Wiryanto Dewobroto
Ini adalah buku tentang prinsip dasar perencanaan struktur baja, mulai dari perilaku, analisis dan desain un-
tuk menghasilkan struktur yang optimal & memenuhi kriteria kuat, kaku , dan daktail. Meskipun kriteria yang
terakhir masih terbatas pada penampang plastis, dan sistem sambungan . Struktur baja umumnya langsing,
sehingga pembahasan tentang stabilitas dan antisipasinya re latif cukup detail. Bagi praktisi te lah disiapkan
tabel bantu perencanaan balok berdasarkan profil baja metrik JIS yang populer, sehingga hitungan klasik 2-3
halaman dapat diganti dengan 3-4 baris hitungan saja. Ketentuan yang dipilih mengacu AISC (2010), sehingga
Direct Analysis Methad (DAM) yang menjadi andalannya alkan dibahas khusus dalam dua bab terakhir, sekali-
gus diberikan analisis perbandingan dengan hasil uji beban sampai runtuh di laboratorium Puskim, Bandung.
Daftar lsi
· viii
· ix
· xiii
· xv
XXV
xxix
xxxi
Daftar lsi
xvi
1
Bab 1
Prospek dan Kendala
1.1. Pendahuluan
Bicara tentang bidang konstruksi tentunya akan mengerucut pada
kegiatan pembangunan prasarana fisik yang diperlukan dalam
mempertahankan dan mengembangkan peradaban man usia. Dari
bangunan yang ditinggalkan, suatu bangsa dapat dilihat seberapa
tinggi tingkat kemajuan peradabannya. Lihatlah, piramida Mesir
yang dibangun ± 5000 tahun yang lalu, tentu dapat dibayangkan
seberapa tinggi tingkat peradaban bangsa tersebut. Pada masa itu
bangsa lain mungkin saja masih hidup di goa-goa batu. Karena itu
pula, bangs a Indonesia dapat berbangga diri karena mempunyai
peninggalan kuno, seperti candi Borobudur dan candi Prambanan.
Bukti fisik yang menjadi petunjuk bahwa bangsa Indonesia dahulu
kala sudah maju tingkat peradabannya. Jika sampai saat ini masih
banyak yang belum sejahtera, tentunya ada sesuatu yang perlu
dievaluasi, mengapa itu bisa terjadi.
Terkait konstruksi bangunan yang sangat erat dengan peradaban
bangs a, sudah banyak berbagai bahan material diteliti dan dipakai
sebagai bahan material konstruksi, mulai yang sederhana, material
produk alam maupun bahan material khusus produk pabrik yang
mahal. Bahan material yang dimaksud misalnya tanah, batuan, kayu,
bambu, beton, baja dan beberapa yang mungkin dapat disebutkan.
Tetapi, jika fokus yang dibahas konstruksi, yang dekat dengan ma-
syarakat, seperti jembatan dan gedung, maka jenis bahan material
konstruksi pilihan (apalagi di Indonesia) adalah masih terbatas,
yaitu kayu, beton, baja atau kombinasi dari ketiganya. Itu saja.
Pemilihan bahan material konstruksi, apakah itu kayu, beton atau
baja adalah tahapan awal yang penting pada suatu perencanaan.
Kriteria dasar pemilihannya adalah: [1] kekuatan (tegangan); [2]
kekakuan (deformasi); [3] daktilitas (perilaku keruntuhannya).
Meskipun pad a kenyataannya, material yang unggul pada ke-tiga
kriteria di atas ternyata tidak mesti paling banyak dipakai. Banyak
faktor lain yang berpengaruh, seperti misalnya: material baja yang
Berat Modulus
Kuat (MPa) Rasia Kuat + BJ
Material Jenis E1astis
(1E+6 ' 1/mm)
(kgj m3) (MPa) Leleh Ultimate
Se rat karbon 1760 150,305 - 5,650 321
Baja A 36 7850 200,000 250 400 - 55 0 5.1 - 7.0
Baja A 992 7850 200,000 345 450 5.7
Aluminum 2723 68,947 180 200 7.3
Besi cor 7000 190,000 - 200 2.8
Ba mbu 400 18,575 - 60' 15
Kayu 640 11,000 - 40' 6.25
Beton 22 00 21,00 0 - 33,000 - 20 - 50 0.9 - 2.3
* Ritti ronk dan Elnieiri (200 8)
80,000
_ - - - - - - - - Steel
Bamboo
Pada sisi lain, karena material baja adalah produk industri, maka
agar hasilnya menguntungkan maka produknya harus diusahakan
mencapai kondisi optimum. Untuk itu biasanya perlu mencapai
suatu kuantitas tertentu, yang tidak mudah diubah-ubah sesuai
dengan jenis dan kapasitas mesin produksinya. Sebagai akibatnya
akan terasa betapa pentingnya dibuat standarisasi bentuk profil.
Dari tabel profil baja yang ada, terlihat banyak sekali profil yang
tersedia, tetapi pada kenyataannya jika peminatnya relatif sedikit
maka profil baja yang jarang dipakai, tentu tidak diproduksi lagi,
kalaupun dibuat maka jumlahnya relatif tidak banyak. Itu berarti
tidak semua profil pada tabel baja dapat dipilih, hanya profil-profil
tertentu yang umum. Hal ini tentu perlu diketahui para insinyur
perencana konstruksi baja. Jadi jangan hanya berpedoman teoritis
karena kalau sampai mengubah profil rencana akibat barangnya
tidak ada, maka kemungkinan akan merubah pula detail sambung-
an yang dibuat, jika tidak dipikirkan akan ada pekerjaan sia-sia.
Tidak ada jaminan bahwa lokasi pabrik baja akan dekat dengan
proyek atau bengkel fabrikasi, oleh karena itu panjang profit baja
ditentukan oleh kapasitas kendaraan transportasi pengangkut
(truk / kapal) dan jalur transportasi (darat / air) yang tersedia.
1.3.3. Ketahanan korosi
Baja unggul ditinjau dari segi kemampuannya menerima beban,
tetapi jika dibiarkan tanpa perawatan khusus di lingkungan terbu-
ka, terlihat lemahnya. Baja yang unsur utamanya besi mengalami
korosi, yaitu suatu proses elektrokimia. Jika itu terjadi, maka pada
bagian besi yang bertindak sebagai anode akan terjadi oksidasi
yang merusak dan menghasilkan karat besi Fe Z0 3.nH zO, zat padat
berwarna coklat kemerah-merahan. Volume baja berkurang kare-
na menjadi karat tadi. Mengenai bagian besi yang bertindak seba-
gai anode dan mana yang bertindak sebagai katode tergantung pada
banyak faktor, misal zat pengotor, atau adanya perbedaan rapatan
logam itu, atau ada jenis logam lain yang bersinggungan.
Kemungkinan terjadinya korosi pada baja merupakan kelemahan
konstruksi baja dibanding kontruksi beton. Oleh sebab itu saat
perencanaan faktor ini harus diantisipasi dengan baik.
a). Profil baja setelah su atu kebakara n b) . Fireproofing pad a ba lok lanta i
Gambar 1.6 Pengaruh pa nas pada baja da n pencegahannya (sumber : intern et)
1 .0r-=~
~
:l2
.~ 0 .6
" \
(;
'"~ 0.4
~
~ 0.2
a:
O~~~~-L~~~~~~~~
Ga mbar 1.7 Peril aku materia l baja pada berbaga i temperature (Kodu r 2003)
Gamba r 1.10 Metode pe iaksa naa n jembata n ben ta ng besa r (Sumber : L. Hid ayat)
DECK TYPES :
1. Full Compollte Reinforced Concrete
2. Standard Profile St.el Sh.ellng
3. Profil. Sh ••ting as Formwork
Crossgirders,
Composite with Deck
Lateral & Longitudinal
Seismic Bufferss Elastomerlc aearings
Gambar 1.14 Arsitektur Ringa n dan Tra ns pa ran (sumber: www.wern ersobek.com)
®
End
mo",.nl
__- - - -0
Struktur pada prinsipnya bisa berbentuk apa saja, tapi dari sisi
geometri dapat dikategorikan menjadi, struktur garis /10 (balok,
kolom); struktur bidang /20 (pelat, dinding, cangkang); dan struk-
tur pejal / solid / 30 (struktur yang umumnya terdapat di bagian
detail sambungan, atau yang lain, misalnya struktur angkur ujung
pada elemen kabel prategang). Program analisa struktur komersil,
SAP2000 misalnya telah memiliki element Frame, Shell dan Solid,
masing-masing dikhususkan untuk kategori struktur 10, 20 dan
30. Jadi jika dapat dimodelkan struktur secara tepat, maka hampir
sebagian besar struktur dapat dianalisis.
Pada kategori di atas, struktur garis adalah yang paling sederhana,
lalu struktur permukaan dan terakhir struktur pejal. Pada bebe-
rapa bagian, struktur permukaan dapat disederhanakan menjadi
struktur garis, apabila pada salah satu sisinya mempunyai panjang
tak terhingga, misalnya pelat satu arah, yang mana pelat tersebut
cukup ditinjau untuk tiap satuan lebar. Struktur garis dan struktur
permukaan cukup populer pada bidang teknik sipil, sedangkan
A B
P! P! P! c
P!
~ ~ ~
a). Balok
~! P! P!
Hi
~1:s:1~
H2 c). Grid
P!
A B C
b). Portal 20
d). Porta1 30
Ga mbar 1.19 Pe mod elan se baga i s truktur ga ris (D ewobroto 200 7)
J:::;~:~~~ fl ange
2
Top view
I -~ I
B~
Compression I
A flange 2
Gambar 1.20 LTB ba lok denga n pe rtambatan di tumpu a n (Salmon et. al. 2009)
/
Gambar 1.21 Jara k Lb dan kaita nnya dengan L33 and L21 (CSI 2007)
Pada struktur balok baja, parameter yang terkait dengan LTB adalah
Lb atau jarak bersih tanpa pertambatan lateral. Manual program
(CSI 2007) menyatakan (Kutipan-2) :
In determining the values for L22 and L33 of the members, the program
recognizes various aspects of the structure that have an effect on
these lengths, such as member connectivity, diaphragm constraints
and support points. The program automatically locates the member
support points and evaluates the corresponding unsupported length.
M
~5 M
M,
C. = 1.3
M,
W I
Met - CbLV £1..0' + (WE
L )' t~NJ
II III
--Plastic Inelastic - - - I- - - - Elastic - - --
L,
o 16 24
L. ( fl)
Ga mbar 1.22 Pengarllh L" da n Cb terhadap Kliat Lentllr (Sa lmon et. al. 200 9)
Kasus 1 diambil dari (Mc Cormac 2008 p.269) : balok profil baja
W24 x 62, mutu Fy = 50 ksi, kondisi terkekang sempurna (Lb = 0),
beban mati merata tambahan W D = 1.5 kjft, berat sendiri dihitung,
ZL
· ! PL~ 30k
w"~ '''1ft
t ll l" I I II~I~ I I IIIII IJ: I "III ; I~'~ III I II '
t1 11
4 W •
b). Model I Element
(w 1
4 @7 . 5ft ~ 30ft
w W
c). Model 4 Element
Cata tan :
* R ada la h ratio dari Mu: <pM "
* SAP2000 v7.4 pakai AISC LRFD 93 se d a ng vII pa kai AISC LRFD 05
Balok kantilever pertambatan lateral terbatas (Salmon et.al 2009)
Kasus-2 diambil dari Example 9.9.3 (Salmon et.al 2009 p.455) :
profil baja W33 x 118, mutu Fy = 50 ksi, kondisi terkekang lateral
di titik tumpuan dan tiap beban terpusat, berat sendiri diabaikan.
Solusi memakai LRFD dari AISC 360-05 / IBC 2006 (AISC 2005).
Dari Load Factor Design Selection Table profil W33x118 Fy =50 ksi
diperoleh ~b = 0.9 Zx=415 in 3 Mp= 1730 kip-ft ~b M p = 1560 kip-ft;
,h Mr = 1080 kip-ft·} L p = 8.2 ft·
'+'b , L r = 23.5 ft
zL x
P, = 16 kips (OL) P, = 12 kips (DL)
60 kips (LL) 28 kips (LL)
+ PI- 60 kips (U )
~~
a). Load Casc: l
t
! PI-16 InPS(I)LI P,- 12 klP!(DLl
0 iQli @
b). Load Case II Mu· tHO kJp-ft c). Envelope Bending Momenl on Beam
I
j.
g
~
I 150 sIGb (typ . ) I 150 slob (typ.)
~I
+4.00
ZLx~ I !~ I [
~ sambungan
b) . Potongan 1-1 b) . Potongan l-I
:1::0.00
a). Struktur Beton (cast in si tu / monolith) b). Struktur Baja Sambungan Baut Geser
'3
0
0
"'
M
~I'
kolom (typ.)
WH-400
@ :.'---- ~
g : --. Sambungan
~ : ' geser
\J) i-I
balok te p; typo (MH- 588)
Gamba r 1.26 Konfigu ras i Struktur Baja Usula n Kontrakto r (Dewobroto 2 007)
Jadi jika dipakai ukuran profil yang sarna untuk semua ben tang
dipastikan ada bagian yang tidak optimal. Oleh karena itu dengan
memanfaatkan teknologi las, maka ketinggian profil baja diubah
sedemikian rupa menjadi bentuk tapered, bagian dengan momen
maksimum lebih tinggi daripada bagian lain yang lebih kecil.
~I'I--------- L e n g t h - - - - - - - - - - - ...t1 1
n
U<\ 0
I===============_=-=--=-=-Tt=l--
---!~-----
-------- \
_---------
W- ,oiled beom
,
\
b
~ "*'
o
Flame cut WF beom olong dotted lines
n
I\....0--------- length ~l
- - - - - - - - - - '..
II ~----I+d,
I coh
li
c =
\d= ~
Gambar 1.28 Rumus Pemotongan Satang Tapered (Slodget 1976)
Required dep.h
Gambar 1.29 Lakasi tinggi kritis batang Ta pered terhadap mamen aktual (Bladget 1976)
= Burni ng Pattern
Shear Studs fo r
compoOI,eAC'I\ ::~,~~~~~
Gambar 1.32 Jembatan Sta ndar Tipe Balok Komposite (Sumber: Tra ns Bakrie)
Ga mba I' 1. 33 Struktur kabel pada a ta p Olympi c Stadium, Munich (Sumbe r : Wikipedi a)
(a> Beam \\ jib TClmoocd Rod (b) Prestressed Beam , .. itb Draped Cable
AnchorBlock~
Jack Fmal Prestress •
Gambar 1.34 Sistem pratega ng denga n kabel yang diangkur (Densford et. a l 1990)
/
a). Orientasi penempata n kabel pra tega ng
Plate Force
a). Prestressing by Appl ying Direct Tension to b). Prestressing by Deflecting a Beam and
High Strength Plate Attaching Cover Plate
a). Step 1 - Forces are Applied to Beam Fumished b). Step 2 - Concrete is Placed
by Mill with Predetermined Camber While Forces are Maintained
Ga mbar 1.38 Praceta k pratega ng ba lok kompos it. (D ensfo rd et. al. 199 0)
Rolled Beams
r - - - r - - with Shear
Connectors
Cast-in-Place
[ ~,S""
r-- Transverse
Form Support
Concrete Form
Ga mbar 1.39 Proses pracetak pra tega ng balok ko mposit denga n metode I nverset
r T 7
1
7 end i
V--C
5
pi astis
I
Dari tiga konfigurasi rangka sistem EBF di atas, maka jenis Split-
K-braced merupakan konfigurasi EBF yang terbaik karena momen
terbesar yang akan menyebabkan kondisi plastik tidak terjadi di
dekat kolom. Jadi dipastikan tidak akan terjadi kegagalan kolom
akibat kondisi inelastis yang terjadi.
[ ]
Sleeve
Core
Gambar 1.48 Detail dan tampak BRBF (Sabelli and Lopez 2004)
Gambar 1.50 Pembua tan shop-drawing PT. Muri nda di Jakarta (Sumber: Christa lia-Riyan)
Ga mbar 1.5 2 Tra nportasi dan erection segm en jembata n Sura madu (Sumbe r: L. Hidayat)
Gambar 1.53 Erection de nga n alat bantu perancah (Sumber : Christalia- Riya n)
Gambar 1.59 Uji Ultrasonik pada Jembatan Baja (Sumb er: www.fhwa.dot.gov)