1
Daftar Isi
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: PT Indeks, 2013), h.55
2
Undang-undang Sisdiknas Tahun 2003
3
yang baik yang mampu mengoptimalkan aspek-aspek perkembangan anak, dalam pembahasan
ini, khususnya,aspek pengembangan bahasa.
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Pada aspek pengembangan bahasa, kompetensi dan hasil yang diharapkan adalah anak
mampu menggunakan bahasa sebagai pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara
efektif yang bermanfaat untuk berpikir dan belajar dengan baik. Pengembangan bahasa anak
tidak saja dipengeruhi oleh perkembangan neurologis tetapi juga perkembangan biologisnya.
Lenneberg (1967, 128-129) mengatakan bahwa perkembangan bahasa seorang anak itu
meengikuti dan sesuai jadwal perkembangan biologisnya yang tidak dapat ditawar-tawar.
Seorang anak tidak dapat dopaksa ataupun dipicu sekuat apapun untuk dapat
mengujarkan/mengucapkan sesuatu, bila saja kemampuan biologisnya belum memungkinkan
untuk mengujarkan suatu kata. Sebaliknya, bila saja seorang anak secara biologis telah dapat
3
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014), h.118
4
Hendra Sofyan, Perkembangan Anak Usia Dini dan Cara Praktis Peningkatannya (CV.INFOMEDIKA, 2018), h.23
5
mengucapkan/mengujarkan sesuatu, maka dia tidak akan dapat dicegah/ditahan untuk tidak
mengujarkan/mengucapkannya.
Lennerberg juga menjelaskan bahwa ada keterkaitan antara perkembangan biologi
dengan kemampuan berbahasa, karena pada saat seorang anak mengangkat lehernya, sekitar
umur 12 minggu, seorang anak sudah dapat tersenyum jika degendong/ditimang, serta sudah
mampu mengeluarkan bunyi dekutan(cooing). Ketika seorang anak mulai bisa duduk yaitu kira-
kira umur 20 minggu bagi anak yang normal, maka akan muncul semacam vokal bersama
dengan bunyi semacam konsonan. Pada umur 6 bulan, dekukan akan mulai menjadi suatu
celotehan (babbling), dan setelah 2 bulan kemudian akan mulai banyak muncul bentuk
reduplikasi.5
Anak prasekolah biasanya telah mampu mengembangkan keterampilan bicara melalui
percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai
cara seperti bicara, berdialog, dan bernyanyi. Sejak usia dua tahun anak sangat berminat untuk
menyebut nama benda. Minat tersebut terus berlangsung sehingga dapat menambah
perbendaharaan kata. Hal-hal disekitar anak akan berarti apabila mereka mengenal nama diri.
Pengalaman dan situasi yang diadapi juga akan berarti jika anak mampu menggunakan kata-kata
untuk menjelaskannya. Anak dapat menggunakan bahasa dengan ungkapan yang lain, misalnya
bermain peran, isyarat yang ekspresif, dan melalui bentuk seni6. Awal perkembangan bahasa
pada dasarnya dapat diartikan sejak mulai adanya tangis pertama bayi, sebab tangis bayi juga
dapat dianggap sebagai bahasa bayi atau anak. Dengan menangis bagi anak dapat juga
merupakan sarana mengekspresikan kehendak jiwanya.
b) Fungsi Bahasa
Beberapa pendapat tentang fungsi bahasa antara lain:
a. William Stern dan Clara Stren
Ia berpendapat ada tiga fungsi bahasa bagi seseorang:
Aspek ekspresif yaitu menyatakan kehendak dan pengalaman jiwa.
Aspek sosial yaitu untuk mengadakan komunikasi dengan orang lain.
Aspek intensional yaitu berfungsi untuk menunjukkan atau membanggakan
sesuatu.
b. Karl Buhler
Psikolog ini pun berpendapat ada tiga fungsi bahasa:
Kundgabe (pengetahuan) yaitu dorangan untuk memberitahukan orang lain.
Auslosung (pelepasan) yaitu dorongan kuat dari anak untuk melepaskan kata-kata
sebagai hasil peniruannya dengan orang lain.
Darstellung (mengungkapkan) yaitu anak ingin mengungkapkan segala sesuatu
yang menarik perhatian.
5
Martinis Yamin, Panduan PAUD (Gaung Persada Press Group, 2013), h.103
6
Masitoh dkk, Strategi Pembelajaran TK (UNIVERSITAS TERBUKA, 2012), h.2.16
6
c. Jean Piaget
Bahasa egosentris yaitu melahirkan keinginan yang tertuju kepada dirinya sendiri.
Bahasa sosial yaitu untuk berhubungan dengan orang lain7.
Ada empat pandangan teoritis yang menjelaskan perkembangan bahasa anak, yaitu :
1. Pandangan nativis
Menekankan kemampuan pembawaan lahir manusia ( sifat dasar) yang bertanggung jawab
kepada perkembangan bahasa. Tokoh dalam pandangan ini adalah Noam Chomsky. Ia
berpendapat bahwa semua manusia pada dasarnya mempunyai kapasitas memperoleh bahasa.
Chomsky menjelaskan bahwa tata bahasa universal merupakan kemampuan bawaan pikiran
manusia. Dalam pandangan ini , seperti di jelaskan cairns, bahwa anak mempelajari bahasa
dengan cara menggali struktur bahasa mereka. Proses penggalian ini merupakan pemikiran yang
dibantu oleh mekanisme bawaan sejak lahir yang khusus untuk pembelajaran bahasa , yang biasa
disebut “perangkat perolehan bahasa” ( language acquisition device/ LAD).
2. Pandangan Behavioris
Pandangan behavioris menekankan pada peran “pengasuhan” dan memandang pembelajaran
terjadi berdasarkan rangsangan, respons, dan bantuan yang terjadi di dalam lingkungan. Dengan
demikian, Harris menjelaskan bahwa bahasa adalah “pemikiran” yang terjadi melalui situasi
dimana anak didorong untuk meniru ucapan orang lain dan untuk mengembangkan hubungan
antara lisan ( kata – kata) dan benda.
3. Pandangan interaksionis
Pandangan interaksionis fokus pada peran primer interaksi sosial budaya dalam
perkembangan pengetahuan anak. Pandangan ini menyatakan bahwa anak memperoleh bahasa
melalui usaha mereka saat berinteraksi dengan dunia luar di sekitar mereka. Premis dasar
vigotsky adalah bahwa perkembangan bahasa di pengaruhi oleh masyarakat dimana seorang
tinggal. Menurut Bruner (1983), peran utama interaksi sosial dalam perkembangan bahasa adalah
berdasarkan pada pengamatan bahwa anak memperoleh pemahaman akan fungsi atau keinginan
komunikasi tertentu (seperti permintaan,pelebelan, dan pengindikasikan) sebelum mereka
mampu mengekspresikan diri secara linguistik. Dalam pandangan interaksionis ini peran orang
dewasa dalam proses komunikasi sangatlah penting untuk mendukung perkembangan bahasa
anak. Cambaurne menjelaskan delapan kondisi yang mendukung perkembangan bahasa lisan,
yakni: imersi, demonstrasi, pelibatan, pengharapan, tanggung jawab, penaksiran, pengerjaan, dan
tanggapan8.
7
Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan (PT RINEKA CIPTA, 2005), h.96
8
Novi Mulyani, Perkembangan Dasar Anak Usia Dini (GAVA MEDIA, 2018), h.118
7
c) Tipe perkembangan bahasa
Ada dua tipe perkembangan bahasa anak, yaitu sebagai berikut:
1. Egocentric speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog).
2. Socialized speech, yang terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya
atau dengan lingkungannya. Perkembangan ini dibagi ke dalam lima bentuk: (a) adapted
information, disini terjadi saling tukar gagasanatau adanya tujuan bersama yang dicari,
(b) critism, yang menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang
lain, (c) command (perintah), request (permintaan), dan threat (ancaman), (d) questions
(pertanyaan), dan (e) answers (jawaban).
Berbicara monolog (egocentric speech) berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
berpikir anak yang pada umumnya dilakukan oleh anak berusia 2-3 tahun, sementara yang
“socialized speech” mengembangkan kemampuan penyesuain sosial (social adjustment).
8
tentang suara dan kombinasi suara menunjukkan bahwa anak mengalami kemudahan
dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu. Huruf yang mudah diucapkan yaitu huruf
hidup (vokal): i,a,e,dan u dan huruf mati (konsonan): t,p,b,m,dan n sedangkan yang
sulit diucapkan adalah huruf mati tunggal: z,w,s,dan g, dan huruf mati rangkap
(diftong): st,str,sk,dan dr9.
e) Tahap-tahap Perkembangan Bahasa
Menurut Vygosky, bahwa ada tiga tahap perkembangan bahasa anak yang menentukan
tingkat perkembangan berpikir yaitu tahap eksternal, egosentris, dan internal yaitu sebagai
berikut :
Pertama, tahap eksternal yaitu: tahap berfikir dengan sumber berfikir anak berasal dari
luar dirinya. Sumber eksternal tersebut terutama berasal dari orang dewasa yang memberi
pengarahan kepada anak dengan cara tertentu. Misalnya orang dewasa bertanya kepada
seorang anak, “apa yang sedang kamu lakukan?” kemudian anak tersebut meniru pertanyaan,
“apa?” orang dewasa memberikan jawabannya “melompat”.
Kedua, tahap egosentris yaitu suatu tahap ketika pembicaraan orang dewasa tidak lagi
menjadi persyaratan. Dengan suara khas, anak berbicara seperti jalan pikirannya, misalnya
“saya melompat”, “ini kaki”,”ini tangan”, “ini mata”.
Ketiga, tahap internal yaitu suatu tahap ketika anak dapat mengahayati proses berfikir,
misalnya seorang anak sedang menggambar kucing. Pada tahap ini, anak memproses
pikirannya dengan pikirannya sendiri, “apa yang harus saya gambar? Saya tau saya sedang
menggambar kaki sedang berjalan”.
Kemampuan berbahasa merupakan hasil kombinasi seluruh sistem perkembangan anak,
karena kemampuan bahasa sensitive terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem yang
lain. Kemampuan berbahasa melibatkan kemampuan motorik, psikologis, emosional, dan
sosial. Seperti kemampuan motorik, kemampuan bayi untuk berbahasa terjadi secara
bertahap sesuai dengan perkembangan usianya.
Pada usia 0-2 bulan, bayi sudah memiliki kemampuan menggunakan bahasa tubuhnya
untuk mengungkapkan atau menerima hubungan dengan orang lain. Sentuhan lembut
penuh kasih sayang dari ibu (orang tua) akan dirasakan nyaman oleh bayi. Sebaliknya,
sentuhan kasar akan dirasakan tidak nyaman oleh bayi.
Pada usia 3 bulan, bayi sudah menunjukkan kemampuan vokalnya. Bayi mulai tersenyum
dan mampu mengeluarkan suara. Pada usia ini, biasanya bunyi yang keluar dari mulut
bayi adalah “eeeeee”.
Pada usia 4 bulan, bayi dapat berbicara menggunakan suara tenggorokan yang berbunyi
“rrrr”.
Pada usia 5 bulan, bayi sudah bisa tertawa dan bergumam “wwwww”. Bahkan diusia 4-5
bulan bayi sudah dapat diajak untuk berjenaka yang mengundang tawa.
9
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014), h.119
9
Pada usia 6 bulan bayi sudah dapat merangkai kata, berupa suara yang bersambungan
dengan ocehan seperti suara “ge-ge-ge atau da-da-da”.
Pada usia 7-8 bulan, bayi dapat mengeluarkan kata-kata sederhana, seperti mama, papa,
memem, dan hehe. Selain itu bayai sudah gemar mengoceh.
Pada usia 9 bulan, bayi sudah mengenal kata dan pengetahuan bahasa yang dimilikinya
mulai beraneka ragam. Bayi mulai mengerti kata-kata sederhana dan perintah. Makna
bahasa yang diungkapkan anak akan dimengerti oleh ibu dan orang-orang terdekatnya.
Pada usia 10 bulan, bayi dapat menghubungkan kata-kata dengan gerakan dan mampu
mengulangi kata-kata atau suara yang sama.
Pada usia11-12 bulan, ocehan bayi lebih berisi kata-kata yang berarti dan mulai dapat
berkomunikasi menggunakan bahasa yang sesungguhnya10.
Di sisi lain, menurut Dworetzsky (Zubaidah, tt: 11-16), kehidupan manusia mengalami
perkembangan bahasa melalui beberapa tahap. Menurutnya, tahapan perkembangan bahasa
untuk anak normal meliputi dua periode, yaitu periode pralinguistik dan periode linguistik.
10
Martinis Yamin, Panduan PAUD (Gaung Persada Press Group, 2013), h.110
10
f) Aspek – Aspek Pengetahuan Bahasa
Ketika anak – anak mempelajari bahasa, pada dasarnya mereka sedang mengembangkan lima
aspek atau komponen yang berbeda, yakni: fonetik, semantik, sintaksis, morfemik, dan
pragmatik ( Otto,2015:4). Masing – masing aspek tersebut, jelas otto merujuk kepada suatu
domain yang spesifik dalam pengetahuan bahasa. Namun demikian, aspek – aspek tersebut tidak
berkembang secara tertutup atau tersolasi dari masing – masing aspek lainnya. Untuk lebih
jelasnya dengan aspek – aspek pengetahuan bahasa, sebagai berikut :
1) Pengetahuan fonetik
Ketika anak mendengar dan memahami bahasa lisan, mereka belajar bahwa bahasa melekat
di dalam sistem bahasa – simbol. Pengetahuan fonetik merujuk kepada pengetahuan mengenai
hubungan bahasa-simbol di dalam bahasa. Fonem , seperti yang dijelaskan Goodman; Hayes
Ornstein, & Gage , adalah unit linguistik terkecil berbentuk bunyi , yang membentuk kata jika
bergabung dengan fonem yang lain. Fonem , terdiri dari bunyi – bunyi yang di anggap sebagai
satu unit yang dapat di mengerti oleh pendengar, seperti bunyi/m/pada kata “mama” (Otto,2015).
Perkembangan pengetahuan fonetik pada anak di bantu oleh kemampuan mereka memahami
perbedaan bunyi dan juga bagaimana bahasa digunakan di sekitar mereka. Secara bertahap, anak
- anak belajar untuk membedakan dan memproduksi bunyi ujaran yang ditemukan dalam bahasa
ibu dan juga orang terdekat dalam keluarga. Yang harus di sadari, pengetahuan fonetik tidak
berkembang secara tertutup atau terisolasi dari aspek pengetaahuan lainnya. Pembelajaran untuk
membedakan antara kata – kata dengan bunyi yang hampir sama, seperti can (dapat) dan car
(mobil) harus di mudahkan dengan berbagai cara , misalnya dengan menunjukkan benda tersebut
atau dengan tindakan yang berbeda.
Pengetahuan fonetik anak ketika bayi dan balita terlihat jelas ketika ia menghasilkan dan
membedakan antara bunyi yang digunakan dalam bahasa ibunya untuk berkomunikasi dengan
orang lain yang ada di sekitarnya. Ketika anak – anak beranjak ke usia masa prasekolah, mereka
akan memperoleh pengetahuan kesadaran dan pemahaman yang lebih mengenai bunyi ujaran
yang berbeda di dalam bahasa mereka dan mulai menggunakan bahasa nya dengan penuh
pertimbangan. Pemahaman anak tentang bahasa ujaran dan melakukannya dengan penuh
pertimbangan disebut “kesadaran fenomik”.
Menurut liebermen, kesadaran mengenai bahasa ujaran ini berkontribusi secara signifikan
terhadap pemahaman anak mengenai hubungan antara ujaran dan tulisan, ketika mereka mulai
memperoleh perkembangan bahasa tulis di sekolah. Perkembangan kemampuan membaca dan
menulis ini, mengharuskan anak agar mampu menggunakan simbol yang bisa mewakili bunyi
bahasa nya di dalam penulisan dan untuk membaca simbol fenomik ketika membaca
(Otto,2015).
11
2) Pengetahuan Semantik
Pengetahuan semantik di peroleh di dalam mempelajari simbol oral atau bahasa lisan yang
bermakna. Vygotsky menjelaskan bahwa perkembangan pengetahuan semantik menjelaskan
bahwa perkembangan pengetahuan semantik berkaitan erat dengan perkembangan pengetahuan
konseptual. Dalam hal demikian, pengetahuan semantik merujuk kepada penamaan kata yang
memerincikan suatu konsep juga jaringan semantik, yang menunjukan hubungan timbal balik
antar konsep.
Sebagai misal, kata “bola” merujuk pada ide mengenai benda bundar yang mempunyai sifat –
sifat menggelinding dan memantul, kadang digunakan dalam permainan. Dalam memperoleh
konsep ini , anak - anak belajat bahwa benda dan tindakan dengan ciri atau fungsi yang hampir
sama, maka bisa di kelompokkan dalam kategori yang sama atau kategori yang berkaitan.
Contohnya , ketika anak mempelajari bahwa benda plastik yang kecil, bundar, dan berwarna
merah disebut bola, mungkin ia melihat kemiripan ketika ia melihat bila berwarna putih yang
digunakan dalam permainan sepak bola.
3) Pengetahuan sintaksis
Pengetahuan sintaksis adalah pengetahuan tentang penggabungan kata – kata untuk
membentuk ekspresi yang bermakna. Hal ini karena setiap sistem bahasa mempunyai aturan atau
tata bahasa yang menentukan bagaimana kata – kata digabungkan untuk membentuk kalimat atau
frasa atau ujaran yang bermakna. Dalam kehidupan sehari – hari anak – anak belajar bahwa
urutan kata atau sintaks, penting dalam membangun makna dan dalam memahami pesan yang di
sampaikan orang lain.
4) Pengetahuan morfenik
Pengetahuan morfenik merujuk kepada pengetahuan struktur kata. Dalam memperoleh
pengetahuan sintaksis anak – anak belajar bahwa beberapa kata mempunyai hubungan makna
tetapi digunakan secara berbeda dalam berbicara dan dalam bahasa tulis yang mempunyai
struktur yang berbeda pula.
Kemampuan untuk menggunakan morfem secara tepat adalah suatu cirri pengguna bahasa
yang efektif. Pengetahuan terhadap morfologi membuat anak – anak memahami ujaran – ujaran
lain dengan lebih baik. Anak – anak memperoleh morfemik yang muncul dalam lingkungan
linguistiknya. Dalam kondisi dimana dialek tertentu diucapkan di lingkungannya. Maka pertama
– tama anak akan memperoleh pengetahuan morfemik yang di tunjukan dalam dialek tersebut.
5) Pengetahuan pragmatik
Pengetahuan pragmatik meliputi pengetahuan atau kesadaran terhadap keseluruhan maksud
komunikasi dan bagaimana bahasa digunakan untuk memperoleh maksud tersebut. Pada awal
perkembangan komunikasi anak, upaya tertentu. Gleason memberi contoh, misalnya pada anak
berusia 8 bulan yang menatap ibunya dan mengulurkan kedua tangannya juga mengucapkan
ujaran yang jelas ( uh,uh,uh) dianggap sedang mengkomunikasikan bahwa dia ingin digendong.
12
Jika permintaannya tidak dipenuhi, maka anak akan mengulangi permintaannya dengan
mengucapkan ujaran yang semakin keras atau bahasa tubuh yang semakin sungguh – sungguh
(Otto,2015).
Pengetahuan dari kelima aspek pengetahuan bahasa ini tidak berkembang secara sendiri –
sendiri, namun saling berhubungan. Misalnya, pengetahuan fonetik bisa mempengaruhi
perkembangan semantik, karena daya pemahaman terhadap perbedaan bunyi dibutuhkan untuk
membedakan kata – kata yang mirip. Pengetahuan sintaksis juga mempengaruhi pengetahuan
semantik , karena urutan kata memberikan makna melalui struktur bahasa. Pengetahuan
morfomik juga mempengaruhi pengetahuan semantik, karena beberapa morfem terikat menyertai
perubahan dalam kata ( misalnya bahagia atau kebahagiaan). Pengetahuan pragmatik di
pengaruhi oleh empat aspek lainnya, karena bagaimanapun bahasa digunakan dalam situasi dan
kondisi berbeda, ditunjukan dengan perbedaan fitur fonetik, semantik, sintaksis dan morfemik.
Banyak nya interaksi antara lima aspek tersebut, tergantung dengan bahasa atau dialek yang
digunakan lingkungan sekitar. Walaupun demikian, penting untuk diingat bahwa tidak ada satu
aspek pun dalam pengetahuan bahasa yang diperoleh secara terisolasi dari aspek lainnya. Dengan
kata lain, masing – masing dari lima aspek tersebut memberikan kontribusi terhadap
perkembangan kemampuan anak dalam menggunakan bahasa11.
11
Novi Mulyani, Perkembangan Dasar Anak Usia Dini (GAVA MEDIA, 2018), h.108
13
pada botol susu, celemek makan, dan lain-lain.
6. Bersuara/berteriak tidak senang sebagai cara lain dari
pada menangis
7. Menunjukkan variasi dalam nada dan irama menangis
6-9 bulan 1. Mulai menirukan kata yang terdiri dari dua suku kata
2. Merespon permainan “cilukba”
3. Mulai berkomunikasi dengan bahasa isyarat yang
sederhana
4. Mengubah nada saat bersuara atau berbicara
5. Melokalisir suaranya hanya sebatas yang dia lihat
6. Memproduksi variasi suara huruf hidup (a,i,u,e, o)
dalam permainan vokal
7. Mulai menanggapi isyarat
9-12 bulan 1. Menyatakan penolakan dengan menggelang atau
menangis
2. Menunjuk benda yang diinginkan
3. Bersuara dalam menanggapi kata-kata yang
dikenalnya (kadang-kadang menggunakan suara yang
serupa)
4. Menggunakan jargon yang ekpresif
5. Mulai menirukan isyarat
6. Berkata ‘mama’ dan/atau ‘dada’ secara khusus
7. Meniru pola irama yang sederhana12.
Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak
ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Anak yang baru lahir sepenuhnya
belum mempunyai bahasa, tetapi pada saat anak berusia 4 atau 5 tahun, anakanak telah
memperoleh beribu-ribu kosakata, sistem fonologi, dan gramatika yang kompleks. Seperti yang
terdapat dalam Permendiknas Nomor 58 tahun 2009 bahwa anak usia 4-<5 tahun telah
mempunyai keterampilan dalam lingkup perkembangan menerima bahasa, mengungkapkan,
serta keaksaraan. Dalam menerima bahasa, anak usia ini telah mampu menyimak perkataan
orang lain, mengerti dua perintah, memahami cerita, serta mengenal perbendaharaan kata sifat.
Sedangkan dalam hal mengungkapkan bahasa yakni berhubungan dengan keterampilan
berbicara, dimana anak usia ini telah mampu mengulang kalimat sederhana, mengungkapkan
perasaan, menyebutkan kata-kata yang dikenal, mengutarakan pendapat, menyatakan alasan serta
12
Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar
Nasioanl PAUD
14
menceritakan kembali sesuatu yang ia ketahui atau yang ia dengar. Terakhir adalah dalam
lingkup perkembangan keaksaraan, anak usia 4-<5 tahun ini telah mampu mengenal simbol-
simbol, mengenal berbagai suara, membuat coretan serta menirukan huruf. Dijelaskan pula
bahwa ada keterkaitan yang erat antara perkembangan bahasa seorang anak dengan pertumbuhan
neurologi maupun biologinya.
Fakta menunjukkan bahwa seorang anak dapat mengucapkan kosa kata baru yang baru
sekali saja dia dengar dan tanpa diduga dia dapat mengungkapkan kembali kosakata tersebut
dalam konteks yang tepat. Bahkan seorang anak terkadang dapat mengungkapkan kosakata baru
tanpa diketahui kapan dan dari mana dia memperolehnya. Karena itu pemerolehan bahasa anak
usia dini selalu menarik untuk dibahas. Kajian tentang pemerolehan bahasa anak telah
berkembang sebagai teori pemerolehan bahasa. Teori tersebut semuanya didasarkan pada teori
perkembangan anak. Berikut teori-teori pemerolehan bahasa anak yang dikutip dari Zubaidah13
dan sumber lain:
1. Teori behavior
Teori behavior adalah teori yang lebih menekankan pada kebiasaan.Teori yang
dikembangkan oleh B.F Skinner ini, berpandangan bahwa pemerolehan bahasa anak
dikendalikan oleh lingkungan. Artinya, rangsangan anak untuk berbahasa yang dikendalikan oleh
lingkungan itu merupakan wujud dari perilaku manusia (Gleason, 1998:381). Menurut kaum
Behavioris, anak-anak lahir dengan potensi belajar dan perilaku mereka dapat dibentuk dengan
memanipulasi lingkungan. Dengan penguatan yang benar, kemampuan intelektual anak dapat
dikembangkan. Teori yang dikemukakan oleh B.F Skinner ini lebih menekankan pada kebutuhan
“pemeliharaan” perkembangan intelektual dengan memberikan stimulus pada anak dan
menguatkan perilaku anak. Hal ini dapat dilakukan dalam kegiatan keseharian dalam keluarga,
maupun di sekolah. Menurut kaum behavioris kemampuan berbicara dan memahami bahasa oleh
anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya.
2. Teori maturasional
Teori maturasional merupakan teori yang menekankan pada kesiapan biologis individu.
Menurut teori ini, anak telah mempunyai jadwal untuk berbahasa/berbicara. Dalam PAUD hal ini
dapat dilihat pada kegiatan dalam beberapa sentra yang disesediakan lembaga PAUD.
3. Teori preformasionis
Pelopor teori ini adalah Noam Chomsky. Penganut aliran ini percaya sekali adanya teori
tentang proses mental yang disebut Language Acquisition Device (LAD). Dengan LAD diyakini
bahwa anak belajar bahasa berdasarkan dari apa yang dia dengar dari orang-orang di sekitarnya.
Chomsky sendiri menolak adanya istilah “Innate” saat membicarakan teori tentang pemerolehan
bahasa. Beliau menambahkan bahwa semua teori belajar memiliki asumsi bahwa kapasitas
bawaan lahir itu ada dan bersifat unik. Menurut Chomsky anak dilahirkan dengan dibekali “alat
15
pemerolehan bahasa” / LAD. Alat ini merupakan pemberian biologis yang sudah diprogramkan
untuk merinci butir-butir yang mungkin dari suatu tata bahasa. LAD dianggap sebagai bagian
fisiologis dari otak yang khusus untuk memproses bahasa, dan tidak punya kaitan dengan
kemampuan kognitif lainnya.
13
Anita, “Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini”. Vol. 06 No. 02,166.
16
salah. Anak akan mulai menirukan pola intonasi yang diucapkan orang-orang di sekelilingnya.
Dia akan mengenali intonasi yang mengungkapkan rasa marah, kagum, senang, sedih dan lain
sebagainya.
(2) Tahap satu kata (holophrastic stage)
Tahap ini disebut tahap kalimat holophrastic (dari kata holo, utuh, dan phrase, frase).
Pada usia satu tahun anak mulai menggunakan serangkaian bunyi berulang-ulang untuk makna
yang sama. Contoh: Mam (untuk mengatakan saya mau makan), Ma (untuk meminta mama ada
di sini). Kata-kata dalam tahap ini memiliki tiga fungsi yakni:
1. menghubungkan antara kata-kata dengan perilaku anak itu sendiri, atau suatu keinginan
untuk suatu perilaku;
2. untuk mengungkapkan suatu perasaan; atau
3. untuk memberi nama kepada sesuatu benda.
Kata-kata pada tahap ini terdiri dari konsonan yang mudah dilafalkan seperti (m, p, j, k)
dan vokal seperti (a, u, o). Menurut penelitian anak mampu memahami perbedaan-perbedaan
bunyi ujar yang lebih banyak daripada yang sanggup diucapkannya.
(3)Tahap dua kata (two-word stage)
Anak usia paling lambat tahun dua tahun sudah mulai mengucapkan ujaran dua kata,
misalnya “Mi’ cu” yang artinya anak minta minum susu. Beberapa ungkapan yang diucapkan
sering tidak bersubyek Hubungan-hubungan seperti infleksi, kata ganti orang, dan bentuk jamak
belum digunakan. Dalam pikiran anak konsep subyek + predikat terdiri dari kata benda + kata
benda, seperti “Peda Opi” yang berarti Opi meminta diambilkan sepeda; atau menggabungkan
kata sifat + kata benda, seperti “Kotor patu” yang maksudnya sepatu ini kotor, dan sebagainya.
14
Rohmani Nur Indah, Gangguan Berbahasa (UIN-MALIKI Press, 2017), h.38
17
siswa. Jika dia membuat kesalahan, maka orang tua harus mengarahkan. Orang tua juga
harus mengajar dan mendidik anak agar menjadi anak yang baik dan berpotensi.
- Keterlibatan kedua yaitu communication (komunikasi). Tujuan dari keterlibatan ini adalah
merancang bentuk komunikasi yang efektif dari sekolah ke rumah dan komunikasi dari
rumah ke sekolah sehingga mengetahui program sekolah dan kemajuan anak-anak mereka.
- Keterlibatan volunteering (sukarela) adalah mengatur bantuan dan dukungan orang tua.
- Keterlibatan learning at home (belajar di rumah) memiliki tujuan memberikan informasi dan
gagasan kepada keluarga tentang bagaimana caranya membantu anak belajar di rumah, yaitu
bagaimana caranya membuat rencana kegiatan, mengaplikasikan dan mengevaluasi.
- Keterlibatan decision making (pengambilan keputusan), orang tua harus ikut serta atau
terlibat dalam keputusan sekolah, pengembangan pemimpin dan perwakilan orang tua.
- Keterlibatan collaborating with the community (kolaborasi dengan keluarga/masyarakat).
Dalam poin terakhir ini, orang tua harus mengidentifikasi dan mengintegrasikan sumber
daya dan layanan dari masyarakat untuk memperkuat program sekolah, praktik keluarga,
pembelajaran serta pengembangan siswa.
Dari macam-macam keterlibatan atau peran orang tua yang dijelaskan di atas, dapat
diketahui bahwa para ibu dan ayah memiliki peran unik dan penting dalam proses perkembangan
bahasa anak -anak mereka. Inilah alasan lain mengapa keberadaan atau kehadiran orang tua
dalam keluarga sangat bermanfaat bagi anak-anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara
maksimal. Anak-anak belajar berkomunikasi dari orang-orang yang berada di sekitar mereka,
yaitu saudara laki-laki, saudara perempuan, kakek, nenek, keluarga besar, teman-teman serta ibu
dan ayah mereka. Dari kesemuanya, orang tua menempati posisi paling dominan sehingga dapat
dikatakan bahwa peran mereka paling utama dan pertama dibandingkan dengan yang lain. Bayi
dengan cepat belajar membedakan antara suara ibu dan bapaknya. Hal ini terjadi selama minggu-
minggu awal kehidupan dan dapat dikatakan bahwa ini adalah salah satu cara seorang anak
dalam merasakan perbedaan mendasar tentang jenis kelamin.
Peran lingkungan
Lingkungan adalah tempat dimana seorang anak tumbuh dan berkembang. Lingkungan
merupakan salah satu faktor yang yang sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak karena
pada hakekatnya proses pemerolehan bahasa anak diawali dengan kemampuan mendengar
kemudian meniru suara yang didengarnya yaitu dari lingkungan dimana tempat ia tinggal.
Seorang anak tidak akan mampu berbahasa dan berbicara jika anak tidak diberi kesempatan
untuk mengungkapkan yang pernah didengarnya. Oleh karena itu keluarga merupakan salah satu
lingkungan terdekat dimana anggota keluarga harus memberi kesempatan kepada anak untuk
belajar dari pengalaman yang pernah didengarnya. Kemudian berangsur-angsur ketika anak
mampu mengekspresikan pengalaman, baik dari pengalaman mendengar, melihat, membaca dan
diungkapkan kembali dengan bahasa lisan.
Para ahli behavioristik berpendapat bahwa anak dilahirkan tanpa membawa kemampuan
apapun. Dengan demikian anak harus belajar melalui pengondisian dari lingkungan, proses
imitasi, dan diberikan reiforcement (penguat). Beberapa ahlimenjelaskan beberapa faktor penting
dalam mempelajari bahasa yaitu imitasi, rewart, reinforcement dan frekuensi suatu perilaku.
18
Skinner, (1957) menjelaskan perkembangan bahasa dari sudut stimulus-respon, yang
memandang berpikir sebagai proses internal bahasa mulai diperoleh dari interaksi dalam
lingkungan.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh cukup besar bagi
perkembangan bahasa anak. Karena dengan lingkungan maka anak dapat menjalani
kesehariannya dengan baik tanpa adanya kesulitan dalam berinteraksi. Stimulus yang didapat
anak melalui lingkungan akan berpengaruh pada perkembangan bahasa anak. Rangsangan yang
diterima secara perlahan akan mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Stimulus dari orang-
orang terdekatnya yaitu orang tua akan diproses oleh anak sehingga membuat anak tersebut
matang dalam pola pikir, pola tindak, dan pola ucap. Peranan orang tua yang begitu penting
menuntut orang tua untuk selalu waspada serta hati-hati dalam mengajari anaknya. Orang tua
harus memahami tahapan-tahapan perkembangan bahasa pada anak agar dapat memberikan
stimulus pada tahap perkembangan sesuai dengan usianya.
19
- Jenis kelamin (sex), pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam vokalisasi
antara pria dan wanita. Namun mulai usia 2 tahun, anak wanita menunjukkan
perkembangan yang lebih cepat dari anak pria.
- Hubungan keluarga, hubungan ini dimaknai sebagai prses pengalaman berinteraksi dan
berkomuniakasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang tua yang mengajar,
melatih dan memberikan contoh berbahasa kepada anak. Hubungan yang sehat antara
orang tua dengan anak (penuh perhatian dan kasih saying dari orangtuanya) memfasilitasi
perkembangan bahasa anakm sedangkan hubungan yang tidak sehat mengakibatkan anak
akan mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan bahasanya. Hubungan
yang tidak sehat itu bisa berupa sikap orangtua yang kasar/keras, kurang kasih sayang,
atau kurang perhatian untuk memberikan latihan dan contoh dalam berbahasa yang baik
kepada anak, maka perkembangan bahasa anak akan cenderung akan stagnasi atau
kelainan, seperti gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam mengungkapkan pendapat, dan
berkata kasar atau tidak sopan15.
2.6 Gangguan Perkembangan Bahasa pada Anak
a. Penyebab Gangguan Berbahasa pada Anak
Pada anak-anak, gangguan berbahasa atau berkomunikasi pada umumnya dapat
dikategorikan sebagai berikut:
1. Gangguan berbicara yang disebabkan:
- Masalah artikulasi
- Gangguan bersuara
- Masalah kefasihan
- Afasia karena ketidaksempurnaan perkembangan otak
- Keterlambatan berbicara yang dapat dipicu faktor lingkungan, gangguan
pendengaran atau gangguan tumbuh kembang.
2. Gangguan pendengaran baik parsial maupun total yang jenisnya antara lain:
- Gangguan pendengaran konduktif yang disebabkan oleh suatu penyakit yang
mengganggu fungsi telinga bagian luar dan tengah sehingga penyandangnya perlu
menggunakan alat bantu pendengaran
- Gangguan pendengaran akibat hilangnya sensor syaraf karena kerusakan sel sensorik di
dalam telinga yang berfungsi mengantarkan pesan atau rangsangan suara. Penyandangnya
mengalami kendala merespon suara apapun meskipun menggunakan alat bantu
pendengaran
- Gangguan pendengaran kompleks akibat rusaknya fungsi pada telinga bagian luar, tengah
dan dalam
- Gangguan pusat pendengaran yang terjadi akibar kerusakan pada syaraf atau jaringan
otak.
20
- Retardasi atau keterbelakangan mental
- Bibir sumbing
Kesulitan yang dihadapi anak pada saat belajar bicara dapat disebabkan oleh faktor-faktor
berikut.
Keterbatasan pendengaran.
Keterlambatan perkembangan jaringan otot organ wicara sehingga anak kesulitan
menggerakan otot wicara dengan cepat untuk menghasilkan suara.
Keterlambatan pemahaman bahasa orang dewasa yang perkataannya panjang dan rumit.
Kurang berinteraksi dengan orang lain.
Terlalu pasif dalam pergaulan sosial.
Terlalu mengandalkan komunikasi nonverbal yang efektif diterapkan di rumah tetapi tidak
berterima di masyarakat, anak akan malas mencoba menggunakan kata-kata.
Kurang dipedulikan orang lain karena dianggap sama sekali tidak mampu bicara atau
memahami orang lain.
Ketika ditanya jawabannya sering diwakili orang lain.
Tidak cukup waktu karena orang lain tidak memberinya kesempatan merespon sementara
anak membutuhkan waktu untuk mulai bicara.
Rangsangan terlalu banyak dalam arti bahasa yang diajarkan terlalu banyak, sama halnya
dengan melempar banyak bola pada anak yang sedang belajar menangkap bola.
Terlalu banyak bahasa formal bukan bahasa komunikatif yang diberikan, misalnya tentang
angka dan macam-macam warna yang kurang bermanfaat untuk komunikasi harian.
Terlalu sering bermain sendiri karena yang dihadapi hanya mainan bukan orang lain.
21
pelayanan yang mendukung anak misalnya dengan menggunakan media visual seperti film
dengan tulisan yang mendeskripsikan perkataan dan bahan bacaan dengan kosakata sederhana16.
16
Rohmani Nur Indah, Gangguan Berbahasa (UIN-Maliki Press, 2017), h.171
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Golden age pada anak usia dini merupakan masa yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Berhasil tidaknya tahap perkembangan pada masa ini akan berpengaruh pada
kehidupan dan pembentukan anak pada masa yang akan datang. Pertumbuhan dan perkembangan
otak yang pesat sangat memungkinkan penerimaan stimulus yang optimal berupa daya serap
terhadap semua stimulasi yang diberikan lingkungan baik di rumah maupun di sekolah.
Aspek bahasa yang merupakan alat untuk mengekspresikan gagasan dan keinginan
merupakan aspek yang penting untuk dibahas. Beberapa teori pemerolehan bahasa pada
hakekatnya menunjukkan bahwa satu sama lain saling keterkaitan dan saling mendukung. Dari
semua teori pemerolehan bahasa yang terpenting adalah adanya stimulasi yang dapat
memunculkan dan menggali potensi yang sudah ada pada diri anak sehingga apa yang sudah ada
pada diri anak tereksplor dengan baik dan apa yang belum tampak dapat ditonjolkan ke
permukaan. Sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga menjadi
manusia seutuhnya. Untuk membangun manusia seutuhnya tentu saja dibutuhkan pendidik yang
memahami bagaimana mengoptimalkan potensi anak usia dini. Sehingga sudah seharusnya
lembaga AUD ditangani oleh pendidik yang berkompeten.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini kiranya para guru dan calon guru dapat memahami apa itu
perkembangan bahasa pada anak usia dini dan mengerti bahwasannya perkembangan bahasa
pada anak usia dini itu sangat penting karena bahasa adalah salah satu alat untuk komunikasi.
23