Anda di halaman 1dari 13

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem perpipaan merupakan bagian yang selalu ada dalam industri masa kini,
misalnya industri gas dan pengilangan minyak, industri air minum, pabrik
yang memproduksi bahan kimia serta obat-obatan, dan juga digunakan dalam
penyediaan energi listrik bagi manusia melalui pembangkit. Dalam
aplikasinya di dunia indusri, pipa lazim digunakan untuk menyalurkan fluida
yang memiliki tekanan, temperatur, serta sifat fisik dan kimia yang dapat
mengakibatkan efek negatif serius pada kesehatan dan lingkungan jika sampai
terlepas ke udara bebas.

Kegagalan dalam sistem perpipaan dapat menyebabkan berbagai masalah,


seperti penghentian operasi pabrik untuk perbaikan yang tidak terjadwal, atau
bahkan kerusakan lingkungan dan hilangnya nyawa manusia. Oleh sebab itu,
pengetahuan mengenai perancangan sistem perpipaan merupakan hal yang
sangat penting, dan kesempurnaan desainnya dapat dicapai melalui
pemahaman yang menyeluruh tentang perilaku komponen pipa, serta sistem
perpipaan dengan berbagai jenis pembebanan.

Dalam aplikasi kesehariannya, ada banyak sekali bentuk dan model pipa,
seperti pipa bentuk elbow, mitter, tee, reducer, cross, dan lainnya. Bentuk
serta model yang beraneka ragam tersebut sangat membantu dalam desain
layout sistem perpipaan di dunia industri. Pada saat operasi, bentuk dan
model pipa yang bermacam-macam tersebut akan memiliki karakteristik
tegangan yang berbeda-beda sebagai akibat dari pembebanan yang
diterimanya. Akumulasi dari berat pipa itu sendiri dan tekanan fluida yang
mengalir didalamnya, akan menyebabkan tegangan pada pipa yang dikenal
sebagai beban statik. Namun efek dari pembebanan seperti ini dapat
diminimalisasi dengan memilih jenis penyangga (support) yang sesuai, dan
menggunakan penyangga tersebut dalam jumlah yang cukup. Secara umum,
beban dinamik dan beban termal pada pipa merupakan dua hal yang lebih
penting, dan lebih sulit untuk ditangani. Pembebanan dinamik terjadi pada
pipa yang berhubungan langsung dengan peralatan bergetar seperti pompa
atau kompresor. Beban dinamik juga terjadi pada pipa yang mengalami beban
termal, sehingga beberapa bagian pipa berekspansi dan menimbulkan
tegangan pada pipa. Oleh sebab itu, perlu digunakan beberapa alat atau
mekanisme yang didesain untuk memperkecil tegangan pada sistem
perpipaan tersebut, agar kelebihan beban yang bisa mengakibatkan kegagalan
pada bagian pipa, atau kerusakan pada alat yang terhubung dengannya dapat
dihindari.

Salah satu komponen penyambungan dalam sistem perpipaan adalah pipe


bend (pipa lengkung) atau elbow. Pipe bend berfungsi untuk membelokkan
arah aliran fluida didalam pipa. Namun pipe bend lebih sulit untuk dianalisa
karena permukaannya menjadi oval dibawah pembebanan momen bending.
Hal ini menyebabkan pipe bend memiliki fleksibilitas yang lebih besar
dibandingkan dengan pipa lurus yang sama ukuran dan jenis materialnya.
Lebihnya fleksibilitas ini menjadikan pipe bend berfungsi sebagai penyerap
ekspansi thermal. Dengan berbagai karakteristik tersebut, pipe bend menjadi
komponen yang sangat penting di dalam sistem perpipaan dan memerlukan
berbagai macam pertimbangan dalam proses perancangannya. Seperti yang
dikatakan Mourad dalam thesisnya yang berjudul elastic-plastic behavior and
limit load analysis of pipe bends under out-of plane moment loading and
internal pressure, bahwa pipe bend yang diberi pembebanan bending
merupakan bagian paling kritis dalam sebuah sistem perpipaan.

Perancangan awal (preliminary design) merupakan salah satu tahap analisis


dalam proses perancangan mesin atau struktur yang berguna untuk
mengetahui atau memprediksi unjuk kerja maupun kegagalan dari sistem
yang akan dirancang, dalam hal ini ialah pipa. Analisis tersebut dapat
dilakukan dengan metode elemen hingga (Finite Elemen Analysis, FEA).
FEA adalah sebuah prosedur perhitungan yang dapat digunakan untuk
memperoleh solusi pada permasalahan steady, transient, linear atau nonlinear
dalam stress analysis, heat transfer, electromagnetism dan fluid flow. [9]

Penulis mengangkat masalah limit momen pada pipa elbow akibat


pembebanan bending secara in-plane sebab besar nilai dan efek dari beban
tersebut ekuivalen terhadap beban yang diakibatkan oleh adanya beban
thermal, dengan harapan dapat dilakukan antisipasi kegagalan pada struktur
melalui perencanaan yang optimal.
BAB II

A. ASME B31.1

Salah satu tahapan penting dalam mendesain pipa setelah ditentukan dimensi
(diameter) pipa oleh Process Engineer, adalah menghitung wall
thickness/ketebalan pipa. Ketebalan pipa hasil perhitungan digunakan untuk
memilih schedule pipa yang ada di pasaran. Salah satu Code yang sering
menjadi referensi desain piping untuk Pembangkit Listrik adalah ASME
B31.1, yang merupakan bagian dari Code ASME B31 Pressure piping
tentang Power Piping.

Sebelum melangkah lebih jauh ke formula desain ASME B31.1, sebaiknya


dicek pipa yang sedang dikalkulasi apakah sudah menjadi lingkup ASME
B31.1. hal ini dapat dibaca di Chapter 1 scope and definition, sederhananya
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Pada gambar dapat dilihat garis pipa diatas dibagi menjadi tiga jenis:

1. Garis biasa, merupakan Piping dan Tubing pada Boiler, biasa disebut “
Boiler Proper” dan lingkup total dari Code ASME Boiler & Pressure
Vessel (ASME BPV) baik dari teknikal maupun Hukum di Amerika
2. Garis tebal, merupakan Piping dari/ke Boiler biasa disebut “Boiler
External Piping” (BEP) masih menjadi Lingkup Hukum dari ASME BPV,
sedangkan aspek Technical mengikuti ASME B31.1
3. Garis putus-putus, merupakan piping yang biasa disebut “Non Boiler
External Piping (NBEP)” dan merupakan lingkup hukum dan Teknis dari
ASME B31.1

Kembali ke tema utama, berikut adalah formula untuk menghitung ketebalan


pipa (wall thickness) menurut ASME B31.1 -2014:

Sedangkan untuk design pressure formulanya sebagai berikut:

Dimana:

 Tm : minimum ketebalan pipa ( dalam in atau mm)


 P : Internal Design Pressure ( psig atau kPa)
 Do : Diameter luar pipa (in atau mm)
 d : Diameter dalam pipa (in atau mm)
 S : maximum allowable stress , lihat di Appendix A (psi atau MPa)
 E : Weld Joint efficiency
 Y : koeffisien y, lihat di tabel 104.1.2(A)
 A : allowance atau tambahan ketebalan, dengan tujuan untuk:
o Milling tollerance, kompensasi akibat material yang hilang akibat
proses threading, grooving, dan lainnya yang dibutuhkan dalam
penyambungan
o tambahan kekuatan pipa untuk mencegah kerusakan akibat
terjatuh, lengkungan berlebihan dalam trasportasi atau konstruksi
o erosi atau korosi
BAB III
PERANCANGAN KETEBALAN PIPA
BAB IV
FLEKSIBILITAS

Faktor fleksibilitas digambarkan dengan rasio rotasi ujung sebuah pipa


lengkung terhadap rotasi ujung pipa lurus yang eqivalen di bawah
pembebanan momen yang sama.

Dimana:
∆αc=Rotasi ujung pada pipa lengkung
∆αc=Rotasi ujung pada pipa lurus

2.6.1. Rotasi ujung


Di bawah pembebanan in-plane bending,ujung sebuah pipe benda pada
junctiondengan pipa tangen akan berotasi sebesar sudut φ1, dan ujung
pipebendpada junctiondengan pipa tangen yang lain yang difix akan tetap
berotasi melalui sebuah sudut φ2,dimana φ1>φ2. Rotasi relatif diperoleh
dari perbedaan rotasi pada ujung-ujungnya. Defleksi pada sebuah pipa
lengkung menunjukkan rotasi ini pada ujung-ujungnya untuk in-plane
closing momentyang ditunjukkan pada Gambar 11.
Rotasi pada kedua ujung-ujung tersebut dapat diperoleh dari hasil analisis
elemen hingga dari perpindahan axial node-node pada setiap ujung pertemuan
pipa bagian lengkung dengan bagian lurus. Sistem koordinat nodal pada node
yang terletak pada junctiontersebut harus dalam sistem koordinat silinder
yang dihubungkan dengan sistem koordinat pada setiap garis
singgung.Perpindahan axial node-node pada junction-1 dalam Gambar 11
diplotkan pada Gambar 12 untuk sebuah tipe bentuk (α=900,Rr=3,tr=0,03).
Displacementdiplotkan sebagai absis dan posisi dari axis pusatnya diplotkan
sebagai ordinat. Dapat dilihat bahwa variasi perpindahan axial sepanjang
penampang adalah linier. Ada sedikit warping pada penampang (bidang
penampang tidak tetap bidang) dapat terlihat, tetapi jelas bahwa bagian-
bagian ujung berotasi secara planar. Hubungan linier antara perpindahan axial
node-node pada junctionbagian pipa lengkung dengan pipa tangen yang diberi
beban bending dituliskan dalam persamaan:
y1=m1x+c1
Dimana:
y1=Posisi dari central axis
x=Perpindahan axial nodal
m1=Gradien
c1=Koefisien konstan
Perpindahan axial node-node pada junction-2 pada Gambar 11 diplotkan pada
Gambar 13. Sebuah persamaan serupa dengan persamaan (21) yang mewakili
perpindahan axial node-node pada junctionpipe benddengan pipa tangen yang
difix adalah sebagai berikut: y2=m2x+c2
Rotasi relatif ujung dapat diperoleh dari rumus garis singgung trigonometri
sebagai berikut:tan(φ1−φ2)=1m1−1m21+1m1m2(23)Untuk beban termal
dengan kondisi batas berupa fully-fixed, rotasi kedua ujung elbowadalah
berlawanan, sehingga total rotasi adalah dijumlahkan:
tan(φ1+φ2)=1m1+1m21−1m1m2(24)
Untuk panjang pipa tangen yang sama (m1=m2)maka persamaannya menjadi:
tan(φ1+φ2)=2mm2−1(25)
Prosedur di atas digunakan untuk mendapatkan rotasi-rotasi ujung. Tetapi,
prosedur inimungkin mahal dalam analisis elemen hingga non-linear, karena
persamaanlinear dari perpindahan aksialpersamaan (21) dan (22)harus
dikonstruksi untuk setiap langkah beban untuk menemukan gradien.Garis
putus-putus pada Gambar 12 dan 13 adalah garis lurus yang menghubungkan
dua simpul yang berlawanan sepanjang diameter pada junction bagian pipe
bend dengan tangen yang diberi beban dan masing-masingpipa tangen difix.
Dapat dilihat persamaan untuk garis ini memiliki gradien yang hampir sama
dengan gradien garis lurus yang diperoleh dari linearisasi perpindahan aksial
semua nodenya, terutama untuk node pada junctiondengan tangen yang diberi
beban. Terdapat sedikit perbedaan yang lebih besar dalam gradien (terdapat
warping) pada junction-2, tetapi rotasi pada ujung ini sangat kecil
dibandingkan dengan ujung elbowyang lain (skala berbeda dalam kedua
Gambar 12 dan 13).
BAB IV
VALIDASI SOLIDWORK

Anda mungkin juga menyukai