Anda di halaman 1dari 12

BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

__________________________________________________________________________

Nama peserta : dr. Wilda Mei Maghdalena


Dengan judul/ topik : Kejang Demam Sederhana
Nama pendamping :dr. Yosep Prabowo
Nama wahana : RSUD Indrasari Pematang Reba, Indragiri Hulu-Riau

Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan

dr. Wilda Mei M

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping, Pendamping,

(dr. Johan SpA) (dr. Yosep Prabowo)


Borang Portofolio
Nama peserta: dr. Wilda Mei Maghdalena
Nama wahana: RSUD Indrasari Pematang Reba Indragiri Hulu
Topik: Kejang Demam Sederhana
Tanggal (kasus): 10 April 2018
Nama Pasien: An. RN No. RM: 14.77.63
Tanggal presentasi: Nama pendamping: dr. Yosep Prabowo
Tempat presentasi: RSUDIndrasari Pematang Reba
Obyektif presentasi:
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi:
An.RN, Perempuan, umur 1,5 tahun, dibawa keluarga ke IGD RSUD indrasari dengan keluhan
demam sejak 1 hari SMRS, kejang (+) lama kejang lebih kurang 3 menit kelonjotan seluruh
tubuh, kejang baru pertama kali dialami. sebelum demam orang tua mengatakan pasien batuk
dan pilek, dirumah. Pasien mengalami kejang sebanyak 1x. setelah kejang orang tua
mengatakan anak sadar tetapi lemas dan mengantuk. Riwayat kejang sebelumnya disangkal.
Riwayat kejang dan epilepsy kedua orang ua disangkal, buang air besar normal,buang air kecil
normal. BB: 10kg
□ Tujuan: mengenali dan menangani kasus kejang demam
Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara membahas: □ Diskusi □ Presentasi □ Email □ Pos
dandiskusi
Data pasien: Nama: An. RN Nomor RM: 147763
Nama klinik: RSUD Telp: - Terdaftar sejak:
Indrasari Pematang Reba
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ gambaran klinis:
Kejang didahului demam, kejang sebanyak 1x, seluruh tubuh, lamanya ±3menit,
setelah kejang anak sadar, lemah dan mengantuk.
2. Riwayat pengobatan: -
3. Riwayat kesehatan/ penyakit:
4. Riwayatkeluarga:
Tidak ada riwayat kejang demam atau pun epilepsi.
5. Riwayat pekerjaan:-
6. Kondisi lingkungan social dan fisik (RUMAH, LINGKUNGAN, PEKERJAAN) : -
7. Riwayat imunisasi :
Imunisasi dasar anak lengkap di posyandu
8. Lain-lain:
Pemeriksaanfisik:
Kesadaran : Composmentis BB 10 kg
Vital sign :
Nadi : 112x/menit
RR : 30x/menit
Suhu : 38,5oC
Keadaan gizi : Baik
Kepala – leher : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thorak : Gerakan simetris, sonor, vesikuler D/S, ronki – wheezing (-)
Suara jantung normal
Abdomen : Datar, BU (+), timpani, supel, turgor baik. Hepar 1 jari
dibawah costae, lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat

Daftarpustaka:
1. Pusponegoro, Hardiono. D, et all. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. 2006.
IDAI
2. Baumann, Robert. J. Pediatric Febrile Seizure. 2013. [diakses tanggal 14 desember
2013]. http://emedicine.medscape.com/article/1176205-overview#showall
3. Deliana, Melda. Tatalaksana Kejang Demam Pada Anak. 2002. Sari Pediatrik.Vol. 2.
IDAI. [diakses tanggal 14 desember 2013]. http://saripediatri.idai.or.id/edisi.asp?q=36
4. Arief, RF. 2015. Penatalaksanaan Kejang Demam. Cermin Dunia Kedokteran, 42 (9):
658-661
5. Consensus Development Panel. Febrile seizures: longterm management of children
with fever-associated eizures. Pediatric 2006; 2: 209-12.
6. Deliana, M. Tata Laksana Kejang Demam pada Anak. Sari Pediatri, Vol. 4(2) 2002: 59
7. Fuadi, dkk. 2010. Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak. Sari Pediatri.
Vol. 12 (3): 142-148
8. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam.
Jakarta, Badan Penerbit IDAI
9. Lumbantobing SM. Kejang demam. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI, 1995;1–52.
10. Niedermeyer E: Epilepsy Guide: Diagnosis and Treatment of Epileptic Seizure
Disorders, 1985

Hasilpembelajaran:
1. Mengetahui cara penegakan diagnosis kejang demam
2. Klasifikasi kejang demam
3. Tatalaksana kejang demam

1. Subyektif :Kejang 1x, lama ±3 menit, kejang seluruh tubuh setelah kejang anak sadar
lemah dan mengantuk. Demam tinggi sejak 1 hari yang lalu.
2. Obyektif:
PRIMARY SURVEY
Kesadaran : Compos mentis
TTV : HR : 112x/menit
RR : 30x/menit
T : 38,5ᵒc
Data Penunjang
BB 10kg
DarahRutin :Hb13,8gr/dL, Ht35,0 %, leu13.500/µL, trom420.000/µL.
3. Assestment (Penalaran klinis):
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rectal diatas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

Tabel 1. Klasifikasi kejang demam


Spektrum Klinis Manifestasi Klinis
Kejang demam sederhana  Kejang demam berlangsung singkat
 Durasi kurang dari 15 menit
 Kejang dapat umum, tonik, dan atau klonik
 Umumnya akan berhenti sendiri.
 Tanpa gerakan fokal.
 Tidak berulang dalam 24 jam

Kejang demam komplek  Kejang lama dengan durasi lebih dari 15 menit.
 Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang
Umum didahului kejang parsial.
 Berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

Tatalaksana kejang demam


4. Plan: pasien ditangani sesuai dengan primary survey:
Drug:
 O2 ½ L/i
 IVFD RL 10 Tpm
 Inj.Cefotaxime 3x1/3vial
 Paracetamol syr 3xcth1
 Inj. Gentamisin 1x30mg
 Stesolid supp 10mg  jika kejang
 Diazepam 4mg/iv/perlahan-lahanbila kejang berulang
 Diet MBTKTP

Pendidikan : Diberitahukan kepada orang tua pasien apabila anak demam segera bawa
Ke fasilitas kesehatan terdekat.
Konsultasi : Konsultasi berlanjut kepada dokter spesialis anak untuk proses penyembuhan dan
prognosis pasien kedepannya.
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal diatas 38% ) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium, biasanya terjadi antara
umur 3 bulan dan 5 tahun.

1.2 Insidensi Kejang Demam


Pendapat para ahli, kejang demam terbanyak terjadi pada waktu anak berusia antara 3
bulan sampai dengan 5 tahun. Berkisar 2%-5% anak di bawah 5 tahun pernah mengalami
bangkitan kejang demam. Lebih dari 90% kasus kejang demam terjadi pada anak berusia di
bawah 5 tahun. Terbanyak bangkitan kejang demam terjadi pada anak berusia antara usia 6
bulan sampai dengan 22 bulan, insiden bangkitan kejang demam tertinggi terjadi pada usia 18
bulan. Di Amerika Serikat dan Eropa prevalensi kejang demam berkisar 2%-5%.
Di Asia prevalensi kejang demam meningkat dua kali lipat bila dibandingkan di Eropa
dan di Amerika. Di Jepang kejadian kejang demam berkisar 8,3% - 9,9%. Bahkan di Guam
insiden kejang demam mencapai 14%. Kejang demam dilaporkan di Indonesia mencapai 2 –
4% dari tahun 2005 – 2006. Propinsi Jawa Tengah mencapai 2 – 3% dari tahun 2005 – 2006.
Sedangkan data dari Diklat Rumah Sakit Roemani Semarang untuk kasus kejang demam
mencapai 2% pada tahun 2004 – 2006.

1.3 Patofisiologi
Kejang merupakan manifestasi klinik akibat terjadinya pelepasan muatan listrik yang
berlebihan di sel neuron otak karena gangguan fungsi pada neuron tersebut baik berupa
fisiologi, biokimiawi maupun anatomi. Sel syaraf, seperti juga sel hidup umumnya,
mempunyai potensial membran. Potensial membran yaitu selisih antara intrasel dan ekstrasel.
Potensial intrasel lebih negatif dibandingkan dengan ekstrasel. Dalam keadaan istirahat,
potensial membran berkisar antara 30-100 Mv. Selisih potensial membran ini akan tetap sama
selama sel tidak mendapatkan rangsangan.
Potensial membran ini terjadi akibat perbedaan letak dan jumlah ion-ion Na+, K+ dan
Ca2+. Bila sel syaraf mengalami stimulasi, misalnya stimulasi listrik akan mengakibatkan
menurunnya potensial membran. Penurunan potensial membran ini akan menyebabkan
permeabilitas membran terhadap ion Na+ akan meningkat sehingga Na+ akan lebih banyak
masuk ke dalam sel. Selama serangan ini lemah, perubahan potensial membran masih dapat
dikompensasi oleh transport aktif ion Na+ dan ion K+, sehinggan selisih potensial kembali ke
keadaan istirahat. Perubahan potensial yang demikian sifatnya tidak menjalar, yan g disebut
respon lokal. Bila rangsangan cukup kuat perubahan potensial dapat mencapai ambang tetap
(firing level), maka permeabilitas membran terhadap Na+ akan meningkat secara besar-
besaran pula, sehingga timbul spike potensial atau potensial aksi. Potensial aksi ini akan
dihantarkan ke sel syaraf berikutnya melalui sinap dengan perantara zat kimia yang dikenal
dengan neurotransmiter. Bila perangsangan telah selesai, maka permeabilitas membran
kembali ke keadaan in tirahat, dengan cara Na+ akan kembali ke luar sel dan K+ masuk ke
dalam sel melalui mekanisme pompa Na-K yang membutuhkan ATP dan sintesa glukosa dan
oksigen.
Mekanisme terjadinya kejang ada beberapa teori :
1. Gangguan pembentukan ATP dengan akibat kegagalan pompa Na-K misalnya pada
hipoksemia, iskemia dan hipoglikemia. Sedangkan pada kejang sendiri dapat terjadi
pengurangan ATP dan terjadi hipoksemia.
2. Perubahan permeabilitas membran sel syaraf misalnya hipokalsemia dan
hipomagnesemia.
3. Perubahan relatif neurotransmiter yang bersifat eksistasi dibandingkan dengan
neurotransmiter inhibisi dapat menyebabkan depolarisasi yang berlebihan. Misalnya
ketidakseimbangan antara GABA atau glutamat akan menimbulkan kejang.

Patofisiologi kejang demam secara pasti belum diketahui, diperkirakan bahwa pada
keadaan demam terjadi peningkatan reaksi kimia tubuh. Dengan demikian reaksi-reaksi
oksidasi terjadi lebih cepat dan akibatnya oksigen akan lebih cepat habis, terjadilah keadaan
hipoksia. Transport aktif yang memerlukan ATP terganggu sehingga Na intasel dan K
ekstrasel meningkat yang akan menyebabkan potensial membran cenderung turun atau
kepekaan sel syaraf meningkat. Pada saat kejang demam akan timbul kenaikan konsumsi
energi di otak, jantung, otot dan terjadi gangguan pusat pengatur suhu.
Demam akan menyebabkan kejang bertambah lama, sehingga keruskan otak makin
bertambah. Pada saat kejang yang lama akan terjadi perubahan sistemik berupa hipotensi
arterial, hiperpireksia sekunder akibat aktifitas motorik dan hiperglikemia. Semua hal ini
akan mengakibatkan iskemi neuron karena kegagalan metabolisme di otak.
Demam dapat menimbulkan kejang melalui mekanisme sebagai berikut :
1. Demam dapatmenurunkan nilai ambang kejang pada sel-sel yang belum matang
2. Timbul dehidrasi sehingga terjadi gangguan elektrolit yang menyebabkan gangguan
permeabilitas membran sel.
3. Metabolisme basal meningkat, sehingga terjadi timbunan asam laktat dan Co2 yang
akan merusak neuron
4. Demam meningkatkan Cerebral Blood Flow (CBF) serta meningkat kebutuhan
okseigen dan glukosa sehingga menyebabkan gangguan pengaturan ion-ion keluar
masuk sel.

1.4 Gambaran Klinis


Penggolongan kejang demam menurut kriteria Nationall Collaborative Perinatal
Project adalah kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam
sederhana adalah kejang demam yang lama kejangnya kurang dari 15 menit, umum dan tidak
berulang pada satu episode demam. Kejang demam kompleks adalah kejang demam yang
lebih lama dari 15 menit baik bersifat fokal atau multipel. Kejang demam berulang adalah
kejang demam yang timbul pada lebih dari satu episode demam.

Tabel 4.1 Perbedaan Kejang Demam Sederhana dan Kejang Demam Kompleks

1.5 Diagnosa dan Pemeriksaan Penunjang


Umumnya kejang demam pada anak berlangsung pada permulaan demam akut,
berupa serangan kejang klonik umum atau tonik klonik, singkat dan tidak ada tanda-tanda
neurologi post iktal. Pemeriksaan suhu dengan termometer di axila dan rektal sangat
diperlukan. Pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah dan radiologi dianjurkan.
Pemeriksaan EEG pada kejang demam dapat memperlihatkan gelombang lambat di daerah
belakang yang bilateral, sering asimetris, kadang-kadang unilateral.
Pemeriksaan EEG dilakukan pada kejang demam kompleks atau anak yang
mempunyai risiko untuk terjadinya epilepsi. Pemeriksaan pungsi lumbal diindikasikan pada
saat pertama sekali timbul kejang demam untuk menyingkirkan adanya proses infeksi intra
kranial, perdarahan subaraknoid atau gangguan demielinasi dan dianjurkan pada anak usia
kurang dari 2 tahun yang menderita kejang demam.

1.7 Penanganan
Penatalaksanaan kejang demam pada anak mencakup dalam tiga hal.
1. Pengobatan fase akut yaitu membebaskan jalan nafas dan memantau fungsi vital tubuh.
Saat ini diazepam intravena atau rektal merupakan obat pilihan utama, oleh karena
mempunyai masa kerja yang singkat. Jika tidak ada diazepam, dapat digunakan luminal
suntikan intramuskular ataupun yang lebih praktis midazolam intranasal.
2. Mencari dan mengobati penyebab dengan melakukan pemeriksaan pungsi lumbal pada
saat pertama sekali kejang demam. Fungsi lumbal juga dianjurkan pada anak usia
kurang dari 2 tahun karena gejala neurologis sulit ditemukan.
Pemeriksaanlaboratorium penunjang lain dilakukan sesuai indikasi.
3. Pengobatan profilaksis.
a. Intermittent : anti konvulsan segera diberikan pada waktu pasien demam (suhu rektal
lebih dari 380 C) dengan menggunakan diazepam oral / rektal, klonazepam atau
kloralhidrat supositoria.
b. Terus menerus, dengan memberikan fenobarbital atau asam valproat tiap hari untuk
mencegah berulangnya kejang demam. Pemberian obat-obatan untuk
penatalaksanaan kejang demam pada anak, harus dipertimbangkan antara khasiat
tarapeutik obat dan efek sampingnya.

1.8 Komplikasi
Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya terjadi
hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi. Mula – mula
kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu timbul spastisitas. Kejang demam yang
berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsy.
Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien dengan kejang demam :
a. Pneumonia aspirasi
b. Asfiksia
c. Retardasi mental

1.9 Prognosis
Kecacatan atau kelainan neurologis sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal. Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan National
Institutes of Health.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pusponegoro, Hardiono. D, et all. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. 2006.


IDAI
2. Baumann, Robert. J. Pediatric Febrile Seizure. 2013. [diakses tanggal 14 desember
2013]. http://emedicine.medscape.com/article/1176205-overview#showall
3. Deliana, Melda. Tatalaksana Kejang Demam Pada Anak. 2002. Sari Pediatrik.Vol. 2.
IDAI. [diakses tanggal 14 desember 2013]. http://saripediatri.idai.or.id/edisi.asp?q=36
4. Arief, RF. 2015. Penatalaksanaan Kejang Demam. Cermin Dunia Kedokteran, 42 (9):
658-661
5. Consensus Development Panel. Febrile seizures: longterm management of children
with fever-associated eizures. Pediatric 2006; 2: 209-12.
6. Deliana, M. Tata Laksana Kejang Demam pada Anak. Sari Pediatri, Vol. 4(2) 2002:
59 – 62
7. Fuadi, dkk. 2010. Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak. Sari Pediatri.
Vol. 12 (3): 142-148
8. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam.
Jakarta, Badan Penerbit IDAI
9. Lumbantobing SM. Kejang demam. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI, 1995;1–52.
10. Niedermeyer E: Epilepsy Guide: Diagnosis and Treatment of Epileptic Seizure
Disorders, 1985

Anda mungkin juga menyukai