Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

COUNJUNGTIVITIS

Oleh :
NAMA : STEFANUS NGONGO
NIM : 2116007

CI INSTITUSI CI LAHAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2017/201
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat khusus dan kompleks,
menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Mata dapat terkena berbagai kondisi
diataranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada system
organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat
dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan.
Konjungtiva (selaput lendir mata) dan selaput bening (kornea) merupakan
bagian mata yang mudah berhubungan dengan dunia luar. Bila selaput lendir mata
meradang maka akan terjadi suatu keadaan yang dinamakan konjungtivitis.
Konjungtivitis adalah radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang
menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dibedakan menjadi
bentuk akut dan kronis. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri seperti
konjungtivitis genokok. Konjungtivitis juga dapat disebabkan oleh virus, alergi
toksik, klamidia, moluscum contaigosum terpajan asap, angin dan sinar kuat
(Ilyas,2010). Mata merah adalah tanda klinis konjungtivitis yang paling menyolok.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.Konsep Teori
1. Defenisi
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih
mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan
timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah.
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada
konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi
bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.
(Effendi, 2008).

2. Etiologi
Penyebab konjungtivis tergantung dari jenis konjungtivis. Berikut ini etiolgi
berdasarkan klasifikasi konjungtivis yaitu
 Konjungtivis Alergi
Reaksi hipersensitivitas tipe cepat atau lambat atau reaksi antibodi
humoral terhadap alergen. Pada keadaan yang berat merupakan bagian
dari Sindrom Steven Johnson, suatu penyakit eritema multiforme berat
akibat reaksi alergi pada orang dengan presdiposisi alergi obat-obatan.
Pada pemakaian mata palsu atau lensa kontak juga dapat terjadi reaksi
alergi.

 Konjungtivis Infektif

Disebabkan oleh bakteri seperti:


- Stafilokok
- Streptokok
- Corynebacterium diphtheriae
- Pseudomonas aeruginosa
- Neisseria gonorrhoea
- Haemophilus influenza
 Konjungtivis Viral
Disebabkan oleh virus seperti:
- Adenovirus
- Herpes simpleks
- Herpes zoster
- Klamidia
- New castle
- Pikorna
- Enterovirus
3. Klasifikasi
Konjungtivitis terbagi dalam tiga jenis, yaitu konjungtivitis alergi atau vernal,
infeksi atau bacterial, dan viral.
1. Konjungtivitis Alergi
ifeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sesitifitas terhadap
serbuk, protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu, gigitan
serangga dan atau obat (atropine dan antibiotic golongan mycin). Infeksi ini
terjadi setelah terpapar zat kimia seperti hair spray, tatarias, asap rokok.
Asma, demam kering dan eczema juga berhubungan dengan konjungtivitis
alergi.

Gejala jenis konjungtivitis ini adalah edema konjungtiva ringan sampai


berat, sensasi terbakar dan injeksi vaskuler. Lakrimasi kadang-kadang
terjadi. Rasa gatal adalah yang paling parah pada bentuk konjungtivitis ini.
Kadang-kadang didapatkan rabas seperti air.

2. Konjungtivitis Infektif
Jenis konjungtivitis ini juga berhubungan dengan “pink eye” dan mudah
menular. Wabah “pink eye” dapat terjadi pada populasi yang padat dan
dengan standar kesehatan yang rendah. Penyebab infeksi ini adalah
Staphylococcus aureus. Dapat juga terjadi setelah terpapar Haemophilus
influenza atau N. gonorhoea. Dapat terjadi bersamaan dengan morbili,
parotitis epidemika, bleferitis, obstruksi duktus nasolakrimalis, karena
penyinaran cahaya (konjungtivitis elektrika).

Gejalanya, dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva ringan, epifora


dan rabas pada awalnya encer akibat epifora tetapi secara bertahap menjadi
lebih tebal atau mucus dan berkembang menjadi purulent yang
menyebabkan kelopak mata menyatu dalam posisi tertutup terutama saat
bangun tidur pagi hari. Dapat ditemukan kerusakan kecil pada epitel kornea.

3. Konjungtivitis Viral

Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (yang paling
sering adalah keratokonjungtivitis epidemika) atau dari penyakit virus sistemik
seperti mumps dan mononucleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel
sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis.

Gejalanya, pembesaran kelenjar limfe preaurikular, fotopobia dan sensasi


adanya benda asing pada mata. Epiofora merupakan gejala terbanyak. Konjungtiva
dapat menjadi kemerahan dan bisa terjadi nyeri periorbital.
4.Patofisiologi.
Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan
kelopak mata terinfeksi Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari
substansi luar. Pada film air mata unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus
menangkap debris dan kerja memompa dari palpebral secara tetap menghanyutkan air
mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi anti mikroba termasuk
lisozim. Adanya agens perusak menyebabkan kerusakan pada epitel konjungtiva yang
diikuti edema epitel, kematian sel eksfoliasi, hipertropi epitel atau granuloma mungkin
pula terdapat edema pada stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel-sel ini
kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel goblet, membentuk eksudat
konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebral pada bangun tidur.

Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-


pembuluh konjungtiva posterior, ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah,
edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent. Hal ini menyebabkan hiperemi
yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus. Pada
hyperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertropi papilla
yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal.
Sensasi ini merangsang sekresi airmata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh
daah yang hyperemia dan menambah jumah airmata.Jika klien mengeluh sakit pada iris
atau badan silier berarti kornea terkena.

Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu
mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata sehingga
fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada konjungtivitis
ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan meningkatkan
tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air mata atau kanal
schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf
optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang
pandang yang disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan menjadi
kabur dan rasa pusing.
5.Manifestasi Klinik
Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:
1) Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak
2) Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah
akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel
konjungtiva bagian atas.
3) Pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi
nonspesifik peradangan.
4) Pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.
5) Terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein).
6) Dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah)
Gejala
Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan
kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna
putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak
mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi
(Anonim, 2004).
Gejala lainnya adalah:
1) Mata berair
2) Mata terasa nyeri
3) Mata terasa gatal
4) Pandangan kabur
6.Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan
kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa
komplikasi dari konjungtivitis yangtidak tertangani diantaranya:
1) Glaukoma
2) Katarak
3) Ablasi retina
4) Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
5) Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea
adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan parut yang tebal di kornea
yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaanorang bisa menjadi
buta
6) Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat
mengganggu penglihatan

7.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan
tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat
dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi
pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.

Test komposisi air mata :


1) Schimer test
2) tepian palpebra
3) Ferning test
4) Uji Anel
5) Pemeriksaan swab sekret (gram , Giemsa )
B.KONSEP KEPERAWATAN
1.Pengkajian keperawatan
1.Identitas klien
Meliputi nama klien, umur,jenis klamin , pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor registrasi, dan diagnosis medis
Kaji gejala yang dialami klien sesuai dengan jenis konjungtivitis yang terjadi,
meliputi gatal dan rasa terbakar pada alergi; sensasi benda asing pada infeksi
bakteri akut dan infeksi virus; nyeri dan fotofobia jika kornea terkena; keluhan
peningkatan produksi airmata; pada anak-anak dapat disertai dengan demam
dan keluhan pada mulut dan tenggorok. Kaji riwayat detail tentang masalah
sekarang dan catat riwayat cedera atau terpajan lingkungan yang tidak bersih.

2.Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan peradangan ditandai dengan rasa panas pada
mata
2) Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan edema dan iritasi
konjungtiva ditandai dengan peningkatan eksudasi, fotofobia lakrimasi dan
rasa nyeri.
3) Gangguan sensori perseptual berhubungan dengan ulkus kornea yang
ditandai dengan adanya sekret purulen.
4) Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan
adanya perubahan pada kelopak mata (bengkak /edema)
5) Resiko tinggi penularan penyakit pada mata yang lain atau pada orang
lain yang berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan klien tentang
penyakit.
6) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
kondisi prognosis dan pengobatan proses penyakit
3.Perencanaan Keperawatan

NO DX.KEP TUJUAN DAN KH INTERVENSI RASIONAL

1 Nyeri Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji 1) Untuk mengetahui tingat


berhubung keperawatan selama 3x24 jam tingkat nyeri klien dan menentukan
an dengan nyeri klien teratasi dengan nyeri yang intervensi selanjutnya
peradanga Kriteria hasil: dialami 2) Untuk meminimalkan nyeri
n ditandai 1. Nyeri berkurang atau oleh klien. klien
dengan terkontrol. 2) Ajarkan 3) Merupakan suatu cara
rasa kepada pemenuhan rasa nyaman
panas klien kepada klien dengan
pada mata metode mengurangi stressor yang
distraksi berupa kebisingan
selama 4) Menghilangkan nyeri
nyeri, karena memblokir syaraf
seperti pengantar.
nafas
dalam dan
teratur.
3) Ciptakan
lingkunga
n tidur
yang
nyaman,
aman dan
tenang.
4) Kolaborasi
dengan
tim medis
dalam
pemberian
analgesic
NO DX.KEP TUJUAN DAN K.H INTERVENSI RASIONAL

2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1) Kompres 1) Melepaskan eksudat


rasa keperawatan selama 3x24 jam tepi yang lengket pada tepi
nyaman nyeri klien teratasi dengan palpebral palpebral
yang Kriteria hasil: (mata 2) Membersihkan pelpebral
berhubung 1) Melakukan tindakan dalam dari eksudat tanpa
an dengan untuk mengurangi keadaan menimbulkan nyeri dan
edema nyeri/fotofobia/eksudas. tertutup)d meminimalkan
dan iritasi 2) Menunjukkan engan penyumbatan
konjungtiv perbaikan keluhan larutan mikroorganisme.
a ditandai salin 3) Mata tertutup
dengan kurang merupakan media
peningkata lebih terbaik bagi
n selama 3 pertumbuhan
eksudasi, menit mikroorganisme.
fotofobia 2) sap 4) Pada klien fotofobi,
lakrimasi eksudat kacamata gelap dapat
dan rasa secara menurunkan cahaya
nyeri. perlahan yang masuk pada mata
dengan sehingga sensitivitas
kapas terhadap cahaya
yang menurun. Pada
sudah konjungtivitis alergi,
dibasahi kacamata dapat
salin dan mengurangi ekspose
setiap terhadap allergen atau
pengusap mencegah iritasi
hanya lingkungan.
dipakai 5) Mengurangi expose
satu kali allergen atau iritan.
3) Beritahu
klien agar 6) engurangi resiko
tidak kesalahan penggunaan
menutup obat mata.
mata yag
sakit.
4) Anjurkan
klien
mengguna
kan
kacamata
(gelap)
5) Kaji
kemampu
an klien
mengguna
kan obat
mata dan
ajarkan
klien cara
mengguna
kan obat
tetes mata
atau salep
mata.
6) Kolaborasi
dalam
pemberian
anibiotik
NO DX.KEP TUJUAN DAN KH INTERVENSI RASIONAL

3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1) Pastikan 1) Mempengaruhi harapan


sensori keperawatan selama 3x24 jam derajat/tip masa depan pasien dan
perseptual nyeri klien teratasi dengan e pilihan intervensi
berhubung Kriteria hasil: kehilanga 2) Sementara intervensi dini
an dengan 1) Mengenal gangguan n mencegah kebutaan,
ulkus sensori an penglihata pasien menghadapi
kornea berkompensasi n kemungkinan atau
yang terhadap perubahan 2) Dorong mengalami pengalaman
ditandai 2) Mengidentifikasi/memp mengeksp kehilangan penglihatan
dengan erbaiki potensial resikan sebagian atau total.
adanya bahaya dalam perasaan 3) Mencegah penglihatan lebih
sekret lingkungan tentang lanjut
purulen. kehilanga
n atau
kemungki
nan
kehilanga
n
penglihata
n
3) Tunjukkan
pemberian
tetes
mata,
contoh
menghitun
g tetesan,
mengikuti
jadwa,
tidak
salahdosis

4 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1) Dorong 1) Membantu pasien untuk


konsep diri keperawatan selama 3x24 jam pengungk memulai perubahan dan
(body nyeri klien teratasi dengan apan mengurangi rasa malu.
image Kriteria hasil: perasaan 2) Meningkatkan rasa aman,
menurun) 1) Mendemonstrasikan dan mendorong verbalisasi.
berhubung respon adaptif menerima 3) Persepsi pasien mengenai
an dengan perubahan konsep diri. apa yang perubahan pada citra diri
adanya 2) Mengekspresikan dikatakan mungkin terjadi secara tiba-
perubahan kesadaran tentang nya. tiba atau kemudian.
pada perubahan dan 2) Berikan
kelopak perkembangan ke arah lingkunga
mata penerimaan. n yang
(bengkak bisa
/edema) menerima
keadaan
dirinya
3) Diskusika
n
peradang
an
terhadap
citra diri
dan efek
yang
ditimbulka
n dari
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Buku ajar Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem hematologi.
Jakarta:Salemba Medika wolff K, goldsmith LA , katz SI, Gilchrest BA , Paller AS, David J.
Leffel Dj editors.
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI PADA
Tn.”G” DI RUANGAN KEPERAWATAN VII (TULIP) RUMAH SAKIT SYEKH
YUSUF GOWA SELAWESI SELATAN

Oleh :
NAMA : STEVANUS NGONGO
NIM : 2116007
CI INSTITUSI CI LAHAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR

A. PENGKAJIAN
1. Biodata Pasien
Nama : Tn”G”
Jenis kelamin : laki-laki
Usia : 61 tahun
Pendidikan : Smp
Tgl Pengkajian : 30 januari 2018
Suku : Makassar
Pekeerjaan : Petani
NO.RM : 419431
Tgl Masuk : 27 januari 2018
2. Kondisi Saat ini
1.Keluhan Utama : Berak-berak,Batuk
2.Manifestasi Klinis
(√) Demam ( ) Kelelahan () perdarahan () dan lainnya:
Jelaskan : Pasien mengatakan demam,dan berak-berak serta
batuk,dan kurang nafsu makan
3. Riwayat Penyakit dahullu
Jantunng,Diabetes Militus
4. Riwayat Pembedahan () ya :….tgl/bln/tahun :...(√) tidak
5. Alergi : (√) ya,telur ,bakso,indo mie
6. Pengobatan (√) ya, sebutkan, Pasien mengatakan mengonsumsi obat
CTM yang diberikan oleh perawat puskesmas
7. Kebiasaan makan : Kebiasaan Makan tidak teratur
8. Riwaya Sosial
a. Bagaimana kondisi Lingkungan Kerja atau tempat tinggal : pasien
mengatakan cukup baik
b. Apakah ada bintang atau tanaman pemeliharaan : Pasien mengatakn
memelihara Ayam,bebek dan bunga.
c. Apakah klien memiliki cukup energi untuk kegiatan sehari-hari dan
aktivitas kerja? : pesien mengatakan cukup kerena dia adalah tulang
punggung keluarga
d. Apakah klien mengalami kelelahan dan gangguan pernapasan,atau
gejala lain mengganggu aktivitas sehar-hari? :pesien mengatakan lelah
dan sesak karena dia menjual buah buahan memakai sepeda
e. .Apakah berdampak juga pada kondisi Ekonomi dan pertimbangan
ekonomi yang lain,asuransi: iya,karena Tn.G,mengatakan mata
pencahariannya .
f. Riwayat meroko : (√) ya , 6 batang/hari,jenis Gudang garam : (√) tidak

9. RiwayatKesehatan Keluarga (Genogram)


9. RIWAYAT KELUARGA
Genogram:

61 49

23 18 14 12
KETERANGAN:
Laki-laki laki-laki meningal
Perempuan perempuan M
Pasien garis kawin
serumah
garis keturunan

10. Pemeriksaan Fisik


a. Mata :
1) Konjuntiva :(√ ) anemis ( ) pink
2) sclera : ( ) ikterik (√ ) putih
3) palpebra : (√ ) edema ( ) Tidak
4) penglihatan : (√ ) kabur ( ) tidak
5) keluhan : Pasien mengatakan pandangannya kabur
b. Telinga
1) nyeri : ( )ya (√ ) tidak
2) Serumen : ( ) ya (√ ) tidak
3) Keluhan : tidak ada
c. Hidung
1) Bentuk : (√ ) simestris ( ) asismetris
2) polip : ( ) ada (√ ) tidak
3) Septum : ( ) ada (√ ) tidak
4) Epistaksis : ( ) ada, kapan: . . .(√ ) tidak
5) kemampuan mencium : Normal
6) Keluhan: tidak ada
d. Mulut
1) Mukosa bibir : ( ) lembab (√ ) kering dan pecah-pecahan
2) Warna : ( √) pink ( ) Sinosis ( ) putih
3) Gigi : ( ) lengkap (√ ) tidak Lengkap, bagian… atas..( ) Karies (
) lainya
4) Gusi : ( ) Hitam, ( ) pink (√ ) putih ( ) predarahan
5) Lidah : ( ) putih (√ ) pink
6) Keluhan : pasien mengatakan lidah terasa pahit
e. Saluran pernapasan
1) Frekuensi : 20 kali/ menit
2) irama : (√ ) irregular ( ) regular
3) . Bunyi napas : ( ) vesikuler ( ) bronkovesikuler ( ) Wheezing (
) crakels
4) Keluhan : merasa sesak
f. Sistem kardiovaskuler
1) Frekuensi nadi : 60 x/i
2) Tekanan darah :110/80 mmHg
3) Keluhan : Pasien mengatakan pusing,malam susah tidur

g. Saluran cerna
1) Bentuk abdomen : (√ ) simetris ( ) asimetris
2) Ada massa/ jejas : ( ) ada (√ ) tidak
3) Perkusi abdomen : ( ) pekak ( ) timpani ( ) hipertimpani
4) peristialtik usus : - kali/ hari
5) keluhan :
h. Sistem perkemihan
1) palpasi : ( ) distensi abdomen ( -) nyeri tekan
2) frekunsih berkemih : 3 kali/hari
3) Warna: kuning peka
4) Bau : iya
5) Jumlah : 2 kali /hari
6) keluhan : pasien mengatakan nyeri pada saat kincing
i. Sistem musculoskeletal
1) Bentuk tubuh : ( ) tegap ( ) lordosis ( ) skoliosis (√ ) kifosis
2) ROM :
5 5
5 5
3) keluhan : pasien mengatakian pada saat duduk terasa sakit
j. Sistem saraf
1) pengkajian Nervus
Nervus 1( Olfaktorius) : pasien mampu membedakan bau kopi
dan bau teh
Nervus II ( Optikus ) : pasien tidak mampu melihat dengan jelas
4/3
Nervus III,IV,VI( Okulomotor, Troklearis, dan Abdusen )
Nervus V( Trigeminalis )
Nervus VII (Fasial)
Nervus VIII (Akustikus) : pasien mampu mengerakan otot
wajahnya saat disuruh mengunyahklan makanan
Nervus IX,X (Glosofaring dan Vagus)
Nervus XI (Aksesorius spinal)
Nervus XII ( Hipoglosal)
2) Keluhan : pasien mengatakan sering mual dan pusing,serta
susah untuk melihat benda- benda yang jauh
( √) Sakit kepala :
( ) lambung : tidak ada
( ) penurunan sensasi : tidak ada
( ) Sinkope : tidak ada

k. Pemeriksaan diagnostic ( hasil dan tanggal pemeriksaan


Tidak ada USG
Tidak ada Foto Rotagen
l. Pemeriksaan laboratorium ( bentuk table, tanggal dan jam
pemeriksaan
Tanggal Jam Jenispemeriksaan Hasil satuan
Pemeriksaan
27 januari 3.35  Gulah Darah 107 Mg/dl
2018 Sewaktu(GDS
) 137 Mg/dl
 Kolesterol 49 U/L
total 54 UL
 SGOT/AST/A 46 Mg/dl
STL 1,3 Md/dl
 SGPT/ALT/AL
TL
 Ureum Darah
 Kreatinin
Darah

m. Terapi yang di berikan ( nama, dosis, golongan, indikasi, dan


efeksamping obat, di buat dalam bentuk table
- Infuse RL 28 x/i
- Operazole 20 mg 2x1
- Natrium Dicloferak 25 mg 2x1
- Loperamid 2-1-1
- Oralit 1x1 saset
DATA FOKUS

Nama pasien:Tn” G” Dx Medik :ANEMIA BERAT


Umur : 61 tahun Ruangan :kelas 3 b
Jenis klamin :”L” Tanggl : 31 januari 2018

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


 Pasien mengatakan lemah  Pasien tampak lemah
 pasien mengatakan napsu makan  Berat badan menurun,pasien tidak
menurun mau makan
 Paasien mengatakan susah tidur  TTV
pada malam hari TD : 110/80 mmHg
 Paqsien mengatakan berak 4 N : 77 X/mnt
x/hari S : 36,4 o
P : 28 x/i
 Mukosa mulut pasien tampak
kering
 Klien Nampak lemas
 Konjungtifa Nampak anemis
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


DS: Pendarahan saluran Ketidakefektian
 Pasien mengatakan cerna,uterus dan hidung perfusi jarian
badan terasa lemah luka perifer
 Pasien mengatakan
napsu makan Kehilangan SDM(sel darah
menurun Merah)
DO : Defisiensi bersih, vit B12,
 Paien tmpak lemah AS,Folat, depresi sumsum

 Berat badan menurun tulang

pasien tidak mau


makan Produksi SDM

 Mukosa mulut
Nampak kering Overaktiv RES,produksi

 Pasien Nampak SDM abnormal

lemah
Penghancuran SDM
Pertahanan sekunder tidak
adekuat
Penurunan kadar Hb

-
Penurunan jumlah eritrosit

Efek Gl

Gangguan penyerapan
nutrisi dan defesiensi folat
Glositosis berat (lidah
meradang,diare,kehilangan
nafsu makan

Intake nutrisi kurang


(anokresia)

Ketidak seimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan
tubuh

2 DS: Penurunan jumlah eritrosit Ketidakseimbangan


1, Pasien mengatkan 2. nutrisi kurang dari
pusing dan lemas Efek Gl kebutuhan tubuh
3. Pasien mengatakan
nafsu makan berkurang Gangguan penyerapan
-4. pasien mengatkan berak nutrisi dan defesiensi folat
4 x/hari
DO: Glositosis berat (lidah
1. Pasien Nampak meradang,diare,kehilangan
lemah nafsu makan
2. Mukosa mulut pasien
Nampak kering Intake nutrisi kurang
3. TTV: (anokresia)
TD : 110/80 mmHg
N : 77 X/mnt Ketidak seimbangan nutrisi
S : 36,4 o kurang dari kebutuhan
P : 28 x/i tubuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn”G” Umur : 61 tahun


jenis kelamin : laki-laki DX medic : ANEMIA BERAT
Ruangan : Kelas 3 B Tanggal : 31 januari 2018

No Dx Keperawatan (PES) Tgl di temukan Tanggal


Teratasi
1 1. .Resiko tinggi terhadap kerusakan 31 januari 2018
integritas kulit berhubungan
dengan perubahan sirkulasi dan
neorologi.
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang 31 Januari 2018
dari kebutuhan tubuh b/d intake
yang kurang,anokresi

PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn “G” Umur : 61 tahun


Jenis kelamin : laki-laki Dx Medik : ANEMIA BERAT
Ruangan : kelas 3 b Tanggal : 31 januari 2018

NO DX.KEP TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL


KRITERIA
HASIL
1 .Ketidak efektifan Setelah 1. Obsevasi TTV 2. Untuk
perfusi jaringan dilakukan 2. Kaji intake dan menentuka
perifer b/d tidankan output n tindakan
penurunan keperawatan 3. Anjurkan pasien selanjutnya
konsentrasi Hb selama 3x / 24 untuk 3. Untuk
dan darah, jam,pasien mengonsumsi air mengetahui
Ditandai dengan: diharapkan + 7/ hari adanya
DS: dengan indicator 4. Pantau andanya tanda-tanda
 Pasien (1) sangat sotamatitis kekurangan
mengataka terganggu,(2) 5. Kolaborasi untuk cairan
n badan banyak pemeriksaan
terasa terganggu,(3) laboraturium 4. Untuk
lemah cukup mencegah
 Pasien terganggu,(4) terjadinya
mengataka sedikit kekurangan
n napsu terganggu,(5) cairan
makan tidak terganggu
menurun Dengan kriteria 5. Agar tidak
DO : hasil: terjadi
 Paien 1. Pasien infeksi
tmpak tidak disekitar
lemah mengala mulut

 Berat mi

badan kelemaha 6. Untuk


menurun n mengetahui

pasien 2. Pasien kedaan


tidak mau tdak pasien dan

makan anemis pengobatan

 Mukosa 3. TTV nya

mulut dalam

Nampak batas

kering normal

 Pasien
Nampak
lemah
2 Ketidak Setelah 1. Kaji intek dan 1. Untuk
seimbangan dilakukan autput mengetahu
nutrisi kurang dari tindakan 2. Pantau adanya i adannya
kebutuhan tubug keperawatan tanda-tanda tanda
b/d intake yang selama 3 x/ 24 dehidrasi berat dehidrasi
kurang dan jam dengan 3. Observasi TTV 2. Untuk
anoreksia indicator (1) 4. Anjurkan untuk mencegah
Ditandai dengan: sangat banyak minum terjadinya
DS: menyimpang air syok
1.Pasien dari rentang 5. Kolaborasi 3. Untuk
mengatkan normal,(2) dengan ahligizi menentuka
pusing dan lema banyak n tindakan
2.Pasien menyimpang selanjutnta
mengatakan dari rentang 4. Untuk
nafsu makan normal,(3) cukup mencegah
berkurang menyimpang terjadinya
4. pasien dari rentang dehidrasi
mengatkan berak normal,(4) 5. Untuk
4 x/hari sedikit memperce
DO: menyimpang pat
1. Pasien dari rentang penyembu
Nampak normal,(5) tidak han pasien
lemah menyimpang
2. Mukosa dari rentang
mulut normal
pasien Dengan kriteria
Nampak hasil
kering 1. Pasien
3. TTV: tidak
TD : lemas
110/80 2. Satus
mmHg nutrisi
N : 77 pasien
x/mnt tidak
S : 36,4 o menyimp
P : 28 x/i ang dari
normal
3. Tidak ada
tanda-
tanda
dehidrasi
berat

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama pasien :Tn “G” Umur : 61 tahun


Jenis Kelamin :Laki-Laki Dx medic : ANEMIA BERAT
Ruangan :3B Tanggal : 31-01-2018

N Hari/ Tgl Jam No Implementasi dan SOAP Par


o DX af
1 Rabu,31/01/ 12.00 I 1. Mengobservasi TTV
2018 H/: TD : 110/80 mmHg
N : 77 x/i
S : 36,4 c
P : 28x/i

Rabu 12.10 I 2. Mengkaji intake dan output


,31/01/2018 H/ :pasien minum air 3 gelas /
hari,dan pengeluaran urin 2x /
hari
Rabu 12.20 I 3. Menganjurkan pasien untuk
31/01/2018 banyak mengonsum air air + 7
gelas / hari
H/ : Pasien mampu
menghabiskan air 2 gelas / hari
Rabu 12.25 I 4. Memantau adanya stomatitis
31/01/2108 H/: Nampak stomatitis
Rabu 12.30 I 5. Penatalaksanaan
31/01/2018 - Pemberian infuse RL 28
tetes/i
- Infuse RL 28 x/i
- Operazole 20
mg 2x1
- Natrium
- Dicloferak 25
mg 2x1

SOAP
S:
1. pasien mengatakan masih
terasa lemah
2. pasien mengatakan hanya
mampu minum air 2 gelas /
hari
O:
1. tampak pasien lemah
2. TTV
- TD : 110/80 mmHg
- N : 77 x/ i
- P : 24 x/i
- S : 36,4 c
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Obsevasi TTV
- Kaji intake dan output
- Anjurkan pasien untuk
mengonsumsi air + 7/
hari
- Pantau andanya
sotamatitis
- Kolaborasi
2. Kamis 09.00 2 1.mengkaji intake dan output
01/02/2018 H/: pasien minum air 2 gelas
/ hari,dan defekasi urin 3x /
09.10 2 hari
2.memantau adanyya tanda-
tanda dehidrasi
12.00 2 H/: Nampak stomatitis
3. Mengobservasi TTV
- H/: TD : 110/80 mmHg
- N : 77 x/ i
- P : 24 x/i
12.10 2 - S : 36,4 c
4. Menganjurkan pasien untuk
minum air + 7 / hari
H/: pasien mampu minum air
12.20 2 3 gelas/ hari
5. Penatalaksanaan
H/:
- Infuse RL 28 x/i
- Operazole 20
mg 2x1
- Natrium
- Dicloferak 25
mg 2x1
-
SOAP
S:
1. Pasien mengatakan
mampu menghabiskan 3
gelas air/hari
2. Pasien mengatakan
badanya terasa lemah
O:
1. Pasien Nampak lemah
2. Mukosa mulut pasien
Nampak kering
3. Klien tampak pucat
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Kaji intek dan autput
2. Pantau adanya tanda-
tanda dehidrasi berat
3. Observasi TTV
4. Anjurkan untuk banyak
minum air
5. Kolaborasi dengan ahligizi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama pasien :Tn “G” Umur : 61 tahun


Jenis Kelamin :Laki-Laki Dx medic : ANEMIA BERAT
Ruangan :3B Tanggal : 31-01-2018

NO Hari Jam Dx Implementasi & SOAP Paraf


/Tgl
2 Jumat 12.00 1 1. Mengobservasi TTV
03/02/ H/: TD : 110/80 mmHg
2018 N : 80 x/i
S : 37,4 c
P : 24x/i
12.15 2. mengkaji intake dan output
H/ :pasien mampu minum air 5
gelas/ hari,dan pengeluaran urin
4x/ hari
12.20 3. Menganjurkan pasien untuk
banyak mengonsum air air + 7
gelas / hari
H/ : Pasien mampu
menghabiskan air 5 gelas / hari
12.25 4. Memantau adanya stomatitis
H/: stomatitis sudah sembuh dan
mukosa mulut lembab
12.30 5. Penatalaksanaan
- Pemberian infuse RL 28
tetes/i
- Infuse RL 28 x/i
- Operazole 20 mg
2x1
- Natrium
- Dicloferak 25 mg
2x1

SOAP
S:
1. pasien mengatakan badanya
sudah tidak lemah lagi
2. pasien mengatakan hanya
mampu minum air 5 gelas / hari
3. O:
1. pasien Nampak
bersemangat
2. mukosa mulut pasien
mampak lembab
3. TTV
- TD : 110/80 mmHg
- N : 80x/ i
- P : 24 x/i
- S : 37 c
A : masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
- Obsevasi TTV
- Kaji intake dan output
- Anjurkan pasien untuk
mengonsumsi air + 7/ hari
- Pantau andanya
sotamatitis,dan kolaborasi

3 Sabtu 09.00 2 1. mengkaji intake dan output


03/02/ H/: pasien minum air 5 gelas /
2018 hari,dan defekasi urin 4x / hari
2.memantau adanyya tanda-tanda
dehidrasi
H/: tidak ada tanda dehidrasi
6. Mengobservasi TTV
- H/: TD : 110/80 mmHg
- N : 80x/ i
- P : 24 x/i
- S : 37,4 c
7. Menganjurkan pasien untuk
minum air + 7 / hari
H/: pasien mampu minum air 5
gelas/ hari
8. Penatalaksanaan
H/:
- Infuse RL 28 x/i
- Operazole 20 mg
2x1
- Natrium
- Dicloferak 25 mg
2x1
-
SOAP
S:
1. Pasien mengatakan mampu
menghabiskan 5 gelas air/hari
2. Pasien mengatakan badanya
tidak lemah lagi
O:
1. Pasien Nampak lemah
2. Mukosa mulut Nampak
lembab
3. Klien tampak ceria dan
semangat
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
1. Kaji intek dan autput
2. Pantau adanya tanda-tanda
dehidrasi berat
3. Observasi TTV
4. Anjurkan untuk banyak
minum air
5. Kolaborasi dengan ahligizi

Anda mungkin juga menyukai