Anda di halaman 1dari 38

BAB V

ALINYEMEN VERTIKAL

5.1. Umum
Merencanakan penampang jalan merupakan salah satu bagian dari
perencanaan geometric jalan. Tentu saja dituntut dengan persyaratan aman
dan ekonomis.
Alinyemen vertical adalah perpotongan antara bidang vertical dengan
sumbu jalan. Untuk jalan dengan dua lajur, alinyemen vertical ini adalah
perpotongan bidang vertical melalui sumbu atau as jalan. Perencanaan
alinyemen vertical harus selalu mempertimbangkan kondisi lapisan tanah
dasar, tinggi muka air banjir, tinggi muka air tanah, fungsi jalan, kelandaian,
dan keadaan medan.
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan
alinyemen vertikal (penampang memanjang) suatu jalan raya adalah sebagai
berikut: Muka jalan rencana yang paling ekonomis adalah muka jalan yang
mengikuti kontur muka tanah, sehingga tidak banyak terdapat galian dan
timbunan yang menghabiskan dana yang besar. Tetapi hal ini sangat jarang
ditemukan di lapangan. Karena mustahil merencanakan penampang jalan
memanjang dengan mengutamakan tanah yang datar.
Oleh karena itu, sebaiknya muka jalan berada lebih tinggi dari muka
tanah dasar, agar memudahkan pekerjaan drainase. Untuk daerah yang sering
banjir, muka jalan sebaiknya direncanakan diatas elevasi banjir (Sukirman,
1999). Tujuannya agar jalan tidak terendam air pada saat banjir, sehingga
keawetan jalan terjaga.
Alinyemen vertical terdiri atas bagian lurus dan bagianlengkung.
1. Bagian lurus dapat berupa landai positif (tanjakan), atau landai negatif
(menurun), atau landai nol (mendatar).
2. Bagian lengkung vertikal dapat berupa lengkung cekung atau lengkung
cembung.

Gambar 5.1 Bagian Lengkung Vertikal


Perencanaan alinyemen vertical dipengauhi oleh besarnya biaya
pembangunan yang tersedia. Alinyemen vertikal yang mengikuti muka tanah
asli akan mengurangi pekerjaan tanah, tetapi mungkin saja akan
mengakibatkan jalan itu terlalu banyak mempunyai tikungan. Tentu saja hal
ini belum tentu sesuai dengan persyaratan yang diberikan sehubungan dengan
fungsi jalannya. Muka jalan sebaiknya diletakkan sedikit di atas muka tanah
asli sehingga memudahkan dalam pembuatan drainase jalannya, terutama di
daerah yang datar. Pada daerah yang sering kali dilanda banjir sebaiknya
penampang memanjang jalan diletakkan di atas elevasi muka banjir.Di daerah
perbukitan atau pegunungan diusahakan banyaknya pekerjaan galian
seimbang dengan pekerjaan timbunan, sehingga keseluruhan biaya yang
dibutuhkan tetap dapat dipertanggungjawabkan. Jalan yang terletak di atas
lapisan tanah yang lunak harus pula diperhatikan akan kemungkinan besarnya
penurunan dan perbedaan penurunan yang mungkin terjadi. Dengan demikian
penarikan alinyemen vertical sangat dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan
seperti :
1. Kondisi tanah dasar
2. Keadaan medan
3. Fungsi jalan
4. Muka air banjir
5. Muka air tanah
6. Kelandaian yang masihmemugkinkan
Kemungkinan pelaksanaan pembangunan secara bertahap harus
dipertimbangkan, misalnya peningkatan perkerasan, penambahan lajur, dan
dapat dilaksanakan dengan biaya yang efisien.Sekalipundemikian,
perubahanalinyemenvertikal di masa yang akandatangsebaiknyadihindarkan.

5.2. KelandaianpadaAlinyemenVertikal
1. Landai Minimum
Berdasarkan kepentingan arus lalu lintas, landai ideal adalah
landau datar (0%). Sebaliknya ditinjau dari kepentingan drainase jalan,
jalan berlandailah yang ideal. Dalam perencanaan disarankan
menggunakan :
a. Landai datar untuk jalan – jalan di atas tanah timbunan yang tidak
mempunyai kereb. Lereng melintang jalan dianggap cukup untuk
mengalirkan air di atas badan jalan dan kemudian ke lereng jalan.
b. Landai 0,15 % dianjurkan untuk jalan – jalan di atas tanah timbunan
dengan medan datar dan mempergunakan kereb. Kelandaian ini
cukup membantu mengalirkan air hujan ke inlet atau saluran
pembuangan.
c. Landai minimum sebesar 0,3 – 0,5 % dianjurkan dipergunakan untuk
jalan – jalan di daerah galian atau jalan yang memakai kereb. Lereng
melintang hanya cukup untuk mengalirkan air hujan yang jatuh di
atas badan jalan, sedangkan landai jalan yang dibutuhkan untuk
membuat kemiringan dasar saluran samping.
Berdasarkan Standar Geometrik untuk Jalan Tol (2009), kelandaian
minimum harus diberikan apabila kondisi jalan tidak memungkinkan
melakukan drainase kesisi jalan. Besarnya kelandaian minimum
ditetapkan 0,50% memanjang jalan untuk kepentingan pemasukan aliran
air.

2. Landai Maksimum
Pembatasan kelandaian maksimum dimaksudkan untuk
memungkinkan kendaraan bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan
yang berarti. Besarnya kelandaian maksimum ditetapkan 3%.
Kelandaian 3% mulaimemberikan pengaruh kepada gerak
kendaraan mobil penumpang, walaupun tidak seberapa dibandingkan
dengan gerakan kendaraan truk yang terbebani penuh. Pengaruh dari
adanya kelandaian ini dapat terlihat dari berkurangnya kecepatan jalan
kendaraan atau mulai dipergunakannya gigi rendah. Kelandaian tertentu
masih dapat diterima jika kelandaian tersebut mengakibatkan kecepatan
jalan tetap lebih besar dari setengah ketepatan rencana. Untuk membatasi
pengaruh perlambatan kendaraan truk terhadap arus lalu lintas, maka
ditetapkan landau maksimum untuk kecepatan rencana tertentu.

Tabel 5.1 Tabel kelandaian maksimum


Kecepatan KelandaianMaksimum (%)
Rencana (km/jam) Luar Kota
Dalam Kota
Standar Mutlak
100 3 - -
80 4 4 8
60 5 5 9
50 6 6 10
40 7 7 11
30 8 8 12
20 9 9 13

3. Landai Kritis
Panjang landai kritis yaitu panjang landau maksimum yang harus
disediakan agar kendaraan dapat mempertahankan kecepatannya
sedemikian, ditetapkan atas dasar besarnya landai (tanjakan) dan
penurunan kecepatan kendaraan beratsebesar 15 km/jam. Landai
maksimum saja tidak cukup merupakan faktor penentu dalam
perencanaan alinyemen vertikal, karena jarak yang pendek memberikan
faktor pengaruh yang berbeda dibandingkan dengan jarak yang panjang
pada kelandaian yang sama. Kelandaian besar akan mengakibatkan
penurunan kecepatan truk yang cukup berarti jika kelandaian tersebut
dibuat pada panjang jalan yang cukup panjang, tetapi kurang berarti jika
panjang jalan dengan kelandaian tersebut hanya pendek saja.
Batas kritis umumnya diambil jika kecepatan truk berkurang
mencapai 30 – 75% kecepatan rencana, atau kendaraan terpaksa
mempergunakan gigi rendah. Pengurangan kecepatan truk dipengaruhi
oleh besarnya kecepatan rencana dan kelandaian. Kelandaian pada
kecepatan rencana yang tinggi akan mengurangi kecepatan truk sehingga
berkisar antara 30 – 50 % kecepatan rencana selama 1 menit perjalanan.
Tetapi pada kecepatan rencana yang rendah, kelandaian tidak begitu
mengurangi kecepatan truk. Kecepatan truk selama 1 menit perjalanan,
pada kelandaian ± 10%, dapat mencapai 75% kecepatan rencana.

5.3. Lajur Pendakian


Lajur pendakian dimaksudkan untuk menampung truk-truk yang
bermuatan barat atau kendaraan lain yang berjalan lebih lambat dari
kendaraan kendaraan lain pada umumnya, agar kendaraan kendaraan lain
dapat mendahului kendaraan lambat tersebut tanpa harus berpindah lajur atau
menggunakan lajur arah berlawanan. Lajur pendakian harus disediakan pada
ruas jalan yang mempunyai kelandaian yang besart, menerus, dan volume lalu
lintasnya relatif padat.
Penempatan lajur pendakian, berdasarkan perencanaan geometri jalan
bebas hambatan untuk tol harus dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Apabila panjang kritis terlampaui, jalan memiliki VLHR > 25.000
SMP/hari, dan persentase truk > 15%.
2. Lebar lajur pendakian sama dengan lebar lajur rencana.
3. Lajur pendakian dimulai 30 meter dari awal perubahan kelandaian
dengan serongan sepanjang 45 meter dan berakhir 50 meter sesudah
puncak kelandaian dengan serongan sepanjang 45 meter.
4. Panjang lajur pendakian maksimal ditetapkan 1 km, agar penurunan
kecepatan kendaraan tidak terus terjadi dan mengganggu arus lalu lintas.
5. Jarak minimum antara 2 lajur pendakian adalah 1,5 km.

5.4. Lajur Darurat


Lajur penurunan yang panjang memungkinkan terjadinya kendaraan akan
lepas kontrol, terutama kendaraan berat. Untuk mengantisipasi kondisi
tersebut diperlukan pembatasan panjang lajur penurunan atau penyediaan
lajur darurat. Kriteria minimum lajur darurat adalah diberikan untuk kondisi
kecepatan mencapai 120-140 km/jam.
Lajur darurat dapat berupa kelandaian tanjakan, kelandaian turunan,
kelandaian datar, atau timbunan pasir. Lajur darurat, selain menggunakan
kelandaian, juga menggunakan beberapa jenis material untuk menahan laju
kendaraan.
Untuk menghitung panjang lajur darurat, dapat digunakan rumus berikut :

dengan pengertian :
L = panjang lajur darurat (m)
V = kecepatan masuk (km/jam)
R = tahanan laju, dinyatakan dengan kelandaian ekivalen (%)
G = kelandaian (%), (+) tanjakan; (-) turunan
5.5. Panjang Lengkung Vertikal
Lengkung vertikal harus disediakan pada setiap lokasi yang mengalami
perubahan kelandaian dengan tujuan :
1. Mengurangi goncangan akibat perubahan kelandaian, dan
2. Menyediakan jarak pandang henti.

5.6. Lengkung Vertikal Cembung


Panjang lengkung vertikal cembung, bedasarkan jarak pandangan henti
dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
1. Jika jarak pandang henti lebih kecil dari panjang lengkung vertikal
cembung (S < L), seperti berikut :
2. Jika jarak pandang henti lebih besar dari panjang lengkung vertikal
cembung (S > L), seperti berikut :

dengan pengertian :
L = panjang lengkung vertikal (m)
A = perbedaan aljabar landai (m)
S = jarak pandang henti (m)
Nilai minimum untuk panjang lengkung vertikal pada kondisi jarak
pandang lebih besar dari panjang lengkung vertikal, yaitu Lmin = 0,6 Vr,
dmana Vr dalam (km/j) dan Lmin dalam meter (m).

Gambar 5.2 Stationing Lengkung Vertical Cembung

5.7. Lengkung Vertikal Cekung


Panjang lengkung cekung, berdasarkan jarak pandangan henti dapat
ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
1. Jika jarak pandang henti lebih kecil dari panjang lengkung vertikal
cekung (S < L)
2. Jika jarak pandang henti lebih besar dari panjang lengkung vertikal
cekung (S > L)

dengan pengertian :
L = panjang lengkung vertikal (m)
A = perbedaan aljabar landai (%)
S = jarak pandang henti (m)
Nilai minimum untuk panjang lengkung vertikal pada kondisi jarak
pandang lebih besar panjang lengkung vertikal, yaitu Lmin = 0,6 Vr, dimana
Vr dalam km/jam dan Lmin dalam meter.

Gambar 5.3Stationing lengkung vertical cekung

5.8. Lengkung Vertikal Cekung Di Bawah Lintasan


Lengkung vertikal cekung di bawah lintasan perlu diperhitungkan,
mengingat ada keterbatasan jarak pandang dengan adanya lintasan di atas
jalan. Jarak pandang dihitung berdasarkan tinggi mata pengemudi truk (h1)
2,40 m melihat obyek (h2) 0,60 m pada 2 kelandaian berbeda G1 dan G2
dengan keterbatasan kebebasan vertikal (C) di atas jalan.
Kondisi tersebut mengakibatkan timbulnya keterbatasan jarak pandang
pada kondisi masing-masing kecepatan rencana, dimana sangat tergantung
dari perbedaan aljabar landai dan letak lintasan di atas jalan.
Panjang lengkung vertikal cekung, berdasarkan jarak pandangan lintasan
di bawah dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
1. Jika jarak pandang henti lebih kecil dari panjang lengkung vertikal
cekung (S < L)

2. Jika jarak pandang henti lebih besar dari panjang lengkung vertikal
cekung (S > L)

dengan pengertian :
L = panjang lengkung vertikal (m)
A = perbedaan aljabar landai (%)
S = jarak pandang henti (m)
C = kebebasan vertikal (m)
Bila dihitung lengkung vertikal cekung di bawah lintasan, maka seluruh
panjang lengkung vertikal cekung yang dihasilkan oleh persamaan tersebut di
atas lebih kecil dari jika menggunakan persamaan panjang lengkung vertikal
biasa. Hasil perhitungan lebih besar dari persamaan panjang lengkung
vertikal biasa pada kecepatan rencana 235 km/jam, maka persamaan tersebut
di atas hanya menjadi pembanding dari perencanaan lengkung vertikal
cekung biasa.

5.9. Analisis Alinyemen Vertikal


5.9.1 Tinggi Titik (Elevasi) Lengkung Vertikal
Tabel 5.2 Tinggi Titik (Elevasi) Lengkung Vertikal
No. STA Elevasi
1 0+000.00 52,145

2 0+300.00 52,000
3 0+500.00 46,000

4 0+850.00 55,000

5 1+150.00 48,000

6 1+650.00 44,000

7 2+550.00 32,000

8 3+145.39 33,636

5.9.2 Perhitungan Kelandaian

Elvn+1 + Elvn
Gn =
Stan+1 - Stan

G1 = = = - 0,05 %

G2 = = = - 3,00 %

G3 = = = 2,57 %

G4 = = = - 2,33 %

G5 = = = - 0,80 %

G6 = = = -1,33 %

G7 = = = 0,27 %

5.9.3 Penentuan Lengkung Cembung dan Cekung


Untuk menentukan cembung dan cekung dapat di lihat dari
nilai G, apabila nilai G1 > G2 maka “Cembung” dan sebaliknya
disebut “Cekung”.
Tabel 5.3 Penentuan Jenis Lengkung Vertikal
LENGKUNG 1 G1 > G2 Cembung
LENGKUNG 2 G2 < G3 Cekung
LENGKUNG 3 G3 > G4 Cembung
LENGKUNG 4 G4 < G5 Cekung
LENGKUNG 5 G5 > G6 Cembung
LENGKUNG 6 G6 < G7 Cekung

5.9.4 Perhitungan Lengkung Vertikal


1. Lengkung Vertikal 1 (Cembung) sta 0+300
Analisis Perhitungan
Perbedaan aljabar landai
A = |G2 – G1| = |- 3,00 % + 0,05%| = 2,95 %

Jarak Pandang Henti

JPH = 0,278 x Vr x T +

= 0,278 x 80 x 2,5 +

= 128 m

Menentukan Panjang Lengkung ( L )


Berdasarkan Jarak Pandang Henti
Bila JPH > L
Lv =

= 32,95 m
Jadi Panjang L :
 Berdasarkan Lmin = 0,6*Vr = 0,6*80 = 48 m
 Berdasarkan jarak pandang henti = 32,95 m
Maka dipilih panjang lengkung = 48 m

Stasioning Lengkung Vertikal :


Gambar 5.4 Lengkung 1 (Cembung) sta 1+200
PVI STA:0+300.00
PVI ELEV:52.00
K:16.26
LVC:48.00

BVCE: 52.01

EVCS: 0+324.00
BVCS: 0+276.00

EVCE: 51.28

Ev =

= 0,177 m

STA PVI = 300,00 m


Elev PVI = 52,000 m

Y =

X = ¼ Lv
Maka :
Y =

= 0,04425 m

 STA Awal
= STA PVI – (Lv/2)
= 300,00 – (48/2)
= 276 m
= 0+276,00

Elev Awal

= Elev PVI – (G1 x Lv/2)

= 52,000 – ( -0,05 % x 48/2)

= 52,01 m

 STA ¼ Lv
= STA PVI – (Lv/4)
= 300,00 – (48/4)
= 288 m
= 0 + 288,00
Elev ¼ Lv
= Elev PVI – (G1 x Lv/4) + Y
= 52,000 – (-0,05 % x 48/4) - 0,04425
= 51,96 m

 STA ¾ Lv
= STA PVI + (Lv/4)
= 300,00 + (48/4)
= 312 m
= 0 + 312,00
Elev ¾ Lv
= Elev PVI + (G2 x Lv/4) + Y
= 52,000 + (-3,00 % x 48/4) - 0,04425
= 51,60 m

 STA Akhir
= STA PVI + (Lv/2)
= 300,00 + (48/2)
= 324 m
= 0 + 324,00
Elev Akhir
= Elev PVI + (G2 x Lv/2)
= 52,000 + (-3,00 % x 48/2)
= 51,28 m

Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Alinyemen Vertikal STA 0 + 300


STA awal = 276 m Elev awal = 52,01 m
STA 1/4 Lv = 288 m Elev 1/4 Lv = 51,96 m
STA PVI = 300 m Elev PVI = 51,82 m
STA 3/4 Lv = 312 m Elev 3/4 Lv = 51,60 m
STA akhir = 324 m Elev akhir = 51,28 m

2. Lengkung Vertikal 2 (Cekung) sta 0+500


Analisis Perhitungan
Perbedaan aljabar kelandaian
A = |G3 – G2| = | 2,57 % + 3,00 %| = 5,57 %
Jarak Pandang Henti

JPH = 0,278 x Vr x T +
= 0,278 x 80 x 2,5 +

= 123 m

Menentukan Panjang Lengkung ( L )


Berdasarkan Jarak Pandang Henti
Bila JPH < L

Lv =

= 153,08 m
Jadi Panjang L :
 Berdasarkan Lmin = 0,6*Vr = 0,6*80 = 48 m
 Berdasarkan Jarak Pandang Henti = 153,08 m
Maka dipilih panjang lengkung = 177 m

Stasioning Lengkung Vertikal :


Gambar 5.5 Lengkung 2 (Cekung) sta 0+500
PVI STA:0+500.00
PVI ELEV:46.00
K:31.77
LVC:177.00

BVCS: 0+411.50
BVCE: 48.66

EVCE: 48.28
EVCS: 0+588.50
Ev =

= 1,232 m
STA PVI = 500,00 m
Elev PVI = 46,000 m

Y =

X = ¼ Lv
maka :

Y =

= 0,308 m
 STA Awal
= STA PVI – (Lv/2)
= 500,00 – (177/2)
= 411,5 m
= 0+411,50
Elev Awal

= Elev PVI – (G2 x Lv/2)

= 46,000 – (-3,00 % x 177/2)

= 48,66 m

 STA ¼ Lv
= STA PVI – (Lv/4)
= 500,00 – (177/4)
= 455,75 m
= 0 + 455,75
Elev ¼ Lv
= Elev PVI – (G2 x Lv/4) + Y
= 46,000 – (-3,00 % x 177/4) + 0,308
= 47,64 m

 STA ¾ Lv
= STA PVI + (Lv/4)
= 500,00 + (177/4)
= 544,25 m
= 0 + 544,25
Elev ¾ Lv
= Elev PVI + (G3 x Lv/4) + Y
= 46,000 + (2,57 % x 177/4) + 0,308
= 47,45 m

 STA Akhir
= STA PVI + (Lv/2)
= 500,00 + (177/2)
= 588,5 m
= 0 + 588,50
Elev Akhir
= Elev PVI + (G3 x Lv/2)
= 46,000 + (2,57 % x 177/2)
= 48,27

Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Alinyemen Vertikal STA 0 + 500

STA awal = 411,50 m Elev awal = 48,66 m


STA 1/4 Lv = 455,75 m Elev 1/4 Lv = 47,64 m
STA PVI = 500,00 m Elev PVI = 47,23 m
STA 3/4 Lv = 544,25 m Elev 3/4 Lv = 47,45 m
STA akhir = 588,50 m Elev akhir = 48,27 m
3. Lengkung Vertikal 3 (Cembung) sta 0+850
Analisis Perhitungan
Perbedaan aljabar landai
A= |G4 – G3| = | -2,33 % - 2,57 % | = 4,9 %

Jarak Pandang Henti

JPH = 0,278 x Vr x T +

= 0,278 x 100 x 2,5 +

= 134 m

Menentukan Panjang Lengkung ( L )


Berdasarkan Jarak Pandang Henti
Bila JPH < L

Lv =

= 133,71 m
Jadi Panjang L :
 Berdasarkan Lmin = 0,6*Vr = 0,6*80 = 48 m
 Berdasarkan jarak pandang henti = 133,71 m
Maka dipilih panjang lengkung = 129 m

Stasioning Lengkung Vertikal :


Gambar 5.5 Lengkung 3 (Cembung) sta 0+850
PVI STA:0+850.00
PVI ELEV:55.00
K:26.30
LVC:129.00

BVCS: 0+785.50
BVCE: 53.34

EVCE: 53.50
EVCS: 0+914.50
Ev =

= 0,790 m
STA PVI = 850,00 m
Elev PVI = 55,000 m

Y =

X = ¼ Lv
maka :

Y = = 0,198 m

 STA Awal
= STA PVI – (Lv/2)
= 850,00 – (129/2)
= 785,5 m
= 0+785,50

Elev Awal
= Elev PVI – (G3 x Lv/2)

= 55,000 – (2,57 % x 129/2)

= 53,34 m

 STA ¼ Lv
= STA PVI – (Lv/4)
= 850,00 – (129/4)
= 817,75 m
= 0 + 817,75
Elev ¼ Lv
= Elev PVI – (G3 x Lv/4) - Y
= 55,000 – (2,57 % x 129/4) - 0,198
= 53,97 m

 STA ¾ Lv
= STA PVI + (Lv/4)
= 850,00 + (129/4)
= 882,25 m
= 0 + 882,25
Elev ¾ Lv
= Elev PVI + (G4 x Lv/4) - Y
= 55,000 + (-2,33 % x 129/4) - 0,198
= 54,05 m

 STA Akhir
= STA PVI + (Lv/2)
= 850,00 + (129/2)
= 914,5 m
= 0 + 914,50
Elev Akhir
= Elev PVI + (G4 x Lv/2)
= 55,000 + (-2,33 % x 129/2)
= 53,50 m

Tabel 5.6 Hasil Perhitungan Alinyemen Vertikal STA 0 + 850

STA awal = 785,50 m Elev awal = 53,34 m


STA 1/4 Lv = 817,75 m Elev 1/4 Lv = 53,97 m
STA PVI = 850,00 m Elev PVI = 54,21 m
STA 3/4 Lv = 882,25 m Elev 3/4 Lv = 54,05 m
STA akhir = 914,50 m Elev akhir = 53,50 m
4. Lengkung Vertikal 4 (Cekung) sta 1+150
Analisis Perhitungan
Perbedaan aljabar landai
A= |G4-G3| = | -0,80% + 2,33% | = 1,53 %

Jarak Pandang Henti

JPH = 0,278 x Vr x T +

= 0,278 x 80 x 2,5 +

= 124 m

Menentukan Panjang Lengkung ( L )


Berdasarkan Jarak Pandang Henti
JPH > L

Lv =

= - 114,01 m

Jadi Panjang L :
 Berdasarkan Lmin = 0,6*Vr = 0,6*80 = 48 m
 Berdasarkan jarak pandang henti = - 114,01 m
Maka dipilih panjang lengkung = 48 m
a. Stasioning Lengkung Vertikal :
Gambar 5.6 Lengkung 4 (Cembung) sta 1+150
PVI STA:1+150.00
PVI ELEV:48.00
K:31.30
LVC:48.00

EVCE: 47.81
BVCS: 1+126.00

EVCS: 1+174.00
BVCE: 48.56

Ev =

=
= 0,0918
STA PVI = 1150 m
Elev PVI = 48,09 m

Y =

X = ¼ Lv , maka :
Y =
= 0,02295 m
 STA Awal
= STA PVI – (Lv/2)
= 1150,00 – (48/2)
= 1126 m
= 1+126,00
Elev Awal
= Elev PVI – (G1 x Lv/2)
= 48,09 – (-2,33 % x 48/2)
= 48,56 m

 STA ¼ Lv
= STA PVI – (Lv/4)
= 1150,00 – (48/4)
= 1138 m
= 1 + 138,00
Elev ¼ Lv
= Elev PVI – (G1 x Lv/4) + Y
= 48,09 – (-2,33 % x 48/4) + 0,02
= 48,30 m

 STA ¾ Lv
= STA PVI + (Lv/4)
= 1150,00 + (48/4)
= 1162 m
= 1 + 162,00
Elev ¾ Lv
= Elev PVI + (G2 x Lv/4) + Y
= 48,09 + (-0,80 % x 48/4) + 0,02
= 47,93 m

 STA Akhir
= STA PVI + (Lv/2)
= 1150,00 + (48/2)
= 1174 m
= 1 + 174,00
Elev Akhir
= Elev PVI + (G2 x Lv/2)
= 48,09 + (-0,80 % x 48/2)
= 47,81 m

Tabel 5.7 Hasil Perhitungan Alinyemen Vertikal STA 1 + 150


STA awal = 1126 m Elev awal = 48,09 m
STA 1/4 Lv = 1138 m Elev 1/4 Lv = 48,30 m
STA PVI = 1150 m Elev PVI = 48,09 m
STA 3/4 Lv = 1162 m Elev 3/4 Lv = 47,93 m
STA akhir = 1174 m Elev akhir = 47,81 m

5. Lengkung Vertikal 5 (Cembung) sta 1+650


b. Analisis Perhitungan
Perbedaan aljabar landai
A= |G5-G4| = | -1,33% + 0,80% | = 0,53 %

Jarak Pandang Henti

JPH = 0,278 x Vr x T +

= 0,278 x 80 x 2,5 +
= 127 m
Menentukan Panjang Lengkung ( L )
Berdasarkan Jarak Pandang Henti
Bila JPH < L

Lv =
=
= 12,92 m

Jadi Panjang L :
 Berdasarkan Lmin = 0,6*Vr = 0,6*80 = 48 m
 Berdasarkan jarak pandang henti = 12,92 m
Maka dipilih panjang lengkung = 48 m

Stationing Lengkung Vertikal :


Gambar 5.7 Lengkung 5 (Cembung) sta 1+650

PVI STA:1+650.00
PVI ELEV:44.00
K:90.00
LVC:48.00
BVCS: 1+626.00
BVCE: 44.19

EVCS: 1+674.00
EVCE: 43.68

Ev =

=
= 0,0318
STA PVI = 1650 m
Elev PVI = 43,97 m
Y =

X = ¼ Lv , maka :
Y =
= 0,01 m
 STA Awal
= STA PVI – (Lv/2)
= 1650,00 – (48/2)
= 1626 m
= 1+626,00

Elev Awal
= Elev PVI – (G1 x Lv/2)
= 43,97 – (-0,80 % x 48/2)
= 44,19 m

 STA ¼ Lv
= STA PVI – (Lv/4)
= 1650,00 – (48/4)
= 1638 m
= 1 + 638,00
Elev ¼ Lv
= Elev PVI – (G1 x Lv/4) + Y
= 43,97 – (-0,80 % x 48/4) + 0,01
= 44,09 m

 STA ¾ Lv
= STA PVI + (Lv/4)
= 1650,00 + (48/4)
= 1912 m
= 1 + 662,00
Elev ¾ Lv
= Elev PVI + (G2 x Lv/4) + Y
= 43,97 + (-1,33 % x 48/4) + 0,01
= 43,83 m

 STA Akhir
= STA PVI + (Lv/2)
= 1650,00 + (48/2)
= 1674 m
= 1 + 674,00
Elev Akhir
= Elev PVI + (G2 x Lv/2)
= 43,97 + (-1,33 % x 48/2)
= 43,68 m

Tabel 5.8 Hasil Perhitungan Alinyemen Vertikal STA 1 + 650


STA awal = 1262,00 m Elev awal = 44,19 m
STA 1/4 Lv = 1638,00 m Elev 1/4 Lv = 44,09 m
STA PVI = 1650,00 m Elev PVI = 43,97 m
STA 3/4 Lv = 1662,00 m Elev 3/4 Lv = 43,83 m
STA akhir = 1674,00 m Elev akhir = 43,68 m

6. Lengkung Vertikal 6 (Cekung) sta 2+550


c. Analisis Perhitungan
Perbedaan aljabar landai
A= |G7-G6| = | - 0,27% - 1,33% | = 1,61 %

Jarak Pandang Henti

JPH = 0,278 x Vr x T +

= 0,278 x 80 x 2,5 +
= 126 m
Menentukan Panjang Lengkung ( L )
Berdasarkan Jarak Pandang Henti
JPH > L

Lv =

=
= -96,38 m

Jadi Panjang L :
 Berdasarkan Lmin = 0,6*Vr = 0,6*80 = 48 m
 Berdasarkan jarak pandang henti = -96,38 m
Maka dipilih panjang lengkung = 48 m

Stationing Lengkung Vertikal :


Gambar 5.8 Lengkung 6 (Cekung) sta 2+550
PVI STA:2+550.00
PVI ELEV:32.00
K:29.85
LVC:48.00

BVCE: 32.32
BVCS: 2+526.00

EVCS: 2+574.00
EVCE: 32.07
Ev =

=
= 0,096
STA PVI = 2550 m
Elev PVI = 32,10 m

Y =

X = ¼ Lv , maka :
Y =
= 0,02 m
 STA Awal
= STA PVI – (Lv/2)
= 2550,00 – (48/2)
= 2526 m
= 2+526,00

Elev Awal
= Elev PVI – (G1 x Lv/2)
= 32,10 – (-1,33 % x 48/2)
= 32,32 m

 STA ¼ Lv
= STA PVI – (Lv/4)
= 2550,00 – (48/4)
= 2538,00m
= 2 + 538,00
Elev ¼ Lv
= Elev PVI – (G1 x Lv/4) + Y
= 32,10 – (-1,33% x 48/4) + 0,02
= 32,18 m

 STA ¾ Lv
= STA PVI + (Lv/4)
= 2550,00 + (48/4)
= 2562,00 m
= 2 + 562,00
Elev ¾ Lv
= Elev PVI + (G2 x Lv/4) + Y
= 32,10 + (0,27% x 48/4) + 0,102
= 32,06 m

 STA Akhir
= STA PVI + (Lv/2)
= 2550,00 + (48/2)
= 2574,00 m
= 2+574,00
Elev Akhir
= Elev PVI + (G2 x Lv/2)
= 32,10 + (0,27% x48/2)
= 32,06 m

Tabel 5.9 Hasil Perhitungan Alinyemen Vertikal STA 2 + 600


STA awal = 2526,00 m Elev awal = 32,32 m
STA 1/4 Lv = 2538,00 m Elev 1/4 Lv = 32,18 m
STA PVI = 2550,00 m Elev PVI = 32,10 m
STA 3/4 Lv = 2562,00 m Elev 3/4 Lv = 32,06 m
STA akhir = 2574,00 m Elev akhir = 32,06 m
5.1 Analisa Galian dan Timbunan
Galian dan timbunan atau yang lebih dikenal oleh orang-orang lapangan
dengan Cut and Fill adalah bagian yang sangat penting baik pada
pekerjaan pembuatan jalan, bendungan, bangunan, dan reklamasi. Galian dan
timbunan dapat diperoleh dari peta situasi yang dilengkapi dengan garis -garis
kontur atau diperoleh langsung dari lapangan melalui pengukuran sipat datar
profil melintang sepanjang jalur proyek atau bangunan. Perhitungan galian
dan timbunan dapat dilakukan dengan menggunakan peta situasi dengan
metode penggambaran profil melintang sepanjang jalur proyek atau metode
grid-grid ( griding) yang meninjau galian dan timbunan dari tampak atas dan
menghitung selisih tinggi garis kontur terhadap ketinggian proyek ditempat
perpotongan garis kontur dengan garis proyek. Galian dan timbunan
berdimensi volume (meter kubik). Volume dapat diperoleh secara teoritis
melalui perkalian luas dengan panjang. Galian dan timbunan untuk keperluan
teknik sipil dan perencanaan diperoleh melalui perolehan luas rata-rata galian
atau timbunan di dua buah profil melintang yang dikalikan dengan jarak
mendatar antara kedua profil melintang tersebut.
Dalam survei rekayasa, penentuan volume tanah adalah suatu halyang
sangat lazim. Seperti halnya pada perencanaan pondasi, galian dantimbunan
pada rencana irigasi, jalan raya, jalan kereta api, penanggulangansepanjang
aliran sungai, perhitungan volume tubuh bendung, dan lain-lain,tanah harus
digali dan dibuang ke tempat lain atau sebaliknya. Semuakegiatan menggali,
mengangkut dan menimbun serta memadatkannyamemerlukan biaya yang
cukup besar. Biaya tersebut dapat dirancang apabilaperencanaan dapat
menghitung terlebih dahulu berapa volume tubuh tanahyang dibutuhkan atau
harus dibuang. Untuk menghitung jumlah volume galian dan timbunan tanah
dapat dilakukan dengan salah satu dari tiga cara atau metode di bawah ini:
1. Dengan tampak melintang, irisan melintang diambil tegak lurus terhadap
sumbu proyek dengan interval jarak tertentu dalam metode ini. Metode ini
cocok digunakan untuk pekerjaan yang bersifat memanjang seperti
perencanaan jalan raya, jalan kereta api, saluran, penanggulan sungai,
penggalian pipa dan lain-lain.
2. Dengan garis kontur, Garis kontur pada peta adalah garis-garis yang
menghubungkan tempat - tempat yang sama tinggi sehingga bidang yang
terbentuk oleh sebuah garis kontur akan berupa bidang datar. Apabila kita
mempunyai peta yang bergaris kontur, maka volumenya dapat dihitung
sebagaimana menghitung volume pada peta yang memiliki penampang
melintang. Luas setiap penampang di sini adalah luasan yang dibatasi oleh
suatu garis kontur, sedangkan tinggi atau jarak antar penampang adalah
besarnya interval garis kontur, yaitu beda harga antara dua garis kontur yang
berurutan. Penentuan luas dengan metode ini dilakukan dengan caraplanimeter
karena bangun atau bidang yang dibatasi oleh sebuah garis kontur bentuknya
tidak teratur.
3. Dengan sipatdatar, metode ini banyak dipakai pada pekerjaan penggalian yang
besardan luas. Pelaksanaanya di lapangan meliputi pembuatan jaring-jaring
grid yang berbentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang denganpanjang
sisi yang tertentu, misal 10 meter, 15 meter atau yang lain. Titik - titik grid di
lapangan ditandai dengan patok kayu, kemudian diadakanpengukuran sipat
datar untuk mengetahui ketinggian setiap patok .Selisih tinggi untuk setiap
patok dapat dihitung apabila penggalian akan dikerjakan hingga pada level
yang tertentu, atau apabila penggalian dilakukan terlebih dahulu baru dihitung
volume tanah yang telah digali, maka setelah penggalian dilakukan pengukuran
sipat datar lagi pada patok-patok tersebut untuk mengetahui kedalaman
penggalian di setiap patok. Dari selisih-selisih ketinggian tersebut kemudian
dihitung volumenyadengan rumus prismoida dengan alas prisma berupa empat
persegi panjang atau segitiga, sedangkan tinggi prisma di ambil dari rata-rata
dalamnya penggalian di titik-titik grid. Namun untuk pekerjaan konstruksi
jalan raya umumnya digunakan metode tampak melintang

Gambar 5.2 Galian dan Timbunan


Apabila A1 dan A2 adalah luas tampang yang berjarak D, maka volume antara
dua tampang tersebut adalah :
V=D.
Dimana :
V = Volume galian / timbunan
A1 = Luas tampak melintang bagian 1
A2 = Luas tampak melintang bagian 2
D = Jarak antar tampak

Dengan menggunakan bantuan software, maka didapatkan hasil


perhitungan volume adalah sebagai berikut :

Anda mungkin juga menyukai