Anda di halaman 1dari 13

LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN

“PATIENT SAFETY”

Dosen Pengampuh :
Maulida Nurfajriah O,S.Kep.,Ns.,MPH

Disusun :
Wiwin Aprilia
(14.401.16.090)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI

2017

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..............................................................................................
Daftar Isi ........................................................................................................ 3
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 4
1.2 Rumusan masalah .......................................................................... 4
1.3 Tujuan penulisan ............................................................................ 4
1.4 Manfaat penulisan .......................................................................... 4

Bab II Tinjauan Pustaka


2.1 Langkah-langkah RS Propinsi, Kabupaten, Pus ........................... 5
2.2 Standart Keselamatan Pasien ......................................................... 7
2.3 Kriteria Monitoring dan Evaluasi “Patient Safety” ....................... 11

Bab III Penutupan


3.1 Kesimpulan .................................................................................... 12
3.2 Saran ............................................................................................... 12
Daftar Pustaka ............................................................................................... 13

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang ”Peran Perawat
dalam Patient Safety” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan. Kami juga berterima
kasih kepada:
1. Anis Yuliastutik, S.Kep.Ns., M.Kes selaku Direktur Akademi Kesehatan
Rustida.
2. Aripin S.Kep.Ns., M.Kes wakil Direktur Akademi Kesehatan Rustida.
3. Maulida Nurfajriah O,S.Kep.,Ns.,MPH selaku dosen mata kuliah Management
Patient Safety.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran,
dan usulan demi perbaikan maklah yang akan kami buat di masa yang akan datang.

Krikilan, 06 September 2017

Penyusun

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hampir setiap tindakan menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf rumah sakit yang cukup besar,
merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut
institut of medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai : the failure of a planned
action to be completed as intened or the use of a wrong plan to achieve an ai , artinya
kesalahan medis didefinisikan sebagai suatu kegagalan tindakan medis yang telah
direncakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan. Kesalahan yang terjadi dalam
proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada
pasien, berupa Near Miss atau Advers Event (kejadian tidak diharapkan/KTD).
Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat melaksanakan
suatu tindakan (commision) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(ommision) yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena
keberuntungan (misalnya pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi
obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain
mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), dan peringanan (suatu obat
dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya. (Joko,
1999)
1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
1.4 Manfaat

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Langkah-langkah RS, Provinsi, RS Kab, Puskesmas
A. Pelaksanaan “Patient Safety” meliputi sembilan solusi keselamatan Pasien di RS Provinsi
(WHO Collaborating Centre for Patient Safety, 2 mei 2007), yaitu : (Regina, 2014)

1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication
names)
2. Pastikan identifikasi pasien
3. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
9. Tingkatkan kebersiahn tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial

B. Langkah-langkah kegiatan pelaksanaan patient safety di RS Kabupaten “

1. Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah sakit-rumah sakit di


wilayahnya
2. Melakukan advokasi ke pemerintahan daerah agar tersedianya dukungan anggaran
terkait dengan program keselamatan pasien rumah sakit
3. Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit

C. Langkah-langkah kegiatan pelaksanaa patient safety di puskesmas :

1. Kesehatan ibu dan anak


Tujuan Umum :
a. Menurunkan kematian (mortality) dan kejadian sakit (morbility) dikalangan
ibu. Kegiatan program ini ditunjukan untuk menjaga kesehatan ibu selama
kehamilan, pada saat bersalin dan saat ibu menyusui.. meningkatkan derajat
kesehatn anak, melalui pemantauan status gizi dan pencegahan sedini mungkin
berbagai penyakit menular yang bisa di cegah.
b. Dengan imunisasi dasar sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal.

5
2. Keluarga berencana (KB)
Tujuan :
Untuk jangka panjang program KB bertujuan menurunkan angka kelahiran dan
meningkatkan kesehatn ibu sehingga akan berkembang Normal Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
3. Pemberantasan penyakit menular (P2M)
Tujuan :
Menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin, dan mengurangi berbagai
risiko lingkungan masyarakat yang memudahkan terjadinya penyebaran suatu penyakit
menular.
4. Upaya Peningkatan gizi
Tujuan :
Meningkatkan status gizi masyarakat melalui pemantauan status gizi kelompok-
kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi (ibu hamil dan balita), pemberian
makanan tambahan (PMT) baik yang bersifat penyuluhan maupun pemulihan.
5. Usaha Kesehatan lingkungan
Tujuan :
Menanggulangi dan menghilangkan unsur-unsur fisik pada lingkungan
sehingga faktor lingkungan yang kurang sehat tidak menjadi faktor risiko timbulnya
penyakit di masyarakat.
6. Pengobatan
Tujuan :
Memberi pengobatan dan perawatan di Puskesmas (khusus untuk Puskesmas
perawatan).
7. Penyuluhan kesehatan masyarakat
Tujuan :
Meningkatakan kesadaran penduduk akan nilai kesehatan, melalui upaya
promosi kesehatan sehingga masyarakat dengan sadar mau mengubah perilakunya
menjadi perilaku sehat.
8. Laboratorium
Tujuan :
Memeriksa sediaan (spicement) darah, sputum, feses, urine untuk membantu
menegaklkan diagnosa penyakit. Kegiatan laboratorium merupakan kegiatan prnunjang
program lain seperti program pengobatan, KIA, KB dan P2M.

6
9. Usaha Kesehatan sekolah (UKS)
Tujuan :
Meningkatkan derajat kesehatan anak dan lingkungan sekolah.
10. Perawatan keselamatan masyarakat/Public Health Nursing (PHN)
Tujuan :
a. Memberikan pelayanan perawatan secara menyeluruh (comprehensive health
care) kepada pasien atau keluarga dengan mengikut sertakan keluarga dan
kelompok masyarakat disekitarnya.
b. Membantu keluarga dan masyarakat mengenai kebutuhan kesehatannya sendiri
dan cara-cara penanggualangannya disesuaikan dengan batas-batas kemampuan
mereka.
c. Menunjang program kesehatan individu dan keluarganya.
11. Upaya Kesehatan jiwa (UKJ)
Tujuan :
Untuk mencapai tingkat kesehatn jiwa masyarakat secara optimal.
12. Kesehatan gigi
Tujuan :
Menghilangkan atau mengurangi gangguan kesehatan gigi dan mempertinggi
kesadaran kelompok-kelompok masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan gigi.

2.2 Standart Keselamatan Pasien

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani


segera di rumah sakit di Indonesia maka diperlukan standart keselamtan pasien rumah sakit
yang merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya.
Standart keselamatn pasien rumah sakit yang disusun ini mengacu pada “Hospital Patient
Safety” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Healt Organization,
illinois, USA, tahun 2002, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi perumah sakitan di
Indonesia. Standart keselamtan pasien tersebut terdiri dari tujuh standart yaitu : (Muninjaya,
1999)

1. Hak pasien :
Standartnya adalah pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). Kriterianya adalah sebagai berikut :

7
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas
dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD.
2. Mendidik pasien dan keluarga
Standartanya adalah rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuah keperawatan. Kriterianya adalah
keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keselamatan
pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di rumah sakit harus ada
sistem mekanisme mendidik pasien dan keluarganaya tentang kewajiban dan
tangguga jawab pasien dalam asuhan keperawatan. Dengan pendidikan tersebut
diharapkan pasien dan keluarganya dapat :
a. Memberikan info yang benar, jelas, lengkap, dan jujur.
b. Mengetahui kewajiban dan tanggug jawab.
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
d. Memahami dan menerimah konsekuensi pelayanan.
e. Mematuhi intruksi dan menghormati peraturan RS.
f. Memperlihatkan kewajiban finansial yang disepakati.
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standartnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan kriteria sebagai berikut :
a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan
dan saat pasien keluar dari rumah sakit.
b. Terdapat kordinasi pelayanann yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kebanyakan sumber daya secara berkesinambungan dehingga pada seluruh
tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
c. Terdaapay koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi
untuk memfasilitasi dukukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan
sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut
lainnya.

8
d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga
dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien.
Standartnya adalah rumah sakit harus mendisain proses baru atau memperbaiki
proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif KTD (kecelakaan tidak diharapakn) dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien dengan kriteria
sebagai berikut :
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
sesuai dengan “Tujuan Langkah Keselamatan Paien Rumah Sakit”.
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja.
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif.
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien standartnya
a. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program melalui penerapan
“7 Langkah Menuju Keselamatan Pasien Dirumah Sakit”
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program mengurangi KTD.
c. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit
dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan
pasien.
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien,
dengan kriteria sebagai berikut :
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis kejadian
yang memerlukan perhatian, mulai dari “ Kejadian Nyaris Cedera”
(Near Miss) sampai dengan “kejadian Tidak Diharapkan” (Adverse
event)

9
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen
dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program
keselamatan pasien.
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” tethadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
Analisis Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris Cedera” (Near Miss) dan
Kejadian Sentineal pada saat program keselamatan pasien muali
dilaksanakan.
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden,
misalnyamenangani ‘Kejadian Sentineal” (Sentineal Event) atau
kegiatan proaktif untuk emperkecil risiko, ermasuk mekanisme untuk
mendukung staf dalam kaitan denagn “Kejadian Sentineal”.
7) Terdaopat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan
antar disiplin.
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan kegiatan
perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikana keselamatan pasien,
termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah
sakit dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan
implementasinya.
6. Mendidik staf tentang keselamtan pasien, standartnya sebagai berikut :
a. RS memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
b. RS menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien, dengan kriteria sebagai berikut :
1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien.

10
2) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden.
3) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork)
guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien,
standartnya s5tebagai berikut :
a. RS merencanakan dan mendesain proses mangement informasi keselamatan
pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat, dengan kriteria
sebagai berikut :
1) Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
management untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal
terkait dengan keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan lendala komunikasi untuk
merevisi managemen informasi yang ada.

2.3 Kriteria Monitoring dan Evaluasi “Patient Safety”

a. Di Rumah Sakit
Pimpinan Rumah Sakit melakukan monitoring dan evaluasi pada unit-unit kerja di
Rumah Sakit, terkait dengan pelaksanaan keselamatan pasien di unit kerja.
b. Di Propinsi
Dinas kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit di wilayah kerjanya.
c. Di pusat
1. Komite keselamatan pasien rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan keselamatan pasien rumah sakit di rumah sakit-rumah sakit.
2. Monitoring dan evaluasi.

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN

12
DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
Joko, W. (1999). Managemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya.

Muninjaya. (1999). Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC.

Regina. (2014). Patient Safety Admistrasi Dan Manajemen Kesehatan .

13

Anda mungkin juga menyukai