Kurikulum 2013 yang menuntut siswa akif dalam mengikuti proses belajar yang disebut
student center. Kualitas pembelajaran akan optimal apabila proses pembelajaran berpusat pada
siswa (student centered instruction), bukan berpusat pada guru (teacher centered instruction).
mengenai standar kompetensi lulusan kelompok mata pelajaran IPA (Biologi) pada kurikulum
2013, disebutkan siswa dituntut untuk memahami konsep dan prinsip IPA serta saling
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa standar kelulusan mata pelajaran IPA tidak
hanya memahami konsep saja, tetapi juga dilengkapi dengan kemampuan untuk
mengaplikasikan konsep tersebut dalam kehidupan sehari- hari. Tujuan ini dapat diraih dengan
Ini sesuai dengan salah satu alasan pemerintah merevisi kurikulum, bahwasanya
rendahnya literasi sains, berdasarkan oleh hasil evaluasi PISA tahun 2015, Indonesia memiliki
skor rata-rata 375 dan peringkat ke-64 dari 75 negara partisipan (Organisation for Economic
baik disebabkan oleh proses belajar mengajar yang masih berorientasi pada penguasaan konsep
bahwa guru cenderung menjelaskan dan memberikan informasi tentang konsep biologi secara
verbal dan tidak mengajak siswa melakukan observasi. Guru cenderung menjelaskan topik,
Jika dikaitkan dengan aspek pengetahuan dalam taksonomi bloom, literasi sains lebih
dominan dengan domain pengetahuan applying, analysing, dan evaluating dalam kehidupan
sehari-hari. Jika dikembangkan lebih lanjut domain pengetahuan applying, analysing, dan
evaluating dalam kehidupan sehari-hari, akan menciptakan kemampuan dalam menciptakan
sesuatu (creating). Namun secara garis besar literasi sains memiliki arti yang sama, yaitu
Ada beberapa faktor mempengaruhi kompetisi literasi sains, tidak hanya tingkat
intelegasi siswa, namun juga dipengaruhi cara belajar dan kebiasaan belajar siswa. Prestasi
belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh kebiasaan belajar dan cara belajar yang baik dan
efisien yang kurang dilakukan oleh siswa Indonesia (Affandi & Dkk, 2015).
Siswa yang memiliki cara belajar yang baik dan efisien mempengaruhi keberhasilan
siswa dalam memahami materi lebih baik. Kemampuan dalam mengatur belajar dengan efisien
keterampilan belajar akademik dan pengendalian diri yang membuat pelajaran terasa lebih
mudah, sehingga para siswa lebih termotivasi. Self regulated learning atau regulasi diri,
membuat siswa memiliki keterampilan (skill) dan kemauan (will) (Latipah, 2010).
Regulasi diri dengan memanagemen waktu dengan baik terutama pada usia sekolah,
sangatlah penting. Era globalisasi, waktu mudah terbuang dengan penggunaan internet terbukti
dengan hasil survey banyak remaja Indonesia yang sudah beralih ke internet. Dari jumlah
penggunaan internet, penguna terbanyak pada usia 13 hingga 18 memiliki presentase 75,50 %
Dilihat dari uraian di atas jelas disini bahwa siswa atau peserta didik (diri mereka
sendiri) pada umumnya belum mampu mengelola waktunya dengan baik, kapan waktu untuk
bermain dan kapan waktu untuk belajar, bisa dikatakan siswa belum mampu untuk meregulasi
dirinya dalam belajar. Keberhasilan seorang anak dalam menjalani proses pendidikannya
bukanlah ditentukan oleh IQ (Intelligence Quotient) semata. Dengan adanya Self regulated
learning menjadi salah satu faktor keberhasilan studi anak berbakat (Fazal et al., 2018).
Meskipun seorang siswa memiliki tingkat intelegensi yang baik, kepribadian,
lingkungan rumah, dan lingkungan sekolah yang mendukungnya, namun tanpa ditunjang oleh
kemampuan self regulation maka siswa tersebut tetap tidak akan mampu mencapai prestasi
Self regulated learning terhadap Litersi Sains pada Siswa Sekolah Menengah Pertama”.
Untuk mengetahui kemampuan literasi sains peserta didik sebagai tindak lanjut dari hasil
evaluasi literasi sains agar tercapainya pemahaman sains yang baik. Dan meneliti adakah
kaitannya dengan kemampuan Self regulated learning sebagai salah satu cara meningkatkan