untuk rentang nilai CE.
Suhu pinch yang lebih kecil sesuai dengan area permukaan perpindahan
panas yang lebih besar dan sistem yang lebih mahal, serta efisiensi eksergi yang
lebih tinggi dan biaya operasi yang lebih rendah. Gambar 4.19 menunjukkan
variasi nilai-nilai optimal dari perbedaan suhu pinch yang diperoleh dari program
yang dikembangkan versus biaya satuan eksergi untuk HRSG dengan dan tanpa
duct burner. Biaya unit eksergi yang lebih tinggi meningkatkan term ketiga dalam
persamaan 16. Untuk mengurangi nilai numerik dari fungsi tujuan, efisiensi
eksergi perlu ditingkatkan untuk memberikan tingkat kerusakan eksergi yang
lebih rendah İ serta biaya operasional yang lebih rendah. Tetapi perhatikan juga
bahwa biaya modal meningkat ketika perbedaan suhu pinch menurun.

27
Gambar 16. Variasi suhu pinch HP dan LP dengan biaya unit exergy untuk HRSG dengan
dan tanpa duct burner.

Gambar 17 menunjukkan variasi tekanan drum HP dan LP optimal untuk


HRSG dengan dan tanpa duct burner. Peningkatan harga satuan eksergi C E
menghasilkan peningkatan tekanan HP dan LP drum, yang pada gilirannya
menghasilkan peningkatan produksi uap dan laju eksergi (Eẋs). Dalam hal ini,
oleh karena itu, baik pembilang dan penyebut (CT ∕ Eẋs) meningkat. Namun,
peningkatan Eẋs mendominasi dan menyebabkan fungsi tujuan (C T ∕ Eẋs)
menurun. Lebih jauh, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 17, tekanan drum
HP dan LP untuk HRSG dengan duct burner lebih besar daripada HRSG tanpa
duct burner. Hal ini disebabkan oleh peningkatan suhu gas panas di saluran
HRSG, yang sesuai dengan nilai tekanan dan suhu drum dan uap yang lebih besar.
Seperti yang diperlihatkan Gambar 18, peningkatan biaya satuan eksergi C E
menyebabkan peningkatan efisiensi eksergi HRSG untuk kedua kasus HRSG
(dengan dan tanpa duct burner). Dengan meningkatkan CE, istilah ketiga dalam
Persamaan 4.54, yaitu, CEIṫop, meningkat dan skema optimasi menyebabkan İ
bervariasi sehingga mengurangi fungsi tujuan. Dengan mengurangi tingkat
kerusakan eksergi İ, efisiensi eksergi meningkat, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 18 dan 19. Variasinya diamati dalam HRSG baik dengan dan tanpa duct
burner.
28
Namun, dalam kasus sebelumnya, hasilnya menunjukkan nilai numerik
yang lebih besar untuk tingkat kerusakan eksergi. Perhatikan bahwa, pada C E
tetap, efisiensi eksergi untuk kasus HRSG dengan duct burner lebih kecil dari
pada untuk kasus tanpa duct burner. Ini disebabkan oleh fakta bahwa, dengan duct
burner, perbedaan suhu antara gas panas dan air naik, yang meningkatkan
kehilangan panas serta limbah panas yang terkait dengan buangan dari stack.
Gambar 20 menunjukkan variasi tingkat konsumsi bahan bakar duct burner
dengan harga satuan. Pada peningkatan CE dan peningkatan term pertama dalam
persamaan 4,54, term kedua, yaitu, biaya operasional, menurun untuk menjaga fungsi
objektif serendah mungkin.

Gambar 17. Variasi nilai optimal tekanan drum dengan harga satuan exergy, untuk HRSG
(dengan dan tanpa pembakar saluran).

29
Gambar 18. Variasi efisiensi eksergi dengan harga satuan eksergi, untuk HRSG (dengan
dan tanpa pembakar saluran)

Hasil ini dalam turunan persamaan 4.54, yang mana menunjukkan


penurunan nilai exergy destruction dan penurunan dalam ukuran duct burner dan
yang sesuai biaya modal.
Untuk mempelajarai efek suhu gas buang dan laju alir massa pada
pembangkit turbin gas di berbagai output daya, jarak dari variasi temperatur gas
buang dan laju alir pada pembangkit turbin gas di berbagai output yang
dikumpulkan. Untuk optimasi desain parameter dapat diperoleh dari masukan
entalpi gas panas yang masuk ke HRSG. Perhatikan bahwa laju aliran massa air
inlet ke economizer deaerator evaporator juga berubah dengan suhu gas panas,
untuk menghindari panas berlebih elemen pemanas HRSG, seperti superheater
dan evaporator.

Gambar 19. Variasi tingkat kerusakan eksergi dengan harga satuan exergy, untuk HRSG
(dengan dan tanpa duct burner)

30
Gambar 20. Variasi tingkat konsumsi bahan bakar dengan harga satuan satuan untuk
HRSG dengan duct burner.

Hasil berbagai entalpi gas inlet panas juga disajikan pada Tabel 4. Variasi
perbedaan suhu optimal HP dan LP dengan entalpi gas inlet juga ditunjukkan
pada Gambar 21 untuk HRSG dengan dan tanpa duct burner. Entalpi gas inlet
yang lebih tinggi mengarah ke area permukaan perpindahan panas yang lebih
tinggi dan biaya modal yang lebih tinggi. Itu mengharuskan memilih LP dan HP
yang lebih tinggi untuk mengurangi luas permukaan perpindahan panas yang
diperlukan dan untuk mengurangi biaya modal yang sesuai. Seperti ditunjukkan
pada Gambar 21, perbedaan suhu HP dan LP dapat meningkat dengan kenaikan
entalpi gas panas inlet. Kenaikan entalpi menyebabkan area permukaan
perpindahan panas dan biaya modalnya meningkat untuk memulihkan entalpi gas
panas. Oleh karena itu nilai desain optimal untuk perbedaan kenaikan suhu yaitu
dengan mengurangi area permukaan perpindahan panas.

31
Tabel 4. Pengaruh suhu gas saluran masuk pada parameter desain optimal untuk CE =
0,02 $ / kWh (dengan duct burner).

Gambar 21. Variasi suhu cubit HP dan LP optimal dengan laju entalpi gas inlet untuk CE
= 0,02 $ / kWh (dengan dan tanpa duct burner)

Variasi tekanan drum HP dan LP dengan entalpi gas panas inlet


ditunjukkan pada Gambar 22. Tekanan drum yang lebih tinggi menyebabkan suhu
uap dan laju aliran uap meningkat, memberikan output daya turbin uap yang lebih
tinggi. Entalpi gas inlet yang lebih tinggi menyebabkan area permukaan
perpindahan panas yang lebih tinggi pada bagian HP dan LP diperlukan. Oleh
karena itu semakin tinggi level tekanan optimum HP dan LP meningkatkan
eksergi uap yang dihasilkan dan menurunkan fungsi tujuan (CT ∕ Eẋs)
Gambar 23 dan 24 menunjukkan variasi laju entalpi gas panas inlet
dengan efisiensi eksergi HRSG untuk kasus-kasus HRSG dengan dan tanpa duct
burner. Di laju entalpi gas panas inlet antara 280 hingga 300 MW, efisiensi

32
eksergi meningkat secara nyata (sementara laju kerusakan eksergi menurun dalam
kisaran ini). Variasi dalam efisiensi eksergi HRSG terjadi karena suhu pinch
bervariasi yang ditunjukkan pada Gambar 25. di sini, efisiensi eksergi HRSG
diamati menurun dengan meningkatnya perbedaan suhu pinch karena diakibatkan
nilai perbedaan yang lebih tinggi antara suhu gas dan air memungkinkan
pemulihan energi lebih sedikit dari gas panas.

Gambar 22. Variasi tekanan drum HP dan LP optimal dengan tingkat entalpi gas inlet
untuk CE = 0,02 $ / kWh (dengan dan tanpa duct burner).

Gambar 23. Variasi efisiensi eksergi HRSG dan tingkat kerusakan eksergi dengan
tingkat entalpi gas inlet untuk CE = 0,02 $ / kWh (dengan duct burner).

33
2.5.6 Hasil Analisis Sensitivitas
Untuk mendapatkan wawasan lebih lanjut tentang analisis ini, analisis sensitivitas
yang komprehensif dilakukan. Tabel 4 menunjukkan hasil analisis sensitivitas, dalam hal
variasi parameter desain sistem yang dipilih ketika harga bahan bakar dan biaya investasi
bervariasi. Nilai variasi tertinggi untuk parameter desain terjadi untuk tekanan drum HP
dan perbedaan suhu pinch HP. Ini memberikan informasi ke para pembuat keputusan
yang berguna untuk memandu pemilihan parameter desain ketika harga bahan bakar
berubah.

Gambar 24. Variasi efisiensi eksergi HRSG dan tingkat kerusakan eksergi dengan tingkat
entalpi gas inlet untuk CE = 0,02 $ / kWh (tanpa duct burner).

34
Gambar 25. Variasi efisiensi eksergi HRSG dengan suhu pinch HP untuk HRSG (dengan
dan tanpa duct burner).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang
memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk
memanaskan air dan mengubahnya menjadi uap, dan kemudian uap tersebut
dipergunakan untuk menggerakkan turbin uap.
2. Desain HRSG secara signifikan mempengaruhi efisiensi siklus keseluruhan
dan output daya, dan dengan demikian layak dioptimalkan. Desain yang
optimal menyediakan sistem yang efektif biaya dengan total biaya minimum.
Di sini, simulasi dan desain optimal HRSG dengan dan tanpa pembakar
saluran dilakukan.
3. Eksergi masuk ke HRSG adalah eksergi yang sesuai dengan pengeluaran
turbin gas. Eksergi dari aliran air masuk yang di asumsikan pada temperatur
(dead state) adalah nol. Eksergi keluar dri HRSG dapat berupa dalam 2
bentuk: uap yang dihasilkan dari evaporator dimana uap tersebut dikirim ke
superheater, dan Flue gas yang keluar melalui cerobong.
4. Untuk mengurangi nilai numerik dari fungsi tujuan, efisiensi eksergi perlu
ditingkatkan untuk memberikan tingkat kerusakan eksergi yang lebih rendah İ
serta biaya operasional yang lebih rendah. Tetapi perhatikan juga bahwa biaya
modal meningkat ketika perbedaan suhu pinch menurun.

3.2 Saran
Optimasi Sistem Energi pada Unit Heat Recovery Steam Generator (HRSG) perlu
dilakukan. Optimasi ini memberikan efisisensi siklus kombinasi untuk menghasilkan
keluaran yang maksimal dengan biaya yang relatif kecil. Jika optimasi ini dilakukan

35
dengan baik dan sesuai prosedur yang telah ditetapkan maka suatu industry akan
mendapatkan penghematan energi serta keuntungan yang lebih.

36
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2019). Retrieved from


http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/43828/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=C5BD2D94641442B55A504A03BF621005?
sequence=4

Dincer, I., Rosen, M. A., & Ahmadi, P. (2017). Optimization of Energy Systems.
Dalam I. Dincer, M. A. Rosen, & P. Ahmadi, Optimization of Energy Systems
(hal. 115-129). Canada: John Wiley & Sons Ltd.

Hidayat, R. (2019). ANALISA PENGARUH VARIASI PINCH POINT DAN


APPROACH POINT TERHADAP PERFORMA HEAT RECOVERY STEAM
GENERATOR TIPE DUAL PRESSURE. Retrieved from
http://repository.its.ac.id/3295/1/2112100061-Undergraduate_Theses.pdf

Anda mungkin juga menyukai