DINAS PERHUBUNGAN
Kompleks Perkantoran Gedung C Lantai 3 Pasarwajo
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSULTAN PERENCANA :
Pekerjaan :
Mengetahui,
Kepala Dinas Perhubungan
Kabupaten Buton
NASBAH, SE.,M.Si
Nip. 19611231 199010 1 004
i
ii
KATA PENGANTAR
untuk perbaikan laporan ini. Bantuan dan dukungan dari semua pihak
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.........................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................viii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.2.1 Maksud........................................................................................2
1.2.2 Tujuan..........................................................................................3
4.1 PENGANTAR...................................................................................11
iv
4.2 TAHAP MOBILISASI DAN PENGUMPULAN DATA.......................13
4.6.2 Pembebanan..............................................................................38
v
4.7.4 Karateristik ukuran Kapal...........................................................56
4.7.6 Penggambaran..........................................................................57
5.1 Pengantar........................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................63
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Nilai Properties Pipa Baja (PT. Indal Steel Pipe).......................39
vii
DAFTAR GAMBAR
Pasarwajo.............................................................................10
Gambar 4.4 Hubungan kecepatan angin di laut dan di darat (SPM, 1984)
..............................................................................................33
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
penting dalam sistem angkutan laut. Hampir semua barang impor, ekspor
dan muatan dalam jumlah sangat besar diangkut dengan kapal laut,
terdapat fasilitas angkutan lain yang berupa angkutan darat dan udara.
1
Hal ini mengingat kapal mempunyai kapasitas yang jauh lebih besar
jumlah besar, angkutan dengan kapal akan lebih efisien, tenaga kerja
lebih sedikit dan biaya lebih murah. Selain itu untuk angkutan barang
antar pulau atau negara, kapal merupakan sarana yang paling sesuai.
mana yang paling layak untuk penempatan pelabuhan. Hasil analisis akan
1.2.1 Maksud
2
Perencana dapat melaksanakan tugasnya dengan baik untuk
1.2.2 Tujuan
3
BAB 2
GAMBARAN UMUM LOKASI
PROYEK
2.1 Kondisi Geografis
sebelah timur daerah pulau Buton. Bila dilihat dari letak geografisnya
Kecamatan Wolowa.
Buton dengan luas sekitar 356,40 Km2 dan jumlah penduduk tahun 2018
4
Dari 22 Desa/Kelurahan tersebut, Desa Lapodi adalah yang terluas
luas 124,00 Km2 (34,79%), menyusul Desa Wakaokili dengan luas 20,64
pertanian.
5
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Buton
6
BAB 3
Bertitik tolak dari Kerangka Acuan Kerja (KAK), Rapat Penjelasan dan,
penelitian lain yang perlu dan sesuai dengan bidang masing – masing.
bagan alir seperti yang tertera pada Gambar 3.1. Diagram ini menjelaskan
7
tahapan pelaksanaan kerja perencanaan teknis yang meliputi tahap
kegiatan :
Moblisasi
Reconnaissance Survey
Penggambaran
Rencana kerja
8
Organisasi pelaksanaan pekerjaan
Laporan
1. Reconnaissance Survey
9
Gambar 3.2 Diagram Alir Tahapan pelaksanaan pekerjaan DED Dermaga Marina dan Hardstand Kawasan Dive dan
Hardstand Pasarwajo
10
BAB 4
RENCANA KERJA
4.1 PENGANTAR
Pada Sub Bab 3.1, telah diuraikan pula secara singkat konsep dasar
teknis dan pada Sub Bab 3.2 telah disebutkan Lingkup Pelayanan yang
diminta.
Pada bagian ini akan diuraikan secara lebih terperinci rencana kerja
tersebut agar segala persyaratan teknis pada KAK dapat dipenuhi, dan
11
• Survey Pasang Surut
peyelesaian pekerjaan ini disajikan pada Tabel 4.1, dimana rencana kerja
BULAN
NO. URAIAN PEKERJAAN PERTAMA KE-DUA KE-TIGA KET.
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
1 Survey lapangan
2 penyiapan alat dan Bahan
3 Kegiatan Perencanaan
4 Laporan perencanaan
- Laporan pendahuluan
- Laporan Antara
- Laporan Akhir
12
4.2 TAHAP MOBILISASI DAN PENGUMPULAN DATA
peta geologi dan, data titik-titik control yang ada (triangulasi, BM dan lain-
lain),
13
maka tahap reconnaissance survey ini merupakan tahap yang amat
penting.
Tenaga Ahli Konsultan dari bidang, Sipil, Soil dan Material serta
Project Officer atau Direksi Lapangan dari pihak-pihak Client, guna dapat
14
4.4 Tahap Pelaksanaan Survey Dan Investigasi Lapangan
banyak titik-titik, seperti bangunan eksisting yang ada, begitu pula untuk
pengukuran kedalaman laut juga akan dilakukan dengan cara yang sama,
sehingga kondisi eksisting pada bagian darat dan laut benar-benar dapat
1.00 m.
15
1. Team Pengukuran untuk pengukuran titik control horizontal
(traversing)
(leveling)
Data akan tersimpan secara otomatis di dalam alat GPS Map Sounder
(kr) terlebih dahulu terhadap elevasi muka air (y) yang terbaca.
16
secara digital. Pemetaan topografi dan bathimetri dilakukan di sekitar
bathimetri dan topografi dipetakan menjadi satu peta dengan datum ± 0.00
LWS.
1. Pengukuran Poligon
adanya kesalahan yang diakibatkan oleh alat-alat ukur, maka alat tersebut
17
alat ukur langsung dilakukan pengecekan dengan menarik meteran antara
2. Pengukuran Waterpass
digunakan alat ukur haruslah dicek dahulu kesalahan garis bidiknya, dan
fungsi Theodolit dan waterpass. Nilai vertical distance (VD) yang diperoleh
cross section dibuat lebih rapat pada kondisi dimana perubahan elevasi
tanggul, sungai, pematang dan lain-lain. Hal itu dilakukan untuk menjadi
18
bangunan eksisting. Selain itu, pada tahapan ini dilakukan pengukuran
elevasi muka air maksimum yang ada berdasarkan informasi dari warga
umumnya dalam survey topografi perlu dbuat Bench mark (BM). Sesuai
atau pipa pralon ukuran 4 inci yang diisi dengan adukan beton dan di
atasnya dipasang neut dari baut, ditempatkan pada tempat yang aman,
mudah terlihat. Selain itu dicat dan diberi identitas. Adapun pembuatan
19
4.4.2 Survey Pasang Surut
tercakup satu siklus pasang surut yang meliputi pasang purnama dan
perbani. Pengamatan lebih lama (30 hari atau lebih) akan memberkan
setiap jam, siang dan malam. Namun untuk keperluan teknis perencanaan
yang mana data pasang surut digunakan untuk kebutuhan tata letak dan
elevasi dermaga, maka saat survey topografi dan bathimetri posisi LWS
dan HWS perlu dideteksi dalam pengukuran detail. Selain itu data pasang
surut di sekitar lokasi rencana dari Instansi terkait akan di kumpulkan pada
tahapan ini.
20
4.4.3 Survey Angin dan Gelombang
survey angin dan gelombang selengkapnya akan dibahas pada sub bab
berikut.
1. Survey Angin
selama 3 Bulan yakni Bulan Juni sampai dengan Agustus sangat sulit
21
4.4.4 Survey Investigasi Tanah
Permasalahan daya dukung tanah dalam hal ini keruntuhan tanah akibat
geser menjadi hal yang penting untuk di tinjau agar stabilitas bangunan
dukung tanah yakni dengan alat Dutch Cone Penetratin Test (Sondir
test), dimana nilai hambatan konus (qc, kg/cm pengujian ini dapat
22
4.5 Tahap Analisis Data Dan Perencanaan
23
dicapai, kondisi lapangan, sehingga data lapangan akan menjadi data
1. Tujuan
2. Lingkup Pekerjaan
dari bout, ditempatkan pada tempat yang aman dan mudah terlihat. Patok
permukaan tanah setinggi 40 cm, dicat warna biru, notasi dan BM dengan
Untuk pengukuran poligon dan sipat datar telah digunakan patok kayu
24
diratakan dan diberi paku, ditanam dengan kuat. Dalam keadaan khusus,
ketelitian baca dalam detik. Pada awal dan akhir pengukuran titik poligon
pengukuran (poligon, potongan melintang dan detail situasi) dan titik BM.
tachimetri, yang mencakup semua obyek yang dibentuk oleh alam atau
manusia yang ada disepanjang jalur pengukuran seperti alur sungai, bukit,
dan kerapatan titik yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang
benar.
dilakukan pada lokasi luasan lahan yang akan diukur. Pada daerah tebing
yang tidak bisa dipanjat pengukuran ini tidak dapat dilakukan, namun
25
kemiringan lereng dan perkiraan ketinggian tebing dicatat dan dibuat
sketsa.
cross section.
dan
dengan,
X1 = absis titik 1
Y1 = ordinat titik 1
26
d1 = jarak datar titik A ke titik 1
sebagai berikut :
dan
(4.4)
dan
(4.5)
dan
27
akhir = awal + n – n.1800 …………..………………..……..
(4.7)
sebagai berikut
sehingga,
fβ
Koreksi sudut = = n …………..….....……………………...... (4.9)
dengan,
= sudut arah
= sudut poligon
f ≤” √n
sebagai berikut :
sehingga,
di
28
dengan,
X = Absis
X = Selisih absis
X = Koreksi absis
sehingga,
di
dengan,
Y = Absis
Y = Selisij absis
Y = Koreksi absis
29
√
2 2
( fx + fy )
KL = ∑ d ≤ 1: 1000 …………………………….........….. (4.14)
f. Pengukuran Waterpass
H = TA + VD - TD …………..………………………….......................
(4.15)
Syarat Geometrik :
(4.16)
dan
d
KH = ∑d fh …………..…….........................................................
(4.17)
dan
T = 8√D …………..……......................................................................
(4.18)
dengan,
H = Tinggi titik
30
∆H = Beda tinggi
TA = Tinggi Alat
TD = Tinggi Deflector
VD = Vertikal Distance
Tinggi pasang surut adalah jarak vertikal Antara air tertinggi (puncak
air pasang) dan air terendah (lembah air surut) yang berurutan. Periode
pasang surut adalah waktu yang di perlukan dari posisi muka air pada
muka air rerata ke posisi yang sama berikutnya. Periode pasang surut
biasa 12 jam 25 menit 24 jam 5 menit, yang tergantung pada tipe pasang
surut.
Admiralty atau metode kuadrat terkecil (least square method). contoh hasil
analisis pasang surut berupa kurva seperti yang disajikan pada Gambar
4.3. Dimana dari kurva pasang surut tersebut dapat ditentukan beberapa
elevasi muka air, yaitu MHWL, MLWL, MSL, HHWL Dan LLWL.
31
Gambar 4.5 Contoh kurva analisis pasang surut
2. Arah angin.
32
1. Angin
Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, data angin diperoleh dari
data angin di daratan. sehingga perlu ada konversi antara angin data
hubungan antara angin di atas laut dan angin di daratan terdekat diberikan
RL = Uw / UL ……………….……………………….…......................…
(4.20)
Serikat (SPM, 1984) berupa Grafik yang disajikan pada Gambar 4.5,
dimana pada Grafik tersebut dapat digunakan untuk daerah lain dengan
berikut :
1,23
U A =0,71 U w ……………………………………................……. (4.21)
33
Gambar 4.6 Hubungan kecepatan angin di laut dan di darat (SPM, 1984)
2. Gelombang
beberapa faktor yakni diantaranya yakni angin, kapal yang bergerak dan
lainnya. Pada umumnya gelombang yang sangat sering terjadi di laut dan
permukaan laut akibat fluktuasi tekanan udara pada permukaan air laut.
Proses pembangkitan ini terjadi pada suatu daerah yang disebut daerah
34
laut yang semula datar akan terganggu sehingga timbul riak kecil. Jika
kecepatan angin bertambah kuat, maka riak tersebut semakin besar dan
Panjang fetch dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut atau
dengan kata lain panjang fetch merupakan panjang laut yang dibatasi oleh
…………………………..................................……. (4.22)
dengan,
pertambahan 6° sampai sudut sebesar 42° pada kedua sisi dan arah
angin.
35
Gambar 4.7 Grafik peramalan gelombang (SPM, 1984)
Dari perhitungan faktor tegangan angin (UA) dengan Persamaan 4.21 dan
yang sama. Adapun Grafik yang dimaksud disajikan pada Gambar 4.6.
36
Adapun prosedur pelaksanaan pengujian akan dijelaskan secara spesifik
sebagai berikut.
penyondiran akan
kg/cm2 (di dasarkan usulan Terzaghi dan Peck, 1948 dimana untuk
37
dilakukan pada setiap interval kedalam 0,2 m, begitu juga dengan
analisis SAP2000. Pada program ini dianalisis struktur dalam hal ini gaya-
gaya dalam yang bekerja pada struktur dermaga, serta kekuatan tiang
tulangan.
kerangka rigid dari tiang pancang dan konstruksi atas tanah, dalam hal ini
Zf =
38
Gambar 4.8 Ilustrasi Fixity Point
4.6.2 Pembebanan
1. Beban Vertikal
Beban vertikal teridiri dari beban mati (dead load) Pembebanan vertical
pada Dermaga dan Trestle dapat dikategorikan dalam beban mati dan
beban hidup.
2. Beban mati
39
Beban mati yang termasuk dalam beban vertikal dalam analisis konstruksi
trestel yakni berat konstruksi trestel. Berat volume setiap jenis bahan
konstruksi didasarkan pada nilai tipikal yang dikutip dari PPI 1983 yakni
beton bertulang 2,4 ton/m3, beton rabat 2,2 ton/m3 dan baja 7,85 ton/m3.
Untuk tiang pipa baja (steel pipe piles), nilai propertis yang dipublikasi oleh
pihak produsen PT. Indal Steel Pipe (Maspion Group) disajikan pada
Tabel
Tabel 4.2 Nilai Properties Pipa Baja (PT. Indal Steel Pipe)
3. Beban Hidup
4. beban horizontal
40
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, beban horisontal yang akan
diperhitungkan juga gaya Berthing, gaya Mooring, beban arus dan beban
5. Beban gempa
41
Gambar 4.9 Spektrum gempa Pasarwajo (http://puskim.pu.go.id)
6. Beban mooring
42
Mooring merupakan system penambatan kapal dengan tali atau kabel
yang diikatkan pada bollard. Pengikatan kapal dengan system mooring ini
Gaya mooring adalah gaya reaksi pada kapal yang tertambat. Pada
oleh angin dan arus. System mooring ini dianalisis agar mampu
mengatasi gaya akibat kombinasi angin dan arus. Gaya mooring pada
kapal 20000 DWT berdasarkan nilai tipikal pada Tabel 4.4 yakni pada
7. Beban berthing
43
Gaya Berthing adalah gaya yang diterima dermaga saat kapal sedang
diserap oleh fender pada dermaga. Gaya benturan kapal yang harus
sebagai berikut.
Ef =Cm .C e .C c . C s ( 1
2 )
.W .V2 / g
...…………………………….…… (4.24)
44
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan didalam pembangunan
ini.
Negara.
daerah di sekitarnya.
1. Kriteria Umum
45
Secara Konseptual pelabuhan memiliki tiga fungsi strategis ( Wijoyo,
2012, 15 -6 ) yakni :
perairan pelabuhan.
mekanika tanah
2. Oprasional dermaga
• Dimensi kapal
• Manuver kapal
46
• Lalulintas kapal
3. Jenis konstruksi
2. Kriteria teknis
2. Memuat perbekalan
4. Berlabuh
47
3. Sheet pile adalah jenis struktur yang tidak menggunakan kemiringan
alami tanah.
yang biasa digunakan pada dermaga untuk kapal ferry atau kapal
Dalam perencanaan DED Dermaga Marina dan dive center kali ini
Floting Pier
48
Access Brige
permukaan air pada lokasi yang tidak besar, atau biasanya <10 m
49
Gambar 4.12 Jenis Access Brige
System Mooring
50
System fender
Sistem fender berfungsi mencegah kerusakan pada kapal dan dek ponton
ketika terjadi benturan saat kapal sandar dengan cara menyerap energi
benturan.
Mooring Accessories
berikut:
51
Untuk prinsip pemilihan bentuk dermaga terapung yang digunakan yaitu :
1. Wilayah daratn
2. Kolam Pelabuhan
3. Alur Pelayaran
Untuk lebuh jelasnya wilayah kolam pelabuhan akan dapat dilihat pada
52
Sedangkan untuk menentukan dimensi pelabuhan marina dapat di lihat
1. Wf = Lebar Fairway
53
Tabel 4.4 Karateristik kapal Yatch
- Minimum width
WFm = 1.50 x Lb
- Preferred width
WFp = 1.75 Lb
dilayani
54
2. Lebar dermaga harus sedemikian sehingga memastikan keselamatan
3. WF = Lebar Walkway
mellalui gangway, maka lebar main walkway tidak boleh kurang dari lebar
1.5 <100
2.4 ≥ 200
55
4. Lebar bersing gangway harus sesuai dengan yang disajikan pada
tabel
Dalam menetukan lebar kolam dermaga dibagi menjadi tiga bagian yakni:
= (2 x Wb) +C
Wb = Wb1 + Wb2 + C
Wab = Wb + C
56
Dimana :
Wb : Lebar kapal
Panjang
Draft, (m) Lebar (b)
kapal
8 1.50 3.00
10 1.80 4.00
12 2.00 4.40
15 2.50 5.00
20 2.90 5.70
25 3.00 6.50
30 3.40 7.50
35 3.80 8.70
40 4.20 10.00
45 4.20 10.00
50 4.20 10.00
kondisi muka air rencana dan pasang surut (pasut) daerah perencanaan.
57
Dan di tambah angka kebebasan untuk antisipasi limpasan pasat keadaan
gelombang.
Dimana :
WS : Wind Setup
4.7.6 Penggambaran
58
akan segera digambar. Adapun gambar desain yang menjadi output
1. Lapangan penumpukan
2. Causeway
3. Trestle
4. Dermaga
harga satuan akan segera pula dilakukan perhitungan biaya untuk setiap
kelompok pekerjaan.
59
dikerjakan di sekitar daerah rencana pelabuhan peti kemas raha.
Schedule pelaksanaan akan disusun dan volume serta biaya untuk tiap
1 Laporan Pendahuluan
2 Laporan Antara
3 Laporan Akhir
berikut.
1. Laporan Pendahuluan
2. Laporan Antara
60
Laporan ini berisi perbaikan inception report, Laporan hasil identifikasi
design concept
3. Laporan Akhir
Surat Perjanjian/Kontrak
61
BAB V Syarat-Syarat Khusus Kontrak
Pelaksanaan
(tiga) set.
62
BAB 5
ORGANISASI KERJA
5.1 Pengantar
63
DAFTAR PUSTAKA
American Society for Testing and Materials., 1997, Annual Book of ASTM
Srandard. Vol. 04-08, Soil and Rock, ASTM 100 Barr Harbor Drive,
West Conshohocken, PS. 19428.
64