Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN AKHIR TAHUN AUDIT KEPATUHAN CUCI

TANGAN
RS SELARAS
(JUNI-DESEMBER 2016)

Oleh :
KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

RS SELARAS
Jl.Raya Lapan Rumpin–Suradita – Kec. Cisauk – Kab. Tangerang – Banten.
Telp : 021-75791849, 021-75791852 – Fax/Adm : 021-75791850
Email : selarashospital@gmail.com
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan health care system yang di dalamnya terdapat sistem
surveilans sebagai upaya pencegahan dan pengendalian infeksi. Rumah sakit mempunyai
peran strategis dalam upaya mempercepat peningkatan kesehatan masyarakat di
Indonesia, karena rumah sakit merupakan fasilitas yang padat karya dan padat teknologi.
Peran strategis rumah sakit sangat diperlukan untuk menghadapi transisi epidemiologi
yang terjadi saat ini.
HAIs ( Health care assosiated infection) merupakan kejadian infeksi yang
didapatkan penderita setelah mendapat perawatan > 48 jam dan pasien tidak dalam masa
inkubasi. Kejadian HAIs banyak dihubungkan karena pemasangan alat. HAIs
diidentifikasi melalui kegiatan surveilans.
Media penularan utama dari sebagian besar bakteri atau virus penyebab infeksi
nosokomial adalah tangan - tangan personil medik yang terkontaminasi. Hand hygiene
adalah istilah yang digunakan untuk mencuci tangan menggunakan antiseptic cuci
tangan. Pada tahun 2009 WHO mencetuskan global patient safety challenge dengan
clean care is safe care yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk
petugas kesehatan dengan five moments for hand hygiene yaitu melakukan cuci tangan
sebelum bersentuhan dengan pasien, sebelum melakukan prosedur bersih dan steril,
setelah bersentuhan dengan pasien, setelah terpapar cairan tubuh pasien, dan setelah
bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien.
Pengetahuan tentang infeksi nosokomial dan pencegahannya merupakan
stimulus sosial yang dapat menimbulkan respon emosional terhadap upaya universal
precaution sehingga akan meningkatkan peran sertanya dalam upaya pencegahan infeksi
nosokomial.
Kegagalan melakukan kebersihan tangan yang baik dan benar dianggap
sebagai penyebab utama infeksi nosokomial dan penyebaran mikroorganisme
multiresisten di fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui sebagai kontributor yang
penting terhadap timbulnya wabah. Sehingga perlu adanya audit kepatuhan pelaksanaan
hand hygiene untuk evaluasi kegiatan hand hygiene yang telah dilakukan oleh tim PPI
RS Selaras.

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Meningkatkan pemahaman tentang kebersihan tangan ( hand hygiene).
2. Tujuan
a. Meningkatkan pengetahuan dalam melakukan cuci tangan (hand hygiene) dengan
handrub maupun handwash.
b. Meningkatkan kepatuhan petugas kesehatan dalam kebersihan tangan (hand
hygiene).
c. Meningkatkan perilaku hidup sehat dengan selalu melakukan cuci tangan dengan
6 langkah 5 moment.
BAB II
HASIL KEGIATAN

A. Kepatuhan Cuci Tangan RS Selaras

Audit cuci tangan merupakan cara yang dilakukan untuk mengobservasi dan mengukur
kepatuhan para petugas kesehatan dalam melakukan cuci tangan yang merupakan
perilaku mendasar dalam upaya mencegah timbulnya infeksi silang dan memutus mata
rantai infeksi. Dari pelaksanaan audit cuci tangan yang dilaksanakan rutin setiap bulan di
RS Selaras, berikut ini perbandingan hasil audit kepatuhan cuci tangan di setiap unit
pelayanan kesehatan RS Selaras dari bulan Juni – Desember 2016.

PERBANDINGAN ANGKA KEPATUHAN CUCI TANGAN


BULAN JUNI-DESEMBER
TAHUN 2016 DI RUMAH SAKIT SELARAS

80% 73%

70% 62% 62%


60%

50% 43% 43%

40% 33% 35%

30%

20%

10%

0%
Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Dari gambar diatas dapat terlihat hasil audit kepatuhan cuci tangan RS Selaras selama
bulan Juni-Desember hasilnya fluktuatif. Terjadi peningkatan kepatuhan cuci tangan dari
Bulan Juni-Agustus yaitu 33% pada bulan Juni, 35% pada bulan Juli dan 62% pada bulan
September, pada bulan September terjadi penurunan angka kepatuhan cuci tangan
menjadi 43%, namun pada bulan Oktober mengalami peningkatan angka kepatuhan cuci
tangan sebesar 73%, dan mengalami penurunan angka kepatuhan cuci tangan kembali
pada bulan November dan Desember yaitu hanya 62% pada bulan November dan 43%
pada bulan Desember.
Berdasarkan data audi yang kami peroleh dari bulan Juni-Desember belum ada yang
memenuhi target dari angka kepatuhan cuci tangan yang kami peroleh yaiu sebesar 85%.
Belum bisa tercapainya target dari angka kepatuhan cuci tangan di RS Selaras,
dpengaruhi oleh berbagai faktor, dan kami menganalisanya dengan menggunakan teori
fish bone.
B. Kepatuhan Cuci Tangan Berdasarkan Profesi

PERBANDINGAN ANGKA KEPATUHAN CUCI TANGAN


BULAN JUNI-DESEMBER
TAHUN 2016 DI RUMAH SAKIT SELARAS BERDASARKAN PROFESI
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Septembe Novembe Desembe
Juni Juli Agustus Oktober
r r r
Dokter 0% 0% 85% 75% 85% 83% 70%
Perawat 32% 35% 55% 52% 73% 57% 42%
Bidan 0% 40% 43% 45% 73% 48% 35%
T.Medis Lain 35% 33% 47% 46% 33% 40% 45%
Pada bulan Juni, angka kepatuhan cuci tangan berdasarkan profesi yaitu perawat : 32%,
dan tenaga medis lain: 35%, sedangkan kami belum ada hasil angka keatuhan cuci
tangan pada profesi dokter dan bidan karena belum kami lakukan audit. Pada buan Juli
angka kepatuhan cuci tangan berdasarkan profesi yaitu perawat: 35%, bidan 40%, dan
tenaga medis lain 33% sedangkan dan pada bulan Juli kami juga belum melakukan audit
cuci tangan terhadap dokter sehingga belum ada angka kepatuhan cuci tangan pada
dokter. Pada bulan Agustus, angka kepatuhan cuci tangan berdasarkan profesi yaitu:
dokter: 85%, perawat: 55%, bidan: 40%, dan tenaga medis lain: 47%. Pada bulan
September angka kepatuhan cuci tangan berdasarkan profesi yaitu Dokter : 75 %,
Perawat : 52 %, Bidan : 45 %, Tenaga medis lain : 46 %, dari bulan ini dapat dilihat
bahwa angka kepatuhan cuci tangan terendah adalah bidan dan tenaga medis lain yang
masih dibawah 50 %, akan tetapi angka kepatuhan cuci tangan ini belum sesuai dengan
target yang telah ditentukan. Pada bulan Oktober angka kepatuhan cuci tangan
berdasarkan profesi yaitu Dokter : 85 %, Perawat : 73 %, Bidan : 73 %, tenaga medis lain
: 33 %, pada bulan ini mengalami kenaikan drastis kecuali tenaga medis lain yang
mengalami penurunan. Pada bulan November angka kepatuhan cuci tangan berdasarkan
profesi yaitu Dokter : 83 %, Perawat : 57 %, Bidan : 48 %, Tenaga medis lain : 40 %.
Pada bulan November, angka kepatuhan cuci tangan berdasarkan profesi yaitu: dokter:
83%, perawat: 57%, bidan: 48%, dan tenaga medis lain: 40%. Pada bulan Desember,
angka kepatuhan cuci tangan berdasarkan profesi yaitu: dokter: 70%, perawat: 42%,
bidan: 43%, dan tenaga medis lain: 45%.
Berdasarkan hasil diatas, terlihat bahwa hanya profesi Dokter yang pernah memenuhi
target sebsar 85%, yaitu pada bulan Agustus dan Oktober, dan angka kepatuhan cuci
tangan profesi lain belum memenuhi target.
C. Kepatuhan Cuci Tangan Berdasarkan Five moment
PERBANDINGAN ANGKA KEPATUHAN CUCI TANGAN
BULAN JUNI-DESEMBER
TAHUN 2016 DI RUMAH SAKIT SELARAS BERDASARKAN FIVE MOMENT
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Septemb Novemb Desembe
Juni Juli Agustus Oktober
er er r
Moment 1 14% 0% 20% 13% 63% 41% 43%
Moment 2 18% 19% 51% 26% 75% 57% 54%
Moment 3 100% 100% 100% 100% 91% 95% 79%
Moment 4 9% 19% 71% 53% 80% 40% 51%
Moment 5 14% 38% 66% 45% 72% 65% 50%

Pada bulan Juni, angka kepatuhan cuci tangan tertinggi berada pada moment 3
(moment setelah terkena cairan tubuh pasien) yaitu 100 % sedangkan angka
kepatuhan cuci tangan terendah berada pada moment 4 ( moment setelah kontak
dengan pasien) yaitu 9%.
Pada bulan Juli, angka kepatuhan cuci tangan tertinggi berada pada moment 3
(moment setelah terkena cairan tubuh pasien) yaitu 100 % sedangkan angka
kepatuhan cuci tangan terendah berada pada moment 1 ( moment sebelum kontak
dengan pasien) yaitu 0%.
Pada bulan Agustus, angka kepatuhan cuci tangan tertinggi berada pada moment 3
(moment setelah terkena cairan tubuh pasien) yaitu 100 % sedangkan angka
kepatuhan cuci tangan terendah berada pada moment 1 ( moment sebelum kontak
dengan pasien) yaitu 20%.
Pada bulan September, angka kepatuhan cuci tangan tertinggi berada pada moment 3
(moment setelah menyentuh darah maupun cairan tubuh pasien) yaitu 100 %
sedangkan angka kepatuhan cuci tangan terendah berada pada moment 1 ( moment
sebelum kontak dengan pasien) yaitu 13 %.
Pada bulan Oktober, angka kepatuhan cuci tangan tertinggi berada pada moment 3 (
moment setelah menyentuh darah maupun cairan tubuh pasien) yaitu 91 % sedangkan
angka kepatuhan cuci tangan terendah berada pada moment 1 ( moment sebelum
kontak dengan pasien) yaitu 63 %.
Pada bulan November, angka kepatuhan cuci tangan tertinggi berada pada moment 3 (
moment setelah menyentuh darah maupun cairan tubuh pasien) yaitu 95 % sedangkan
angka kepatuhan cuci tangan terendah berada pada moment 1 ( moment sebelum
menyentuh pasien) yaitu 41 %.
Pada bulan Juni, angka kepatuhan cuci tangan tertinggi berada pada moment 3
(moment setelah terkena cairan tubuh pasien) yaitu 79 % sedangkan angka kepatuhan
cuci tangan terendah berada pada moment 1 ( moment sebelum kontak dengan pasien)
yaitu 43%.

D. Hasil Analisa Angka Kepatuhan Cuci Tangan RS Selaras Berdasarkan Teori Fish
Bone.
Malas
Beban
MAN kerja MATERIAL
Tidak
Peduli Fasilitas

Kurang Pengetahuan RENDAHNYA


KEPATUHAN
Anggaran Kurangnya CUCI TANGAN
Fasilitas Kontrol
Kurangnya
MONEY METODE Sosialisasi

E. Uraian Hasil Analisa Angka Kepatuhan Cuci Tangan RS Selaras Berdasarkan Teori
Fish Bone.
1. Analisa berdasarkan Man (Manusia)
a. Beban kerja
Beban kerja yang berlebih menyebabkan kinerja petugas dirumah sakit
menjadi menurun akibat terlalu kelelahan dan kerepotan sehingga banyak
petugas yang memilih untuk tidak melakukan tindakan cuci tangan. Beban
kerja yang banyak juga dapat menyebabkan petugas merasa malas melakukan
tindakan cuci tangan sesuai prosedur.

b. Pengetahuan
Pengetahuan petugas mengenai pentingnya tindakan cuci tangan sesuai
prosedur menyebabkan rendahnya angka kepatuhan cuci tangan pada petugas
yang dapa menyebabkan juga ketidak pedulian pada petugas sehingga petugas
tidak melakukan tindakan cuci tangan.

2. Analisa berdasarkan Money


a. Anggaran Fasilitas
Kurangnya anggaran fasilitas cuci tangan menyebabkan kegiatan cuci tangan
tidak dapat dilakukan secara maksimal karena tidak tersedianya fasilitas cuci
tangan.
3. Analisa berdasarkan Material
a. Tidak ada fasilitas
Tidak adanya fasilitas cuci tangan menyebabkan kegiatan cuci tangan tidak
bisa dijalankan secara maksimal yang menyebabkan rendahnya angka
kepatuhan cuci tangan.

4. Analisa berdasarkan Metode


a. Kurangnya sosialisasi
Sosialisasi mengenai pentingnya melakukan tindakan cuci tangan
menyebabkan rendahnya angka kepatuhan cuci tangan di kalangan petugas,
karena hal ini juga berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki petugas
sehingga pengetahuan petugas mengenai cuci tangan rendah yang akhirnya
mempengaruhi angka kepatuhan cuci tangan.

b. Kurangnya kontrol
Kurangnya konrol terhadap petugas terhadap tindakan cuci tangan
mempengaruhi juga rendahnya angka cuci tangan petugas.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penilaian ( audit ) diatas, kepatuhan cuci tangan petugas di RS Selaras
belum mencapai target keseluruhan yaitu 85 %. Akan tetapi mulai menunjukkan
peningkatan terutama di bulan Oktober. Dari segi profesi, dokter memiliki angka
kepatuhan cuci tangan tertinggi dibanding profesi lainnya. Dari segi ruangan, OK
memegang rating tertinggi dibanding ruangan/unit lainnya karena petugas di unit tersebut
menyadari bahwa steril adalah keharusan yang tidak bisa ditawar lagi. Dilihat dari segi
five moment, kepatuhan cuci tangan tertinggi ada pada moment 3 yaitu setelah terkena
darah maupun cairan tubuh lainnya dan kepatuhan cuci tangan terendah ada di moment 1
yang artinya petugas sering tidak melakukan cuci tangan sebelum menyentuh pasien.

Setelah ditelusuri lebih lanjut, terdapat beberapa alasan yang menyebabkan petugas
rumah sakit tidak melakukan tindakan cuci tangan, yaitu :
1. Beban kerja berlebihan/terlalu sibuk.
2. Tidak tersedia sarana / fasilitas cuci tangan yang baik seperti tissue.
3. Tidak peduli.
4. Malas.
5. Kurang informasi/promosi seperti poster sebagai pengingat.
6. Kurangnya kontroling/monitoring.
7. Kurangnya sosialisasi SOP cuci tangan.

Kami dari tim PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) menyadari bahwa terdapat
beberapa kekurangan dari pelaksanaan audit tiga bulan ini, yaitu :
a. Gambaran audit diatas belum menggambarkan kepatuhan cuci tangan dengan 6
langkah cuci tangan yang benar.
b. Jumlah sample yang diambil belum mewakili seluruh profesi di unit terkait.
c. Kurangnya jumlah observer yang kompeten melakukan audit cuci tangan.
d. Cara audit cuci tangan yang belum sesuai standar.
Akan tetapi kami akan terus menyempurnakan audit cuci tangan RS Selaras.

B. Saran

Hasil akhir yang diharapkan dari meningkatnya kepatuhan cuci tangan seluruh petugas
RS Selaras adalah tidak terjadinya HAIs pada pasien RS Selaras. Karena kebersihan
tangan merupakan salah satu indikator patient safety yang harus dijalankan oleh petugas
di rumah sakit, dan meningkatkan kepatuhan petugas dalam cuci tangan juga berarti
meningkatnya kualitas pelayanan RS Selaras. Selain itu juga memutuskan mata rantai
infeksi dan kontak silang antara petugas kesehatan dengan pasien dan pengunjung,
pasien dengan pengunjung, dan pasien dengan pasien.
Berikut adalah cara yang akan kami lakukan selaku tim PPI untuk meningkatkan
kepatuhan cuci tangan, yaitu :
1. Terus menerus mensosialisasikan SPO cuci tangan.
2. Melengkapi fasilitas cuci tangan (wastafel, sabun, handrub, dan tissue )
3. Penempatan fasilitas cuci tangan yang tepat.
4. Pendidikan, Promosi, dan Sosialisasi berkelanjutan akan pentingnya cuci tangan.
5. Monitoring dan motivasi terus-menerus kepada petugas.
6. Melibatkan / partisipasi pasien maupun keluarga.
7. Audit kepatuhan dan berikan feedback.
8. Pengadaan poster, leaflet, banner, dan lain – lain.
9. Kampanye hand hygiene.

Hal tersebut diatas tidak akan terlaksana dengan baik tanpa dukungan dari berbagai pihak
khususnya pihak manajemen dan Direktur RS Selaras.
Akhir kata, mari kita sukseskan kepatuhan cuci tangan yang baik di lingkungan RS
Selaras sehingga akreditasi Rumah Sakit Selaras dapat berjalan dengan baik.
Wassalam.

Cisauk, 31 Desember 2016

(dr. Safrina Rahmasari)


Ketua Komite PPI RS Selaras

Anda mungkin juga menyukai