ALINYEMEN VERTIKAL
5.1. Umum
Merencanakan penampang jalan merupakan salah satu bagian dari
perencanaan geometric jalan. Tentu saja dituntut dengan persyaratan aman
dan ekonomis.
Alinyemen vertical adalah perpotongan antara bidang vertical dengan
sumbu jalan. Untuk jalan dengan dua lajur, alinyemen vertical ini adalah
perpotongan bidang vertical melalui sumbu atau as jalan. Perencanaan
alinyemen vertical harus selalu mempertimbangkan kondisi lapisan tanah
dasar, tinggi muka air banjir, tinggi muka air tanah, fungsi jalan, kelandaian,
dan keadaan medan.
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan
alinyemen vertikal (penampang memanjang) suatu jalan raya adalah sebagai
berikut: Muka jalan rencana yang paling ekonomis adalah muka jalan yang
mengikuti kontur muka tanah, sehingga tidak banyak terdapat galian dan
timbunan yang menghabiskan dana yang besar. Tetapi hal ini sangat jarang
ditemukan di lapangan. Karena mustahil merencanakan penampang jalan
memanjang dengan mengutamakan tanah yang datar.
Oleh karena itu, sebaiknya muka jalan berada lebih tinggi dari muka
tanah dasar, agar memudahkan pekerjaan drainase. Untuk daerah yang sering
banjir, muka jalan sebaiknya direncanakan diatas elevasi banjir (Sukirman,
1999). Tujuannya agar jalan tidak terendam air pada saat banjir, sehingga
keawetan jalan terjaga.
Alinyemen vertical terdiri atas bagian lurus dan bagianlengkung.
1. Bagian lurus dapat berupa landai positif (tanjakan), atau landai negatif
(menurun), atau landai nol (mendatar).
2. Bagian lengkung vertikal dapat berupa lengkung cekung atau lengkung
cembung.
5.2. KelandaianpadaAlinyemenVertikal
1. Landai Minimum
Berdasarkan kepentingan arus lalu lintas, landai ideal adalah
landau datar (0%). Sebaliknya ditinjau dari kepentingan drainase jalan,
jalan berlandailah yang ideal. Dalam perencanaan disarankan
menggunakan :
a. Landai datar untuk jalan – jalan di atas tanah timbunan yang tidak
mempunyai kereb. Lereng melintang jalan dianggap cukup untuk
mengalirkan air di atas badan jalan dan kemudian ke lereng jalan.
b. Landai 0,15 % dianjurkan untuk jalan – jalan di atas tanah timbunan
dengan medan datar dan mempergunakan kereb. Kelandaian ini
cukup membantu mengalirkan air hujan ke inlet atau saluran
pembuangan.
c. Landai minimum sebesar 0,3 – 0,5 % dianjurkan dipergunakan untuk
jalan – jalan di daerah galian atau jalan yang memakai kereb. Lereng
melintang hanya cukup untuk mengalirkan air hujan yang jatuh di
atas badan jalan, sedangkan landai jalan yang dibutuhkan untuk
membuat kemiringan dasar saluran samping.
Berdasarkan Standar Geometrik untuk Jalan Tol (2009), kelandaian
minimum harus diberikan apabila kondisi jalan tidak memungkinkan
melakukan drainase kesisi jalan. Besarnya kelandaian minimum
ditetapkan 0,50% memanjang jalan untuk kepentingan pemasukan aliran
air.
2. Landai Maksimum
Pembatasan kelandaian maksimum dimaksudkan untuk
memungkinkan kendaraan bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan
yang berarti. Besarnya kelandaian maksimum ditetapkan 3%.
Kelandaian 3% mulaimemberikan pengaruh kepada gerak
kendaraan mobil penumpang, walaupun tidak seberapa dibandingkan
dengan gerakan kendaraan truk yang terbebani penuh. Pengaruh dari
adanya kelandaian ini dapat terlihat dari berkurangnya kecepatan jalan
kendaraan atau mulai dipergunakannya gigi rendah. Kelandaian tertentu
masih dapat diterima jika kelandaian tersebut mengakibatkan kecepatan
jalan tetap lebih besar dari setengah ketepatan rencana. Untuk membatasi
pengaruh perlambatan kendaraan truk terhadap arus lalu lintas, maka
ditetapkan landau maksimum untuk kecepatan rencana tertentu.
3. Landai Kritis
Panjang landai kritis yaitu panjang landau maksimum yang harus
disediakan agar kendaraan dapat mempertahankan kecepatannya
sedemikian, ditetapkan atas dasar besarnya landai (tanjakan) dan
penurunan kecepatan kendaraan beratsebesar 15 km/jam. Landai
maksimum saja tidak cukup merupakan faktor penentu dalam
perencanaan alinyemen vertikal, karena jarak yang pendek memberikan
faktor pengaruh yang berbeda dibandingkan dengan jarak yang panjang
pada kelandaian yang sama. Kelandaian besar akan mengakibatkan
penurunan kecepatan truk yang cukup berarti jika kelandaian tersebut
dibuat pada panjang jalan yang cukup panjang, tetapi kurang berarti jika
panjang jalan dengan kelandaian tersebut hanya pendek saja.
Batas kritis umumnya diambil jika kecepatan truk berkurang
mencapai 30 – 75% kecepatan rencana, atau kendaraan terpaksa
mempergunakan gigi rendah. Pengurangan kecepatan truk dipengaruhi
oleh besarnya kecepatan rencana dan kelandaian. Kelandaian pada
kecepatan rencana yang tinggi akan mengurangi kecepatan truk sehingga
berkisar antara 30 – 50 % kecepatan rencana selama 1 menit perjalanan.
Tetapi pada kecepatan rencana yang rendah, kelandaian tidak begitu
mengurangi kecepatan truk. Kecepatan truk selama 1 menit perjalanan,
pada kelandaian ± 10%, dapat mencapai 75% kecepatan rencana.
dengan pengertian :
L = panjang lajur darurat (m)
V = kecepatan masuk (km/jam)
R = tahanan laju, dinyatakan dengan kelandaian ekivalen (%)
G = kelandaian (%), (+) tanjakan; (-) turunan
5.5. Panjang Lengkung Vertikal
Lengkung vertikal harus disediakan pada setiap lokasi yang mengalami
perubahan kelandaian dengan tujuan :
1. Mengurangi goncangan akibat perubahan kelandaian, dan
2. Menyediakan jarak pandang henti.
dengan pengertian :
L = panjang lengkung vertikal (m)
A = perbedaan aljabar landai (m)
S = jarak pandang henti (m)
Nilai minimum untuk panjang lengkung vertikal pada kondisi jarak
pandang lebih besar dari panjang lengkung vertikal, yaitu Lmin = 0,6 Vr,
dmana Vr dalam (km/j) dan Lmin dalam meter (m).
dengan pengertian :
L = panjang lengkung vertikal (m)
A = perbedaan aljabar landai (%)
S = jarak pandang henti (m)
Nilai minimum untuk panjang lengkung vertikal pada kondisi jarak
pandang lebih besar panjang lengkung vertikal, yaitu Lmin = 0,6 Vr, dimana
Vr dalam km/jam dan Lmin dalam meter.
2. Jika jarak pandang henti lebih besar dari panjang lengkung vertikal
cekung (S > L)
dengan pengertian :
L = panjang lengkung vertikal (m)
A = perbedaan aljabar landai (%)
S = jarak pandang henti (m)
C = kebebasan vertikal (m)
Bila dihitung lengkung vertikal cekung di bawah lintasan, maka seluruh
panjang lengkung vertikal cekung yang dihasilkan oleh persamaan tersebut di
atas lebih kecil dari jika menggunakan persamaan panjang lengkung vertikal
biasa. Hasil perhitungan lebih besar dari persamaan panjang lengkung
vertikal biasa pada kecepatan rencana 235 km/jam, maka persamaan tersebut
di atas hanya menjadi pembanding dari perencanaan lengkung vertikal
cekung biasa.
2 0+300.00 52,000
3 0+500.00 46,000
4 0+850.00 55,000
5 1+150.00 48,000
6 1+650.00 44,000
7 2+550.00 32,000
8 3+145.39 33,636
Elvn+1 + Elvn
Gn =
Stan+1 - Stan
G1 = = = - 0,05 %
G2 = = = - 3,00 %
G3 = = = 2,57 %
G4 = = = - 2,33 %
G5 = = = - 0,80 %
G6 = = = -1,33 %
G7 = = = 0,27 %
JPH = 0,278 x Vr x T +
= 0,278 x 80 x 2,5 +
= 128 m
= 32,95 m
Jadi Panjang L :
Berdasarkan Lmin = 0,6*Vr = 0,6*80 = 48 m
Berdasarkan jarak pandang henti = 32,95 m
Maka dipilih panjang lengkung = 48 m
BVCE: 52.01
EVCS: 0+324.00
BVCS: 0+276.00
EVCE: 51.28
Ev =
= 0,177 m
Y =
X = ¼ Lv
Maka :
Y =
= 0,04425 m
STA Awal
= STA PVI – (Lv/2)
= 300,00 – (48/2)
= 276 m
= 0+276,00
Elev Awal
= 52,01 m
STA ¼ Lv
= STA PVI – (Lv/4)
= 300,00 – (48/4)
= 288 m
= 0 + 288,00
Elev ¼ Lv
= Elev PVI – (G1 x Lv/4) + Y
= 52,000 – (-0,05 % x 48/4) - 0,04425
= 51,96 m
STA ¾ Lv
= STA PVI + (Lv/4)
= 300,00 + (48/4)
= 312 m
= 0 + 312,00
Elev ¾ Lv
= Elev PVI + (G2 x Lv/4) + Y
= 52,000 + (-3,00 % x 48/4) - 0,04425
= 51,60 m
STA Akhir
= STA PVI + (Lv/2)
= 300,00 + (48/2)
= 324 m
= 0 + 324,00
Elev Akhir
= Elev PVI + (G2 x Lv/2)
= 52,000 + (-3,00 % x 48/2)
= 51,28 m
JPH = 0,278 x Vr x T +
= 0,278 x 80 x 2,5 +
= 123 m
Lv =
= 153,08 m
Jadi Panjang L :
Berdasarkan Lmin = 0,6*Vr = 0,6*80 = 48 m
Berdasarkan Jarak Pandang Henti = 153,08 m
Maka dipilih panjang lengkung = 177 m
BVCS: 0+411.50
BVCE: 48.66
EVCE: 48.28
EVCS: 0+588.50
Ev =
= 1,232 m
STA PVI = 500,00 m
Elev PVI = 46,000 m
Y =
X = ¼ Lv
maka :
Y =
= 0,308 m
STA Awal
= STA PVI – (Lv/2)
= 500,00 – (177/2)
= 411,5 m
= 0+411,50
Elev Awal
= 48,66 m
STA ¼ Lv
= STA PVI – (Lv/4)
= 500,00 – (177/4)
= 455,75 m
= 0 + 455,75
Elev ¼ Lv
= Elev PVI – (G2 x Lv/4) + Y
= 46,000 – (-3,00 % x 177/4) + 0,308
= 47,64 m
STA ¾ Lv
= STA PVI + (Lv/4)
= 500,00 + (177/4)
= 544,25 m
= 0 + 544,25
Elev ¾ Lv
= Elev PVI + (G3 x Lv/4) + Y
= 46,000 + (2,57 % x 177/4) + 0,308
= 47,45 m
STA Akhir
= STA PVI + (Lv/2)
= 500,00 + (177/2)
= 588,5 m
= 0 + 588,50
Elev Akhir
= Elev PVI + (G3 x Lv/2)
= 46,000 + (2,57 % x 177/2)
= 48,27
JPH = 0,278 x Vr x T +
= 134 m
Lv =
= 133,71 m
Jadi Panjang L :
Berdasarkan Lmin = 0,6*Vr = 0,6*80 = 48 m
Berdasarkan jarak pandang henti = 133,71 m
Maka dipilih panjang lengkung = 129 m
BVCS: 0+785.50
BVCE: 53.34
EVCE: 53.50
EVCS: 0+914.50
Ev =
= 0,790 m
STA PVI = 850,00 m
Elev PVI = 55,000 m
Y =
X = ¼ Lv
maka :
Y = = 0,198 m
STA Awal
= STA PVI – (Lv/2)
= 850,00 – (129/2)
= 785,5 m
= 0+785,50
Elev Awal
= Elev PVI – (G3 x Lv/2)
= 53,34 m
STA ¼ Lv
= STA PVI – (Lv/4)
= 850,00 – (129/4)
= 817,75 m
= 0 + 817,75
Elev ¼ Lv
= Elev PVI – (G3 x Lv/4) - Y
= 55,000 – (2,57 % x 129/4) - 0,198
= 53,97 m
STA ¾ Lv
= STA PVI + (Lv/4)
= 850,00 + (129/4)
= 882,25 m
= 0 + 882,25
Elev ¾ Lv
= Elev PVI + (G4 x Lv/4) - Y
= 55,000 + (-2,33 % x 129/4) - 0,198
= 54,05 m
STA Akhir
= STA PVI + (Lv/2)
= 850,00 + (129/2)
= 914,5 m
= 0 + 914,50
Elev Akhir
= Elev PVI + (G4 x Lv/2)
= 55,000 + (-2,33 % x 129/2)
= 53,50 m
JPH = 0,278 x Vr x T +
= 0,278 x 80 x 2,5 +
= 124 m
Lv =
= - 114,01 m
Jadi Panjang L :
Berdasarkan Lmin = 0,6*Vr = 0,6*80 = 48 m
Berdasarkan jarak pandang henti = - 114,01 m
Maka dipilih panjang lengkung = 48 m
a. Stasioning Lengkung Vertikal :
Gambar 5.6 Lengkung 4 (Cembung) sta 1+150
PVI STA:1+150.00
PVI ELEV:48.00
K:31.30
LVC:48.00
EVCE: 47.81
BVCS: 1+126.00
EVCS: 1+174.00
BVCE: 48.56
Ev =
=
= 0,0918
STA PVI = 1150 m
Elev PVI = 48,09 m
Y =
X = ¼ Lv , maka :
Y =
= 0,02295 m
STA Awal
= STA PVI – (Lv/2)
= 1150,00 – (48/2)
= 1126 m
= 1+126,00
Elev Awal
= Elev PVI – (G1 x Lv/2)
= 48,09 – (-2,33 % x 48/2)
= 48,56 m
STA ¼ Lv
= STA PVI – (Lv/4)
= 1150,00 – (48/4)
= 1138 m
= 1 + 138,00
Elev ¼ Lv
= Elev PVI – (G1 x Lv/4) + Y
= 48,09 – (-2,33 % x 48/4) + 0,02
= 48,30 m
STA ¾ Lv
= STA PVI + (Lv/4)
= 1150,00 + (48/4)
= 1162 m
= 1 + 162,00
Elev ¾ Lv
= Elev PVI + (G2 x Lv/4) + Y
= 48,09 + (-0,80 % x 48/4) + 0,02
= 47,93 m
STA Akhir
= STA PVI + (Lv/2)
= 1150,00 + (48/2)
= 1174 m
= 1 + 174,00
Elev Akhir
= Elev PVI + (G2 x Lv/2)
= 48,09 + (-0,80 % x 48/2)
= 47,81 m
JPH = 0,278 x Vr x T +
= 0,278 x 80 x 2,5 +
= 127 m
Menentukan Panjang Lengkung ( L )
Berdasarkan Jarak Pandang Henti
Bila JPH < L
Lv =
=
= 12,92 m
Jadi Panjang L :
Berdasarkan Lmin = 0,6*Vr = 0,6*80 = 48 m
Berdasarkan jarak pandang henti = 12,92 m
Maka dipilih panjang lengkung = 48 m
PVI STA:1+650.00
PVI ELEV:44.00
K:90.00
LVC:48.00
BVCS: 1+626.00
BVCE: 44.19
EVCS: 1+674.00
EVCE: 43.68
Ev =
=
= 0,0318
STA PVI = 1650 m
Elev PVI = 43,97 m
Y =
X = ¼ Lv , maka :
Y =
= 0,01 m
STA Awal
= STA PVI – (Lv/2)
= 1650,00 – (48/2)
= 1626 m
= 1+626,00
Elev Awal
= Elev PVI – (G1 x Lv/2)
= 43,97 – (-0,80 % x 48/2)
= 44,19 m
STA ¼ Lv
= STA PVI – (Lv/4)
= 1650,00 – (48/4)
= 1638 m
= 1 + 638,00
Elev ¼ Lv
= Elev PVI – (G1 x Lv/4) + Y
= 43,97 – (-0,80 % x 48/4) + 0,01
= 44,09 m
STA ¾ Lv
= STA PVI + (Lv/4)
= 1650,00 + (48/4)
= 1912 m
= 1 + 662,00
Elev ¾ Lv
= Elev PVI + (G2 x Lv/4) + Y
= 43,97 + (-1,33 % x 48/4) + 0,01
= 43,83 m
STA Akhir
= STA PVI + (Lv/2)
= 1650,00 + (48/2)
= 1674 m
= 1 + 674,00
Elev Akhir
= Elev PVI + (G2 x Lv/2)
= 43,97 + (-1,33 % x 48/2)
= 43,68 m
JPH = 0,278 x Vr x T +
= 0,278 x 80 x 2,5 +
= 126 m
Menentukan Panjang Lengkung ( L )
Berdasarkan Jarak Pandang Henti
JPH > L
Lv =
=
= -96,38 m
Jadi Panjang L :
Berdasarkan Lmin = 0,6*Vr = 0,6*80 = 48 m
Berdasarkan jarak pandang henti = -96,38 m
Maka dipilih panjang lengkung = 48 m
BVCE: 32.32
BVCS: 2+526.00
EVCS: 2+574.00
EVCE: 32.07
Ev =
=
= 0,096
STA PVI = 2550 m
Elev PVI = 32,10 m
Y =
X = ¼ Lv , maka :
Y =
= 0,02 m
STA Awal
= STA PVI – (Lv/2)
= 2550,00 – (48/2)
= 2526 m
= 2+526,00
Elev Awal
= Elev PVI – (G1 x Lv/2)
= 32,10 – (-1,33 % x 48/2)
= 32,32 m
STA ¼ Lv
= STA PVI – (Lv/4)
= 2550,00 – (48/4)
= 2538,00m
= 2 + 538,00
Elev ¼ Lv
= Elev PVI – (G1 x Lv/4) + Y
= 32,10 – (-1,33% x 48/4) + 0,02
= 32,18 m
STA ¾ Lv
= STA PVI + (Lv/4)
= 2550,00 + (48/4)
= 2562,00 m
= 2 + 562,00
Elev ¾ Lv
= Elev PVI + (G2 x Lv/4) + Y
= 32,10 + (0,27% x 48/4) + 0,102
= 32,06 m
STA Akhir
= STA PVI + (Lv/2)
= 2550,00 + (48/2)
= 2574,00 m
= 2+574,00
Elev Akhir
= Elev PVI + (G2 x Lv/2)
= 32,10 + (0,27% x48/2)
= 32,06 m