Disusun Oleh :
4112110013
Pembimbing :
KUSUMO DS
Teknik Sipil
2015
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Dokumen Lelang dengan
tepat waktu untuk Proyek Pembangunan Jalan Tol Bojong Gede - Cipayung.
Dengan diselesaikannya Penyusunan Dokumen Lelang ini diharapkan dapat
mempermudah segala kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan
jalan tol ini. Tidak lupa ucapan terima kasih untuk semua pihak terkait dalam
penyelesaian Dokumen Lelang Pembanguna Jalan Tol ini. Diharapkan dokumen
ini bisa membantu dalam menyelesaikan penyusunan penawaran kepada kami.
Jakarta,
Contents
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 10
Pasal 1 Latar Belakang .................................................................................................. 10
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB VI LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
Pasal 1
Latar Belakang
SPESIFIKASI UMUM
Pasal 1
Pasal 2
1. Proyek
4. Konsultan Perencana
b. Membuat pra-rencanaan.
5. Konsultan Pengawas
Adalah Pemberi Tugas atau wakilnya atau pihak ketiga yang ditunjuk oleh
pengguna jasa untuk melaksanakan pengawasan terhadap jalannya pekerjaan
dengan wewenang seperti yang tercantum.
6. Pengadaan Jasa
Kegiatan untuk memperoleh jasa oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk, yang
prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya kegiatan
untuk memperoleh Jasa.
7. Pengguna Anggaran
Adalah kerja sama usaha antar penyedia baik penyedia nasional maupun
penyedia asing, yang masing-masing pihak mempunyai hak, kewajiban dan
tanggung jawab yang jelas berdasarkan perjanjian tertulis.
Adalah jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat
(unconditional), yang dikeluarkan oleh Bank Umum/Perusahaan
Penjaminan/Perusahaan Asuransi yang diserahkan oleh penyedia kepada Panitia
Pelelangan untuk menjamin terpenuhinya kewajiban penyedia.
Adalah cara kerja yang layak, realistik dan dapat dilaksanakan untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan dan diyakini menggambarkan penguasaan dalam
penyelesaian pekerjaan dengan tahap pelaksanaan yang sistematis berdasarkan
sumber daya yang dimiliki penawar.
18. Kontrak
Gambar Kerja berarti gambar yang dibuat oleh Penyedia Jasa untuk
memudahkannya melaksanakan pekerjaan dan disetujui secara tertulis oleh
Konsultan Pengawas dan diketahui oleh Pemimpin Proyek.
23. Addendum
Berita Acara yang ditandatangani oleh Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
yang menyatakan bahwa seluruh hasil pekerjaan telah selesai dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam Dokumen Kontrak serta bahwa hasil pekerjaan
dapat diterima dengan baik oleh Pengguna Jasa.
Berita Acara yang ditandatangani oleh Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
yang menyatakan bahwa pekerjaan pemeliharaan telah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam Dokumen Kontrak serta hasil pemeliharaan
selama 365 (tiga ratus enam puluh lima) Hari dapat diterima dengan baik oleh
Pengguna Jasa.
Berita Acara yang ditandatangani oleh Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
yang menyatakan antara lain bahwa masa jaminan performa selama 100 (seratus)
hari telah selesai dan memenuhi persyaratan Kontrak serta bahwa seluruh hasil
pekerjaan dapat diterima dengan baik oleh Pengguna Jasa.
Jangka Waktu dari tanggal Serah Terima Sementara yang diterima oleh
Pengguna Jasa hingga ditandatangani Berita Acara Serah Terima Masa
Pemeliharaan, yang mana jangka waktunya sudah ditetapkan dalam Perjanjian
Kontrak.
Jangka Waktu dari tanggal serah terima masa pemeliharaan (saat akhir
masa pemeliharaan 365 hari) yaitu selama 100 (seratus) hari yang diterima oleh
pengguna jasa hingga jangka waktu kontrak, yang ditetapkan dalam perjanjian
kontrak.
Satuan pekerjaan yang dijabarkan khusus dimana Harga Satuan atau Upah
ditetapkan dalam daftar kuantitas dan Harga, sehingga pembayran dilakukan
kepada Penyedia Jasa sesuai dengan jumlah suatu pekerjaan yang telah dikerjakan.
Adalah jika harga satuan penawaran lebih besar dari 110% (seratus
sepuluh perseratus) dari harga satuan dalam Harga Perkiraan Sendiri maka
dilakukan klarifikasi. Bila setelah dilakukan klarifikasi ternyata harga satuan
tersebut dinyatakan Harga Satuan Timpang maka Harga Satuan Timpang tersebut
hanya berlaku untuk kuantitas awal.
Surat pernyataan yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan
kolusi, korupsi dan nepotisme selama masa kontrak berlangsung.
Adalah seluruh hari dalam kalender, tanpa mengurangi hari Minggu, hari-
hari besar ataupun hari libur lainnya.
Adalah waktu pelaksanaan pekerjaan dalam satu hari, dimana jam kerja
ditetapkan selama 8 jam/hari. Dimulai dari pukul 09.00 WIB – 17.00 WIB.
Pasal 3
Penerapan
Pasal 4
Hari : Senin
Hari : Selasa
Tanggal : 6 Oktober 2015
2. Peninjauan Lapangan
4. Pedoman Pelaksanaan
Dari hasil penjelasan pekerjaan akan dimuat dalam berita acara penjelasan
pekerjaan, yang akan diambil oleh peserta pada :
Hari : Senin
Proyek Jalan Tol Bojong Gede – Cipayung Sta. 0+000 – Sta. 3+725
a. Peserta Lelang ;
b. Pemberi Tugas ;
c. Konsultan Perencana.
8. Kehadiran Peserta
Pasal 5
Pasal 6
Harga Satuan Pekerjaan tersebut mengikat dan hars digunakan sebagai dasar
perhitungan harga penawaran pekerjaan, termasuk menentukan harga tambah atau
kurang, yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas dan disetujui oleh Pemberi
Tugas.
4. Perhitungan Kembali
Didalam penawaran ini tidak ada perhitungan kembali Harga Satuan Pekerjaan
terhadap fluktuasi harga bahan, upah dan peralatan.
Pasal 7
Harga kontrak merupakan “Kontrak Harga Satuan”, yang artinya kontrak untuk
melaksanakan seluruh pekerjaan dengan nilai kontrak pasti yang mengikat.
Harga kontrak tersebut telah meliputi seluruh lingkup pekerjaan baik yang
tercantum di dalam gambar rencana, RKS, Daftar Kuantitas Pekerjaan dan Berita
Acara Penjelasan Pekerjaan terhadap yang lain serta menjadi satu kesatuan ang
tidak dapat dipisahkan.
3. Bea Materai
Pajak pertambahan nilai akan dipotong setiap pembayaran dan akan disetorkan
oleh Pemberi Tugas ke Kas Negara dan dilaporkan ke Kantor Inspeksi Pajak.
Pasal 8
Sifat dari Daftar Kuantitas Pekerjaan adalah mengikat, mengikat disini berarti
bahwa penyedia jasa pelaksanaan konstruksi harus melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan gambar rencana, RKS, Berita Acara Aanwijzing serta Daftar Kuantitas
Pekerjaan yang telah disepakati bersama oleh penyedia jasa pelaksanaan
konstruksi dan Pengguna Jasa.
5. Perhitungan Kembali
Tidak ada perhitungan kembali atas item pekerjaan diluar butir 2, yang dapat
dijadikan dasar perhitungan.
Pasal 9
Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Bojong
Gede - Cipayung (STA 0+000 – STA 3+725) Kota Depok dan Bogor, Provinsi
Jawa Barat dengan Pelelangan Umum. Juga dengan menggunakan sistem
prakualifikasi untuk memilih peserta yang dianggap memenuhi kualifikasi sebagai
peserta lelang sebelum pemasukan penawaran.
Pelelangan berpedoman pada PERPRES No. 54 Tahun 2010 dan PERPRES No.
70 Tahun 2012 dengan memilih tata cara pemasukan Dokumen Penawaran sistem
1 (satu) sampul.
d. pembuktian kualifikasi;
g. sanggahan kualifikasi;
h. undangan;
j. pemberian penjelasan;
p. pengumuman pemenang;
q. sanggahan; dan
Metode yang digunakan untuk menentukan pemenang lelang dalam proyek Jalan
Tol Bojong Gede - Cipayung (STA 0+000 – STA 3+725) adalah sistem Gugur.
6. Penilaian Kualifikasi
Dalam proses kualifikasi, Panitia Lelang tidak boleh melarang, menghambat dan
membatasi keikutsertaan calon penyedia jasa konstruksi dari luar
Propinsi/Kabupaten/Kota. Calon penyedia konstruksi harus menandatangani surat
pernyataan diatas materai yang menyatakan bahwa semua informasi yang
disampaikan dalam formulir isian kualifikasi adalah benar.
Hari : Jumat
Pasal 10
Peserta Kualifikasi
1. Prakualifikasi ini terbuka dan dapat diikuti oleh semua peserta pengadaan
yang berbentuk badan usaha (perusahaan/koperasi).
2. Dalam hal peserta akan atau sedang melakukan kemitraan/KSO, baik
dengan perusahaan nasional maupun asing maka peserta harus memiliki
perjanjian Kemitraan/Kerja Sama Operasi yang memuat persentase
kemitraan/KSO dan perusahaan yang mewakili kemitraan/KSO tersebut.
3. Peserta kemitraan/KSO dilarang untuk mengubah Perjanjian
Kemitraan/Kerja Sama Operasi.
Pasal 11
Biaya Penawaran
Semua biaya yang dikeluarkan oleh penyedia jasa untuk mengikuti pelelangan
menjadi beban penyedia jasa dan tidak mendapat penggantian dari panitia lelang.
Pasal 12
Sumber Dana
Pasal 13
Setiap peserta, baik atas nama sendiri maupun sebagai anggota kemitraan/KSO
hanya boleh memasukkan satu penawaran, setiap peserta yang termasuk dalam
kemitraan/KSO dilarang menjadi peserta baik secara sendiri maupun sebagai
anggota kemitraan/KSO yang lain pada proses pelelangan ini.
Pasal 14
1. Kewajiban Peserta
Peserta dan pihak yang terkait dengan pengadaan ini berkewajiban untuk
mematuhi etika pengadaan dengan tidak melakukan tindakan sebagai berikut :
Pasal 15
Hukum yang digunakan adalah hukum yang berlaku di Indonesia, kecuali dalam
rangka pinjaman/hibah luar negeri menggunakan hukum yang berlaku di
Indonesia atau hukum yang berlaku di Negara pemberi pinjaman/hibah.
Pasal 16
Dokumen Kualifikasi
d. Pakta Integritas
Pasal 17
Pakta Integritas
Pakta Integritas berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan dan akan
melaporka terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dalam pengadaan
pekerjaan konstruksi. Pakta Integritas dimasukkan dalam Dokumen Isian
Kualifiaksi dan menjadi bagian Dokumen Penawaran.
Pasal 18
2. Penandatanganan
Pasal 19
Bahasa Penawaran
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
Penawaran Terlambat
1. Penolakan Penawaran
Setiap penawaran yang diterima oleh Panitia Lelang setelah batas akhir waktu
pemasukan penawaran akan ditolak dan dikembalikan kepada peserta yang
bersangkutan dalam keadaan tertutup (sampul tidak dibuka) disertai dengan bukti
serah terima.
2. Pengembalian Dokumen
Pasal 23
Pemasukan Penawaran
1. Ketentuan
2. Jangka Waktu
Hari : Rabu
Pasal 24
Jaminan Penawaran
Yth :
Bagi peserta yang kalah, jaminan penawaran akan dikembalikan segera setelah
penunjukan pemenang dan berakhirnya masa sanggah. Bagi peserta yang ditunjuk
menjadi pemenang, jaminan penawaran akan dikembalikan pada saat
Penandatanganan Surat Perjanjian Pemborongan dan yang bersangkutan telah
menyerahkan Jaminan Pelaksanaan.
Pasal 25
2. Syarat Kehadiran
Pasal 26
Penetapan Pemenang
1. Dasar Penetapan
2. Kewajiban Pemenang
Peserta yang dinyatakan sebagai pemenang lelang dan diberikan Surat Perintah
Kerja (SPK), wajib melaksanakan pekerjaan pembangunan ini.
3. Pengumuman Pemenang
Pelelangan Gagal
Pasal 28
Sanggahan
2. Jenis Penyimpangan
Panitia Lelang wajib memeberikan jawaban tertulis atas semua sanggahan paling
lambat 5 (lima) hari kerja setelah menerima surat sanggahan.
4. Tindaklanjut
Pasal 29
Sanggahan Banding
Peserta yang tidak sependapat dengan jawaban sanggahan dari Panitia Lelang,
dapat mengajukan sanggahan banding secara tertulis kepada pimpinan instansi
terkait, paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah menerima jawaban sanggahan,
dengan tembusan kepada PPK dan Panitia Lelang.
Pimpinan instansi terkait wajib memberikan jawaban secara tertulis atas semua
sanggahan banding paling lambat 15 (lima belas) hari kerja setelah surat
sanggahan banding diterima.
3. Jaminan Sanggahan Banding
Pasal 30
Pelelangan Ulang
Pasal 31
Penarikan Diri
SPESIFIKASI ADMINISTRASI
Pasal 1
Pasal 2
Penyedia Jasa yang memenangkan lelang maupun yang ditunjuk oleh Pengguna
Jasa harus, dengan penuh ketelitian dan ketekunan, merancang (dalam hal
disebutkan dalam Kontrak), melaksanakan dan meyelesaikan Pekerjaan dan
memperbaiki setiap kerusakannya sesuai dengan Kontrak. Penyedia Jasa harus
menyediakan semua pengawas pekerjaan, pekerja, bahan-bahan, peralatan
konstruksi dan semua hal yang bersifat sementara ataupun permanen yang
disyaratkan untuk perancangan tersebut, pelaksanaan dan pemeliharaan pekerjaan
secara sungguh-sungguh dan penuh tanggungjawab sebagaimana diperlukan dan
disyaratkan di dalam atau secara layak ditafsirkan berdasarkan Kontrak. Baik
diperiksa ataupun tidak diperiksa oleh Konsultan Pengawas dan atau Pemimpin
Proyek, setiap pekerjaan sementara atau permanen ataupun persiapan, tetap
menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa sepenuhnya.
Pasal 3
Pasal 4
Penulisan nama Pihak yang terlibat harus jelas, sesuai dengan kedudukan masing-
masin pihak antara Pengguna Jasa Dan Penyedia Jasa.
2. Pemberi Tugas
Pengguna Jasa yang dimaksud adalah PT. Jasa Marga (Persero) Tbk.
3. Kesalahan Penulisan
Tidak diperkenankan terjadi salah penulisan, atas semua pihak yang terlibat.
Pasal 5
Persyaratan Peserta
a. Peserta kualifikasi yang berbadan usaha surat ijin usaha jasa konstruksi ;
Pasal 6
1. Jumlah Hari
Jangka Waktu pelaksanaan pekerjaan ini adalah 356 hari kalender, terhitung sejak
Surat Perintah Kerja dari Pemberi Tugas.
2. Penyerahan Pekerjaan
Pekerjaan harus selesai dan diserahkan Penyedia Jasa kepada Pengguna Jasa
dalam jangka waktu pelaksanaan dan dituangkan dalam Berita Acara Serah
Terima Provisional Hand Over (PHO) Hasil Pekerjaan.
Jangka waktu Pelaksanaan dan jangka waktu pemeliharaan, tetap mengikat dan
tidak berubah kecuali adanya alasan yang dapat dipertanggungjawabkan dan
disetujui Pengguna Jasa.
Pasal 7
Korespondensi
1. Bentuk Korespondensi
Semua korespondensi dapat berbentuk surat, e-mail dan/atau faksimili dengan
alamat tujuan para pihak yang tercantum.
2. Bahasa Korespondensi
dibuat secara tertulis dalam Bahasa Indonesia, dan dianggap telah diberitahukan
jika telah disampaikan secara langsung kepada wakil sah Para Pihak, atau jika
disampaikan melalui surat tercatat dan/atau faksimili ditujukan ke alamat yang
tercantum.
Pasal 8
Pemeriksaan Kontrak
Pasal 9
Penandatanganan Kontrak
1. Sebelum penandatanganan kontrak PPK wajib memeriksa apakah pernyataan
dalam Dokumen Isian Kualifikasi masih berlaku. Apabila salah satu
pernyataan tersebut sudah tidak dipenuhi, maka penandatanganan kontrak
tidak dapat dilakukan.
2. Penandatanganan kontrak dilakukan sesuai dengan jadwal yang
dicantumkan setelah diterbitkan SPPBJ dan setelah penyedia menyerahkan
Jaminan Pelaksanaan, dengan ketentuan:
a. nilai Jaminan Pelaksanaan untuk harga penawaran atau penawaran
terkoreksi diatas 80% (delapan puluh perseratus) nilai total HPS adalah
sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai penawaran atau penawaran
terkoreksi; atau
b. nilai Jaminan Pelaksanaan untuk harga penawaran atau penawaran
terkoreksi dibawah 80% (delapan puluh perseratus) nilai total HPS
adalah sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai total HPS.
3. Pihak yang berwenang menandatangani kontrak atas nama penyedia
adalah Direksi yang disebutkan namanya dalam Akta Pendirian/Anggaran
Dasar, yang telah didaftarkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
4. Pihak lain yang bukan Direksi atau yang namanya tidak disebutkan dalam
Akta Pendirian/Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud pada angka butir 3
dalam pasal ini, dapat menandatangani kontrak, sepanjang mendapat
kuasa/pendelegasian wewenang yang sah dari Direksi atau pihak yang sah
berdasarkan Akta Pendirian/Anggaran Dasar untuk menandatangani
kontrak.
Pasal 10
Pasal 11
Untuk SPK, tanggal mulai kerja dapat ditetapkan sama dengan tanggal
penandatanganan SPK atau tanggal dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK).
Pasal 12
Pasal 13
Pembayaran
1. Uang Muka
Pengembalian Uang
Prestasi Pekerjaan Besaran Dibayarkan
Muka
Uang Muka 0% 20% - 20%
Termin I 30% 25% 25% 20%
Termin II 50% 20% 20% 15%
Termin III 70% 20% 20% 15%
Termin IV 100% 30% 30% 25%
Termin V 5% 5% - 5%
Pasal 14
1. Dokumen Terkait
2. Dokumen Pemilihan
a. Umum ;
b. Pengumuman Pelelangan ;
c. Instruksi Kepada Peserta ;
d. Lembar Data Pemilihan ;
e. Bentuk Dokumen Penawaran :
1) Surat Penawaran ;
2) Surat Kuasa ;
3) Perjanjian KSO ;
4) Dokumen Penawaran Teknis ;
5) Formulir Rekapitulasi Perhitungan TKDN ;
6) Jaminan Penawaran ;
f. Bentuk Surat Perjanjian ;
g. spesifikasi Umum Kontrak ;
h. Spesifikasi Teknis, KAK dan/atau gambar ;
i. Daftar Kuantitas dan Harga ;
j. Bentuk Dokumen Lain :
1) SPPBJ ;
2) SPMK ;
3) Jaminan Sanggahan Banding ;
4) Jaminan Pelaksanaan ;
5) Jaminan Uang Muka ;
6) Jaminan Pemeliharaan ;
3. Dokumen Kualifikasi
b. Pakta Integritas ;
Pasal 15
1. Ruang Lingkup
1) Tanggal ;
2) Masa berlaku penawaran ;
3) Harga penawaran ;
4) Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan ; dan
5) Tanda tangan :
a) Direktur utama/pimpinan perusahaan ;
b) Penerima kuasa dari direktur utama/pimpinan perusahaan yang
nama penerima kuasanya tercantum dalam akta pendirian atau
perubahannya ;
1) Metode pelaksanaan ;
4) Spesifikasi teknis ;
Pembukuan
Pasal 17
Jaminan uang muka diberian oleh Penyedia Jasa Konstruksi terhadap pembayaran
uang muka yang diterimanya. Besaran jaminan uang muka adalah senilai uang
muka yang diterimanya. Pengembalian uang muka diperhitungkan secara
proporsional pada setiap tahapan pembayaran.
Pasal 18
Jaminan Pelaksanaan
Pasal 19
Jaminan Pemeliharaan
Jaminan pemeliharan sebesar 5% (lima persen) dari nilai Kontrak wajib diberikan
oleh Penyedia Jasa Konstruksi setelah pekerjaan dinyatakan selesai 100% (seratus
persen) dan diserahkan kepada PPK untuk menjamin pemeliharaan Pekerjaan
Konstruksi yang telah diserahkan. Jaminan pemeliharaan dikembalikan paling
lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah masa pemeliharaan selesai.
Pasal 20
Keadaan Kahar
1. Definisi
Adalah suaru keadaan yang terjadi diluar kehendak para pihak dan tidak dapat
diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam Kontrak
menjadi tidak dapat dipenuhi.
a. Bencana alam ;
c. Bencana sosial ;
d. Kebakaran ; dan/atau
4. Perpanjangan Waktu
Jangka waktu yang ditetapkan dalam Kontrak untuk pemenuhan kewajiban Pihak
yang tertimpa Keadaan Kahar harus diperpanjang sekurang-kurangnya sama
dengan jangka waktu terhentinya Kontrak akibat Keadaan Kahar.
Pada saat terjadinya Keadaan Kahar, Kontrak ini akan dihentikan sementara
hingga Keadaan Kahar berakhir dengan ketentuan, Kontraktor berhak untuk
menerima pembayaran sesuai dengan prestasi atau kemajuan pelaksanaan
pekerjaan yang telah dicapai. Jika selama masa Keadaan Kahar PPK
memerintahkan secara tertulis kepada Kontraktor untuk meneruskan pekerjaan
sedapat mungkin maka Kontraktor berhak untuk menerima pembayaran
sebagaimana ditentukan dalam Kontrak dan mendapat penggantian biaya yang
wajar sesuai dengan yang telah dikeluarkan untuk bekerja dalam situasi demikian.
Penggantian biaya ini harus diatur dalam suatu addendum Kontrak.
Pasal 21
Perubahan Kontrak
1. Addendum Kontrak
2. Persetujuan
Pasal 22
1. Pemberlakuan Kontrak
Kontrak ini berlaku efektif pada tanggal penandatanganan Surat Perjanjian oleh
Para Pihak atau pada tanggal yang ditetapkan sebelumnya.
Waktu pelaksanaan kontrak adalah jangka waktu yang ditentukan, dihitung sejak
tanggal mulai kerja yang tercantum dalam SPMK.
3. Kewajiban Kontraktor
4. Penjadwalan Ulang
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
1. Perizinan
Peserta yang sudah ditunjuk sebagai pemenang lelang dan menjadi Kontraktor
dalam pekerjaan pemborongan ini tidak diperbolehkan menyerahkan pekerjaan
baik secara keseluruhan maupun sebagian kepada Kontraktor lain / pihak ketiga,
tanpa adanya persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas atas rekomendasi Konsultan
Pengawas. Ketentuan ini akan diterapkan dengan seksama dan ketat, pelanggaran
terhadap peraturan ini dapat mengakibatkan dibatalkannya penunjukan pemenang
sebagai Kontraktor dalam pekerjaan ini, dan Jaminan Pelaksanaan yang telah
diserahkan akan dicairkan dan menjadi milik Pemberi Tugas.
Untuk pemberian pekerjaan ini akan dibuat Surat Perjanjian Kerja. Sambil
menunggu Surat Perjanjian Kerja, akan dibuat Surat Perintah Kerja yang harus
sudah dikeluarkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender setelah penunjukan
pemenang, jika tidak ada sanggahan.
3. Penunjukan Pemborong Bawahan
Pasal 26
Pasal 27
Perpajakan
Pasal 28
Pengabaian
Jika terjadi pengabaian oleh salah satu Pihak terhadap pelanggaran ketentuan
tertentu Kontrak oleh pihak yang lain maka pengabaian tersebut tidak menjadi
pengabaian yang terus-menerus selama Masa Kontrak atau seketika menjadi
pengabaian terhadap pelanggaran ketentuan yang lain. Pengabaian hanya dapat
mengikat jika dapat dibuktikan secara tertulis dan ditandatangani oleh Wakil Sah
Pihak yang melakukan pengabaian.
Pasal 29
Penemuan – Penemuan
Kontraktor wajib memberitahukan kepada PPK dan pihak yang berwenang semua
penemuan benda/barang yang mempunyai nilai sejarah atau penemuan kekayaan
di lokasi pekerjaan yang menurut peraturan perundang-undangan dikuasai oleh
Negara.
Pasal 30
1. Sanksi Korupsi
1) 1/1000 dari sisa harga bagian kontrak yang belum dikerjakan, apabila
bagian pekerjaan yang sudah dilaksanakan dapat berfungsi ; atau
2) 1/1000 dari harga kontrak, apabila bagian pekerjaan yang sudah
dilaksanakan belum berfungsi.
d. Besarnya ganti rugi yang dibayar oleh PPK atas keterlambatan pembayaran
adalah sebesar bunga dari nilai tagihan yang terlambat dibayar, berdasarkan
tingkat suku bunga yang berlaku pada saat itu menurut ketetapan Bank
Indonesia, atau dapat diberikan kompensasi ;
b. Sisa Uang Muka harus dilunasi oleh kontraktor atau Jaminan Uang
Muka dicairkan ;
Dalam hal pemutusan kontrak dilakukan karena kesalahan PPK, maka PPK
dikenakan sanksi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 31
Hak Paten
1. Biaya Hak Paten
Biaya yang ada hubungannya dengan penyediaan dan pemakaian barang dan/atau
proses yang mempunyai hak paten dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
RKS dianggap telah masuk dalam harga kontrak.
2. Tuntutan
Pasal 32
Asuransi
1. Kewajiban Kontraktor
2. Besaran Asuransi
Pasal 33
Harga Kontrak
Rincian harga kontrak sesuai dengan rincian yang tercantum dalam daftar
kuantitas dan harga.
Pasal 34
2. Kewajiban PPK
Dalam hal kontrak dihentikan, maka PPK wajib membayar kepada kontraktor
sesuai dengan prestasi pekerjaan yang telah dicapai, termasuk :
Pemutusan kontrak dapat dilakukan oleh pihak kontraktor atau pihak PPK.
Pasal 35
Penyelesaian Perselisihan
a. Perselisihan antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa atau Penyedia Jasa
dan Pemimpin Proyek yang berhubungan, yang timbul dari atau
sehubungan dengan Kontrak, atau pelaksanaan pekerjaan (baik selama
berlangsungnya pekerjaan atau setelah penyelesaiannya, dan baik sebelum
atau sesudah pemutusan, penelantaran atau pelanggaran Kontrak), dalam
tingkat pertama akan diselesaikan dalam tempo 90 (sembilan puluh) Hari
melalui musyawarah untuk mufakat diantara Pengguna Jasa dan Penyedia
Jasa atau dalam hal tidak tercapai kesepakatan dalam musyawarah
Pemimpin Proyek mengambil keputusan penyelesaian. Hasil permufakatan
atau keputusan Pemimpin Proyek diberitahukan secara tertulis kepada
Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa.
b. Bila Pemimpin Proyek telah memberikan pemberitahuan tertulis atas hasil
permufakatan atau keputusan kepada Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa,
serta tidak ada tuntutan dari Pengguna Jasa kepada Penyedia Jasa atau dari
Penyedia Jasa kepada Pengguna Jasa melalui Pengadilan dalam waktu 90
(Sembilan puluh) Hari sejak penerimaan pemberitahuan itu, maka hasil
permufakatan atau keputusan Pemimpin Proyek tersebut adalah final dan
mengikat antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa;
c. Bila Pemimpin Proyek gagal menyampaikan pemberitahuan tertulis hasil
permufakatan atau keputusan Pemimpin Proyek tersebut dalam waktu
sebagaimana disebutkan pada huruf (a), atau Pengguna Jasa/Penyedia Jasa
tidak puas dengan keputusan itu. maka Pengguna Jasa atau Penyedia Jasa
dapat dalam waktu 90 (sembilan puluh) hari setelah menerima
pemberitahuan dari keputusan itu, atau dalam waktu 90 (sembilan puluh)
hari, setelah berakhirnya dari periode pertama 90 (sembilan puluh) hari,
setelah perselisihan, dapat meminta penyelesaian perselisihan tersebut
kepada Pengadilan Negeri.
2. Pengadilan Negeri
Semua perselisihan atau pertikaian mengenai keputusan itu, bila ada, dari
Pemimpin Proyek belum menjadi final dan mengikat dan akan diselesaikan secara
tuntas di Indonesia di bawah Peraturan dan Prosedur Pengadilan Negeri dan
penyelesaian dalam Pengadilan Negeri tersebut harus antara Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa. Pangadilan Negeri harus mempunyai wewenang penuh untuk
meninjau, mengulang dan merevisi setiap keputusan, pendapat, petunjuk,
sertifikat atau penilaian dari Pemimpin Proyek, dan tidak ada pihak yang dibatasi
dalam pendapatnya di hadapan Pengadilan Negeri untuk mendapatkan bukti atau
argumen yang diajukan pada Pemimpin Proyek sebelum Pemimpin Proyek
memberikan keputusannya. Tidak ada keputusan yang dibuat Pemimpin Proyek
sesuai dengan ketetapan-ketetapan terdahulu akan membatalkannya untuk menjadi
saksi dan memberikan bukti di hadapan Pengadilan Negeri pada setiap persoalan
yang relevan dengan perselisihan atau pertikaian yang diserahkan kepada
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Pengadilan Negeri tidak masuk dalam perundingan atau konsultasi semacam itu
sampai setelah penyelesaian atau pekerjaan dinyatakan selesai kecuali bila ada
persetujuan tertulis dari Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa, dengan syarat:
Dalam hal tiap perundingan itu dibuka sebelum penyelesaian atau pekerjaan
dinyatakan selesai, Penyedia Jasa tidak berhak menghentikan pelaksanaan
pekerjaan karena perundingan itu, kecuali bila diperintahkan oleh Pemimpin
Proyek untuk melakukannya.
Pasal 36
Pemberitahuan
Jakarta Timur
Pasal 37
2. Keputusan Pengadilan
Tidak dapat diputuskan secara musyawarah dan mufakat dan apabila Pengadilan
memutuskan bahwa Kontrak harus dibatalkan, Penyedia Jasa berhak membongkar
dan memindahkan dari tempat pekerjaan segala construction plant yang dibawa
olehnya di tempat pekerjaan.
Dalam hal pemutusan Kontrak oleh Penyedia Jasa, Pengguna Jasa akan
mempunyai kewajiban yang sama kepada Penyedia Jasa Pengguna Jasa harus
membayar kepada Penyedia Jasa sejumlah tertentu untuk setiap kehilangan atau
kerusakan yang timbul atau dalam hubungannya atau akibat dari pemutusan itu,
Penyedia Jasa berhak menyerahkan tuntutan itu pada Pengadilan Negeri.
Pasal 38
SPESIFIKASI TEKNIS
BAGIAN I
Pasal 1
Lokasi Proyek : Kecamatan Bojong Gede dan Cipayung, Kota Bogor dan
Depok
Tebal Perkerasan : 25 cm
a. bahu luar = 2 @3 m = 6 m
b. bahu dalam = 2 @1 m = 2 m
Lebar Rumija : 40 m
a. Konstruksi atas
1. Tiang sandaran
2. Paraphet
- Lebar : 0,5 m
- Tinggi : 1,5 m
3. Lantai jembatan
- Lebar : 13,2 m
- Tinggi : 0,25 m
4. Gelagar induk
5. Diagfragma
- Tebal : 0,5 m
b. Konstruksi bawah
1. Abutment
2. Pondasi
- Diameter : 50 cm
- Tinggi : 15 m
Pasal 3
Penjelasan Lingkup Pekerjaan
Pasal 4
Jadwal
Setelah satu minggu dikeluarkannya Surat Perintah Kerja maka Penyedia Jasa
harus menyerahkan :
Bagan-bagan yang disebut diatas diserahkan kepada Pengguna Jasa, dan dipakai
sebagai pedoman dalam pelaksanaan dan Penyedia Jasa wajib mengikutinya. Jika
Penyedia Jasa tidak menyerahkan bagan-bagan tersebut maka Pengguna Jasa
dapat melakukan penghentian pekerjaan sementara dan kerugian yang timbul dari
penghentian tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
Pasal 5
Penyedia Jasa harus menyediakan bantuan berupa, peralatan, mesin, tenaga kerja,
bahan bakar, tenaga listrik, instrumen dan bahan yang digunakan untuk
memeriksa, mengukur dan menguji setiap bahan, pekerjaan serta peralatan
termasuk penyediaan contoh bahan dan benda uji yang diminta oleh Pemimpin
Proyek untuk pengujian sebelum digunakan untuk pekerjaan.
B. Kesesuaian Bahan
Pekerjaan tidak boleh ditutup atau menjadikan sesuatu macam pekerjaan terhalang
dari pandangan tanpa persetujuan Konsultan Pengawas dan Penyedia Jasa harus
memberikan kesempatan penuh kepada Konsultan Pengawas untuk memeriksa
dan mengukur suatu pekerjaan yang akan ditutup atau ditimbun atau menjadi
terhalang dari pandangan dan memberi kesempatan untuk memeriksa pondasi
sebelum pekerjaan permanen ditempatkan. Penyedia Jasa harus memberitahukan
kepada Konsultan Pengawas bilamana pekerjaan tersebut sudah siap untuk
diperiksa. Jika Penyedia Jasa harus menutup suatu pekerjaan tanpa memenuhi
ketentuan tersebut, Konsultan Pengawas boleh meminta pekerjaan tersebut dibuka
kembali untuk diperiksa dan Penyedia Jasa tidak berhak meminta ganti rugi.
Pasal 6
Perubahan Pekerjaan
Pemimpin Proyek dapat melakukan beberapa perubahan dalam bentuk, mutu, atau
kuantitas pekerjaan atau bagian pekerjaan yang menurut pendapatnya dianggap
diperlukan atau diinginkan. Untuk tujuan tersebut, atau karena alasan lain,
Pemimpin Proyek dapat memerintahkan Penyedia Jasa untuk melakukan dan
Penyedia Jasa harus melaksanakan hal-hal berikut ini :
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Pemakaian Ukuran
1. Kontraktor tetap bertanggung jawab dalam menetapi ketentuan yang
tercantum dalam RKS dan gambar berikut tambahan perubahan.
2. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan
maupun bagian-bagiannya dan memberitahukan Konsultan Pengawas
tentang setiap perbedaan yang ditemukan dalam RKS dan gambar-gambar
maupun dalam pelaksanaan. Kontraktor baru diijinkan membetulkan
kesalahan gambar dan melaksanakannya setelah ada persetujuan tertulis
dari Konsultan Pengawas.
3. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan dalam hal
apapun menjadi tanggung jawab Kontraktor. Oleh karena sebelumnya
diwajibkan mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua gambar
yang ada.
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Material
Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti
material, peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan kualitas
terbaik untuk tujuan yang dimaksudkan.
Kecuali bila ditentukan lain dalam kontrak ini setiap keterangan mengenai
peralatan, material, barang atau proses paten, dalam bentuk nama dagang, buatan
atau nomor katalog harus dianggap sebagai penentu standar atau kualitas dan
tidak boleh ditafsirkan sebagai upaya membatasi persaingan; dan Kontraktor
harus dengan sendirinya menggunakan peralatan, material, barang atau proses,
yang atas penilaian Pemimpin Proyek, sesuai dengan keterangan itu. Kecuali bila
ditentukan lain, seluruh material paten itu harus dipergunakan sesuai dengan
instruksi pabrik yang membuatnya.
Pasal 14
Penyimpanan Material
1. Umum
Tempat penyimpanan di lapangan harus bebas dari tanaman dan sampah, bebas
dari genangan air dan permukaannya harus lebih tinggi dari sekitarnya. Bahan
yang langsung ditempatkan diatas tanah tidak boleh digunakan untuk Pekerjaan,
kecuali jika permukaan tanah tersebut telah disiapkan sebelumnya dan diberi lapis
permukaan yang terbuat dari pasir atau kerikil setebal 10 cm sedemikian hingga
diterima oleh Direksi Pekerjaan.
3. Penumpukan Bahan (Stockpiles)
Gudang bahan-bahan serta tempat penimbunan material seperti pasir, koral, besi
beton, harus terlindung, dibuat secukupnya dan dapat dikunci. Lantai pada gudang
semen dibuat bebas dari kelembaban udara, minimal 30 cm di atas permukaan
plesteran.
Pasal 15
3. Tidak diperkenankan :
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
Pengamanan
1. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang ada di
daerahnya yaitu mengenai :
a. Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian yang disengaja atau
tidak.
b. Penggunaan segala sesuatu yang keliru/salah.
c. Kehilangan-kehilangan bagian alat-alat/bahan-bahan yang ada di
daerahnya.
2. Terhadap semua kejadian yang disebut diatas maka Kontraktor wajib
melaporkan segala yang terjadi paling lambat 24 jam kepada Pengguna
Jasa/Konsultan Pengawas untuk diusut dan diselesaikan lebih lanjut.
3. Agar terhindar dari kejadian-kejadian yang tersebut diatas maka
Kontraktor wajib mengadakan pengamanan seperti penjagaan ketat,
penerangan pada waktu malam, pembuatan pagar sementara, dan
sebagainya.
Pasal 21
Pengawasan
Pasal 22
Penyerahan Pekerjaan
1. Penyerahan pertama.
2. Penyerahan kedua.
PEKERJAAN PERSIAPAN
Pasal 1
B. Pengukuran Lokasi
Pasal 2
Bentuk Tulisan : Tulisan dengan huruf capital warna kuning, tinggi huruf 8
cm, tebal 1 cm untuk Pemborong, Perencana, dan
Konsultan Pengawas, dan huruf yang lain disesuaikan
dengan keadaan.
2. Pelaksanaan
a. Papan Nama Proyek diletakkan pada tempat yang mudah dilihat oleh
umum dengan ketinggian ± 2 m
b. Huruf harus jelas serta memperhatikan nilai keindahan
c. Pemasangannya harus tegak lurus dan kokoh
d. Pembuatan papan nama proyek harus mendapat persetujuan dari perencana
sebelum dilaksanakan serta persetujuan dari pemerintah kota tersebut
dalam hal ini adalah pemerintah Kota Depok dan Kota Bogor.
Pasal 3
1. Dua buah meja rapat ukuran 2x1.5 m dengan serta 10 kursi lipat.
2. Bagi karyawan disediakan 4 meja kerja ukuran 1,5x1 m serta kursi lipat
dengan jumlah 8 buah
3. Tiga buah lemari document atau filling cabinet untuk penyimpanan arsip,
document serta berkas-berkas atau yang setara
4. 4 unit computer dengan specs Pentium core two duo
5. 3 unit AC yang diletakan pada ruang kerja serta ruangan rapat
6. 1 unit mesin foto copy
7. 1 unit mesin Fax
8. 1 buah white board ukuran 1,5x 2 m
9. 1 buah genzet diesel dengan daya 1500 watt
10. 12 buah helm proyek merk
11. 12 buah jas hujan
12. 12 sepatu proyek
13. 4 buah payung
14. 1 buah dispenser
Kantor untuk pemborong pada proyek ini dibuat oleh penyedia barang atau jasa
atas biaya yang mereka cantumkan dalam dokumen penawaran.
Pasal 4
Pasal 5
Untuk gudang guna penyimpanan bahan material yang tidak tahan terhadap
perubahan cuaca, bernilai ekonomis tinggi seperti semen, peralatan tukang,
perelengkapan K3 serta perlengkapan M/E ukurannya dibuat dengan ukuran 5 x
10 m. Sedangkan untuk material yang tahan cuaca kita dapat menaruhnya pada
lingkungan yang terbuka dengan sistem apabila hujab segera ditutupi dengan
terpal yang memadai, seperti pasir, batu kali, pasir, kerikil. Kendaraan atau alat-
alat yang dipergunakan pada proyek ini diletakan pada lokasi proyek agar dapat
dimaksimalkan. Untuk bahan gudang kita menggunakan kayu kaso ukuran 6/12
sebagai rangka serta tiplek tebal 2 mm sebagai dinding untuk atap kita pergunakan
seng, untuk bagian lantai kita pergunakan papan agar tidak lembab dan untuk
semen perletakannya di taruh diatas kayu yang mempunyai cela kurang lebih 2 cm
agar semen tidak mengeras.
Pasal 6
Pasal 7
Pembuatan Musholla
Mushola ini dibuat dengan ukuran 3 x 3 m, dengan menggunakan bahan dari kayu
kaso 6/12 sebagai rangka, ukuran 4/6 untuk bagian atap serta menggunakan seng.
triplek tebal 2 mm sebagai dinding.
Pasal 8
Pasal 9
Fasilitas yang digunakan untuk pengadaan air keja dan listrik kerja ini adalah :
1. Air Kerja :
c. Kran plastic
d. Tangki air
e. Menara Air
g. Lem pipa
h. Seal tape
2. Listrik Kerja :
b. Instalasi kabel
Pasal 10
Pengadaan P3K
Kotak P3K ini dibutuhkan sebagai tindakan pertama yang harus diambil jika saja
terjadi kecelakaan yang dialami oleh pekerja ataupun orang yang terlibat pada
proyek ini.
Pasal 11
Mobilisasi dilakukan ketika Surat Penyerahan Lahan serta Surat Perintah Kerja
turun dan diterima oleh sikontraktor maka hal tersebut dapat dilakukan sedangkan
demobilisasi jika pekerjaan telah dianggap selesai. Untuk mobilisasi alat-alat yang
diturunkan adalah :
1. Dump truck
2. Buldozer
3. Grader
4. Tandem Roller
5. Loader
6. Mobile crane
7. Excavator
Pasal 12
Foto Dokumentasi
Penyedia barang atau jasa harus menyediakan kepada direksi foto-foto yang
dibuat oleh tukang foto berpengalaman. Foto tersebut harus berwarna dan
ditunjukkan sebagai laporan tentang tahap pelaksanaan yaitu pada masa awal,
pertengahan dan akhir dari suatu bagian tertentu dari pekerjaan sebagaimana
diperintahkan direksi. Pembuatan foto-foto visual proyek dalam keadaan 10 % -
50 %, dalam pengambilan foto haruslah pada titik yang ditentukan direksi,
minimal dari empat sudut.
2. Detail kontrak
4. Tahapan pelaksanaan
Berita acara pembayaran dan laporan bulanan harus dilengkapi dengan suatu set
pilihan
BAGIAN III
PEKERJAAN TANAH
Pasal 1
Pasal 2
b. Toleransi dimensi :
c. Pengamanan Pekerjaan :
d. Galian Struktur
1. Uraian
2. Klasifikasi
a. Bila air tanah muncul ketika sedang dilakukan galian struktur, maka
Kontraktor harus segera mengambil langkah-langkah sebagaimana
dijelaskan, untuk mencegah air menggenangi galian dan alas struktur.
b. Bila galian terjadi pada tanah yang mengandung atau dekat dengan air
permukaan, maka air ini tidak merupakan air tanah dan akan dianggap
sebagai kewajiban Kontraktor untuk menanggulanginya sesuai Spesifikasi
ini, sehingga tidak akan ada tambahan pembayaran. Penilaian apakah air
itu merupakan air permukaan atau air tanah mutlak wewenang Konsultan
Pengawas. Jika air dapat dihalangi memasuki galian dengan menggunakan
cofferdam terbuka, maka air ini tidak dinilai sebagai air tanah.
c. Bila tinggi muka air tanah diatas elevasi dasar galian, maka harus
digunakan cofferdam yang kedap air. Bila diminta, Kontraktor harus
menunjukkan gambar mengenai metode pembuatan cofferdam yang
dipakainya kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
d. Cofferdam atau palung untuk pembuatan pondasi, secara umum, harus
dibuat di bawah dasar alas pondasi dan dibuat sedapat mungkin kedap air.
Umumnya, dimensi interior cofferdam itu harus sedemikian rupa sehingga
memberikan cukup kebebasan untuk pembuatan acuan (form) dan
pemeriksaanya, dan memudahkan proses pemompaan air keluar.
e. Bila menurut Konsultan Pengawas, keadaan tidak memungkinkan untuk
mengeringkan galian sebelum membuat alas pondasi, Konsultan Pengawas
dapat memerintahkan pembuatan lapisan beton penutup dengan ukuran
tertentu, dan lapisan tersebut harus diletakkan sebagaimana tampak pada
gambar atau mengikuti petunjuk Konsultan Pengawas. Lalu galian harus
dikeringkan dan alas pondasi diletakkan. Bila digunakan palung berbeban,
dan beban tersebut dipakai untuk menanggulangi tekanan hidrostatik yang
bekerja terhadap dasar lapisan pondasi penutup, maka harus digunakan
penyemat (jangkar) khusus untuk mentransfer seluruh berat palung
terhadap lapisan pondasi. Bila lapisan pondasi penutup dibuat dibawah air,
maka cofferdam harus dibuat pada muka air yang rendah.
f. Cofferdam dibuat untuk melindungi beton dari kerusakan karena naiknya
muka air dan dari erosi. Di dalam cofferdam atau palung tak boleh
ditinggalkan kayu-kayuan dan lain-lain, tanpa ijin Konsultan Pengawas.
g. Setiap pemompaan galian harus dikerjakan dengan cara tertentu untuk
menghindari kemungkinan setiap bagian bahan-bahan konstruksi yang
baru ditempatkan terbawa keluar. Setiap pemompaan yang diperlukan
selama penempatan beton, atau untuk waktu sekurang-kurangnya 24 jam
setelah itu, harus dikerjakan dari tempat penampungan air yang terletak
dibagian luar acuan beton. Kecuali bila tidak ditentukan lain, cofferdam
atau palung, dengan segala pelengkapnya, harus dibongkar oleh
Kontraktor segera setelah selesai pekerjaan substruktur. Pemindahan
harusnya sedemikian rupa sehingga tidak merusak pekerjaan yang telah
diselesaikan.
d. Pemeliharaan Saluran
h. Jika tak diijinkan, penggalian tak boleh dikerjakan diluar caisson, palung,
cofferdam atau sheet pilling; dan saluran air yang berdekatan dengan
pondasi tidak boleh terganggu tanpa ijin Konsultan Pengawas. Jika ada
pekerjaan galian atau pengerukan yang dilakukan sebelum caisson; palung
dan cofferdam terpasang pada tempatnya. Kontraktor harus mengurug
kembali galian-galian itu sesuai dengan muka tanah semula setelah selesai
pembuatan dasar pondasi dengan memakai bahan yang telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Bahan-bahan yang tertinggal pada daerah aliran air
akibat dari pembuatan pondasi atau galian lainnya harus dibuang agar
saluran itu bersih dari segala macam halangan.
4. Penggalian
Parit atau galian pondasi untuk struktur atau alas struktur (footing), harus
mempunyai ukuran yang cukup sehingga memungkinkan perletakkan
pondasi atau alas pondasi (footing) sesuai dengan ukurannya. Bagian-bagian
dinding/sisi parit harus selalu ditopang. Elevasi dasar alas sebagaimana
tampak pada gamabar merupakan perkiraan, sehingga secara tertulis
Konsultan Pengawas dapat memerintahkan perubahan ukuran dan elevasi
jika diperlukan untuk menjamin pondasi yang kokoh.
Batu-batu, kayu-kayu dan bahan lain dalam lubang galian yang tidak
berguna harus dibuang dan tidak boleh digunakan untuk pengurugan.
Semua jenis bahan galian pondasi pada batu dan bahan keras lainnya harus
bersih dari bahan-bahan yang menempel dan dipotong untuk mendapatkan
permukaan yang rappih sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan
Pengawas. Retak dan celah harus dibersihkan dan di dempul. Segala macam
batuan lepas harus dibuang.
Bila alas pondasi akan ditempatkan diatas bahan selain batu, maka galian
boleh diselesaikan sampai dibuat. Bila tanah dasar pondasi lembek,
berlumpur atau tidak memenuhi syarat, maka bila diperintahkan oleh
Konsultan Pengawas, Kontraktor harus menggantinya dengan material
berbutir atau kerikil sebagaimana disyaratkan pada Pasal S4.08. Material
pengganti tersebut harus ditempatkan dan dipadatkan lapis demi lapis
dengan tebal tiap lapis 15 cm, samapai mencapai elevasi dasar pondasi
dengan kepadatan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
1. Lokasi galian dengan garis dan ketinggian akhir yang melebihi garis dan
ketinggian yang ditunjukan dalam gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan harus digali lebih lanjut sampai memenuhi
toleransi yang disyaratkan.
2. Lokasi dengan penggalian yang melebihi garis dan ketinggian yang
ditunjukan dalam gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, atau lokasi yang mengalami kerusakan atau menjadi lembek,
harus ditimbun kembali dengan bahan timbunan pilihan atau lapis pondasi
agregat sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
3. Galian pada perkerasan lama dengan dimensi dan kedalaman melebihi yang
telah ditetapkan, harus diisi kembali dengan menggunakan bahan yang sama
dengan perkerasan lama sampai dimensi dan kedalaman yang ditetapkan.
1. Semua bahan galian tanah dan galian batu yang dapat dipakai dalam batas
– batas dan lingkup kegiatan bilaman memungkinkan harus digunakan
secara efektif untuk formasi timbunan atau penimbunan kembali.
2. Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut,
sejumlah besar akar atau bahan tertumbuhan lainnya dan tanah kompresif
yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan akan menyulitkan pemadatan
bahan di atasnya atau mengakibatkan setiap kegagalan atau penurunan
yang tidak dikehendaki, harus dklasfikasikan sebagai bahan yang tidak
memenuhi syarat untuk digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan
permanen.
3. Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan
galian yang tidak disetujui oleh Direksi Pekerjaan untuk digunakan
sebagai bahan timbunan, harus dibuang dan diratakan oleh Penyedia Jasa
di luar Ruang Milik Jalan (Rumija) seperti yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan.
4. Bahan galian stuktur yang surplus, tidak boleh diletakan di daerah aliran
agar tidak mengganggu aliran dan tidak merusak efisiensi atau kinerja dari
struktur. Tidak ada bahan hasil galian yang boleh ditumpuk sedemikian
hingga membahayakan seluruh maupun sebagian dari pekerjaan struktur
yang telah selesai.
g. Prosedur Penggalian
h. Cara Kerja
1. Striping
Sebelum memulai pekerjaan, lokasi yang akan dikerjakan harus terlebih
dahulu dibersihkan (stripping) dari tanah humus yang ada dilokasi setebal
10 cm. Tanah dikupas menggunakan bulldozer dikumpulkan dan diloading
dengan Excavator ke atas Dump Truck untuk diangkut/dibuang. Hasil
kupasan tersebut dibuang ke lokasi pembuangan dengan menggunakan
Dump Truck menuju ke tempat lokasi pembuangan yang telah ditentukan.
Pekerjaan Stripping dilakukan dilokasi pekerjaan trase jalan.
1. Galian Tanah
Pekerjaan galian Tanah dilakukan dilokasi sepanjang trase jalan. Tanah
digali menggunakan Bulldozer dengan bertahap menggunakan metode
slotdozing hingga sampai pada elevasi yang direncanakan dengan
menancapkan blade bulldozer kedalam tanah 20 cm, dengan posisi
Bulldozer dibelakang tanah yang digali. Kemudian tanah dimasukkan ke
dalam Dump Truck yang berada disisi kiri/kanan dari Loader. Tanah
kemudian dibuang ke disposal area yang telah disetujui Direksi dengan
menggunakan Dump Truck. Selama proses penggalian berlangsung akan
diberikan tanda-tanda peringatan di sekeliling galian berupa pengamanan
yang baik.
3. Dasar Pembayaran
Pembayaran
e. Pekerjaan Pemadatan
1. Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditentukan sesuai SNI 03 – 1742 – 1989, dan mencapai nilai CBR 6 %.
Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada
ayakan 19 mm, kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus
dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum
yang ditentukan sesuai dengan SNI 03 – 1742 – 1989.
3. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang
dipadatkan sesuai dengan SNI 03 – 2828 – 1992 dan bila hasil setiap
pengujian menunjukan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka
Penyedia Jasa harus memperbaiki pekerjaan. Pengujian harus dilakukan
sampai kedalaman penuh pada lokasi yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh berselang lebih dari 200 m. untuk
penimbunan kembali di sekitar struktur atau pada galian parit untuk
gorong – gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk
satu lapis penimbunan kembali yang telah selesai dikerjakan. Untuk
timbunan, paling sedikit satu rangkaian pengujian bahan yang lengkap
harus dilakukan untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang
dihampar.
4. Pemadatan dilakukan dengan alat Vibro Roller dengan berat 30 ton dan
Sheepfoot Roller dengan berat 20 ton, dengan spesifikasi lainnya seperti
yang disetujui oleh konsultan pengawas
Material hasil galian tanah yang akan dibuang, diloading denga Excavator ke
Dump Truck, kemudian dibuang ke lokasi pembuangan yang telah disetujui oleh
pemberi kerja. Material tanah galian di lokasi pembuangan diratakan dan
dirapikan agar mudah untuk pengukuran dengan menggunakan Bulldozer. Untuk
lokasi pembuangan tanah galian dengan jarak 50 m ≤ x < 500 berada di lokasi
sekitar galian. Selama proses pembuangan berlangsung akan diberikan tanda-
tanda peringatan di sekeliling lokasi pembuangan berupa pengamanan yang baik.
Material hasil galian tanah yang akan dibuang, diloading denga Excavator ke
Dump Truck, kemudian dibuang ke lokasi pembuangan yang telah disetujui oleh
pemberi kerja. Material tanah galian di lokasi pembuangan diratakan dan
dirapikan agar mudah untuk pengukuran dengan menggunakan Bulldozer. Untuk
lokasi pembuangan tanah galian dengan jarak 500 m ≤ x < 2000 berada di lokasi
sekitar galian. Selama proses pembuangan berlangsung akan diberikan tanda-
tanda peringatan di sekeliling lokasi pembuangan berupa pengamanan yang baik.
Material hasil galian tanah yang akan dibuang, diloading denga Excavator ke
Dump Truck, kemudian dibuang ke lokasi pembuangan yang telah disetujui oleh
pemberi kerja. Material tanah galian di lokasi pembuangan diratakan dan
dirapikan agar mudah untuk pengukuran dengan menggunakan Bulldozer. Untuk
lokasi pembuangan tanah galian dengan jarak 2000 m ≤ x < 3000 berada di lokasi
sekitar galian. Selama proses pembuangan berlangsung akan diberikan tanda-
tanda peringatan di sekeliling lokasi pembuangan berupa pengamanan yang baik.
Pasal 3
a. Uraian
b. Toleransi Dimensi
1. Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi
dari 2 cm atau lebih rendah 3 cm dari yang ditentukan atau disetujui.
2. Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan
harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air
permukaan yang bebas.
3. Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm
dari garis profil yang ditentukan.
4. Timbunan selain dari lapisan penopang di atas tanah lunak tidak boleh
dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam
lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.
c. Penghamparan Timbunan
e. Cara Kerja
1. Metode Pengukuran
a. Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan yang
diperlukan diselsekan dan diterima. Volume yang diukur harus berdasarkan
gambar penampang melintang profil tanah asli yang disetujui atau profil
galian sebelum setiap timbunan ditempatkan dan gambar dengan garis,
kelandaina dan elevasi pekerjaan timbunan akhir yang disyaratkan dan
diterima.
b. Timbunan yang digunakan dimana saja diluar batas kontrak pekerjaan,atau
untuk mengubur bahan sisa atau yang tidak terpakai atau menutup sumber
bahan, tidak boleh dimasukan dalam pengukuran timbunan.
2. Dasar Pembayaran
Kuantitas timbunan yang diukur seperti di uraikan diatas, dalam jarak angkut
berapapun yang diperlukan, harus dibayar untuk per satuan pengukuran dari
masing-masingharga yang dimasukan dalam daftar kuantitas dan harga untuk
mata pembayaran terdaftar dibawah.
g. Pemadatan
Pada pekerjaan Galian dan Timbunan Tanah disamping kiri dan kanan daerah
damaja dibentuk talud dengan kemiringan (1:2) dan dipadatkan, menggunakan
excavator. Setelah dipadatkan daerah luasan Talud ditanami oleh tanaman-
tanaman hias berakar tunggang untuk penahan tanah dari kelongsoran dan dapat
berguna juga untuk estetika.
BAGIAN IV
a. Uraian
1. Umum
2. Lapisan Alas
Bila wet lean concrete ini ditentukan untuk leveling course, maka sebelum
dilaksanakan, lapisan alas harus bersih dari kotoran, lumpur, batu lepas, atau
bahan asing lainnya, dan diperiksa kepadatannya, kerataaan finishing dan
permukaannya oleh Konsultan Pengawas. Daerah yang tidak memenuhi ketentuan
Spesifikasi harus dibongkar, diperbaiki atau direkonstruksi sebagaimana perintah
Konsultan Pengawas. Tidak ada pembayaran langsung untuk pekerjaan
pembongkaran, perbaikan, atau rekonstruksi ini, karena merupakan tanggung
jawab Kontraktor.
3. Lapisan Alas Pasir
Bila wet lean concrete ditentukan untuk pekerjaan pelebaran jalan, maka beton itu
harus diletakkan diatas alas yang sudah rata terdiri pasir alam setebal 5 cm. pasir
alam yang tertinggal (tidak lolos) saringan 200 dan fraksi halusnya non-plastis,
dapat digunakan. Pasir dengan kadar air yang memadai dihamparkan di atas
subgrade dan diratakan. Alas yang sudah rata ini harus dapat dipadatkan dengan
roller yang paling besar yang dapat dipakai. Sebelum pengerjaan wet lean
concrete, alas pasir harus dibasahi dengan air.
4. Material
Agregat, semen dan air harus memenuhi ketentuan. Ukuran maksimum agrergat
harus dipilih oleh Kontraktor dan disesuaikan dengan kebutuhan pemakaian wet
lean concrete, dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5. Perbandingan Campuran
Perbandingan jumlah semen dan agregat dalam kondisi kering jenuh (saturated
surface dry condition) harus memadai untuk memenuhi ketentuan kuat pecah
beton menurut pasal ini, dan untuk menjaga konsistensi campuran. Perbandingan
itu tidak boleh kurang dari 1 : 2 : 4.
6. Cetakan
Wet lean concrete untuk levelling course harus dituang dalam cetakan baja atau
kayu secara cut-off screeding, dengan landai dan elevasi tertentu.
7. Sambungan
Setelah pemadatan dan diratakan sampai bidang dan elevasi yang benar, wet lean
concrete harus dilepa (floating) ssampai permukaan rata dan tak ada permukaan
yang lebih rendah atas pun daerah yang terbuka. Kemudian permukaan harus diuji
dengan paling sedikit dua kali geseran mal datar (straight-edge) dengan bilah mal
tidak kurang dari 1.8 m.
9. Perawatan Beton
Wet lean concrete harus segera dirawat, setelah finishing selesai, untuk jangka
waktu tidak kurang dari 7 hari. Perawatan untuk permukaan harus dilakukan
dengan salah satu metode berikut :
Untuk ini harus disediakan silinder tes kuat tekan beton (compressive strength),
dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, yang dibuat daari beton material wet
lean concrete yang diambil di lapisan. Satu silinder mewakili 50 m wet lean
concrete yang dihamparkan, dan tidak kurang dari tiga silinder harus dibuat setiap
hari.
Kuat pecah beton rata-rata pada umur 7 hari dari setiap kelompok (group) contoh
(spesimen) yang diambil pada setiap pelaksanaan pekerjaan tidak boleh kurang
dari 30 kg/cm2. Bila rata-rata kuat pecah beton pada lebih dari satu kelompok di
antara lima kelompok yang berurutan ternyata kurang 30 kg/cm2, maka kadar
semen harus ditambah sesuai dengan persetujuan Konsultan Pengawas, sampai
hasilnya menunjukkan bahwa campuran tersebut memenuhi syarat.
Bila ketentuan-ketentuan kuat pecah diikuti, nilai kuat pecah beton yang rendah
belum tentu menyebabkan hasil pekerjaan ditolak. Konsultan Pengawas akan
menentukan daerah yang keropos, segregasi, cacat atau rusak, serta daerah yang
tidak memenuhi ketentuan kerataan permukaan. Material tersebut harus dibongkar
sampai seluruh lapisan, dan diganti dengan material campuran yang baru sesuai
dengan Spesifikasi. Perbaikan dengan cara penambahan permukaan tidak boleh
dilakukan.
Wet lean concrete harus dibentuk dan diselesaikan sesuai dengan garis, landai dan
penampang permukaan seperti tertera pada Gambar Rencana. Penyimpangan pada
permukaan yang sudah selesai tidak boleh lebih dari 3 cm dari elevasi yang
direncanakan. Penyimpangan permukaan ini juga, tidak boleh lebih dari 1 cm
pada mal datar (straight edge) 3 m ketika diterapkan sejajar dengan dan tegak
lurus dari garis sumbu (centre line) badan jalan. Mal datar harus dipergunakan
dengan cara overlap ½ dari panjangnya. Perbedaan penyimpangan dari elevasi
yang dikehendaki untuk lapisan perata (levelling course) untuk perkerasan beton
antara dua titik dalam jarak 20 m, tidak boleh lebih dari 1.5 cm.
14. Pemeliharaan
Jumlah wet lean concrete untuk levelling course akan dibayar berdasarkan jumlah
meter persegi dari levelling course itu, yang telah diselesaikan dan disetujui sesuai
dengan Gambar Rencana. Spesifikasi dan petunjuk Konsultan Pengawas. Alas
pasir akan dibayar berdsarkan jumlah meter persegi lapisan alas yang sudah
selesai dan disetujui. Untuk penambahan kandungan semen atau untuk kelebihan
ketebalan lapisan dari ketebalan minimum tidak ada tambahan pembayaran.
Jumlah wet lean concrete dan lapisan alas pasir, yang telah ditentukan diatas, akan
dibayar menurut Harga Kontrak untuk masing-masing butir pembayran di bawah
ini. Pembayran ini merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan seluruh
tenaga kerja., peralatan,dan material yang diperlukan, termsuk pembuatan lapisan
alas, alas pasir, pencampuran, persiapan, pengangkutan, penghamparan,
pemadatan, finishing, pengawetan, pemeliharaan dan pekerjaan lain yang
diperlukan, sesuai dengan Gambar Rencana, Spesifikasi dan petunjuk Konsultan
Pengawas.
1. Agregat
Material pokok untuk perkerasan beton harus sesuai dengan detailnya tertera pada
Gambar.
2. Baja Tulangan
1. Baja tulangan (reinforcing stel) harus sesuai dengan ketentuan Pasal detail
yang tetera pada Gambar.
2. Tulangan baja untuk jalur jalan kendaraan harus berupa anyaman baja atau
tulangan profil sebagaimana terlihat pada Gambar. Tulanagn anyaman baja
harus sesuai dengan persyaratan dari AASHTO M 55. tulangan ini harus
berupa lembaran-lembaran datar dan merupakan suatu jenis yang di setujui
oleh Konsultan Pengawas.
3. Tulangan tarik harus berupa batang-batang baja berulir sesuai dengan
AASHTO M 31.
Bahan pengisi tuang (Poured filler) untuk sambungan harus sesuai dengan
ketentuan AASHTO M 173. Bahan pengisi padat (Preformed filler) untuk
sambungan harus sesuai dengan ketentuan AASHTO M 33, AASHTO M 153,
AASHTO M 213, atau AASHTO M 220, seperti ketentuan dalam Gambar atau
instruksi Konsultan Pengawas dan harus diberi lubang untuk memasang dowel.
Filler untuk setiap sambungan harus berupa satu lembaran untuk seluruh
kedalaman dan lebar yang diperlukan untuk sambungan, kecuali bila ditentukan
lain oleh Konsultan Pengawas. Bila boleh digunakan lebih dari satu lembar, ujung
yang bersentuhan harus dikencangkan sampai rapat, dengan penjepit atau cara lain
yang disetujui Konsultan Pengawas.
Membran atau sekat untuk lapisan tahan air di bawah perkerasan harus berupa
lembaran Polyethene dengan tebal 125 mikron. Bila diperlukan sambungan, maka
harus dibuat overlapping sekurang-kurangnya harus 300 mm.
5. Beton
Persetujuan untuk proporsi bahan pokok campuran akan didasarkan pada hasil
percobaan campuran (trial mix) yang di buat oleh Kontraktor sesuai Spesifikasi
yang ada. Jumlah semen dalam setiap meter kubik beton padat tidak boleh kurang
dari jumlah dalam percobaan campuran yang disetujui. Pemakaian semen yang
terlalu tinggi tidak dikehendaki dan Kontraktor harus mendasarkan desain
campurannya (mix design) pada campuran yang paling hemat yang memenuhi
semua persyaratan. Aregat kasar dan halus harus sesuai dengan ketentuan, Untuk
menentukan perbandingan agregat kasar dan agregat halus, proporsi agregat halus
harus dibuat minimum. Bila perbandingan yang tepat telah ditentukan dan
disetujui, maka setiap perubahan terhadap perbandingan itu harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas. Kontraktor boleh memilih agregat kasar sampai
ukuran maksimum 40 mm, asal tetap sesuai dengan alat yang digunakan dan
kerataan permukaan tetap dapat dijamin. Bila menurut pendapatnya perlu,
Konsultan Pengawas dapat meminta Kotraktor untuk mengubah ukuran agragat
kasar. Perbandingan air dan semen untuk agregat kering didasarkan pada
persyaratan kekuatan beton, tidak boleh lebih dari 0.50 berat total semen.
Plasticizer atau bahan additive pengurang air tidak boleh digunakan, kecuali ada
ijin tertulis dari Konsultan Pengawas. Bahan additive campuran untuk
mempercepat proses pengerasan dan yang mengandung kalsium klorida tidak
boleh digunakan
b. Kekuatan Beton
Kuat Lentur (flexural strength) minimum tidak boleh kurang dari 45 kg/cm2 pada
umur 28 hari. Bila di tes dengan third point method menurut AASHTO Tahun
1997. Mengenai kuat tekan beton minimum pada umur 7 hari disyaratkan 80 %
dari kuat lentuir (flexural strength) minimum. Konsultan Pengawas dengan
pertimbangannya dapat merubah ketentuan ini. Percobaan campuran (trial mix) di
laboratorium yang dibuat oleh Kontraktor, harus sedemikian rupa sehingga
flexural strength yang dihasilkan menunjukkan margin dengan probabilitas nilai
flexural strength hasil tes yang lebih rendah dari flexural strength minimum yang
ditentukan, tidak lebih dari 1 %.
c. Peralatan
2. Mesin Penggetar
3. Gergaji Beton
Acuan lurus harus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang dari 5 mm
dan harus disediakan dalam bentuk bagian-bagian dengan panjang tidak kurang
dari 3 m. acuan ini sekurang-kurangnya mempunyai kedalaman sama denagn
ketebalan perkerasan jalan tanpa sambungan horizontal dan lebar dasar acuan
tidak kurang dari kedalamannya. Acuan yang mudah disesuaikan atau lengkung
dengan radius yang memadai harus digunakan untuk tikungan dengan radius 30 m
atau kurang. Acuan yang mudah disesuaikan (fleksibel) atau lengkung harus
dibuat sedemikian dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Acuan harus
dilengkapi dengan sarana yang memadai untuk keperluan pemasangan, sehingga
bila telah terpasang acuan tersebut dapat menahan, tanpa adanya lentingan atau
penurunan, segala benturan dan getaran dari alat penghampar dan penempa.
Batang flens (flange braces) harus melebihi keluar dai dasar tidak kurang dari 2/3
tinggi acuan. Acuan yang permukaan atasnya miring, bengkok, terpuntir atau
patah harus disingkirkan dari tempat pekerjaan. Acuan bekas yang diperbaiki
tidak boleh digunakan sebelum diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Permukaan atas acuan tidak boleh berbeda lebih dari 3 mm sepanjang 3 m dari
suatu bidang datar sebenarnya dan bidang tegak tidak berbeda melebihi 6 mm.
Acuan ini juga harus dilengkapi pengunci pada ujung-ujung bagian yang
bersambungan.
Bila digunakan dowel (batang baja polos), maka harus dipasang sejajar dengan
permukaan dan garis sumbu perkerasan beton, dengan memakai pengikat/penahan
logam yang dibiarkan terpendam dalam perkerasan. Ujung dowel harus dipotong
agar permukaannya rata. Ukuran bagian dowel yang harus dilapisi aspal atau
pelumas lain harus sesuai yang tertera pada Gambar, agar bagian tersebut tidak
ada lekatan dengan beton. Penutup (selubung) dowel dari PVC atau logam, yang
disetujui Konsultan Pengawas, harus dpasang pada setiap batang dowel pada
sambungan ekspansi. Penutup itu harus berukuran pas dengan dowel dan bagian
ujung yang tertutup harus tahan air. Sebagai pengganti dowel pada sambungan
kontraksi, batang dowel bisa diletakkan dalam seluruh ketebalan pererasan dengan
alat mekanik yang disetujui Konsultan Pengawas.
6. Menutup Sambungan
Sambungan harus ditutup segera sesudah selesai proses perawatan (curing) beton
sebelum jalan terbuka untuk lalu lintas, termasuk kendaraan Kontraktor. Sebelum
ditutup, setiap sambungan harus dibersihkan dari material yang tidak dikehendaki,
termasuk bahan perawatan (membrane curing compound) dan permukaan
sambungan harus bersih dan kering ketika diisi dengan material penutup. Material
penutup (joints sealer) yang digunakan pada setiap sambungan harus sesuai
dengan yang tertera pada Gambar atau perintah Konsultan Pengawas. Material
penutup harus diaduk selama pemanasan untuk mencegah pemanasan yang
berlebihan secara tidak merata. Waktu dituangkan, jangan sampai material ini
tumpah pada permukaan beton yang terbuka. Kelebihan material pada permukaan
beton harus segera dibersihkan. Penggunaan pasir atau material lain sebagai
pelindung material penutup tidak diperbolehkan.
d. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Umum
Memulai pekerjan beton semua pekerjaan pondasi Agregat, dan ducting yang
berdekatan harus sudah selsai dan disetujui Konsultan Pengawas, semua beton
harus dihamparkan merata, didatkan dan diselesaikan dengan mesin.
2. Pemasangan Acuan
Acuan harus dipasang dimuka bagian perkerasan yang sedang dilaksanakan, agar
mempermudah pelaksanaan dan persetujuan pekerjaan yang harus memperhatikan
bentuk permukaan yang berdekatan. Acuan harus dipasang pada tempatnya
dengan menggunakan sekurang-kurangnya 3 paku untuk setiap 3 m bagian
panjang acuan. Patok (pin) ini harus diletakkan pada masing-masing sisi setiap
sambungan. Acuan harus kokoh dan tidak goyah. Toleransi acuan dari garis yang
sebenarnya tidak boleh tidak boleh lebih dari 5 mm. Acuan harus dibuat
sedemikian rupa sehingga kokoh, tanpa terlihat adanya lentingan atau penurunan,
terhadap benturan dan getran dari peralatan pemadat dan penempa. Acuan harus
lebih bersih dan dilapisi pelumas sebelum beton dihamparkan. Alinyemen dan
elevasi kelandaiaan acuan harus diperiksa dan bila perlu diperbaiki oleh
Kontraktor segera sebelum beton dihamparkan. Bila acuan berubah posisinya atau
kelandaiaan tidak stabil, maka harus dibetulkan dan diperiksa ulang.
3. Penghamparan Beton
Setelah beton dituangkan, baja tulangan harus ditempatkan agar sesuai dengan
bentuk penampang melintang yang tercantum pada Gambar. Bila beton
dihamparkan dalam dua lapisan, lapisan bawah harus dihampar sehingga anyaman
kawat baja atau bar mat dapat diletakkan di atas beton dengan tepat. Baja tulangan
harus langsung diletakkan di atas hamparan beton tersebut, sebelum lapisan
atasnya dituangkan. Lapisan bawah beton yang sudah dituangkan lebih dari 30
menit tanpa diikuti penghamparan lapisan atas harus dibongkar dan diganti
dengan beton baru atas biaya Kontraktor. Bila perkerasan beton dibuat langsung
dalam satu lapisan, baja tulangan harus diletakkan sebelum beton dihamparkan,
atau ditempatkan pada kedalaman sesuai ketentuan Gambar pada beton yang
masih lembek setelah terhampar, dengan memakai alat mekanik atau vibrator.
Pada sambungan antara anyaman kawat baja, kawat pertama dari anyaman itu
harus terletak di atas anyaman yang sebelumnya, dengan bagian yang saling tindih
(overlap) tidak kurang dari 450 mm. Baja tulangan harus bersih dari kotoran,
minyak, cat, lemak, dan karat yang akan mengganggu kelekatan baja dengan
beton.
Bila luas perkerasan beton relative kecil atau bentuknya tidak beraturan, atau bila
tempat kerja sangat terbatas untuk dilaksanakan dengan metode seperti yang
ditentukan dalam ketentuan di atas, beton harus dihampar dan diratakan dengan
tangan tanpa segregasi atau pemadatan awal. Beton yang akan dipadatkan dengan
balok vibrator, harus ditekan sampai level tertentu sehingga setelah kandungan
udara dibuang melalui pemadatan, permukaannya akan lebih tinggi dari pada
acuan samping. Beton harus dipadatkan dengan balok pemadat dari baja atau dari
kayu keras beralas baja dengan lebar tidak kurang dari 75 mm, tinggi tidak kurang
dari 290 mm, daya penggerakannya tidak kurang dari 250 watt per meter lebar
perkerasan beton. Balok diangkat dan digerakkan maju sedikit demi sedikit
dengan jarak tidak lebih dari lebar balok. Juga bisa dipakai pemadat vibrasi
berbalok ganda dengan daya yang sama. Bila ketebalan beton melebihi 200 mm,
atau bila diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, untuk menyempurnakan
pemadatan dapat dilakukan vibrasi internal tambahan pada seluruh lebar
perkerasan. Setelah setiap 1.5 m panjang perkerasan beton dipadatkan, balok
vibrasi harus mengulang lagi dengan pelan-pelan pada permukaan yang sudah
dipadatkan itu untuk menghaluskan permukaan. Permukaan jalan harus di ukur
kerataannya dengan paling sedikit 2 kali lintasan mal datar yang digeserkan,
dengan panjang tidak kurang dari 1.8 m. bila permukaan lapisan rusak karena mal
datar (straight-edge), karena permukaan tidak rata, balok vibrasi harus digunakan
lagi, lalu diikuti dengan mal-datar lagi. Bila penghamparan perkerasan beton
harus dilakukan dengan dua lapisan, lapisan utama harus dihamparkan, dan
dipadatkan sampai level tertentu sehingga baja tulangan setelah terpasang
mempunyai tebal pelindung yang cukup. Segera setelah itu lapisan atas beton
dituangkan dan difinishing.
7. Pelepaan
Setelah ditempa dan dikonsolidasikan, beton harus diperhalus lagi dengan bantuan
alat-alat lepa, dengan salah satu metoda berikut :
a. Metode Manual
Untuk ini dapat digunakan pelepa longitudinal dengan panjang tidak kurang dari
350 mm dan lebar tidak kurang dari 150 mm, dilengkapi dengan pengaku agar
tidak melentur atau melengkung. Pelepa longitudinal dioperasikan dari atas
jembatan yang dipasang merentangi kedua sisi acuan tapi tanpa menyentuh beton,
digerakkan seperti gerakan menggergaji, sementara pelepa selalu sejajar dengan
garis sumbu jalan (center line), dan bergerak berangsur-angsur dari satu sisi
perkerasan ke sisi lain. Gerakan maju sepanjang garis sumbu jalan harus
berangsur-berangsur dengan pergeseran tidak lebih dari setengah panjang pelepa.
Kelebihan air atau cairan harus dibuang.
b. Menggunakan Mesin
Pelepa mekanik harus jenis yang disetujui Konsultan Pengawas dan dalam
keadaan dapat dioperasikan dengan baik. Pelepa harus disesuaikan dengan bentuk
permukaan jalan yang dikehendaki dan dengan mesin finishing melintang
(transverse finishing machine). Juga dapat digunakan mesin yang mempunyai
pelepa pemotong dan pelepa penghalus yang dipasang pada dan dikendalikan
melalui rangka yang kaku. Rangka ini dijalankan dengan alat beroda 4 atau lebih,
yang bertumpu pada acuan samping. Bila perlu setelah pelepaan dengan salah satu
metode di atas, untuk menutup dan menghaluskan lubang-lubang pada permukaan
beton dapat digunakan pelepa dengan batang pegangan yang panjang (bertangkai),
dengan papan panjang tidak kurang dari 1.5 m dan lebar 150 mm. pelepa ini tidak
boleh digunakan pada seluruh permukaan beton sebagai pengganti atau pelengkap
salah satu metode pelepaan atas. Bila penempaan dan pemadatan dikerjakan
tangan dan bentuk permukaan jalan tidak memungkinkan digunakannya pelepa
longitudinal, pelepaan permukaan dilakukan secara melintang dengan pelepa
bertangkai. Setelah pelepaan air dan sisa beton yang ada dipermukaan harus
dibuang dari permukaan jalan dengan mal datar sepanjang 3.0 m atau lebih. Setiap
geseran harus dilintasi lagi dengan ukuran setengah panjang mal datar.
8. Memperbaiki Permukaan
Setelah pelepaan selesai dan kelebihan air dibuang, sementara beton masih
lembek, bagian-bagian yang melesak harus segera diisi dengan beton baru,
ditempa, dikonsoliddasi dan di finishing lagi. Daerah yang menonjol/berlebih
harus dipotong dan di finishing lagi. Sambungan harus diperiksa kerataannya.
Permukaan harus terus diperiksa dan dibetulkan sampai tak ada lagi perbedaan
tinggi pada permukaan dan perkerasan beton sesuai dengan kelandaian dan
tampang melintang yang ditentukan.Perbedaan tinggi permukaan menurut
pengujian mal datar (straightedge) tidak melebihi toleransi yang ditentukan dalam
Spesifikasi.
9. Membentuk Tepian
Setelah sambungan dan tepian selesai, dan sebelum bahan pangawet (curing)
digunakan, permukaan beton harus dikasarkan dengan disikat melintang garis
sumbu (centre line) jalan. Pengkasaran ini dilakukan dengan menggunakan sikat
kawat selebar tidak kurang dari 450 mm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan
baru adalah 100 mm dengan masing-masing untaian terdiri dari 32 kawat. Sikat
harus terdiri daari 2 baris untaian kawat, yang diatur berselang-seling sehingga
jarak masing-masing pusat untaian maksimum 10 mm. Sikat harus diganti bila
bulu terpendek panjangnya sampai 90 mm. kedalaman tekstur rata-rata tidak
boleh kurang dari 0.75 mm.
Begitu beton mngeras, permukaan jalan harus diuji memakai mal datar
(straightedges) 3.0 m. daerah yang menunjukkan ketinggian lebih dari 3 mm tapi
tidak lebih dari 12.5 mm sepanjang 3.0 mm itu harus ditandai dan segra
diturunkan dengan alat gurinda yang telah disetujui sampai bila dites lagi,
ketdakrataannya tidak lebih dari 3 mm. Bila penyimpangan dari penampang
melintang sebenarnya lebih dari 12.5 mm, lapisan jalan harus dibongkar dan
diganti oleh Kontraktor atas biaya sendiri. Bagian yang dibongkar tidak boleh
kurang dari 3.0 m ataupun kurang dari lebar lajur yang kena bongkaran. Bagian
yang tersisa dari pembongkaran pada perkerasan beton dekat sambungan yang
panjangnya kurang dari 3.0 m, harus ikut dibongkar dan diganti.
12. Pengawetan
Permukaan beton yang terbuka harus segera dilapisi pengawet (curing compound)
setelah di finishing dengan sikat, dengan mnyemperotkan bahan pengawet pada
permukaan menggunakan penyemperot atau alat lain yang disetujui dengan
kecepatan 0.22 – 0.36 lt/m2 untuk penyemperotan mekanis atau 0.27 – 0.36 lt/m2
untuk penyemperotan manual. Bahan ini tidak boleh masuk ke alur pada alur-alur
sambungan. Setelah pekerjaan finishing selesai dan kerusakan pada beton tak
akan terjadi, seluruh permukaan beton tersebut haarus segera dilaisi penutup,
dapat berupa karung goni, dan dirawat dengan metode tertentu yang sesuai
spesifikasi dan dapat dipertanggung jawabkan. Bila gagal menyediakan bahan
penutup dan air yang cukup semestinya, maka pekerjaan beton harus dihentikan.
Kecuali bila ditentukan lain, acuan tidak boleh dibongkar dari beton yang baru
dihamparkan sebelum mencapai waktu paling sedikit 12 jam. Acuan harus
dibongkar dengan hati-hati agar beton tidak rusak. Setelah dibongkar, bagian sisi
plat beton harus dirawat (curing). Daerah rongga (honey comb) yang kecil harus
dibersihkan, dibasahi dan didempul dengan adukan semen kental dengan
perbandingan 1 semen dan 2 agregat halus. Rongga (honey comb) yang besar
dianggap sebagai kerusakan, harus dibongkar dan diganti. Bagian yang dibongkar
tidak boleh kurang dari 3.0 m panjangnya atau kurang dari lebar seluruh lajur
yang terkena pembongkaran. Bagian yang tersisa dari pembongkaran yang
berdekatan dengan sambuingan yang panjangnya kurang dari 3.0 m harus ikut
dibongkar dan diganti.
g. Metode Pengukuran
Jumlah yang akan dibayar dengan mata pembayaran tersebut di bawah ini adalah
jumlah meter persegi perkerasan beton yang telah selesai dan disetujui, pada
perkerasan permanent. Lebar yang diukur adalah lebar perkerasan yang tertera
pada penampang melintang rencana, daerah-daerah tambahan seperti jalur ramp
dan toll plaza atau sebagaimana petunjuk tertulus Konsultan Pengawas. Panjang
akan diukur oleh Konsultan Pengawas, yaitu sepanjang garis sumbu setiap badan
jalan. Sambungan dan baja tulangan yang diperlukan dalam pekerjan dari Pasal ini
tidak akan diukur untuk pembayaran tersendiri.Perkerasan hasil percobaan
penghamparan yang dilaksankan di luar daerah pekerjaan permanent tak akanm
diukur untuk pembayaran tersendiri.
h. Dasar Pembayaran
1. Umum
Jumlah perkerasan beton hasil pengukuran tersebut di atas akan dibayar menurut
Harga Satuan Kontrak per meter persegi. Harga dan pembayaran ini merupakaan
kompensasi penuh untuk penyediaan dan penempatan material, termasuk beton
kelas D, baja tulangan, acuan, dowel, tie bar, dan penentuan harga; dan seluruh
seluruh material, tenaga kerja, peralatan dan kebutuhan incidental yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan menurut Gambar. Untuk perkerasan yang
ketebalannya kurang dengan kekurangan-ketebalan lebih dari 5 mm, tapi tidak
lebih dari 25 mm, akan dibayar menurut Harga satuan yang disesuaikan, seperti
ditentukan di bawah ini. Tidak ada pembayaran tambahan untuk jalan yang
ketebalan rata-ratanya melebihi ketebalan yang tertera dalam Gambar.
2. Penyesuaian Harga
dari 5 mm, tidak lebih dari 25 mm, pembayran didasarkan pada harga yang
Pengawas menentukan daerah itu tidak perlu dibongkar dan diganti, maka
untuk daerah tersebut tidak akan dibayar. Bila kekuatan perkerasan beton tidak
Pengawas mungkin akan menyetujui perkerasan beton itu, bila nilai rata-rata
dari empat hasil tes yang berurutan tidak kurang dari 80 % kekuatan minimum
yang ditentukan, dan akan diatur dengan penyesuaian harga sebagai berikut :
Pasal 1
Struktur Beton
a. Uraian
1. Toleransi Dimensi :
2. Toleransi Bentuk :
b) Selimut beton 3 cm - 5 cm : ± 10 mm
c. Persyaratan Bahan
1. Beton
2. Bahan Tambah
Bahan tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja beton
dapat berupa bahan kimia atau bahan limbah yang berupa serbuk halus sebagai
bahan pengisi pori dalam campuran beton dan sesuai yang telah ditentukan dan di
setujui oleh konsultan pengawas.
d. Pelaksanaan
a) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi
untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja
atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan harus
membersihkan serta menggaru tempat di sekeliling pekerjaan beton yang cukup
luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jika diperlukan
harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk menjamin dapat diperiksanya
seluruh sudut pekerjaan dengan mudah dan aman.
b) Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga
agar senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur,
bersampah atau di dalam air. Apabila beton akan dicor di dalam air, maka harus
dilakukan dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti
pada dasar sumuran atau cofferdam dan atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
c) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain
yang harus berada di dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah
dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran
d) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka bahan lantai
kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan dalam
Spesifikasi.
e) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk pondasi
sebelummenyetujui pemasangan acuan, baja tulangan atau pengecoran beton.
Penyedia Jasa dapat diminta untuk melaksanakan pengujian penetrasi kedalaman
tanah keras, pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk memastikan
cukup tidaknya daya dukung tanah di bawah pondasi.
f) Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air
hujan dengan memasang tenda seperlunya. Direksi Pekerjaan berhak menunda
pengecoran sebelum tenda terpasang dengan benar. Penyedia Jasa juga harus
memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air pasang atau muka air
tanah dengan penanganan seperlunya.
2. Acuan
a) Bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah harus
dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara
manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus
dibuang sebelum pengecoran beton.
b) Acuan dapat dibuat dari kayu atau baja dengan sambungan yang kedap dan
kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran,
pemadatan dan perawatan.
c) Untuk permukaan akhir struktur yang tidak terekspos dapat digunakan kayu
yang tidak diserut permukaannya. Sedangkan untuk permukaan akhir yang
terekspos harus digunakan kayu yang mempunyai permukaan yang rata. Seluruh
sudut-sudut tajam acuan harus ditumpulkan.
d) Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dibongkar tanpa merusak
permukaan beton dengan memberikan pelumas (oil form).
3. Pengecoran
a) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air
atau diolesi pelumas di sisi dalamnya yang tidak meninggalkan bekas.
b) Pengecoran beton ke dalam cetakan sampai selesai harus dalam waktu 1 jam
setelah pencampuran, atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu
pengerasan (setting time) semen yang digunakan, kecuali digunakan bahan
tambahan untuk memperlambat proses pengerasan (retarder) yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
f) Tinggi jatuh bebas beton ke dalam cetakan tidak boleh lebih dari 150 cm.Beton
tidak boleh dicor langsung ke dalam air. Bilamana beton dicor di dalam air dan
tidak dapat dilakukan pemompaan dalam waktu 48 jam setelah pengecoran, maka
beton harus dicor dengan metode tremi atau metode Drop-Bottom-Bucket,dimana
pengggunaan bentuk dan jenis yang khusus untuk tujuan ini harus disetujui
terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.Dalam hal pengecoran dibawah air dengan
menggunakan beton tremi maka campuran beton tremi tersebut harus dijaga
sedemikian rupa agar campuran tersebut mempunyai slump tertentu, kelecakan
yang baik dan pengecoran secara keseluruhan dari bagian dasar sampai atas tiang
pancang selesai dalam masa setting time beton. Untuk itu harus dilakukan
campuran percobaan dengan menggunakan bahan tambahan (retarder) untuk
memperlambat pengikatan
awal beton, yang lamanya tergantung dari lokasi pengecoran beton, pemasangan
dan penghentian pipa tremi serta volume beton yang dicor. Pipa tremi dan
sambungannya harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga
memungkinkan beton mengalir dengan baik.Tremi harus selalu terisi penuh
selama pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat maka tremi harus ditarik
sedikit keatas dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum pengecoran
dilanjutkan.Baik tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran
beton di bawah permukaan beton yang telah dicor sebelumnya
h) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton baru yang akan
dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas
dan rapuh dan dilapisi dengan bonding agent yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
j) Apabila dilakukan pengecoran beton yang menggunakan pompa beton dari alat
Ready Mix, maka perlu diperhatikan kapasitas, daya pemompaan, kelecakan
beton untuk mendapatkan hasil pengecoran yang sesuai dengan ketentuan.
4. Pemadatan
a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar
acuan yang telah disetujui. Bilamana diperlukan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang
cocok untuk menjamin kepadatan yang tepat dan memadai. Alat penggetar tidak
boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain
di dalam acuan.
c) Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada hasil
pemadatan yang diperlukan.
f) Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai sebelum terjadi waktu
ikat awal (initial setting).
5. Sambungan Pelaksanaan
e) Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bonding agent yang dapat digunakan untuk
pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan cara pelaksanaannya harus sesuai
dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
6. Pembongkaran Acuan
a) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis
dan struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton tanpa
mengabaikan perawatan. Acuan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat,
balok, gelegar, atau struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian kuat
tekan beton menunjukkan paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton.
7. Permukaan
a) Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera setelah
pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang telah digunakan
untuk memegang acuan, dan acuan yang melewati badan beton, harus dibuang
atau dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan
mortar dan ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan cetakan harus
dibersihkan.
d) Permukaan yang tidak horisontal yang telah ditambal atau yang masih belum
rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium), dengan
menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya. Adukan harus terdiri
dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan
untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh
tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi, serta
diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan ini harus
dibiarkan tertinggal di tempat.
8. Perawatan Beton
a) Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini,
temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar
kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperatur
yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang
sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton.
c) Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus dirawat
setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan
ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm paling sedikit selama 21
hari.Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi, harus
dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton
berumur 28 hari.
e. Pengendalian Mutu
1. Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima (Beton dll) harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan
dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-
bahan yang telah diterima.
2. Pengawasan
3. Bahan
b) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan
yang disyaratkan atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, bila pengambilan
contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990, SNI 03-4810-
1998, SNI 03-2493-1991, SNI 03-2458-1991.
c) Bilamana pengujian beton umur 7 hari menghasilkan kuat tekan beton di bawah
kekuatan yang disyaratkan yaitu 45 kN, maka Penyedia Jasa tidak diperkenankan
mengecor beton lebih lanjut, sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut
diketahui dengan pasti dan diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa
produksi beton berikutnya memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam
Spesifikasi. Kuat tekan beton umur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan yang
disyaratkan harus dipandang sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima dan
pekerjaan tersebut harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan di atas. Kekuatan
beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil pengujian
serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang dilaksanakan lebih kecil
dari kuat tekan beton karakteristik.
a) Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah benda uji per set)
untuk pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah beton yang dicorkan untuk setiap
kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah
pada tiap hari pengecoran.
b) Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus menyediakan
benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, dan
harus dirawat sesuai dengan SNI 03-4810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak
bersamaan dan diambil dari contoh yang sama dengan benda uji silinder yang
akan dirawat di laboratorium.
c) Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas pengecoran atau
komponen struktur yang dicor secara terpisah dan diambil jumlah terbanyak
diantara keduanya.
e) Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil produksi ready mix,
diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk setiap truk). 1set = 3 buah benda uji.
f) Kekuatan beton diterima dengan memuaskan bila fc karakteristik dari benda uji
lebih besar atau sama dengan fc rencana. fc karakteristik dihitung dengan rumus
sebagai berikut: fc’= fcm ± k.S , di mana S menyatakan nilai deviasi standar dari
hasil uji tekan, dan k adalah konstanta yang tergantung pada jumlah hasil kuat
tekan dari benda uji
g) Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan beton atau
adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat meminta
Penyedia Jasa melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menjamin
bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil dengan
meminta pihak ketiga untuk melaksanakannya.
h) Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser. Penyedia Jasa harus
mengajukan detail rencana perbaikan untuk mendapatkan persetujuan Direksi
Pekerjaan sebelum memulai pekerjaan.
1. Cara Pengukuran
a) Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton yang digunakan
dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar Kerja atau
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Tidak ada pengurangan yang akan
dilakukan untuk volume yang ditempati oleh pipa dengan garis tengah kurang dari
20 cm atau oleh benda lainnya yang tertanam seperti "water stop", baja tulangan,
selongsong pipa (conduit) atau lubang sulingan (weephole).
b) Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan untuk
acuan, perancah untuk balok dan lantai pemompaan, penyelesaian akhir
permukaan, penyediaan pipa sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya untuk
penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah dianggap
termasuk dalam harga penawaran untuk Pekerjaan Beton.
c) Kuantitas bahan untuk lantai kerja, bahan drainase porous, baja tulangan dan
mata pembayaran lainnya yang berhubungan dengan struktur yang telah selesai
dan diterima akan diukur untuk dibayarkan seperti disyaratkan pada Seksi lain
dalam Spesifikasi ini.
d) Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai beton
struktur atau beton tidak bertulang. Beton Struktur harus beton yang disyaratkan
atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai fc’=20 MPa (K-250) atau lebih
tinggi dan Beton Tak Bertulang harus beton yang disyaratkan atau disetujui untuk
fc’=15 MPa (K-175) atau fc’=10 Mpa (K-125). Bilamana beton dengan mutu
(kekuatan) yang lebih tinggi diperkenankan untuk digunakan di lokasi untuk mutu
(kekuatan) beton yang lebih rendah, maka volumenya harus diukur sebagai beton
dengan mutu (kekuatan) yang lebih rendah.
2. Dasar Pembayaran
Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan sebagaimana
yang disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata
Pembayaran dan menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan di bawah
dan dalam Daftar Kuantitas.Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi
penuh untuk seluruh penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak
dibayar dalam Mata Pembayaran lain, termasuk "water stop", lubang sulingan,
acuan, perancah untuk pencampuran, pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan
beton, dan untuk semua biaya lainnya yang perlu dan lazim untuk penyelesaian
pekerjaan yang sebagaimana mestinya, yang diuraikan dalam Seksi ini.
Pasal 2
Beton Prategang
a. Uraian
Pekerjaan ini mencakup pekerjaan beton prategang yang terdiri dari fabrikasi
gelagar beton prategang pracetak, pelat beton prategang pracetak dan tiang
pancang pracetak prategang yang dibuat sesuai dengan Spesifikasi ini mendekati
garis, elevasi, dan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar.Pekerjaan ini
mencakup pembuatan, pengangkutan dan penyimpanan balok, tiang pancang,
pelat dan elemen struktur dari beton pracetak, yang dibuat dengan cara pra-tarik
(pretensioned) maupun pasca tarik (post-tensioned). Pekerjaan ini juga termasuk
pemasangan semua elemen prategang pracetak. Ketentuan dari spesifikasi
pembetonan dan ditambahkan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut.
b. Toleransi Dimensi
Panjang total setiap unit dari pusat ke pusat landasan tidak boleh berbeda lebih
dari 0,06 % panjang yang disyaratkan, dengan perbedaan maksimum sebesar 15
mm. Jarak lubang dari pusat ke pusat untuk tulangan melintang, batang atau kabel
tidak boleh berbeda lebih dari 6 mm dari posisi yang ditentukan sebagaimana
yang diukur dari sumbu melintang unit tersebut.
1. Lendutan
Nilai kelendutan unit sejenis yang digunakan pada bentang yang sama harus
terletak dalam rentang maksimum 20 mm untuk kondisi dan perawatan yang sama,
dan sebagainya.
2. Kelengkungan
Sumbu memanjang tidak boleh menyimpang dalam arah melintang dari suatu
garis lurus yang menghubungkan titik pusat ujung-ujung elemen lebih dari 6 mm
atau 0,06 % panjang yang ditentukan, dipilih yang lebih besar.
3. Puntir
Rotasi sudut setiap penampang relatif terhadap suatu penampang ujung harus
tidak boleh lebih dari 5 mm per meter untuk tepi yang sedang diperiksa.
4. Kabel
Selimut kabel : ± 5 mm
5. Sepatu Tiang dan Penghubung Sambungan Pra-fabrikasi Sepatu dan
sambungan tiang, bilamana penghubung tiang diperkenankan, harus disambung
dengan kuat pada tiang pancang, di tengah-tengah dan segaris dengan sumbu tiang
pancang.
6. Panjang Cetakan
Kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar, maka tiang pancang harus dicor dengan
panjang utuh tanpa sambungan.
c. Persyaratan Bahan
1. Beton
2. Acuan
3. Grouting
4. Baja Tulangan
Batang baja dan tulangan anyaman harus sesuai dengan ketentua Pembetonan dari
Spesifikasi diatas.
5. Baja Prategang
Untaian kawat (strand) prategang harus terdiri dari 7 kawat (wire) dengan kuat
tarik tinggi, bebas tegangan, relaksasi rendah dengan panjang menerus tanpa
sambungan atau kopel sesuai dengan SNI 07-1154-1989. Untaian kawat tersebut
harus mempunyai kekuatan leleh minimum sebesar 160 kg/mm2 dan kekuatan
batas minimum dari 190 kg/mm2. (2) Kawat (wire) prategang harus terdiri dari
kawat dengan kuat tarik tinggi dengan panjang menerus tanpa sambungan atau
kopel dan harus sesuai dengan SNI 07 1155-1989. Batang logam campuran
dengan kuat tarik tinggi harus bebas tegangan kemudian diregangkan secara
dingin minimum sebesar 91 kg/mm2.
6. Pemasokan
Kawat baja kuat tarik tinggi atau batang baja kuat tarik tinggi yang akan
digunakan dalam pekerjaan prategang harus dipasok dalam gulungan berdiameter
cukup besar agar dapat mempertahankan sifat-sifat yang disyaratkan dan akan
tetap lurus bila dibuka dari gulungan tersebut. Untuk gulungan wire disyaratkan
mempunyai diameter minimum 1,50 m dan untuk strand 0,75 meter. Sedangkan
untuk stress bar dipasok dalam bentuk ikatan semua bahan yang dipasok harus
dalam kondisi baik, tidak tertekuk atau bengkok. Bahan tersebut harus bebas dari
karat, kotoran, bahan lain yang lepas, minyak, gemuk, cat, lumpur atau bahan-
bahan lainnya yang tidak dikehendaki tetapi juga tidak licin karena digosok.
Setiap gulungan atau ikatan kabel harus disimpan dalam kelompok-kelompok
menurut ukuran dan panjangnya, diikat dan diberi label yang menunjukkan
ukuran kabel dalam gulungan. Label tersebut harus berisi informasi mengenai
spesifikasi teknis yang terkait serta nomor sertifikat yang mengacu pada hasil tes
yang dikeluarkan oleh pabrik.
7. Pengangkuran
Angkur harus mampu menahan paling sedikit 95% kuat tarik minimum baja
prategang, dan harus memberikan penyebaran tegangan yang merata dalam beton
pada ujung kabel prategang. Perlengkapan harus disediakan untuk perlindungan
angkur dari korosi. Perkakas pengangkuran untuk semua sistem pasca-
penegangan (post-tension) harus dipasang tepat tegak lurus terhadap semua arah
sumbu kabel untuk pasca-tarik. Angkur harus dilengkapi dengan selongsong atau
penghubung yang cocok lainnya untuk memungkinkan penyuntikan (grouting).
8. Selongsong
d. Pelaksanaan
1. Beton Prategang
Tempat Pencetakan Lokasi setiap tempat pencetakan harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
2. Acuan
Pipa acuan untuk membentuk lubang melintang dalam pekerjaan akhir atau
perkakas cetak lainnya yang akan membatasi regangan memanjang dalam elemen
acuan harus dilepas sesegera mungkin setelah pengecoran beton sedemikian rupa
sehingga pergerakan akibat penyusutan atau perubahan temperatur beton dapat
dikendalikan. Bilamana diperlukan rongga dalam beton, maka pembentuk rongga
beton harus terpasang kaku dengan cara yang sedemikian hingga tidak terjadi
pergeseran yang cukup besar dalam segala arah selama pelaksanaan pengecoran.
Bilamana pembentuk rongga beton diikat pada kabel prategang, maka pencegahan
harus dilakukan untuk menjamin bahwa pola untaian tidak mengalami distorsi
akibat gaya apung dari rongga tersebut. Harus dilakukan pencegahan terhadap
kerusakan pada semua acuan selama pengecoran.
3. Perlengkapan Prategang
Kabel prategang harus dirakit sesuai dengan petunjuk yang diikutsertakan dalam
sertifikat persetujuan pabrik.Sebelum perakitan, maka permukaan baja prategang
harus diperiksa terhadap korosi. Karat lepas harus dibuang dengan tangan, yaitu
dengan lap kain goni atau wol baja halus dan setiap jenis minyak harus
dibersihkan dengan menggunakan deterjen. Suatu lapisan karat yang tipis tidak
dianggap merusak asalkan baja tersebut tidak nampak keropos atau titik besar
yang sudah mulai masuk ke dalam material dan menjadikan karat tipis tersebut
tidak merata setelah dibersihkan dari karat. Baja yang sangat berkarat atau baja
yang keropos harus ditolak dan dikeluarkan dari tempat kerja. Benda asing yang
melekat pada baja harus dihilangkan setelah prategang atau sebelum penempatan
dalam selongsong. Bilamana baja prategang untuk pekerjaan penegangan sebelum
pengecoran (pre-tension) dipasang sebelum pengecoran pada unit tersebut, atau
bilamana tidak disuntik dalam waktu 10 hari sejak pemasangan, maka baja
tersebut harus mengikuti ketentuan di atas untuk perlindungan terhadap korosi dan
ditolak jika berkarat. Dalam hal ini, bahan penghambat korosi harus digunakan
dalam selongsong setelah pemasangan kabel. Angkur harus dirakit dengan kabel
dengan cara sedemikian sehingga dapat mencegah setiap pergeseran posisi, baik
selama pemasangan maupun pengecoran.
5. Selimut Beton
Jika tidak ditentukan lain, maka selimut beton tidak boleh kurang dari 2 kali
diameter kabel atau 3 cm, diambil yang lebih besar. Selimut beton tersebut harus
ditambah 1,5 cm untuk beton yang kontak langsung dengan permukaan tanah atau
3,0 cm untuk elemen beton yang dipasang dalam air asin. Persyaratan untuk
selimut beton ini juga mengacu pada ketentuan Pembetonan.
6. Pengecoran Beton
7. Perawatan
Perawatan dengan air dapat digunakan sesuai dengan yang disyaratkan dalam
ketentuan pembetonan.
Tidak ada penegangan yang boleh dilaksanakan tanpa persetujuan dari Direksi
Pekerjaan. Pelaksanaan penegangan harus dilaksanakan di bawah pengawasan
dari seorang ahli yang disediakan oleh pabrik dari peralatan yang akan digunakan,
oleh suatu tim sangat berpengalaman dalam menggunakan peralatan tersebut dan
disaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya.
Kabel harus ditempatkan sesuai dengan yang ditunjukkan dalam Gambar, dan
harus dipasang sedemikian hingga tidak bergeser selama pengecoran beton. Pada
penempatan kabel, perhatian khusus harus diberikan agar kabel tidak menyentuh
acuan yang telah diminyaki. Bilamana terlihat tanda-tanda minyak pada kabel,
maka kabel harus segera dibersihkan dengan menggunakan kain yang dibasahi
minyak tanah atau bahan yang cocok lainnya. Bilamana memungkinkan,
penegangan kabel hendaknya dilaksanakan sebelum acuan diminyaki. Angkur
harus diletakkan pada posisi yang dikehendaki dan tidak bergeser selama
pengecoran beton.
Baja prategang hanya boleh dipotong dengan gurinda potong dan tidak boleh
menggunakan torch atau alat las.
13. Bripak
Gulungan baja prategang harus ditempatkan di dalam bripak agar baja prategang
tersebut dapat keluar secara teratur dan tetap dalam kondisi lurus. Bripak ini juga
berfungsi melindungi baja prategang bersinggungan langsung dengan tanah.
Kecuali ditentukan lain dalam Gambar, gaya penegangan yang diperlukan adalah
sisa gaya kabel pada tengah-tengah setiap unit segera setelah semua kabel
diangkur pada abutment dari landasan dan berada dalam posisi lendutan akhir.
Perbedaan gaya penegangan adalah 5% dari gaya yang diperlukan. Besar gaya
penegangan yang diberikan sudah termasuk pengurangan gaya akibat slip pada
perkakas angkur, masuknya baji (wedge draw-in) dan kehilangan akibat gesekan
(friction losses). Cara penarikan kabel termasuk pemasangan dan penempatan
setiap garis lengkung kabel, perhitungan yang menunjukkan gaya-gaya pada
angkur dan setiap titik lendutan, dan perkiraan kehilangan gaya akibat gesekan,
harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuan sebelum
pembuatan elemen-elemen dimulainya. Penyedia Jasa harus melaksanakan
percobaan pelaksanaan penegangan untuk memperoleh besarnya tahanan geser
yang diberikan alat pelengkung (hold down) dan juga memastikan bahwa
masuknya baji yang disebutkan masih konsisten dengan jenis dongkrak dan teknik
yang diusulkan. Kabel harus dilengkungkan bilamana ditunjukkan dalam Gambar,
dengan perkakas yang cukup kuat untuk memegang kabel dalam posisi yang
sesuai, terutama selama pengecoran dan pelaksanaan penggetaran. Kecuali
disebutkan lain oleh Direksi Pekerjaan, maka alat pelengkung (hold down) harus
diletakkan memanjang dalam 200 mm dan vertikal dalam 5 mm dari lokasi yang
ditunjukkan dalam Gambar. Alat pelengkung (hold down) harus dirancang
sedemikian hingga pelengkung (deflectors) yang dalam keadaan kontak langsung
dengan untaian (strand) berdiameter tidak kurang dari diameter kabel atau 15 mm,
mana yang lebih besar. Pelengkung (deflectors) harus dibuat dari bahan yang
tidak lebih keras dari baja mutu 36 sesuai dengan ketentuan dari AASHTO
M103M-04. Penyedia Jasa harus menyerahkan perhitungan yang menunjukkan
bahwa alat pelengkung telah dirancang dan dibuat untuk menahan beban terpusat
yang diakibatkan dari gaya prategang yang diberikan. Cara penarikan kabel harus
dapat menjamin bahwa gaya yang diperlukan dihasilkan dari semua kabel di
tengah-tengah bentang setiap unit, terutama bilamana lebih dari satu kabel atau
satu unit ditarik dalam suatu pelaksanaan penarikan. Beton tidak boleh dicor lebih
dari 12 jam setelah peraikan kabel. Bilamana waktu ini dilampaui, maka Penyedia
Jasa harus memeriksa apakah kebutuhan gaya tarik kabel masih dipertahankan.
Bilamana penegangan ulang diperlukan, maka perpanjangan kabel yang terjadi
harus ditahan dengan menggunakan pelat pengunci (shims) tanpa mengganggu
baji yang telah tertanam. Pengukuran pemuluran, hanya boleh dilaksanakan
setelah Direksi Pekerjaan memeriksa perhitungan dan menentukan bahwa sistem
tersebut telah memenuhi ketentuan. Bacaan alat pengukur tekanan dari dongkrak
harus digunakan sebagai pembanding penguluran pemuluran. Bilamana bacaan
tekanan dongkrak dan pengukuran pemuluran berbeda lebih dari 3 %, Direksi
Pekerjaan harus diberitahu sebelum pengecoran dimulai, dan jika dipandang perlu,
kabel harus diuji ulang dan peralatan dikalibrasi ulang sebagaimana diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.
Pelaksanaan penarikan kabel harus dikerjakan oleh tenaga yang terlatih dan
berpengalaman di bidangnya. Gaya prategang harus diberikan dan dilepas secara
bertahap dan merata. Untuk menghilangkan kekenduran dan menaikkan kabel dari
lantai landasan, maka gaya 100 kg atau sebesar yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan harus diberikan pada kabel. Gaya awal harus diberikan untuk
menghitung pemuluran yang diperlukan. Kabel harus ditandai untuk pengukuran
pemuluran setelah tegangan awal diberikan. Bilamana diperlukan oleh Direksi
Pekerjaan, maka kabel harus ditandai pada kedua ujungnya, ujung yang ditarik
dan ujung yang mati serta pada kopel (bila digunakan), sedemikian hingga slip
dan masuknya kabel (draw-in) dapat diukur. Bilamana terjadi slip pada salah satu
kelompok kabel yang ditarik secara bersama-sama, maka tegangan pada seluruh
kabel harus dikendorkan, kabel-kabel diatur lagi dan kelompok kabel tersebut
ditarik kembali. Sebagai alternatif, jika kabel yang slip tidak lebih dari dua,
penarikan kelompok kabel dapat diteruskan sampai selesai dan kabel yang kendor
ditarik kemudian. Gaya prategang harus dipindahkan dari dongkrak penarik ke
abutment landasan prategang segera setelah gaya yang diperlukan (atau
pemuluran) dalam kabel telah tercapai, dan tekanan dongkrak harus dilepas
sebelum setiap pelaksanaan berikutnya dimulai. Bilamana untaian (strand) yang
dilengkungkan disyaratkan, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan
pengukuran pemuluran atau regangan pada berbagai posisi sepanjang kabel untuk
menentukan gaya pada kabel pada masing-masing posisi.
Tidak ada kabel yang dilepas sebelum beton mencapai kuat tekan yang lebih besar
dari 8 % kuat tekan beton berumur 28 hari yang disyaratkan dalam Gambar dan
didukung dengan pengujian benda uji standar yang dibuat dan dirawat sesuai
dengan unit-unit yang dicor. Bilamana, setelah 28 hari, kuat tekan beton gagal
mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan, maka kabel segera dilepaskan dan
unit beton tersebut harus ditolak.
Kabel harus disuntik dalam waktu 24 jam sesudah penarikan kabel selesai
dilakukan kecuali jika ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan. Lubang
penyuntikan harus diuji dengan diisi air bertekanan 8 kg/cm2 selama satu jam
sebelum penyuntikan. Selanjutnya selongsong harus dibersihkan dengan air dan
udara bertekanan. Peralatan pencampur harus dapat menghasilkan adukan semen
dengan kekentalan yang homogen dan harus mampu memasok secara menerus
pada peralatan penyuntikan. Peralatan grouting ini harus terdiri atas sebuah mixer
kecepatan tinggi, tangki penampung dan pompa dengan kapasitas yang cukup
untuk memasok campuran grout secara menerus pada tendon kelompok tendon
dengan volume terbesar dalam jangka waktu tidak lebih dari 20 menit. Peralatan
penyuntikan tersebut harus mampu bekerja secara menerus dengan sedikit variasi
tekanan dan harus mempunyai sistim untuk mengalirkan kembali adukan
bilamana penyuntikan sedang tidak dijalankan. Pompa grouting harus mampu
beroperasi secara terus menerus dalam tekanan yang relatif stabil dan harus
memiliki sistem untuk resirkulasi pada saat pelaksanaan grouting belum mulai
atau sedang dihentikan sementara. Pompa grouting tersebut harus dilengkapi
dengan manometer (pressure gauge) dengan kapasitas maksimum 2,0 MPa (20
Bar) dan harus cukup kuat untuk memompa dengan tekanan hingga 1,0 MPa (10
Bar). Udara bertekanan tidak boleh digunakan. Peralatan tersebut harus
mempunyai tekanan tetap yang tidak melebihi 8 kg/cm2. Semua pipa yang
disambungkan ke pompa penyuntikan harus mempunyai suatu lengkung minimum,
katup dan sambungan penyesuai antar diameter. Semua pengatur arus ke pompa
harus disetel dengan saringan 1,0 mm. Semua peralatan, terutama pipa, harus
dicuci sampai bersih dengan air bersih setelah setiap rangkaian pelaksanaan dan
pada akhir pelaksanaan setiap hari. Interval waktu antar pencucian tidak boleh
melebihi dari 3 jam. Peralatan tersebut harus mampu mempertahankan tekanan
pada selongsong yang telah disuntik sampai penuh dan harus dilengkapi dengan
katup yang dapat terkunci tanpa kehilangan tekanan dalam selongsong. Pertama-
tama air dimasukkan ke dalam alat pencampur, kemudian semen. Bilamana telah
dicampur sampai merata, jika digunakan, maka admixture akan ditambahkan.
Pengadukan harus dilanjutkan sampai diperoleh suatu kekentalan yang merata.
Rasio airsemen pada campuran tidak akan melebihi 0,45 menurut takaran berat
kecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan. Pencampuran tidak boleh
dilakukan secara manual. Penyuntikan harus dikerjakan dengan cukup lambat
untuk menghindari timbulnya segregasi adukan. Cara penyuntikan adukan harus
sedemikian hingga dapat menjamin bahwa seluruh selongsong terisi penuh dan
penuh di sekeliling kabel. Grouting harus dapat mengalir dari ujung bebas
selongsong sampai kekentalannya ekivalen dengan grouting yang disuntikkan.
Lubang masuk harus ditutup dengan rapat. Setiap lubang grouting harus ditutup
dengan cara yang serupa secara berturut-turut dalam arah aliran. Setelah suatu
jangka waktu yang semestinya, maka penyuntikan selanjutnya harus dilaksanakan
untuk mengisi setiap rongga yang mungkin ada. Setelah semua lubang ditutup,
tekanan penyuntikan harus dipertahankan pada 8 kg/cm2 paling tidak selama satu
menit. Selongsong penyuntikan tidak boleh terpengaruh oleh goncangan atau
getaran dalam waktu 1 hari setelah penyuntikan. Tidak kurang dari 2 hari setelah
penyuntikan, permukaan adukan dalam penyuntikan dan lubang pembuangan
udara harus diperiksa dan diperbaiki sebagaimana diperlukan. Kabel tidak boleh
dipotong dalam waktu 7 hari setelah penyuntikan. Ujung kabel harus dipotong
sedemikian rupa sehingga minimum terdapat selimut beton setebal 3 cm pada
ujung balok (end block).
e. Pengendalian Mutu
1. Umum
Kawat (wire), untaian (strand), rakitan angkur dan batang (stress bar) untuk
pekerjaan prategang harus ditandai dengan sejumlah nomor dan diberi label untuk
keperluan identifikasi sebelum diangkut ke tempat kerja. Contoh yang diserahkan
harus mewakili jumlah bahan yang akan disediakan dan untuk kawat dan untaian
harus mempunyai induk gulungan (master rol) yang sama. Contoh untuk
pengujian harus diserahkan pada waktunya sehingga hasilnya dapat diterima
dengan baik sebelum waktu pekerjaan penegangan yang dijadwalkan.
2. Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh Direksi Pekerjaan dan semua bahan
harus diterima sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan pada ketentuan
pembetonan, setelah mengecek/memeriksa dengan menunjukkan bukti tertulis.
3. Pengawasan
Direksi harus menempatkan tim khusus sesuai dengan metode prategang yang
diusulkan untuk kepentingan Direksi Pekerjaan, bebas dari biaya, termasuk
sekurang-kurangnya seorang ahli kepala, untuk menyediakan keahlian dan
perintah yang diperlukan selama pelaksanaan prategang.
4. Benda Uji
Benda uji untuk wire, strand atau stress bar harus mempunyai panjang tidak
kurang dari 1,00 meter atau disesuaikan dengan kebutuhan laboratorium penguji.
Jumlah benda uji minimum baik untuk sistem pra tarik maupun sistem pasca tarik
adalah 3 (tiga) buah atau sekurang-kurangnya 1 (satu) benda uji untuk setiap 20
ton berat bahan.
5. Rakitan Angkur
Bilamana rakitan angkur tidak disertakan dalam contoh penulangan, maka dua
rakitan harus diserahkan, lengkap dengan pelat distribusi, untuk setiap jenis dan
ukuran yang akan digunakan.
6. Penerimaan Unit-unit
Bilamana unit-unit difabrikasi di luar tempat kerja, maka Penyedia Jasa harus
memeriksa mutu dan kondisi pada saat barang tiba di tempat dan harus segera
melapor secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan untuk setiap cacat atau
kerusakan. Penyedia Jasa bertanggung jawab atas semua kerusakan yang terjadi
pada unit-unit setelah barang tiba di tempat.
7. Penerimaan Sebelumnya
Bilamana sistim prategang yang akan digunakan telah diuji sebelumnya dan
disetujui oleh Pemilik atau instansi lain yang dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan, maka contoh tidak perlu diserahkan asalkan tidak terdapat perubahan
dalam bahan, rancangan atau rincian yang sebelumnya telah disetujui.
f. Pengukuran
Kuantitas yang diukur untuk pembayaran, harus merupakan jumlah aktual unit-
unit beton struktur pracetak prategang, kecuali tiang pancang, dari berbagai jenis
dan ukuran yang dipasang di tempat, selesai dikerjakan dan diterima. Setiap unit
harus mencakup beton, baja tulangan, acuan dan baja prategang bersama dengan
selongsong, angkur, pelat, mur, alat pengangkat, dan bahan-bahan lain yang
terdapat di dalamnya atau disertakan pada unit-unit tersebut. Fabrikasi dan
pemancangan tiang pancang harus diukur terpisah sesuai dengan ketentuan
pembetonan.
3. Beton harus diukur sesuai dengan Seksi 7.1.dan baja tulangan harus diukur
sesuai dengan Seksi 7.3.serta baja prategang harus diukur sebagai berat baja
prategang teoritis dalam kilogram yang ditunjukkan dalam Gambar. Pengukuran
ini harus diambil sebagai berat dari untaian (strand) atau batang (stress bar) yang
diukur antara tepi luar penangkuran, dan tidak boleh mencakup berat selongsong,
angkur, dan sebagainya.
4. Unit-unit yang Ditolak
Unit-unit yang telah ditolak karena beton tidak memenuhi ketentuan, rusak selama
penanganan, penyimpanan, pengangkutan atau pemasangan, atau untuk setiap
alasan lainnya tidak boleh diukur untuk pembayaran.
g. Dasar Pembayaran
Kuantitas unit beton prategang yang diterima, selesai dikerjakan dan di tempat,
diukur sebagaimana ditentukan di atas, harus dibayar dengan Harga Penawaran
untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah dan ditunjukkan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga. Harga dan pembayaran tersebut harus dianggap kompensasi
penuh untuk penyediaan dan pemasangan semua bahan termasuk beton, acuan,
baja tulangan, baja prategang, selongsong, angkur, kopel, spiral, pembagi
(spacers), penyangga kabel prategang, penarikan kabel, penyuntikan dan
pekerjaan penyelesaian akhir, dan semua penanganan, penyimpanan, penandaan,
pengangkutan dan pemasangan dari unit-unit, termasuk semua tenaga kerja,
peralatan, perkakas, pengujian dan semua biaya lainnya yang diperlukan atau
biasa untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya atas pekerjaan yang
diuraikan dalam Seksi ini. Untuk unit beton pracetak prategang fabrikasi, maka
pembayaran dapat dilakukan dengan cara material on site dengan persentase
pembayaran sesuai dengan usulan Penyedia Jasa fabrikasi beton pracetak
prategang yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
2 Tendon Unit
3 Angkur Unit
4 Selongsong Unit
5 Dongkrak Unit
Pasal 3
Parapet
a. Uraian
Pekerjaan ini mencakup pembuatan parapet baru dan perbaikan parapet lama,
sesuai dengan Spesifikasi ini serta memenuhi garis, ketinggian dan detail yang
ditunjukkan pada gambar. Parapet terbuat pasangan batu bata atau batu dengan
mortar atau yang seperti ditunjukkan dalam Gambar.
c. Persyaratan Bahan
1. Batu
Batu harus adukan semen yang memenuhi kebutuhan dari ketentuan Pembetonan
dari Spesifikasi yang ada.
2. Adukan
d. Persyaratan Kerja
Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang akan digunakan
dan dilengkapi dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan sesuai
dengan pasal ini. Pekerjaan pasangan batu tidak boleh dimulai sebelum ada
persetujuan Direksi Pekerjaan.
e. Pelaksanaan
Untuk pelaksaan pekerjaan dengan pasangan batu dan batu bata yang meliputi
tahapan persiapan pondasi, pemasangan, penempatan adukan harus sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan.
f. Pengendalian Mutu
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/ memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang
telah diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan Ketentuan.
1. Sambungan antar batu/batu bata pada permukaan harus dikerjakan hampir rata
dengan
3. Segera setelah batu/bata ditempatkan, dan sewaktu adukan masih baru, seluruh
permukaan batu / bata harus dibersihkan dari bekas adukan.
4. Permukaan yang telah selesai harus dirawat seperti yang disyaratkan untuk
Pekerjaan Beton.
1. Pekerjaan pasangan batu / batu bata yang tidak memenuhi toleransi di atas
harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa dengan biaya sendiri, dengan cara yang
dierintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab atas kestabilan dan keutuhan dari
semua pekerja yang telah diselesaikannya dan harus dengan biayanya sendiri
untuk menukar dan mengganti setiap bagian yang rusak atau tidak baik, yang
menurut Direktur Pekerjaan disebabkan oleh kelalaian Penyedia Jasa. Penyedia
Jasa tidak diminta pertanggung jawabannya terhadap kerusakan akibat bencana
alam, seperti angin topan atau tanah longsor yang tidak dapat dihindari di tempat
pekerjaan, asalkan pekerjaan tersebut telah diterima dan dinyatakan secara tertulis
bisa diterima alasannya oleh Direktur Pekerjaan.
i. Pengukuran
1. Pasangan batu/bata harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai
volume pekerjaan yang diselesaikan dan diterima, dihitung sebagai volume
teoritis yang ditentukan oleh dimensi yang disyaratkan dan disetujui.
2. Setiap bahan yang dipasang sampai melebihi volume teoritis yang disetujui
harus tidak diukur atau dibayar.
j. Dasar Pembayaran
Pasal 4
Landasan Jembatan
a. Uraian
1. Penempatan Bantalan
3. Landasan Bantalan
4. Baut Angkur
5. Ukuran Landasan
Bilamana dirancang sejajar, maka toleransi bagian atas bantalan yang sejajar,
sebagai titik duga, harus 0,2 % dari diameter untuk permukaan bundar dalam
bidang datar dan 0,2 % dari sisi yang lebih panjang untuk permukaan segi panjang
dalam bidang datar.
Toleransi mendatar pelat rol diukur dari segala arah harus 0,025 mm untuk
panjang sampai dengan 250 mm dan 0,01 % dari panjang dalam arah pengukuran
untuk panjang di atas 250 mm. Kekasaran permukaan rol tidak boleh melampaui
0,8 mikron.
a) Rol Silinder
Toleransi kesilinderan harus 0,025 mm. Toleransi ukuran rol tunggal terhadap
diamater nominalnya harus 0,0 mm sampai dengan + 0,5 mm . Toleransi ukuran
rol berganda terhadap diamater nominalnya harus 0,0 mm sampai dengan + 0,08
mm.
Permukaan kurva harus mempunyai toleransi profil atau permukaan + 0,3 % dari
radius nominalnya. Toleransi ukuran terhadap tinggi pada sumbu Bantalan harus
+ 0,5 mm dan - 0,0 mm. Toleransi sifat sejajar antara garis lengkung (chord line)
yang menghubungkan ujung-ujung dasar permukaan rol sebagai titik duga harus 1
mm. Toleransi kepersegian antara bidang yang melewati pusat-pusat permukaan
rol sebagai titik duga, puncak dan dasar garis penghubung yang menghubungkan
ujung-ujung permukaan rol harus 1 mm.
Toleransi mendatar pelat yang berpasangan dengan rocker harus 0,075 mm untuk
ukuran panjang sampai dengan dan termasuk 250 mm dan 0,03 % dari panjang
untuk ukuran panjang di atas 250 mm. Toleransi profil dan permukaan untuk
panjang permukaan dimana dapat terjadi kontak harus 0,025 mm. Kekasaran
permukaan untuk permukaan yang bergoyang (rocking surface) harus tidak
melebihi 0,8 mikron.
Landasan sendi silinder dan berbentuk bola : Toleransi mendatar dan profil
permukaan untuk landasan sendi silinder dan toleransi profil permukaan untuk
landasan sendi berbentuk bola harus 0,0002 x h mm atau 0,24 mm, dipilih yang
lebih besar, dimana x adalah panjang tali (chord) (dalam mm) antara ujung-ujung
dari permukaan polytetra-fluorethylene (PTFE) (dalam mm) dalam arah rotasi dan
h adalah proyeksi dari polytetra-fluorethylene (PTFE) (dalam mm) di atas puncak
ceruk (recess) yang mengikat, untuk polytetra-fluorethylene (PTFE) yang terikat,
atau ketebalan (dalam mm) untuk polytetrafluorethylene (PTFE) yang direkat.
Toleransi ukuran terhadap radius permukaan kurva pada landasan yang telah
selesai harus 3 % dari radius yang dimaksudkan. Kekasaran permukaan dari
permukaan geser logam yang melengkung tidak boleh melebihi 0,5 mikron.
Bilamana polytetra-fluorethylene (PTFE) membentuk salah satu permukaan
kontak maka harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang diberikan dalam (j).
a) Sifat Sejajar
Toleransi sifat sejajar untuk sumbu penulangan pelat terhadap dasar perletakan
sebagai titik duga harus 1% dari diamater, untuk pelat bulat dalam bidang datar,
atau 1% dari sisi yang lebih pendek untuk pelat empat persegi panjang dalam
bidang datar.
b) Ukuran
Toleransi ukuran terhadap dimensi bidang datar pelat untuk landasan elastomer
dengan penulangan pelat harus + 3 mm dan - 1 mm. Toleransi ukuran terhadap
ketebalan lapisan penutup bagian atas dan bawah untuk membungkus landasan
elastomer harus antara + 20 % dan - 0 % dari ketebalan nominal, atau 1 mm,
dipilih yang lebih kecil. Toleransi ukuran terhadap masing-masing ketebalan
lapisan dalam landasan elastomer harus + 20% dari nilai ketebalan nominalnya,
atau 3 mm, dipilih yang lebih kecil. Toleransi ukuran terhadap ketebalan lapisan
penutup sisi yang membungkus landasan elastomer harus + 3 mm dan - 0 mm.
Toleransi ketepatan antara piston dan blok berongga harus + 0,75 mm sampai +
1,25 mm. Pedoman kekasaran permukaan geser logam tidak boleh melebihi 0,5
mikron. Lubang penyetelan pada pelat landasan. Bilamana toleransi yang
diperlukan pada posisi untuk titik pusat lubang-lubang penyetelan harus
sebagaimana dirinci atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
c. Persyaratan Bahan
b) Landasan Logam
Landasan logam harus berupa landasan blok berongga (pot), geser (sliding), rol
(roler), sendi (knuckle), goyang (rocker), yang disetel atau landasan lainnya
sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan. Bahan harus memenuhi spesifikasi AASHTO yang berkaitan.
d. Persyaratan Kerja
Penyedia Jasa harus menyerahkan rincian jenis landasan yang diusulkan untuk
digunakan bersama dengan sertifikat pabrik yang menunjukkan bahwa bahan
yang digunakan sesuai dengan Spesifikasi ini. Jika ini disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, maka Penyedia Jasa harus membuat gambar kerja yang menunjukkan
cara penempatan dan pemasangan, dengan memperhitungkan ketentuan toleransi
dan temperatur pemasangan. Rincian juga harus menunjukkan setiap perubahan
detail pada bangunan bawah (substructure) dan bangunan atas jembatan dimana
landasan tersebut akan ditempatkan, untuk menentukan lokasi dan menyetel
landasan tersebut. Penyedia Jasa harus menyerahkan contoh bahan yang diusulkan
pada Direksi Pekerjaan untuk disetujui. Bahan yang dipasok akan dibandingkan
dengan bahan yang telah disetujui. Setiap perubahan mutu, bentuk atau sifat-sifat
fisik dari bahan yang telah disetujui akan mengakibatkan ditolaknya bahan
tersebut oleh Direksi Pekerjaan.
e. Pelaksanaan
1. Umum
Landasan harus ditandai dengan jelas tentang jenis dan tempat pemasangan pada
saat tiba di tempat kerja. Alat-alat penanganan yang cocok harus disediakan
sebagaimana diperlukan. Alatalat penjepit sementara harus digunakan untuk
menjaga orientasi bagian-bagian dengan tepat, tetapi tidak boleh digunakan untuk
menyandang atau menggantung landasan kecuali dirancang khusus untuk maksud
tersebut. Agar permukaan yang bergerak tidak terkena kotoran, maka umumnya
landasan tidak akan dilepas setelah keluar dari pabrik. Akan tetapi, bilamana oleh
suatu alasan, landasan tersebut perlu dilepas, maka pelepasan ini hanya boleh
dilaksanakan di bawah pengawasan seorang ahli dan bantuan dari pabrik
pembuatnya harus didatangkan. Landasan jenis elastomer tidak boleh dilepas.
Pemindahan beban bangunan atas jembatan pada landasan tidak akan
diperkenankan sampai kekuatan landasan telah cukup untuk menahan beban yang
diberikan. Alat-alat pengjepit sementara harus disingkirkan pada waktu yang
cocok sebelum landasan tersebut diperlukan untuk menahan gerakan. Perhatian
khusus harus diberikan pada setiap penanganan yang diperlukan untuk lubang-
lubang yang terekspos pada saat pelepasan penjepit transit sementara. Bilamana
lubang-lubang penyetelan akan digunakan kembali, maka bahan yang dipilih
untuk mengisinya tidak hanya memberikan perlindungan terhadap kerusakan,
tetapi juga merupakan bahan yang mudah dapat dikeluarkan tanpa merusak uliran
manapun. Bilamana diperlukan, pengaturan yang cocok harus dilaksanakan untuk
menampung pergerakan termal dan deformasi elastis dari bangunan atas jembatan
yang belum selesai. Bilamana penyangga sementara di bawah pelat dasar landasan
disediakan, maka penyangga tersebut harus tahan tekanan menurut beban
rancangan atau dikeluarkan sewaktu bahan landasan telah mencapai kekuatan
yang diperlukan. Setiap rongga yang ditinggalkan sebagai akibat dari pengeluaran
tersebut harus diperbaiki dengan menggunakan bahan yang sejenis dengan bahan
landasan. Baji perancah baja dan bantalan karet cocok untuk penyangga sementara
di bawah pelat dasar landasan. Untuk menampung rangkak dan penyusutan beton
ditambah pergerakan akibat temperatur pada bangunan atas jembatan, maka
landasan harus disetel sebelumnya sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.
3. Landasan-landasan
Untuk mengatasi getaran dan benturan yang kebetulan, maka penyetelan harus
dilaksanakan. Sambungan geser atau baut jangkar harus dipasang dengan akurat
dalam ceruk yang dicetak di dalam struktur dengan menggunakan mal dan rongga
yang tertinggal dalam ceruk harus diisi dengan suatu bahan yang mampu menahan
beban yang berkaitan. Baut toleransi rapat harus dipasang dengan menggunakan
landasan sebagai mal. Dalam hal yang khusus ini, pencegahan harus diambil
untuk mencegah pengotoran landasan selama pemasangan baut. Landasan yang
akan dipasang pada penyangga sementara harus ditanam dengan kokoh pada
struktur dengan baut jangkar atau cara lain untuk mencegah gangguan selama
operasi-operasi berikutnya. Cara pengencangan baut harus sedemikian rupa
sehingga tidak mengubah bentuk landasan. Akhirnya, rongga di bawah landasan
harus diisi sepenuhnya dengan bahan landasan. Tempat-tempat yang sulit harus
dihindari, misalnya paking sementara penahan getaran harus dikeluarkan dan
digunakan ring pegas. Sebagai alternatif, landasan dapat disetel langsung pada
pelat landasan logam yang ditempatkan ke dalam atau ditanamkan pada
permukaan struktur penyangga. Hanya adukan semen tipis untuk landasan yang
boleh digunakan dan jika selain adukan resin sintesis yang digunakan untuk
maksud ini, maka adukan resin sintesis harus ditempatkan dalam suatu ceruk yang
cocok untuk ditulangi pada semua sisi. Bilamana bangunan bawah jembatan
terbuat dari baja maka landasan dapat langsung dibaut padanya. Dalam hal ini,
perlengkapan harus disediakan untuk menjamin bahwa garis dan elevasi berada
dalam rentang toleransi yang diijinkan. Bilamana landasan telah dipasang
sebelumnya (presetting) maka pabrik pembuatnya harus diberitahu pada waktu
pemesanan sedemikian hingga perlengkapan lainnya dapat disediakan untuk
pergerakan dari bagian-bagian yang berkaitan. Bilamana memungkinkan, maka
pemasangan sebelumnya harus dihindarkan.
Landasan elastomer dapat diletakkan langsung pada beton, asalkan berada dalam
toleransi yang disyaratkan untuk kedataran dan kerataan. Sebagai alternatif,
landasan tersebut harus diletakkan pada suatu lapisan bahan landasan.
Suatu lapisan tipis adukan resin sistesis harus ditempatkan antara landasan dan
balok. Sebagai alternatif, landasan dengan pelat landasan sisi luar dapat dibaut
pada pelat jangkar, pada soket yang tertanam dalam elemen pracetak, atau pada
pelat tunggal yang dibuat dengan mesin di atas elemen baja.
f. Pengendalian Mutu
1. Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang
telah diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan yang telah
ditentukan.
2. Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil akhir harus sesuai dengan
Standar Rujukan
Landasan yang tidak memenuhi toleransi dimensi tidak boleh dipasang dalam
pekerjaan, kecuali dapat ditunjukkan dengan pengujian dan perhitungan yang
dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan, bahwa kinerja landasan tidak terganggu
dengan dimensi di luar toleransi yang diijinkan dan tidak ada beban tambahan
yang dilimpahkan pada bangunan atas atau bagian bangunan bawah jembatan.
Bilamana pengujian dan perhitungan ini tidak dapat dibuktikan, maka perletakan
yang tidak memenuhi toleransi dimensi harus disingkirkan dari tempat kerja dan
diganti. Landasan yang dipasang tidak memenuhi toleransi pemasangan yang
memperhitungkan pengaruh temperatur, harus dibongkar dan bilamana tidak
mengalami kerusakan dapat dipasang kembali atas persetujuan dari Direksi
Pekerjaan. Landasan yang rusak selama penanganan, pemasangan, termasuk
pelepasan dan pemasangan kembali sesuai dengan di atas, atau selama operasi
lanjutan, harus disingkirkan dari tempat kerja dan diganti.
g. Pengukuran
Kuantitas landasan logam akan dihitung berdasarkan jumlah setiap jenis landasan
yang dipasang dan diterima. Kuantitas bantalan landasan akan dihitung
berdasarkan jumlah tiap jenis, ukuran dan ketebalan bantalan yang selesai
dikerjakan di tempat dan diterima. Landasan strip akan diukur sebagai jumlah
meter panjang yang selesai dikerjakan di tempat dan diterima.
h. Dasar Pembayaran
Kuantitas yang diukur sebagaimana disyaratkan di atas untuk jenis tertentu yang
ditentukan harus dibayar dengan harga satuan Kontrak untuk Mata Pembayaran
yang terdaftar di bawah dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Harga dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk
penyediaan dan penempatan semua bahan termasuk pelat baja penahan getaran,
plin beton, landasan adukan semen, lapisan perekat epoxy, dowel, batang jangkar,
semua tenaga kerja, perkakas, peralatan, biaya tak terduga dan lainnya yang
diperlukan atau yang lazim untuk penyelesaian yang memenuhi ketentuan dari
pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.
BAGIAN VI
a. Lingkup Pekerjaan
b. Uraian
Tipe dan karakteristik pipa drainase dan struktur drainase lainnya sebagaimana
tampak dalam gambar, dan perkiraan jumlahnya seperti tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, tidak merupakan Nilai yang pasti. Untuk membantu
Konsultan Pengawas dalam mempelajari gambar-gambar dalam Kontrak,
Kontraktor harus melakukan sesuatu survey lokasi untuk memastikan lokasi,
ukuran pipa atau saluran, invert level, dan perkiraan besarnya volume air banjir
atau air kotor yang memasuki lokasi. Berdasarkan hasil survey ini, akan
ditentukan oleh Konsultan Pengawas, tipe, letak, karakteristik dan kuantitas yang
pasti dari pekerjaan drainase, yang kemudian akan diberitahukan kepada
Kontraktor secara tertulis dalam batas waktu sesuai dengan Jadwal Kerja yang
telah disetujui. Tanggung jawab mengenai ketetapan lokasi segala macam aliran
yang ada berada pada pihak Kontraktor dan biaya survey ini dianggap termasuk
dalam Harga Satuan Pembayaran yang ada pada BAB ini.
c. Urutan Pekerjaan
d. Ketentuan Bahan
1. Landasan
Bahan berbutir yang digunakan sebagai landasan dapat berupa kerikil berpasir
atau batu pecah dan harus memenuhi ketentuan berikut ini :
a) Ukuran Butiran Maksimum 20 mm atau kurang, tetapi paling sedikit dua kali
celah maksimum antara dua pipa yang disambung tanpa adukan (SNI 03 –
3422 – 1994)
b) Lolos ayakan No. 200 maksimum 15 % (SNI 03 – 4142 – 1996)
c) Indeks Plastis maksimum 6 (SNI 03 – 1966 – 1990)
d) Batas Cair maksimum 25 (SNI 03 – 1967 – 1990)
2. Beton
Beton yang digunakan untuk seluruh pekerjaan struktur yang diuraikan harus
mempunyai mutu yaitu dengan mutu K-100 Material yang dipergunakan harus
yang sebagaimana tampak pada gambar dan sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan. Informasi mengenai bagian yang harus dilengkapi dengan penulangan
akan ditunjukan dalam gambar.
e. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Penggalian
Penggalian harus dilaksanakan sesuai ketentuan spesifikasi yang telah ditentukan
dan disesuaikan dengan gambar rencana yang ada.
2. Layout
Pelaksanakan saluran U, inlet, headwall pipa dan joint box harus dilakukan
dengan hati-hati karena permukaan atasnya harus tepat dengan tepian jalan.
Konsultan Pengawas dapat menolak jenis pekerjaan yang diatur dengan pasal ini,
jika permukaan atas tidak sesuai dengan toleransi kedududkan kerb dan trotoar
yang ditentukan menurut spesifikasi ini. Permukaan dasar dari selokan-selokan ini
harus dikerjakan dengan halus dan licin. Bila Konsultan Pengawas menilai bahwa
selokan, inlet, atau manhole dapat menyangkutkan kotoran/sampah, maka
dibuatkan lekukan beton kelas D berbentuk bangku. Segala rincian bentuk bangku
dan metoda pembuatannya harus sesuai dengan instruksi dari Konsultan
Pengawas. Kecuali ditentukan lain, sambungan blok precast harus dibuat secara
cermat dengan mortar semen dengan campuran 1 bagian semen dan 2 bagian pasir
agar mencegah kebocoran. Cantelan selokan-U sepanjang lekukan tajamnya harus
dibuat sedemikian rupa untuk menghindari kondisi licin, dengan menggali tanah
mengikuti bentuk lekukan dan dengan menempatkan beton tanpa mengganggu
tanah disekitarnya. Beton cetak ditempat yang akan digunakan untuk saluran air,
selokan drainase, joint box, lubang got, headwall pipa, inlet dan saluran keluar air
harus dilaksanakan sesuai spesifikasi yang ada. Struktur-struktur tersebut harus
tepat, cermat dan rapih sebagaimana tampak pada Gambar dan petunjuk
Konsultan Pengawas. Untuk menjaga keseragaman alinyemen horisontal dan
vertikal dengan tepi jalan, Konsultan Pengawas dapat merintahkan agar pekerjaan
pada bagian atas inlet, manhole dan selokan-U, dilaksanakan segera menjelang
dan sambil pengerjaantepi jalan yang berdekatan. Setiap pengeluaran tambahan
dalam upaya melaksanakan instruksi ini akan dianggap sudah termasuk ke dalam
harga pekerjaan ini.
1. Pengukuran
Kuantitas selokan, manhole, inlet, headwall pipa dan joint box yang telah
diselesaikan dan dinilai telah sesuai dengan gambar, persyaratan dan petunjuk
Konsultan Pengawas, akan diukur sebagai berikut :
2. Dasar Pembayaran
Selokan-U, inlet, outlet, manhole yang diukur dengan cara di atas akan dibayar
dengan harga satuan kontrak untuk setiap mata pembayaran sebagaimana
dijelaskan dibawah ini. Harga satuan dan pembayaran ini merupakan kompensasi
penuh untuk semua pekerjaan yang sesuai dengan gambar, sepesifikasi dan
instruksi Konsultan Pengawas, dan termasuk untuk penggalian, pembuatan
pondasi dan pengurugan. Tidak ada pembayaran tersendiri untuk penutup baja
atau beton, besi tangga, penyambungan, benching atau pekerjaan serupa lainnya
yang tampak dalam gambar atau yang diuraikan dalam spesifikasi ini. Bila
konsultan pengawas menginstruksikan agar daerah galian dipulihkan sepenuhnya
atau sebagian, pekerjaan ini akan diukur dan dibayar menurut pasal-pasal dalam
spesifikasi ini. Segala macam biaya ekstra akibat dari pekerjaan pada tempat yang
sempit dianggap termasuk dalam mata pembayaran dibawah ini.
Pasal 1
a. Lingkup Pekerjaan
b. Bentuk Huruf
c. Material
1. Kecuali disebutkan lain dalam Spesifikasi ini, semua material harus sesuai
persyaratan yang diberikan pada Gambar.
2. Spesifikasi untuk baja dan aluminium untuk reflectvef sheeting seperti
diberikan pada Spesifikasi ini juga digunakan untuk rambu-rambu
petunjuk.
3. Semua material untuk pekerjaan ini harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas sebelum permintaan diberikan pada pabrik pembuat.
d. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Tipe, lokasi dan penempatan rambu harus sesuai dengan Gambar atau
instruksi Konsultan Pengawas. Penentuan lokasi harus disaksikan oleh
Konsultan Pengawas.
2. Semua detail yang diberikan pada peraturan yang menyangkut pembuatan
dan pemasangan rambu-rambu dan tiang dipakai pada rambu-rambu
petunjuk. Detail pondasi seperti terlihat pada Gambar.
3. Rambu-rambu penunjuk dan satuan cahaya harus ditentukan dengan hati-
hati untuk menghindari kerusakan, dan Kontraktor harus memperbaiki
atau mengganti atas biaya sendiri dalam hal terjadi kerusakan.
e. Metode Pengukuran
Jumlah yang akan dibayar adalah jumlah rambu petunjuk permanen yang
disediakan, ditempatkan dan diterima sesuai dengan Gambar, dan petunjuk
Konsultan Pengawas. Pembayaran akan dilakukan untuk tiap tipe Rambu
Petunjuk seperti dijelaskan dalam Gambar.
f. Dasar Pembayaran
Pekerjaan yang diukur secara tersebut di atas akan dibayar menurut Harga Satuan
Kontrak untuk setiap tipe rambu petunjuk seperti di bawah ini. Harga dan
pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemakaian
seluruh material, termasuk tiang dan panel rambu, untuk segala material,
penggalian, pengurugan dan pemasangan kembali; tenaga kerja , peralatan dan
kebutuhan incidental yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan Gambar dan Spesifikasi ini.
Pasal 2
a. Uraian
Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan penerapan marka jalan tipe A dan tipe B
serta rumble strip pada perkerasan jalan yang sudah selesai sesuai dengan
Spesifikasi, pada lokasi dan dengan ukuran sesuai Gambar atau petunjuk
Konsultan Pengawas.
b. Material
c. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Marka jalan existing yang harus dihapus akan ditentukan oleh Konsultan
Pengawas, dan harus dihapus dengan gritblasting atau sandblasting atau
cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas.
2. Daerah permukaan yang akan dicat harus bersih, kering dan bebas dari
butir-butir lepas. Sebelum dilaksanakan, lokasi dan pre-making (setting
out) dari marka jalan yang akan dikerjakan harus mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas. Kecuali ditentukan lain, penerapan marka jalan
harus dilakukan dengan mesin berpenggerak sendiri (self-propelled
machines) yang dilengkapi dengan cut-off valves dan nozzle yang mampu
menghasilkan bentuk marka yang rapi dengan garis tepi yang tegas/tajam
dan ketebalan yang disyaratkan.
3. Material tipe A harus diterapkan dengan screed atau disemprotkan dengan
ukuran sesuai yang tercantum pada Gambar dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas. Ketebalan marka jalan yang sudah selesai minimum 1,5 mm
bila diterapkan dengan disemprotkan dan minimum 3 mm bila dengan
screed. Ketebalan tersebut tidak termasuk ketebalan glass beads, yang
akan dijelaskan pada butir (e) di bawah ini. Penyiapan dan penerapan
material harus sesuai dengan persetujuan Konsultan Pengawas. Pada
permukaan perkerasan beton, lebih dulu Kontraktor harus memasang
lapisan pengikat (tack coat) yang jenisnya cocok dengan material
thermoplastic yang akan digunakan.
4. Material tipe B harus diterapkan dengan mesin semprot yang dilengkapi
dengan penggerak mekanis. Setiap nozzle harus dilengkapi dengan
guidelines (batang penuntun) yang mempunyai selubung logam atau air
blasts (semprotan udara) dan cut-off valves yang dapat menghasilkan garis
marka terputus-putus. Banyaknya material marka yang disemprotkan tidak
boleh kurang dari 40 liter/100 m2. Di daerah yang tidak terjangkau dengan
mesin, Konsultan Pengawas dapat mengijinkan penerapan marka jalan
dilakukan secara manual.
5. Glass beads harus disebar ke permukaan marka tipe A dan tipe B segera
setelah marka diterapkan. Kecuali bila ditentukan lain oleh Konsultan
Pengawas, glass beads harus disebarkan dengan tekanan atau
disemprotkan sebanyak tidak kurang dari 450 g/m2.
6. Semua marka jalan harus dilindungi dari lalu-lintas sebagaimana instruksi
Konsultan Pengawas. Marka jalan harus rapi, merata, dan permukaannya
tidak boleh menunjukan retak-retak dan coret-coret. Marka jalan yang
tidak rata dan memberikan penampilan yang tidak sama pada waktu siang
dan malam, harus diperbaiki oleh Kontraktor dengan tanggungan biaya
sendiri.
d. Metode Pengukuran
Jumlah yang harus dibayar untuk penghapusan marka jalan lama adalah jumlah
meter persegi luas marka yang sudah ditentukan oleh Konsultan Pengawas untuk
dibongkar/dihapus, dan sudah dihapus sesuai dengan permintaan Konsultan
Pengawas. Jumlah marka jalan yang akan dibayar adalah jumlah meter persegi
marka jalan dan rumble strips yang telah diselesaikan dan sudah diterima sesuai
dengan Gambar, Spesifikasi, dan petunjuk Konsultan Pengawas.
e. Dasar Pembayaran
Jumlah yang diukur secara tersebut diatas akan dibayar menurut Harga Satuan
Kontrak per meter persegi luas marka jalan dan rumble strips untuk setiap jenis
pekerjaan seperti di bawah ini. Harga dan pembayaran ini merupakan kompensasi
penuh untuk penyediaan material, tenaga kerja, dan peralatan dan untuk
penyelesaian seluruh pekerjaan yang dijelaskan dalam Pasal ini.
Pasal 1
PEKERJAAN LANSKAP
a. Uraian
Pekerjaan ini harus terdiri atas perlengkapan dan penanaman pohon dan semak-
semak dan pengolahan sesuai dengan Spesifikasi dan posisinya seperti terlihat
secara detil pada Gambar. Kontraktor harus memberikan perhtian untuk
pengukuran persiapan yang diperlukan sebelum penanaman dilaksanakan, seperti
kedaloaman tanah, kemiringan tanah dasar dan lapisan tanah atas termasuk
putaran dan perataan tanah. Pekerjaan mengenai pemindahan lokasi tanaman dan
pot bunga/tanaman maupun pengolahan tanah, penanaman dan perawatan
tanaman.
b. Pedoman
c. Material
d. Persiapan
Sebelum tanah dibersihkan dari debu di tempat kerja, ketebalan lapisan atas tanah
harus diatur seperti pada Gambar. Untuk mencegah kumpulan air, kemiringan 1
dalam 300 harus dibuat dalam arah aliran air seperti ditentukan oleh Konsultan
Pengawas. Semua lapisan permukaan atas dari pengolahan harus terdiri atas
campuran tanah humus 5 cm dan 10 cm tanah yang ada. Lapisan ini harus
dilaksanakan setelah permukaan yang diisi bebas dari debu yang dihasilkan dari
pekerjaan dan bebas dari pertumbuhan rumput liar. Penggunaan pembunuhrumput
liar untuk menghancurkan rumput liar harus tidak diijinkan. Persiapan bentuk
tanah membentuk tahap akhir dari pekerjaan tanah. Pada tahap ini kondisi dan
kepadatan tanah harus baik, tidak ada perubahan lagi terjadi pada ketinggian dan
kontur yang diinginkan.
e. Ketentuan
f. Penanaman
Lubang- lubang yang harus ditanami harus disuburkan dengan campuran tanah
dan dipupuk, dan harus bebas dari debu dan batuan. Tiap tanaman harus dipegang
di atas dasar lubang untuk menerima, kemudian tanah ditambahkan secara teratur
pada lubang dan di sekitar akar-akar, memadatkan tanah sampai pemadatan yang
diperlukan. Setelah akar tanaman menyebar, batangnya ditarik perlahan untuk
memastikan tanah di sekitarnya cukup padat untuk menopang akarnya, dam
menghasilkan pertumbuhan yang sehat. Dalam mengusulkan pengolahan, kehati-
hatian dari lapisan tanah atas di sekitar tanaman, kesamaaan tanaman pot,
memerlukan lapisan tanah atas yang dibersihkan di sekitar daerah yang ditanami.
*Pupuk stabil 25 %
6. Campuran tanah harus bebas dari bahan yang lebih besar dari 4 cm.
Campuran ini harus dimasukkan ke dalam lubang sampai kedalaman 15
cm, dengan 5 cm di sekitar akar-akar pohon.
7. Pemberian air harus dilaksanakan pada tiap tahap dari penanaman. Untuk
mencegah kemungkinan air mengalir pada ketinggian yang lain ketika
diairi, tinggi permukaan tanah atas di sekitar pohon-pohon dan semak-
semak harus dibuat 4 cm lebih rendah dari ketinggian di sekitarnya seperti
terlihat pada Gambar.
8. Tiap pohon harus dilindungi oleh tiang penyokong seperti terlihat pada
gambar. Tiang penyokong (kayu atau bambu) harus diberi lapisan ecosote
atau yang ekivalen yang tidak cepat membusuk. Tiang harus 1,8 m
panjang yang mana 60 cm tertanam pada tanah.
9. Pohon-pohon harus diairi sampai tumbuh sehat sampai akhir periode
Garansi, pemberian air dilaksanakan pagi hari antara jam 6 sampai 10, dan
siang hari mulai jam 3 sampai selesai.
h. Pembersihan
i. Perawatan
Semua rumput liar yang tumbuh setelah pekerjaan pertamanan selesai harus
dicabut dan dibuang. Penggunaan bahan kimia untuk membunuh harus tidak
diijinkan. Pencegahan penyakit atau hama dilakukan dengan menggunakan
Basudin 60 atau Dithane M4S dua kali dalam satu minggu. Pemberian air
dilaksanakan dua kali sehari, pagi dan siang, sampai selesai periode pemeliharaan.
Penggunaan pupuk, dimulai 2 minggu setelah penanaman,dilaksanakan dua kali
dalam sebulan dengan menggunakan pupuk ”NPK” untuk semua pohon dan
semak-semak. Untuk setiap kelalaian dari Kontraktor selama perioda perawatan
yang dapat menyebabkan kerusakan atau kematian tanaman. Kontraktor harus
menggantitanaman yang mati dengan segera, sekurang-kurangnya tiga hari setelah
permintaan penggantian diberitahukan.
j. Metode Pengukuran
Jumlah yang harus dibayar adalah jumlah pohon-pohon dan tanaman yang
ditanam, dipindahkan dan dipelihara secara memuaskan sesuai dengan Gambar,
Spesifikasi ini dan dan perintah Konsultan Pengawas, Penempatan, pembersihan
dan pembentukan permukaan tanah atas dan pekerjaan kontur. Pembayaran akan
dibuat untuk setiap jenis kotak penanaman yang disediakan, ditempatkan atau
dilaksanakan dan diterima sesuai dengan Gambar, dan petunjuk Konsultan
Pengawas.
k. Dasar Pembayaran
Jumlah yang diukur secara tersebut di atas, akan dibayar menurut Harga Satuan
Kontrak per satuan pengukuran untuk setiap jenis pohon, semak dan tempat
penanaman seperti daftar di bawah. Harga dan pembayaran ini merupakan
kompensasi penuh untuk memenuhi persyaratan pemerintah daerah, untuk
pengadaan, penanaman, pemeliharaan pohon dan semak, pengadaan dan
pemindahan semua material, unntuk pondasi, untuk pekerjaan galian, timbunan
dan pengembalian kondisi untuk tempat penanaman, dan penyediaan material,
tenaga kerja, peralatan; dan lain-lain yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pekerjaan, sesuai dengan Gambar, Spesifikasi, dan petunjuk Konsultan Pengawas.
Pembayaran lumpsum dianggap sebagai kompensasi penuh semua pengeluaran
untuk pengadaan, pemindahan, penanaman, pemeliharaan dan tenaga kerja,
material, peralatan, perlengkapan serta keperluan lain untuk menyelesaikan
pekerjaan.
BAGIAN XI
PEKERJAAN FINISHING
Pasal 1
a. Cara Kerja
Material hasil galian puing-puing konstruksi yang tak terpakai lagi setelah semua
pekerjaan selesai harus segera dibuang dan dibersihkan sebelum FHO. Semua
sisa-sisa hasil kontruksi yang tak terpakai lagi diloading denga Excavator ke
Dump Truck, kemudian dibuang ke lokasi pembuangan yang telah disetujui oleh
pemberi kerja. Material tanah galian di lokasi pembuangan diratakan dan
dirapikan agar mudah untuk pengukuran dengan menggunakan Bulldozer. Untuk
lokasi pembuangan puing dengan jarak 500 m ≤ x < 2000 berada di lokasi sekitar
galian. Selama proses pembuangan berlangsung akan diberikan tanda-tanda
peringatan di sekeliling lokasi pembuangan berupa pengamanan yang baik.
b. Metode Pengukuran
Pekerjaan pembuangan Tanah harus diukur sebagai jumlah kubik meter Tanah
yang tak terpakai yang diselesaikan dan diterima. Volume yang diukur harus
berdasarkan gambar penampang melintang profil jalan dan gambar profil
memanjang profil jalandisetujui dan diterima.
c. Dasar Pembayaran
1 Pekerjaan Pembersihan
2 Pekerjaan Pembuangan
BILL OF QUANTITIY(BQ)
LAMPIRAN
CONTOH
Lampiran :
Kepada Yth.:
di
______________________________
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
122
1. Jaminan Penawaran;
a. Metoda Pelaksanaan;
e. Spesifikasi teknis;
..........................
Jabatan
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
123
CONTOH-1
SURAT KUASA
Nomor : ___________
Nama : _____________________________
Nama : __________________________*)
Alamat : __________________________
Jabatan : __________________________
Surat kuasa ini tidak dapat dilimpahkan lagi kepada orang lain.
________________ ________________
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
124
CONTOH-2
SURAT KUASA
Nomor : ___________
Nama : _____________________________
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama [perusahaan/kemitraan (KSO)]
berdasarkan [Akta Notaris No. ___ [No. Akta Notaris] tanggal ____________
[tanggal penerbitan Akta] Notaris ______________ [nama Notaris penerbit Akta]
beserta perubahannya atau Perjanjian Kemitraan/Kerja Sama Operasi (KSO) No
____ tanggal _________], yang selanjutnya disebut sebagai Pemberi Kuasa,
Nama : __________________________
Alamat : __________________________
Surat kuasa ini tidak dapat dilimpahkan lagi kepada orang lain.
________________ ________________
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
125
CONTOH
_________________________________ [dst]
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
126
4. Pembagian sharing dalam kemitraan/KSO ini tidak akan diubah baik selama
masa penawaran maupun sepanjang masa kontrak, kecuali dengan persetujuan
tertulis terlebih dahulu dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan persetujuan
bersama secara tertulis dari masing-masing anggota kemitraan/KSO.
8. Perjanjian ini secara otomatis menjadi batal dan tidak berlaku lagi bila
pelelangan tidak dimenangkan oleh perusahaan kemitraan/KSO.
[Peserta 1] [Peserta 2]
(_______________) (________________)
[Peserta 3] [dst
(________________) (________________)]
Catatan:
Surat Perjanjian Kemitraan/Kerja Sama Operasi ini harus dibuat diatas kertas
segel
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
127
Bentuk Jaminan Penawaran dari Bank
Contoh
GARANSI BANK
sebagai
JAMINAN PENAWARAN
No. ____________________
Alamat : ______________________________________________
(terbilang ________________________________________________________)
dalam bentuk garansi bank sebagai Jaminan Penawaran atas pekerjaan
_______________ berdasarkan Dokumen Pengadaan No. _______________
tanggal__________________, apabila:
Alamat : ______________________________________________
selanjutnya disebut: YANG DIJAMIN
ternyata sampai batas waktu yang ditentukan, namun tidak melebihi tanggal batas
waktu berlakunya Garansi Bank ini, lalai/tidak memenuhi kewajibannya kepada
Penerima Jaminan yaitu:
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
128
5. Garansi Bank ini tidak dapat dipindahtangankan atau dijadikan jaminan kepada
pihak lain.
6. Segala hal yang mungkin timbul sebagai akibat dari Garansi Bank ini, masing-
masing pihak memilih domisili hukum yang umum dan tetap di Kantor
Pengadilan Negeri ________.
Dikeluarkan di : _____________
[Bank]
Materai Rp.6000,00
________________
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
129
Contoh
[Kop Penerbit Jaminan]
JAMINAN PENAWARAN
2. Maka kami, TERJAMIN dan PENJAMIN dengan ini mengikatkan diri untuk
melakukan pembayaran jumlah tersebut di atas dengan baik dan benar bilamana
TERJAMIN tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditetapkan dalam Dokumen
Pengadaan No. ________________________ tanggal
____________________________untuk pelaksanaan pelelangan
pekerjaan_____________ yang diselenggarakan oleh PENERIMA JAMINAN.
b. tidak:
6. Menunjuk pada Pasal 1832 KUH Perdata dengan ini ditegaskan kembali bahwa
PENJAMIN melepaskan hak-hak istimewa untuk menuntut supaya harta benda
TERJAMIN lebih dahulu disita dan dijual guna dapat melunasi hutangnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1831 KUH Perdata.
Dikeluarkan di _____________
TERJAMIN PENJAMIN
Materai Rp.6000,00
_____________________ __________________
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
130
PAKTA INTEGRITAS
Nama
No.Identitas
Jabatan
____________________________________
Bertindak untuk
dalam rangka pengadaan _________ [isi nama paket] pada ________ [isi sesuai
dengan K/L/D/I] dengan ini menyatakan bahwa:
[Nama Penyedia]
[tanda tangan],
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
131
PAKTA INTEGRITAS
1. Nama
Jabatan
__________________________
Bertindak untuk dan atas nama
2. Nama
Jabatan
__________________________
dalam rangka pengadaan _________ [isi nama paket] pada ________ [isi sesuai
dengan K/L/D/I] dengan ini menyatakan bahwa:
2. akan melaporkan kepada APIP ________ [isi sesuai dengan K/L/D/I] yang
bersangkutan dan/atau LKPP apabila mengetahui ada indikasi KKN dalam proses
pengadaan ini;
3. akan mengikuti proses pengadaan secara bersih, transparan, dan profesional
untuk memberikan hasil kerja terbaik sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
132
Nama
Jabatan
:
_____________ [diisi sesuai jabatan dalam akta notaris]
Bertindak untuk
Alamat
___________________________________
Telepon/Fax
___________________________________
___________________________________
4. saya tidak sedang dan tidak akan terlibat pertentangan kepentingan dengan para
pihak yang terkait, langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan ini;
5. badan usaha yang saya wakili tidak masuk dalam Daftar Hitam, tidak dalam
pengawasan pengadilan, tidak pailit, dan kegiatan usahanya tidak sedang
dihentikan;
6. salah satu dan/atau semua pengurus badan usaha yang saya wakili tidak masuk
dalam Daftar Hitam;
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
133
GARANSI BANK
sebagai
No. ____________________
Alamat : _______________________________________________
(terbilang ________________________________________________________)
dalam bentuk garansi bank sebagai Jaminan Sanggahan Banding atas pekerjaan
______________ berdasarkan Dokumen Pemilihan No. ______________ tanggal
_________________, apabila:
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
134
Alamat : _______________________________________________
ternyata sampai batas waktu yang ditentukan, namun tidak melebihi tanggal batas
waktu berlakunya Garansi Bank ini, sanggahan banding yang diajukan oleh
YANG DIJAMIN dinyatakan tidak benar.
6. Segala hal yang mungkin timbul sebagai akibat dari Garansi Bank ini, masing-
masing pihak memilih domisili hukum yang umum dan tetap di Kantor
Pengadilan Negeri ________.
Dikeluarkan di : _____________
[Bank]
Materai Rp.6000,00
________________
[Nama dan Jabatan]
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
135
GARANSI BANK
sebagai
JAMINAN PELAKSANAAN
No. ____________________
Alamat : _______________________________________________
(terbilang ________________________________________________________)
dalam bentuk garansi bank sebagai Jaminan Pelaksanaan atas pekerjaan
_________________ berdasarkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
(SPPBJ) No. ________________ tanggal _________________, apabila:
Alamat : _______________________________________________
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
136
ternyata sampai batas waktu yang ditentukan, namun tidak melebihi tanggal batas
waktu berlakunya Garansi Bank ini, lalai/tidak memenuhi kewajibannya kepada
Penerima Jaminan berupa:
6. Segala hal yang mungkin timbul sebagai akibat dari Garansi Bank ini, masing-
masing pihak memilih domisili hukum yang umum dan tetap di Kantor
Pengadilan Negeri ________.
Dikeluarkan di : _____________
[Bank]
Materai Rp.6000,00
________________
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
137
JAMINAN PELAKSANAAN
2. Maka kami, TERJAMIN dan PENJAMIN dengan ini mengikatkan diri untuk
melakukan pembayaran jumlah tersebut di atas dengan baik dan benar bilamana
TERJAMIN tidak memenuhi kewajiban dalam melaksanakan pekerjaan
__________________ sebagaimana ditetapkan berdasarkan Surat Penunjukan
Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) No. _______________ tanggal
________________untuk pelaksanaan pelelangan pekerjaan ______________
yang diselenggarakan oleh PENERIMA JAMINAN.
3. Surat Jaminan ini berlaku selama ____ (____________) hari kalender dan
efektif mulai dari tanggal ___________ sampai dengan tanggal __________
6. Menunjuk pada Pasal 1832 KUH Perdata dengan ini ditegaskan kembali bahwa
PENJAMIN melepaskan hak-hak istimewa untuk menuntut supaya harta benda
TERJAMIN lebih dahulu disita dan dijual guna dapat melunasi hutangnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1831 KUH Perdata.
Dikeluarkan di _____________
TERJAMIN PENJAMIN
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
138
Materai Rp.6000,00
_____________________ __________________
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
139
sebagai
No. ____________________
Alamat : _______________________________________________
(terbilang ________________________________________________________)
dalam bentuk garansi bank sebagai Jaminan Uang Muka atas pekerjaan
_________________ berdasarkan Kontrak No. ________________ tanggal
__________________, apabila:
Alamat : _______________________________________________
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
140
6. Segala hal yang mungkin timbul sebagai akibat dari Garansi Bank ini, masing-
masing pihak memilih domisili hukum yang umum dan tetap di Kantor
Pengadilan Negeri ________.
Dikeluarkan di : _____________
[Bank]
Materai Rp.6000,00
________________
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
141
2. Maka kami, TERJAMIN dan PENJAMIN dengan ini mengikatkan diri untuk
melakukan pembayaran jumlah tersebut di atas dengan baik dan benar bilamana
TERJAMIN tidak memenuhi kewajiban dalam melaksanakan pekerjaan
_______________________ sebagaimana ditetapkan berdasarkan Kontrak No.
_______________ tanggal _____________________ dari PENERIMA
JAMINAN.
3. Surat Jaminan ini berlaku selama ____ (____________) hari kalender dan
efektif mulai dari tanggal ___________ sampai dengan tanggal __________
6. Menunjuk pada Pasal 1832 KUH Perdata dengan ini ditegaskan kembali bahwa
PENJAMIN melepaskan hak-hak istimewa untuk menuntut supaya harta benda
TERJAMIN lebih dahulu disita dan dijual guna dapat melunasi hutangnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1831 KUH Perdata.
Dikeluarkan di _____________
TERJAMIN PENJAMIN
Materai Rp.6000,00
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
142
_____________________ __________________
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
143
GARANSI BANK
sebagai
JAMINAN PEMELIHARAAN
No. ____________________
(terbilang ________________________________________________________)
dalam bentuk garansi bank sebagai Jaminan Pemeliharaan atas pekerjaan
_________________ berdasarkan Kontrak No. _______________ tanggal
________________, apabila:
Alamat : _______________________________________________
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
144
ternyata sampai batas waktu yang ditentukan, namun tidak melebihi tanggal batas
waktu berlakunya Garansi Bank ini, lalai/tidak memenuhi kewajibannya kepada
Penerima Jaminan berupa:
6. Segala hal yang mungkin timbul sebagai akibat dari Garansi Bank ini, masing-
masing pihak memilih domisili hukum yang umum dan tetap di Kantor
Pengadilan Negeri ________.
Dikeluarkan di : _____________
[Bank]
Materai Rp.6000,00
________________
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
145
JAMINAN PEMELIHARAAN
2. Maka kami, TERJAMIN dan PENJAMIN dengan ini mengikatkan diri untuk
melakukan pembayaran jumlah tersebut di atas dengan baik dan benar bilamana
TERJAMIN tidak memenuhi kewajiban dalam melaksanakan pekerjaan
_________________ sebagaimana ditetapkan berdasarkan Kontrak No.
_______________ tanggal _____________________ dari PENERIMA
JAMINAN.
3. Surat Jaminan ini berlaku selama ____ (____________) hari kalender dan
efektif mulai dari tanggal ___________ sampai dengan tanggal __________
Dikeluarkan di _____________
TERJAMIN PENJAMIN
Materai Rp.6000,00
_____________________ __________________
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
146
Nomor: __________
Proyek Jalan Tol Ciputat – Lebak Bulus Sta. 0+000 – Sta. 3+096 2014
147
[tanda tangan]
[nama lengkap]
[jabatan]
NIP: __________
[tanda tangan]
[jabatan]