Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI


SEDIAAN SEMI PADAT DAN CAIR

Praktikum ke : II

Judul Praktikum : suspensi sulfur presipitat

Tanggal Praktikum : 26 Maret 2015

Program : D3 Farmasi

Kelas / kelompok : A1 / 2

Anggota : Ali Yusi Kamil (2013130003)

Amanda Tiara Putri (2013130004)

Annisaa Amalia R (2013130006)

Astinih (2013130007)

Aulia Mayantie (2013130008)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA

2015

1
I. TUJUAN
1. Mengenal dan memahami cara pembuatan dan komposisi bahan dalam sedian
suspensi.
2. Mengamati pengaruh bahan pembasah dan pensuspensi terhadap karakteristik
fisik suspensi.
II. TEORI DASAR
Suspensi merupakan sistem penghantar obat dimana partikel padat yang
tidak larut (Fase Terdispersi) sebagai unit diskrit/ jaringan partikel dalam medium
cair kontinyu (Fase Kontinyu). Menurut FI IV hal 17, suspensi adalah sediaan cair
yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.

Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari 2 fase, yaitu fase
kontinyu atau fase luar dan fase terdispersi atau fase dalam. Fase kontinyu atau
fase luar umumnya merupakan cairan atau semi padat, dan fase terdispersi atau
fase dalam terbuat dari partikel-partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut,
tetapi terdispersi seluruhnya dalam fase kontinyu. (Lachman Buku 2 hal : 986 )

Adapun sifat ideal yang harus dipunyai oleh sediaan suspensi, antara lain :

1. Suatu suspensi yang dibuat dengan tepat mengendap secara lambat dan harus
rata lagi bila dikocok.
2. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari
suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.
3. Suspensi harus dapat dituang dari wadah dengna cepat dan homogen.
( Ansel hal : 356 )

Komponen-komponen dalam formula suspensi, yaitu :

1. Zat Aktif :
a. Tidak Larut dalam media pembawa cair
b. Stabil dan tidak terjadi pertumbuhan kristal yang dapat menyebabkan
chaking ( endapan yang mengeras )
c. Terurai mnjadi metabolit yang akan menjadi toksik
2. Komponen sistem suspensi :
a. Zat pembasah,
b. Dispersants/ defloeculating agent,

2
c. Flocculating agents,
d. Thickeners.
3. Komponen pembawa suspensi/ fase eksternal :
a. Bahan pengontrol pH dan dapar,
b. Osmotic agents dan Stabilisator (Sorbitol),
c. Coringensia,
d. Pengawet,
e. Pembawa cair, seperti senyawa poliol.\
Bahan-bahan suspensi dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

1. Alam

Misalnya : Acacia (Gom Arab), Chondorus, Tragakan, dan


Tanah liat.

2. Sintesis

Misalnya : a. Derivat Selulosa : Metil slulosa, CMC, HPMC.b.


Golongan organik polimer : Carbophol 934.

Suspensi yang ideal akan memberikan viskositas tinggi pada kecepatan


aliran yang rendah dan pada penyimpanan partikel-partikel yang tersuspensi akan
mengendap sangat perlahan, dan pada kecepatan aliran tinggi, misalnya dengan
adanya pengocokan pada sediaan suspensi maka viskositas akan menurun dan
produk dapat dihitung dari bobotnya.

Suspensi dapat mengendap pada dasar wadah bila didiamkan.


Pengendapan seperti ini, dapat mempermudah pengerasan dan pemadatan
sehinggga sulit terdispersi kembali, walaupun dengan pengocokkan. Untuk
mengatasi masalah tersebut, dapat ditambahkan zat yang sesuai untuk
meningkatkan kekentalan dan bentuk gel seperti tanah liat, surfaktan, poli ol,
polimer atau gula. Yang sangat penting adalah bahwa suspensi harus dikocok baik
sebelum digunakan untuk menjamin distribusi bahan padat yang merata dalam
pembawa, hingga menamin keseragaman dan dosis yang tepat. Suspensi harus
disimpan dalam wadah terutup rapat.
Suspensi dapat dibedakan menjadi: 1). Suspensi oral ,2). Suspensi topikal ,3).
Suspensi tetes telinga , 4). Suspensi optalmika. Terdapat banyak pertimbangan

3
dalam pengembangan dan pembuatan suatu suspensi farmasi yang baik.
Disamping khasiat terapetik, stabilitas kimia dari komponen-komponen formulasi
kelanggengan sediaan dan bentuk estetik dari sediaan

Pembasahan

Kesulitan yang banyak ditemui yang merupakan faktor yang amat penting
dalam formulasi suspensi adalah pembasahan fase padat oleh medium
pendispersi. Ada zat padat yang mudah dibasahi dengan cairan dan ada pula yang
tidak.dalam batasan suspensi air, zatt padat dikatakan hidrofilik(liofilik atau suka
pelarut, kadang-kadang disebut liotropik).atau hidrofobik (liofobik). Zat-zat
hidrofilik dibasahi dengan mudah oleh air atau cairan-cairan polar lainnya; zat
hidrofilik ini bisa meningkatkan viskositas suspensi-suspensi air dengan besar.

Zat-zat hidrofobik menolak air, tetapi biasanya dapat dibasahi dengna cairan-
cairan non polar; zat hidrofobik ini biasanya tidak mengubah viskositas dispersi.
Zat padat hidrofilik biasanya dapat digabung menjadi suspensi tanpa
menggunakan zat pembasah, tetapi bahan-bahan hidrofobik sangat sukar untuk
mendispersi dan seringkali mengambang pada permukaan cairan karena
pembasahan yang buruk dari partikel-partikel, atau adanya kantung-kantung udara
yang sangat kecil.

Laju sedimentasi dan agregasi merupakan sifat dari sistem-sistem suspensi


yang di atur oleh atur oleh ukuran partikel , interaksi partikel , kerapatan partikel
dan medium , dan viskositas dari fase kontinue. Masalah lain dalam suspensi
yaitu caking, didefinisikan sebagai pembentukkan sedimen yang tidak dapat
didispersikan kembali dalam suatu sistem suspensi. Sebab utama caking adalah
pembentukkan jembatan kristal dan agregat tertutup (koagula).caking melalui
pembentukan jembatan kristal dapat di perkecil dengan menggunakan tipe
suspensi agregat jaringan terbuka ( flokula ), pada saat partikel-partikel tidak
mengendap sampai jarak tertentu karena kakunya agregat. ( Lachman hal.986)

4
Pertimbangan Rheologis

Rheologi adalah ilmu tentang sifat aliran dari bahan atau sistem bahan.
Sedangkan Viskositas adalah suatu besaran yang tergantung dari perbandingan
tegangan geser kecepatan, difarmasi dinyatakan sebagai kekentalan struktur atau
tubuh.

Karakteristik rheologis dari suatu suspensi farmasi dapat merupakan faktor


penentu yang penting dalam mengoptimisasi stabilitas fisika sistem suspensi
tersebut. Khusus yang paling diinginkan adalah suspensi yang mempunyai
thiksotropi yang mudah dikembangkan. Suspensi seperti itu bila diformulasikan
dengan tepat dapat mencegah sedimentasi, agregasi dan caking yang berdasarkan
suatu yield value viskositas tinggi pada keadaan istirahat, sedangkan
pengocokkan kuat mengurangi viskositas agar dapat dituang, sehingga produk
tersebut dapat diberikan.

Selain teknik yang meliputi faktor sedimentasi dan kemampuan mendispersi


kembali,metode rheologis dapat juga digunakan untuk menentukan sifat
pengendapan dan susunan pembawa serta gambaran struktural partikel untuk
tujuan perbandingan.metode rheologis praktis meliputi penggunaan viskometer
Brookfield yang di pasang pada landasan berdiri. ( Lachman hal.1013)

Penolong Formulasi

Penolong (adjuvan) suspensi harus dipertimbangkan. Zat-zat ini termasuk


pengawet, pemberi warna, parfum dan pemberi rasa; zat-zat tersebut dalam
bentuk bahan bisa mempengaruhi karakteristik suspensi. Umumnya zat warna
digunakan dalam jumlah kecil dan biasanya dapat tercampurkan; demikian pula
halnya dengan pewarna dan parfum. ( Lachman hal. 1008)

Evaluasi Kestabilan Suspensi

Volume Sedimentasi

Pertimbangan teoritis salah satunya yaitu laju sedimentasi , kecepatan


mengendap partikel-partikel suspensi tercakup dalam persamaan Hukum Stokes :

5
V =d2(ρ1- ρ2)g

18Ƞ

Persamaan Stokes diturunkan untuk suatu keadaan ideal dimana partikel-


partikel yang benar-benar bulat dan seragam dalam suspensi yang encer
mengendap tanpa mengakibatkan turbulensi padda waktu turun kebawah, tanpa
tumbukan antara partikel-partikel suspensoid dan tanpa gaya tarik-menarik kimia
atau fisika atau afinitas untuk medium dispersi. ( Ansel hal:356-357 )

Konsep volume endapan (volume sedimentasi) adalah sederhana. Pendeknya,


konsep tersebut mempertimbangkan rasio tinggi akhir dari endapan (Hu) terhadap
tinggi awal dari suspensi keseluruhan (Ho) pada waktu suspensi mengendap
dalam suatu silinder di bawah kondisi standar. Makin besar fraksi ini, maka
makin baik kemampuan suspensinya.( Lachman hal.1011)

Perubahan ukuran partikel

Teknik freeze-thaw-cycling khususnya dapat diterapkan untuk menekan


suspensi dengan tujuan pengujian kestabilan. Perlakuan ini mendorong
pertumbuhan partikel , dan bisa menunjukan keadaan kemungkinan di masa yang
akan datang setelah penyimpanan yang lama pada temperatur kamar.Dengan
demikian , penting sekali untuk bersiap-siap terhadap perubahan dalam ukuran
partikel absolut, distribusi ukuran partikel, dan kebiasaan Kristal. ( Lachman
hal.1015)

III. DATA PRAFORMULASI


A. Zat Aktif
Sulfur Praecpitatum ( FI IV hal.771, DI 2010 hal.3578-3580 )

 Nama lain : Belerang endap, Sulfur.


 Berat molekul : 32,06 g/mol
 Pemerian : Serbuk amorf atau serbuk hablurrenik, sangat
halus. Warna kuning pucat, tidak berbau, dan tidak berasa.

6
 Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah
larut dalam karbon disulfide, sukar larut dalam minyak zaitun, praktis tidak larut
dalam etanol.
 Khasiat : Untuk pengobatan jerawat, bakterisid, dan
fungisid lemah, dan bersifat keratolisis yang melarutkan kulit tanduk.
 Stabilitas : Sulfur bereaksi dengan logam seperti tembaga
dan besi, menghasilkan warnadengan logam.
 Dosis :Pengobatan jerawat : 1-8% dalam bentuk
cream, gel, lotion, atau sabun yang digunakan secara topical untuk pengobatan
jerawat.
 OTT :-
 Wadah & Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
B. Zat Tambahan
1. PGA ( Farmakope Indonesia edisi IV hal. 423 , Handbook of Pharmaceutical
Excipient hal. 1-2 )
 Pemerian : butiran, bentuk bulat seperti ginjal/bulat telur, penampang 1 cm
sampai 3 cm, warna putih, kekuningan, kuning/coklat muda, kadang-kadang
berwarna merah muda, rapuh buram, sering kali dengan permukaan yang
retak, mudah pecah menjadi fragmen bersudut tidak beraturan dengan patahan
melengkung, berwarna agak putih/agak kekuningan, seperti kaca dan tembus
cahaya. Di dalam pusat butiran yang tidak utan pecah sering terdapat rongga
kecil tidak berbau.
 Kelarutan : larut hampir sempurna dalam 2 bagian bobot air, tetapi sangat
lambat meninggalkan sisa bagian tanaman dalam jumlah yang sangat sedikit,
praktis tidak larut dalam etanol dan eter.
 pH : 4,5 – 5
 Konsentrasi : 5-10% sebagai suspending agent
 Stabilitas : larutan encer gom arabicum rentan terhadap bakteri/degradasi
enzym tetapi dapat dicegah dengan pendidihan larutan dalam waktu singkat
untuk menonaktifkan enzym, dapat juga awetkan dengan penambahan
antimikroba. Contoh : 0,1% asam benzoat, 0,1% sodium benzoat/campuran
keduanya.
 OTT : tidak bercampur dengan amidopirin, kresol, etanol 95%, garam ferri
morphin, fenol, phisostigmin, tanin, thymol dan vanilin.
 Kegunaan : suspending agent.
 Wadah dan Penyimpanan: wadah penyimpanan tertutup rapat.

2. Gliserin (Farmakope Indonesia IV hal. 413 ; Exipients VI. hal. 283)

7
 Nama lain : Gliserol
 Rumus molekul : C3H8O3
 Bobot molekul : 92,09 g/mol
 Rumus bangun :

 Titik lebur : 17,8⁰C


 Bobot Jenis : 1,2636 g/cm3 pada suhu 200C; 1,2620 g/cm3
pada suhu 250C.
 Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, rasa manis
hanya boleh berbau lemah (tajam atau tidak enak)
 Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan etanol, tidak
larut dalam kloroform, eter, minyak lemak dan minyak menguap.
 OTT : Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan
zat oksidator kuat seperti Kromium trioksida, Kalium klorat, atau Kalium
permanganat. Perubahan warna hitam dari gliserin terjadi dengan
adanya cahaya, atau kontak dengan ZnO atau Bi (NO3)3
 Stabilitas : Higroskopik; gliserin murni tidak rentan
terhadap oksidasi dengan kondisi penyimpanan yang umum, tapi gliserin dapat
terdekomposisi oleh pemanasan dengan evolusi dari akrolein beracun.
Campuran gliserin dengan air, etanol (95%), propilen glikol stabil secara
kimia. Gliserin dapat mengkristal apabila disimpan disuhu rendah, kristal tidak
akan mencair sampai dihangatkan hingga 20⁰C.
 Khasiat : Pelarut, pemanis, antimikroba, dan zat
peningkat viskositas.
 Wadah&Penyimpanan : wadah tertutup kedap, disimpan di tempat
sejuk dan kering.
 Konsentrasi : 3-5%
3. Natrium Benzoat (Farmakope Indonesia edisi IV hal 584 ; Excipients VI hal.627)
 Nama lain : Sobenat, Soda benzoat.

8
 Rumus molekul : C7H5NaO2
 Bobot molekul : 144,11 g/mol
 Rumus bangun :

 BobotJenis : 1,497 g/ml


 pH : 8,0 padasuhu 25o C
 Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih ; tidak berbau
atau praktis tidak berbau ; stabil di udara.
 Kelarutan :Mudahlarutdalam air,
agaksukarlarutdalametanoldanlebihmudahlarutdalametanol 90%.
 OTT : Inkompatibeldengansenyawakuartener, gelatin,
garamferi, garamkalsium.
Aktifitaspengawetbiasanyaberkurangkarenainteraksidengan kaolin/surfaktan
non ionic.
 Stabilitas : Stabil di udara, bila terkena sinar matahari
langsung dapat berubah warna.
 Khasiat : Pengawet
 Wadah&Penyimpanan : Wadahtertutuprapat dan kering
 Konsentrasi :-
4. Oleum Rosae( FI III hal.459)
 Pemerian : Tidak berwarna tau kuning, bau menyerupia
bunga mawar, rasa khas, pada suhu 25o kental, bila didinginkan perlahan-lahan
berubah menjadi masa hablur beningmyang jika dipanaskan mudah melebur.
 Kelarutan : Larut dalam 1 bagian kloroform P
 Khasiat : Parfum
 Wadah & Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
 Konsentrasi :-
5. Aquadest (Farmakope Indonesia Ed. III hal. 96; Excipients hal. 546)
 Nama lain : Aqua destilata, aqua purificata

9
 Rumus molekul : H2O
 Bobot molekul : 18,02
 pH : 5,0 – 7,0
 Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidakmempunyai rasa
 Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar
 OTT : Bereaksi dengan zat tambahan, bereaksi keras
dengan logam alkali
 Stabilitas : Secara kimiawi stabil pada semua suasana
 Khasiat : Pelarut
 Wadah & penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
 Mortir dan stamper
 Cawan penguap
 Beaker glass
 Tabung sedimentasi
 Batang pengaduk
 Viskometer Stormer
 Viskometer Stormer
 Erlenmeyer
 Gelas ukur
B. Bahan

 Sulfur presipitasi
 Gliserin
 Veegum
 Natrium Benzoat
 Aquadest
V. FORMULA
Tiap ml mengandung:

Nama Bahan Persentase


(%)
Amoxicillin Trihidrat 125mg/5ml
PGA 20
Sorbitol 5

10
Sakarin 0,3
Na.Benzoat 0,05
Eritrosin 0.05
Strawberry Essense 0.2
PVP 1
Aq. Dest. ad 100

VI. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN


A. Perhitungan
1. Sulfur = 7 % x 400 ml = 28 g
2. PGA = 20 % x 400 ml = 80 g
3. Air untuk PGA = 1,5 x 80 = 120 ml
4. Na.Benzoat = 0,1 % x 400 ml = 0,4g
5. Gliserin = 3 % x 400 ml = 12 g
6. Aqua rosae = 0,1% x 400 ml = 0,4 g
7. Aq.dest = 400-(28+80+120+12+0,4+0,4)
= 159,2 ml

B. Penimbangan

Bahan Bobot teoritis (gr) Bobot praktik (gr)


Sulfur presipitas 28
PGA 80
Aqua PGA 120
Gliserin 12
Na. Benzoat 0,4
Aqua rosae 0,4
Aqua dest. 159,2

11
VII. PEMBUATAN
1. Alat-alat dan bahan-bahan disiapkan
2. Bahan-bahan ditimbang dan botol dikalibrasi 60 ml
3. PGA dikembangkan dalam lumpang dengan air 1,5 kali bobotnya (PGA
digerus dengan air dingin ad terbentuk muchilago)
4. Sulfur digerus halus di dalam lumpang (CI)
5. Gliserin ditambahkan ke dalam CI sambil digerus ad semua bagian sulfur
terbasahi
6. ditambahkan muchilago (PGA yang sudah mengembang), digerus ad homogen
7. Campuran ditambahkan Na. Benzoat yang telah dilarutkan di dalam air,
digerus ad homogen
8. Ditambahkan sisa aquadest dan dihomogenkan
9. Ditambahkan aqua rosae, dihomogenkan
10. Dimasukkan ke dalam botol 60 ml ad tanda kalibrasi. Botol diberi etiket,
dikemas, dan diserahkan
11. Sisa suspensi dievaluasi (volume sedimentasi, viskositas dan sifat alir)

VIII. EVALUASI
1. Organoleptik
Disimpan pada temperatur kamar diperiksa warna, bau, rasa. Selama penyimpanan
tidak boleh terjadi perubahan secara fisik.

12
2. Viskositas dan Rheologi
(Viskometer Stormer)
1. Digunakan cairan Newton yang sudah diketahui viskositasnya untuk menentukan
viskosita emulsi dengan menggunakan viskositas stormer.
2. Diisikan sampel kedalam wadah viskometer
3. Digantungkan beban, katrol diputar, sampai jumlah putaran pada skala
menunjukkan 50
4. Alat dinyalakan bersamaan dengan stopwatch untuk menghitung waktu.waktu
dihentikan saat jarum pendek menunjukkan angka 50

Dilakukan perhitungan viskositas serta dibuat rheogram antara W dan RPM

60
𝑅𝑃𝑀 = 𝑥 ∑ 𝑃𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛
𝑡
𝑅𝑃𝑀
𝐾𝑉 = 𝛈 𝑥
𝑊

3. Volume Sedimentasi
o Cara :
Masukkan emulsi kedalam tabung sedimentasi 25 ml dan amati kestabilannya
o Perhitungan :
F = Vu / Vo
dimana, F = Derajat sedimentasi
Vu = Volume sedimentasi
Vo = Volume awal

4. Waktu Rekonstitusi
Massa granul yang direkonstitusi : 23,505 g

IX. TABULASI DATA


1) Organoleptik
Uji Hasil
Warna Kuning pucat
Bentuk Cairan
Bau Sulfur

2) Viskositas dan Rheologi

13
Bobot (gr) Waktu (s) Putaran RPM η (cps)
20 51 100 117.65 49.68
30 42 100 142.86 61.37
40 33 100 181.82 53.29
30 36 100 166.67 52.60
20 46 100 130.43 44.81

Rheogram hubungan antara bobot (gr)


dengan RPM
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0 10 20 30 40 50

3) Volume Sedimentasi
Waktu Vo Vu F
Hari ke-1 25 25 1
Hari ke-2 25 2 0.08
Hari ke-5

14
X. PEMBAHASAN
1. Pada pengujian organoleptik, bau dari sediaan masih berbau sulfur, seharusnya
masih perlu ditambahkan oleum rosae supaya bau sulfur tertutupi.
2. Pada pengujian viskositas, menunjukkan konsistensi yang sangat encer, kaena
saat melakukan pekerjaan pembutan sediaan kelompok kami terlalu banyak
pelarutnya .sehingga tidak dapat dilakukan pengujian viskositas dengan
viskometer brookfield. Sediaan yang baik saat diuji viskositas dengan
viskometer brookfield itu adalah sediaan yang kental.
3. formula menunjukkan sifat alir tiksotropi dikarenakan bentuk grafik yang
serupa dengan rheopeksi tiksotropi. Sediaan suspensi memang sebaiknya
memiliki aliran tiksotropi, karena aliran tiksotropi adalah aliran yang apabila
didiamkan kemudian didispersikan, viskositasnya semakin encer, sehingga
memudahkan penuangan.
4. Uji volume sedimentasi berguna untuk mengetahui kemampuan mendispersi
kembali dari pembasah yang digunakan dan endapan yang terbentuk harus
dengan mudah didispersikan kembali setelah dengan pengocokan sedang agar
menghasilkan suatu sistem homogen. Hasil yang didapat adalah kuarng baik
karena pada hari terakhir didapat F=0, sedangkan hasil uji sedimentasi yang
baik adalah F=1.

15
XI. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN :

Uji evaluasi Hasil Keterangan


 Organoleptik Warna = kuning pucat Bau masih khas sulfur
Bentuk = cairan
Bau = sulfur
 Viskositas  49.68 - 61.37 cps
 Sifat alir  Tiksotropik

 Volume sedimentasi F = 0, Kurang Baik

SARAN:
1) Dalam pembuatan, disarankan agar sulfur benar-benar terbasahi secara
sempurna agar sediaan yang didapat lebih stabil.
2) Penggunaan pewangi untuk menutupi bau sulfur yang khas.

16
DAFTAR PUSTAKA

 Ansel, Howard C, Penerjemah:Farida Ibrahim. PengantarBentukSediaanFarmasi,


edisikeempat, Jakarta:UI Press,1994.
 DepartemenKesehatan RI, Farmakope Indonesiaedisi III. Jakarta : 1979.
 DepartemenKesehatan RI, Farmakope Indonesiaedisi IV. Jakarta : 1995.
 Lachman Leon, Penerjemah: Siti Suyatmi, Teori dan Praktek Farmasi Industri
edisi ketiga vol 2, Jakarta:UI Press,1994.
 Martindale 28, 1982. London: Pharmaceutical Press.
 Mc. Evory, Gerald K, American Hospital Formulary Service, Drug Information.
America Society of Hospital Pharmacist.
 Penuntun Praktikum Formulasi Sediaan Semi Padat dan Cair, Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila:2010.
 Wade Ainley dan Paul J Weller, Handbook Of Pharmaceutikal Excipients.Edisi VI.2009.

17
LAMPIRAN

18
ACNE
CIL
Aturan pemakaian :
Komposisi :

ACNE ACNE
Oleskan 2 kali sehari pada kulit
Sulfur Presipitat, PGA, Gliserin, Na. jerawat.
Benzoat, aqua rosae, aqua dest.

Cara pemakaian :

CIL CIL
Bersihkan muka dengan kapas
Indikasi :
Akne vulgaris kemudian oleskan pada muka
yang berjerawat.
® Perhatian : ®
Hindari kontak mata dan Penyimpanan :
membrane mukosa lain seperti Simpan di tempat sejuk dan
luka terbuka. Bila terkena mata, kering
Netto : 60 ml bilas dengan air bersih. Netto : 60 ml
Bila terjadi iritasi ringan seperti
gatal-gatal hentikan pemakaian.
Iritasi berlanjut hubungi dokter. Kocok dahulu
Untuk Merawat Kulit
Untuk Merawat Kulit Yang Berjerawat
HANYA UNTUK
Yang Berjerawat PEMAKAIAN LUAR

PT. PANCA FARMA No.Reg: CD 1501210233A1


PT. PANCA FARMA No.Bacth: 000011
Jakarta-Indonesia Jakarta-Indonesia Exp.Date: April 2018

PT. PANCA FARMA


PT. PANCA FARMA Jakarta-Indonesia
Jakarta-Indonesia
Netto : 60 ml

Netto : 60 ml

19
Aturan pemakaian : Komposisi :
Oleskan 2 kali sehari pada kulit jerawat. ACNECIL® Sulfur Presipitat, aqua dest, PGA, Gliserin,
Na. Benzoat, aqua rosae.
Cara pemakaian :
Bersihkan muka dengan kapas kemudian Untuk Merawat Kulit Yang Indikasi :
oleskan pada muka yang berjerawat. Akne vulgaris,
Berjerawat
Penyimpanan :
Simpan di tempat sejuk dan kering Perhatian :
Netto : 60 ml Hindari kontak mata dan membran mukosa
lain seperti luka terbuka. Bila terkena mata,
bilas dengan air bersih.
HANYA UNTUK PEMAKAIAN LUAR Bila terjadi iritasi ringan seperti gatal-gatal
PT. PANCA FARMA hentikan pemakaian.
No.Reg: CD 1501210233A1 Jakarta-Indonesia
No.Bacth: 000011
Iritasi berlanjut hubungi dokter.
Exp.Date: April 2018

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai