Anda di halaman 1dari 77

Seri Buku Teknik Sipil

Wiryanto Dewobroto
Ini adalah buku tentang prinsip dasar perencanaan struktur baja, mulai dari perilaku, analisis dan desain un-
tuk menghasilkan struktur yang optimal & memenuhi kriteria kuat, kaku , dan daktail. Meskipun kriteria yang
terakhir masih terbatas pada penampang plastis, dan sistem sambungan . Struktur baja umumnya langsing,
sehingga pembahasan tentang stabilitas dan antisipasinya re latif cukup detail. Bagi praktisi te lah disiapkan
tabel bantu perencanaan balok berdasarkan profil baja metrik JIS yang populer, sehingga hitungan klasik 2-3
halaman dapat diganti dengan 3-4 baris hitungan saja. Ketentuan yang dipilih mengacu AISC (2010), sehingga
Direct Analysis Methad (DAM) yang menjadi andalannya alkan dibahas khusus dalam dua bab terakhir, sekali-
gus diberikan analisis perbandingan dengan hasil uji beban sampai runtuh di laboratorium Puskim, Bandung.
Daftar lsi

· viii
· ix
· xiii
· xv
XXV
xxix
xxxi

Bab 1. Prospek dan Kendala


1.1 Pendahuluan . . . . . . . . 1
1.2 Perilaku Mekanik Material Konstruksi . 2
1.3 Sifat Material Baja . . . . . . . . . 4
1.3.1 Umum . ... . . . . . . . . 4
1.3.2 Material buatan pabrik . . 5
1.3.3 Ketahanan korosi .... . 6
1.3.4 Perilaku pada suhu tinggi 7
1.4 Superioritas Konstruksi Baja .. 8
1.4.1 Pentingnya superioritas .. 8
1.4.2 Struktur dengan berat sendiri yang dominan. 9
1.4.3 Struktur sekaligus bagian metode pelaksanaan ... 10
1.4.4 Struktur seragam, berulang dan berjumlah besar . 10
1.4.5 Struktur kuat - ringan dan cepat dibangun .. . 11
1.4.6 Kesan arsitektur yang ringan dan transparan . .. . 12
1.5 Perencanaan Umum. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
1.5.1 Sistem sambungan dan perilaku khas struktur baja 13
1.5.2 Peraturan perencanaan bangunan baja di Indonesia 16
1.5.3 Pengaruh pemodelan struktur dan kondisi aktual. . 21
1.5.4 Analisa struktur bangunan baja . . . . . . . . . 24
1.5.5 Hati-hati desain baja dengan komputer .. . 26
1.5.6 Pentingnya konsistensi .. 37
1.6 Perencanaan Khusus .. 40
1.6.1 Umum .. .. .. . 40
1.6.2 Sistem tapered . . 40

Wiryanto Dewobroto - Stru ktu r Baja


xv
1.6.3 Sistem castellated . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
1.6.4 Sistem gelagar komposit. . . . . . . . . . . . . . . . 43
1.6.5 Sistem prategang pada konstruksi baja . . . . . . 45
1.7 Sistem Struktur Baja Tahan Gempa . . . . . . . . . . . . . 52
1.7.1 Umum........................... 52
1.7.2 Perilaku sistem yang diharapkan. . . . . . . . . . 53
1.7.3 Sistem portal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54
1.7.4 Sistem rangka batang silang . . . . . . . . . . . . . 56
1.7.5 Sistem lainnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57
1.8 Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Baja. . . . . . . . . . 59
1.8.1 Transfer perencana - kontraktor. . . . . . . . . . 59
1.8.2 Fabrikasi......................... 59
1.8.3 Transportasi....................... 61
1.8.4 Erection........................ 62
1.9 Perawatan Bangunan Baja. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 66
1.10 Tulisan Tentang Baja. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68
1.10.1 Pentingnya tulisan dan publikasi . . . . . . . . . . 68
1.10.2 Ketersediaan tulisan tentang baja . . . . . . . . . 69
1.10.3 Literatur baja dan asosiasi profesi di USA. . . . 70
1.11 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 73

Bab 2. Material Baja


2.1 Pendahuluan ..... . 75
2.2 Indllstri Baja Nasional dan Dunia . . . . . . . . . . . . . . 76
2.3 Material Baja . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 80
2.3.1 Umum . . . . . . ..... .. ... . . . . . . . . . . . 80
2.3.2 Proses pembuatan baja . . . . . . . . . . 80
2.3.3 Properti mekanik material baja . . . . . . . . . . . 83
2.3.4 Engineering stress-strain . . . . . . . . . . . . . . . 85
2.3.5 True stress-strain . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 88
2.4 Standar Mutll Material Baja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 92
2.4.1 Umum . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . 92
2.4.2 ASTM - Amerika . . . . . . . . . . . . . . . 93
2.4.3 CEN - Eropa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 96
2.4.4 JIS-Jepang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98
2.4.5 ASjNZS - Australia dan New Zealand. . . . . . .. 99
2.4.6 SNI - Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100
2.4.7 Baja buatan China . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 102
2.5 Pengaruh Thermal terhadap Kinerja Baja . . ... . ... .. 104
2.5.1 Umllm . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .... 104
2.5.2 Pengaruh suhu terhadap material baja ... ... .. 105

Daftar lsi
xvi
1

Bab 1
Prospek dan Kendala

1.1. Pendahuluan
Bicara tentang bidang konstruksi tentunya akan mengerucut pada
kegiatan pembangunan prasarana fisik yang diperlukan dalam
mempertahankan dan mengembangkan peradaban man usia. Dari
bangunan yang ditinggalkan, suatu bangsa dapat dilihat seberapa
tinggi tingkat kemajuan peradabannya. Lihatlah, piramida Mesir
yang dibangun ± 5000 tahun yang lalu, tentu dapat dibayangkan
seberapa tinggi tingkat peradaban bangsa tersebut. Pada masa itu
bangsa lain mungkin saja masih hidup di goa-goa batu. Karena itu
pula, bangs a Indonesia dapat berbangga diri karena mempunyai
peninggalan kuno, seperti candi Borobudur dan candi Prambanan.
Bukti fisik yang menjadi petunjuk bahwa bangsa Indonesia dahulu
kala sudah maju tingkat peradabannya. Jika sampai saat ini masih
banyak yang belum sejahtera, tentunya ada sesuatu yang perlu
dievaluasi, mengapa itu bisa terjadi.
Terkait konstruksi bangunan yang sangat erat dengan peradaban
bangs a, sudah banyak berbagai bahan material diteliti dan dipakai
sebagai bahan material konstruksi, mulai yang sederhana, material
produk alam maupun bahan material khusus produk pabrik yang
mahal. Bahan material yang dimaksud misalnya tanah, batuan, kayu,
bambu, beton, baja dan beberapa yang mungkin dapat disebutkan.
Tetapi, jika fokus yang dibahas konstruksi, yang dekat dengan ma-
syarakat, seperti jembatan dan gedung, maka jenis bahan material
konstruksi pilihan (apalagi di Indonesia) adalah masih terbatas,
yaitu kayu, beton, baja atau kombinasi dari ketiganya. Itu saja.
Pemilihan bahan material konstruksi, apakah itu kayu, beton atau
baja adalah tahapan awal yang penting pada suatu perencanaan.
Kriteria dasar pemilihannya adalah: [1] kekuatan (tegangan); [2]
kekakuan (deformasi); [3] daktilitas (perilaku keruntuhannya).
Meskipun pad a kenyataannya, material yang unggul pada ke-tiga
kriteria di atas ternyata tidak mesti paling banyak dipakai. Banyak
faktor lain yang berpengaruh, seperti misalnya: material baja yang

Wirya nto Dewobro to . Struktur Baja


1
jelas-jelas mempunyai kriteria yang lebih unggul dari beton atau
kayu, tetapi faktanya di lapangan menunjukkan bahwa konstruksi
baja tidak mendominasi proyek pembangunan di Indonesia. Masih
kalah populer dibanding konstruksi beton. Itu bisa dilihat pada
proyek-proyek bangunan gedung tinggi, juga di jembatan, seperti
misalnya konstruksi beton prategang yang mulai banyak dipakai
sebagai alternatifpengganti dari struktur jembatan baja.
Argumentasi yang sering dipakai untuk menjelaskan fenomena itu
adalah harga yang mahal. Apakah benar seperti itu, apakah bukan
hal lain, atau juga ketidak-tahuan sehingga kontruksi baja menjadi
tidak optimal, yang pada akhirnya membuat kecewa pemakainya.
Oleh karena itu, sebagai awal pembahasan akan dikupas hal yang
dapat menjadi prospek maupun kendala dalam mengoptimalkan
pemakaian material baja pada proyek konstruksi di Indonesia.
1.2. Perilaku Mekanik Material Konstruksi
Kriteria perencanaan struktur adalah memenuhi syarat kekuat-
an, kekakuan dan daktilitas. Kekuatan terkait dengan besarnya
tegangan yang mampu dipikul tanpa rusak, baik berupa deformasi
(yielding) ataufracture (terpisah). Parameternya berupa tegangan
leleh dan tegangan ultimate. Faktor kekakuan adalah besarnya
gaya yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit deformasi,
parameternya adalah Modulus Elastisitas. Faktor daktilitas terkait
dengan besarnya deformasi sebelum keruntuhan (failure) terjadi,
suatu faktor penting untuk perencanaan struktur dengan pembe-
banan tak terduga atau sukar diprediksi (gempa atau angin) .
Properti mekanik beberapa macam bahan material konstruksi
dapat dilihat pada Tabell.l dan Gambar 1.1.
Tabel 1.1 Properti mekanik beberapa bahan materia l konstruksi

Berat Modulus
Kuat (MPa) Rasia Kuat + BJ
Material Jenis E1astis
(1E+6 ' 1/mm)
(kgj m3) (MPa) Leleh Ultimate
Se rat karbon 1760 150,305 - 5,650 321
Baja A 36 7850 200,000 250 400 - 55 0 5.1 - 7.0
Baja A 992 7850 200,000 345 450 5.7
Aluminum 2723 68,947 180 200 7.3
Besi cor 7000 190,000 - 200 2.8
Ba mbu 400 18,575 - 60' 15
Kayu 640 11,000 - 40' 6.25
Beton 22 00 21,00 0 - 33,000 - 20 - 50 0.9 - 2.3
* Ritti ronk dan Elnieiri (200 8)

8ab 1. Praspek dan Kendala


2
Jadi jika parameter kekuatan, kekakuan dan daktilitas digunakan
untuk pemilihan material konstruksi maka dapat dengan mudah
ditentukan bahwa material baja adalah yang unggul dibandingkan
beton dan kayu. Rasio kuat dibanding berat untuk volume yang
sarna dari baja ternyata lebih tinggi (efisien) dibanding beton. Ini
indikasi jika perencanaannya optimal maka bangunan memakai
konstruksi baja tentunya akan menghasilkan sistem pondasi yang
lebih ringan dibandingkan konstruksi beton bertulang, meskipun
tentu masih kalah dibanding dari kayu atau bambu.
Dikaitkan efisiensi an tara material baja dengan kayu atau bambu,
maka baja hanya unggul karena kualitas mutu bahannya yang
lebih homogen dan konsisten sehingga akan lebih handal. Itu tidak
mengherankan karena material baja adalah produk industri yang
dapat dikontrol baik. Jadi, jika material kayu / bambu di Indonesia
suatu saat juga didukung teknologi yang dapat menjamin kualitas
mutunya homogen dan konsisten maka tentu akan menjadi bahan
material konstruksi yang handal juga, khususnya untuk struktur
ringan ramah lingkungan dan yang semacam lainnya.

80,000

_ - - - - - - - - Steel

__- - Aluminum Alloy

Bamboo

0.2 O.l 0.4


Unit S tra in (in/in)

Gambar 1.1 Pe rila ku me kanik ma terial (Rittironk and Elnieiri 2008)

Bangunan ringan selain menghemat pondasi, juga menguntung-


kan untuk desain konstruksi bangunan tahan gempa. Seperti kita
ketahui, gaya gempa pada bangunan ditentukan oleh parameter
percepatan tanah (a) dan massa bangunan (m). Gaya gempanya
berbanding lurus, F = m ' a. Jadi bangunan ringan (massa kecil),
maka gaya gempanya juga kecil pada kondisi gempa yang sarna.

Wirya nto Dewobroto - Struktur Baja


3
Meskipun baja mempunyai keunggulan terhadap gempa karena
sifatnya yang ringan, tetapi hal itu tidak menguntungkan terhadap
beban angin. Untung saja, karena sifat material baja mempunyai
kekuatan tinggi dan daktail, oleh karena itu jika didukung proses
desain yang baik maka kelemahan itu mestinya dapat diantisipasi
dengan pemilihan sistem struktur yang baik.
Sampai tahap ini pemakaian material baja masih terlihat unggul,
khususnya jika parameter kekuatan, kekakuan dan daktilitas dija-
dikan tolok ukur. Tetapi yang jadi pertanyaan adalah: "Mengapa
sampai saat ini (2014) penggunaan konstruksi baja tidak dominan
di tanah air". Bahkan jika dilihat pembangunan gedung bertingkat
tinggi dan menengah di Jakarta, maka dapat diperkirakan bahwa
volume penjualan tulangan baja untuk konstruksi beton bertulang
akan lebih banyak dibanding volume penjualan profil baja untuk
konstruksi. Kondisi ini pula yang mungkin mendasari mengapa
masih diperlukan tulisan ten tang baja seperti ini.
Berarti selain parameter tersebut, tentunya ada hal-hal lain yang
menjadi pertimbangan sehingga terjadi keraguan untuk akhirnya
memilih baja. Bisa juga hal itu terjadi karena pengetahuan para
pengambil keputusan tidak lengkap, karena bagaimanapun juga
pada konstruksi baja ada banyak keunggulan sehingga berprospek
baik, meskipun untuk itu ada hal-hal yang perlu dipersiapkan
dengan usaha serius. Oleh karena itu pada bab awal ini, penulis
cenderung memilih menjabarkan hal-hal tersebut dan strategi
mengatasinya, sehingga diharapkan faktor-faktor tersebut tidak
menjadi kendala. Bagaimanapun juga, jika suatu bahan material
dapat dipandang unggul dibanding yang lainnya maka tentunya
itu akan otomatis menjadi pili han. Jika ini terjadi, jelas dominasi
pemakaian baja sebagai bahan material konstruksi di Indonesia
tinggal soal waktu saja.
1.3. Sifat material Baja
1.3.1. Umum
Material dari baja unggul jika ditinjau dari segi kekuatan, keka-
kuan dan daktilitasnya. Jadi tidaklah heran jika di setiap proyek-
proyek konstruksi, baik jembatan atau gedung, maka baja selalu
dibutuhkan, meskipun tentu saja volume yang digunakan tidak
selalu harus mendominasi atau mayoritas.
Tinjauan dari segi kekuatan, kekakuan dan daktilitas, sangat cocok
dipakai mengevaluasi struktur yang diberi pembebanan. Tetapi
perlu diingat bahwa selain kondisi tadi, akan ada juga pengaruh

Bab 1. Prospek da n Ke ndala


4
lingkungan yang mempengaruhi kelangsungan hidup struktur
bangunannya. Jadi pada suatu kondisi tertentu, bisa saja suatu
bangunan mengalami kerusakan meskipun belum diberi beban
(belum berfungsi). Itu berarti perilaku ketahanan material terha-
dap kondisi lingkungan sekitarnya adalah penting untuk diketahui
dan diantisipasi dengan baik sebelumnya.
1.3.2. Material buatan pabrik
Kelebihan material baja dibandingkan material beton atau kayu
adalah karena buatan pabrik, yang tentunya mempunyai kontrol
produksi yang baik, dan akibatnya mutu keluarannya terjaga. Oleh
karena itu dapat dipahami mengapa kualitas material baja yang
dihasilkan relatif homogen dan konsisten dibanding material lain,
yang berarti juga lebih dapat diandalkan mutunya.

Gambar 1.2 Stock profil baja buatan pabrik (sumber : internet)

Pada sisi lain, karena material baja adalah produk industri, maka
agar hasilnya menguntungkan maka produknya harus diusahakan
mencapai kondisi optimum. Untuk itu biasanya perlu mencapai
suatu kuantitas tertentu, yang tidak mudah diubah-ubah sesuai
dengan jenis dan kapasitas mesin produksinya. Sebagai akibatnya
akan terasa betapa pentingnya dibuat standarisasi bentuk profil.
Dari tabel profil baja yang ada, terlihat banyak sekali profil yang
tersedia, tetapi pada kenyataannya jika peminatnya relatif sedikit
maka profil baja yang jarang dipakai, tentu tidak diproduksi lagi,
kalaupun dibuat maka jumlahnya relatif tidak banyak. Itu berarti
tidak semua profil pada tabel baja dapat dipilih, hanya profil-profil
tertentu yang umum. Hal ini tentu perlu diketahui para insinyur
perencana konstruksi baja. Jadi jangan hanya berpedoman teoritis
karena kalau sampai mengubah profil rencana akibat barangnya
tidak ada, maka kemungkinan akan merubah pula detail sambung-
an yang dibuat, jika tidak dipikirkan akan ada pekerjaan sia-sia.

Wiryanto Dewobroto· Struktur Baja


5
a). Pabrik baja ke workshop b). Worksh op ke proyek (s ite)
Gamba r 1.3. Kebutuhan tra nsportas i pada pekerjaa n konstrllksi baja (s llmbe r : internet)

Tidak ada jaminan bahwa lokasi pabrik baja akan dekat dengan
proyek atau bengkel fabrikasi, oleh karena itu panjang profit baja
ditentukan oleh kapasitas kendaraan transportasi pengangkut
(truk / kapal) dan jalur transportasi (darat / air) yang tersedia.
1.3.3. Ketahanan korosi
Baja unggul ditinjau dari segi kemampuannya menerima beban,
tetapi jika dibiarkan tanpa perawatan khusus di lingkungan terbu-
ka, terlihat lemahnya. Baja yang unsur utamanya besi mengalami
korosi, yaitu suatu proses elektrokimia. Jika itu terjadi, maka pada
bagian besi yang bertindak sebagai anode akan terjadi oksidasi
yang merusak dan menghasilkan karat besi Fe Z0 3.nH zO, zat padat
berwarna coklat kemerah-merahan. Volume baja berkurang kare-
na menjadi karat tadi. Mengenai bagian besi yang bertindak seba-
gai anode dan mana yang bertindak sebagai katode tergantung pada
banyak faktor, misal zat pengotor, atau adanya perbedaan rapatan
logam itu, atau ada jenis logam lain yang bersinggungan.
Kemungkinan terjadinya korosi pada baja merupakan kelemahan
konstruksi baja dibanding kontruksi beton. Oleh sebab itu saat
perencanaan faktor ini harus diantisipasi dengan baik.

Gambar 1.4. Kerllntllhan tiba-tiba jembatan di Minnesota (2007)

Bab 1. Prospek dan Kenda la


6
Korosi pada konstruksi baja, ibarat kanker. Senyap, tapi berakibat
mematikan. Saat terjadi keruntuhan jembatan 1-35 di Minneapolis,
Minnesota, USA, Agustus 2007, yaitu 40 tahun sejak dibangunnya
tahun 1967. Penelitian awal menduga bahwa korosi penyebabnya.
Dokumentasi di Gambar 1.5 tentu memperkuat dugaan tersebut.

Atas .,. : bagian te rkorosi dia ngga p


sebaga i pemi cu awal keruntuh an.

+- Kiri : kondi si se belum runtuh.


Gambar 1.5 Korosi pada jembata n 1-35 (Sumbe r : en.wikipedi a.org)

Meskipun demikian, Hao (2010) menyatakan penyebabnya adalah


dimensi pelat buhul (gusset plate) yang terlalu tip is. Tetapi karena
keruntuhan terjadi setelah 40 tahun jembatan itu berdiri, maka
adanya korosi sedikit banyak diyakini menyumbang menurunnya
kualitas strukturnya. Bagaimanapun, korosi pada konstruksi baja
perlu mendapat perhatian dan harus dapat dicegah, mulai dari
penentuan spesifikasi dan detail yang baik pada saat perencanaan,
pelaksanaan, maupun tindakan perawatan yang berkelanjutan.
1.3.4. Perilaku pada suhu tinggi
Bangunan konstruksi baja memang tidak terbakar jika kena panas
api saat kebakaran, tetapi akibat suhu tinggi dapat mengalami
penurunan kekuatan secara drastis, sehingga sampai-sampai tidak
kuat memikul berat sendiri. Sehingga bila terjadi kebakaran yang
lama maka bisa saja fungsinya sebagai struktur pemikul beban
menjadi hilang dan bangunan mengalami keruntuhan total
" ~ I

a). Profil baja setelah su atu kebakara n b) . Fireproofing pad a ba lok lanta i
Gambar 1.6 Pengaruh pa nas pada baja da n pencegahannya (sumber : intern et)

Wirya nto Dewobroto - Strllktllr Baja


7
Gambar 1.6a memperlihatkan profil baja setelah kebakaran, yaitu
mengalami deformasi ekstrim sehingga fungsinya sebagai struk-
tur terganggu. Untuk mencegah, diberi fireproofing agar kenaikan
temperatur ekstrim saat kebakaran dapat dihambat (Gambar 1.6b).
Harapannya tentu tidak membuatnya agar menjadi bangunan tahan
api, tetapi minimal memerlukan waktu yang lama untuk terjadinya
kenaikan temperatur, sehingga ada waktu pemadaman api, tanpa
struktur mengalami kerusakan yang berarti. Penurunan kekuatan
terjadi setelah temperatur melebihi ± 300°(, baik dari kuat leleh
maupun modulus elastis, dua hal penting terkait kekuatan dan
kekakuan bahan material. Kurva penurunan kekuatannya dapat
dilihat pada diagram Gambar 1.7 di bawah ini.

1 .0r-=~

:--- ~ MOdUIUS 01 elasticity


-s
gt 0.8

~
:l2
.~ 0 .6
" \

(;

'"~ 0.4

~
~ 0.2
a:

O~~~~-L~~~~~~~~

o 200 400 600 800 1000


Temperature °c

Ga mbar 1.7 Peril aku materia l baja pada berbaga i temperature (Kodu r 2003)

Penambahan bahan fireproofing jelas akan memberikan tambahan


beban, sehingga kriteria sebagai bangunan ringan jadi berkurang
dan biaya meningkat. Meskipun demikian karena sifatnya dapat
melapisi maka cara tersebut juga baik untuk melindunginya dari
risiko terjadinya korosi. Jadifireproofing juga berarti tindakan yang
bersifat double protection bagi konstruksi baja.
1.4. Superioritas Konstruksi Baja
1.4.1. Pentingnya superioritas
Permasalahan tentang superior atau tidaknya produk, penting jika
dikaitkan dengan usaha pemasarannya. Tanpa memahami falsafah
mendasar yang menyebabkan keunggulannya maka penyampai-
annya akan mudah dipatahkan. Demikian juga pada konstruksi
baja, dasar argumentasinya kuat jika didasarkan pada keunggulan
alaminya dibanding beton dan kayu, yaitu [1] kekuatan tinggi; [2]
tingginya ratio kuat terhadap berat-volume; dan yang terakhir [3]
merupakan material atau modul siap pakai buatan pabrik.

Bab 1. Prospek dan Ke ndala


8
1.4.2. Struktur dengan berat sendiri yang dominan
Fungsi struktur ada yang bermacam-macam, tidak mesti untuk
memikul beban be rat. Atap bentang besar misalnya, yang melin-
dungi dari terik panas dan hujan, mungkin juga salju. Berat atap
yang dipikulnya relatif ringan, tetapi karena bentangnya maka hal
yang menimbulkan masalah adalah berat sendiri struktur. Nah pada
struktur yang seperti itu, maka ratio kuat dibanding berat volume
bahan menjadi sangat menentukan untuk menghasilkan struktur
yang efisien, lihat konstruksi atas Stadium Universitas Phoenix.

Gambar 1.8 Konstruksi atap Stadium Universitas Phoenix (MSC 2010)

Dengan alasan yang sarna pula, maka penggunaan material baja


menjadi pilihan utama untuk jembatan ultra panjang, yang mana
berat lalu-lintas yang dipikulnya akan relatif kecil dan sudah tidak
sebanding dengan berat sendiri struktur. Itu adalah argumentasi
sederhana mengapa untuk rencana Jembatan Selat Sunda dipilih
konstruksi jembatan gantung dari kabel baja.

Gambar 1.9 Usulan Rencana Jembatan Selat Sunda (Sumber : W. Wangsadinata)

Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja


9
1.4.3. Struktur sekaJigus bagian metode pelaksanaan
Material baja mernpunyai kekuatan tinggi, dibandingkan beratnya
dapat dianggap relatif ringan sehingga dapat dihasilkan elemen
struktur yang terlihat langsing. Selain itu keberadaannya sudah
dalarn bentuk jadi, modul siap pakai (tinggal dirakit di lapangan) .
Kondisi tersebut rnernbuatnya terpilih untuk digunakan sekaJigus
sebagai bagian dari rnetode pelaksanaan. Cara ini sangat efektifjika
kondisi di lapangan tidak rnernungkinkan atau rna hal jika dibuat
perancah. Umurnnya ini efektif di proyek jernbatan.

Gamba r 1.10 Metode pe iaksa naa n jembata n ben ta ng besa r (Sumber : L. Hid ayat)

Pada Gambar 1.10 dapat dilihat pelaksanaan jernbatan Rurnpiang


(754 m), di atas sungai Barito, Kalimantan Selatan (2003 - 2008).
Perhatikan, dengan alat-alat crane yang relatif sederhana dan juga
dengan rnernanfaatkan elernen jernbatan yang telah selesai dirakit,
rnaka dapat dibuat alat bantu pelaksanaan berupa struktur kanti-
lever, perhatikan ada konstruksi rnenara yang bersifat semen tara
yang duduk di atas turnpuan selarna proses penyelesaian dari
konstruksi jernbatan itu saja. Jadi konstruksi rnenara akan dilepas
setelah struktur utama, busur jembatan tersarnbung di atasnya.
1.4.4. Struktur seragam, berulang dan berjumlah besar
Konsep ini adalah keunggulan suatu produk buatan pabrik, jadi
jika produknya dapat dibuat seragarn, berulang, dan dibuat dalarn
jurnlah yang banyak, rnaka dapat dilakukan proses optirnasi serta
efisiensi. Ini tentu sangat berbeda dengan sifat proyek konstruksi,
yang urnurnnya khas (khusus) dan terbatas. Jadi cara ini hanya
unggul jika didukung oleh suatu proyek besar dalarn arti jurnlah,
rnaupun jangka waktunya. Kondisi yang dirnaksud pernah terjadi
pada pengadaan jernbatan standar (balok kornposit atau rangka
baja) di era tahun 1980 - 1990 di tanah air. Tentu saja kondisi itu
akan sangat efektif jika didukung oIeh adanya kebijakan politik dari
pernerintah, seperti pernercepatan daerah tertinggal, dsb-nya.

Bab 1. Prospek dan Ke ndala


10
Chords & Olagonal s,
Precision H-Sections

DECK TYPES :
1. Full Compollte Reinforced Concrete
2. Standard Profile St.el Sh.ellng
3. Profil. Sh ••ting as Formwork
Crossgirders,
Composite with Deck
Lateral & Longitudinal
Seismic Bufferss Elastomerlc aearings

Gambar 1.11 Jembatan rangka baja standar (Sumber: Trans Bakrie)

Selain jembatan standar, tower jaringan kabellistrik tegangan tinggi


juga salah satu kemungkinannya, termasuk tower telekomunikasi.
Pada gedung bisa juga, misalnya Pre-Engineered Steel Buildings
untuk bangunan industri yang bersifat tipikal, seperti gudang.
ROOF PANEL

Gambar 1.12 Bangunan Pre-Engineering Buildings (Sumber: www.pebspennar.in)

1.4.5. Struktur kuat - ringan dan cepat dibangun


Argumentasi tentang struktur ringan, kuat dan cepat, saat ini cukup
relatif, bisa saja ada perkembangan teknologi beton maju, seperti
pretensioned, maka istilah itu dapat menimbulkan diskusi ramai.
Tetapi bila diperlukan yang memang terbukti ringan dan cepat
dibangun, maka struktur baja merupakan pembanding pentingyang
tidak dapat diabaikan. Apalagi jika pembangunannya dilaksanakan
pada tempat terpencil sehingga perlu suatu transportasi khusus.

Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja


11
Pada kasus tertentu kadang ada aJasan yang tidak bisa diganggu-
gugat, karena persyaratan kekuatan tanah di lokasi yang berisiko
jika dibangun konstruksi berat, misalnya di tepian lereng terjal,
maka mau tidak mau konstruksi baja yang relatif ringan menjadi
pilihan, contoh proyek milik Universitas California San Fransisco.

Ga mbar 1.13 RM B - Univers itas Ca liforn ia Sa n Fra ns isco (MSC 201 0)

1.4.6. Kesan arsitektur yang ringan dan transparan.


Berbicara bangunan konstruksi, seperti bangunan jembatan dan
khususnya bangunan gedung. Kadang-kadang aspek penampilan
atau arsitekturnya bahkan menjadi sesuatu yang penting dan
dominan untuk menjadi pertimbangan utama. Jadi perencanaan
bangunan tidak hanya memikirkan dari segi keamanan atau dapat
berfungsi baik saja, tetapi juga agar dapat dinikmati orang banyak
dan menimbulkan rasa senang atau kebanggaan.
Itu semua umumnya menjadi bagian pekerjaan seorang arsitek,
yang karenanya secara awam kita akan mengenal adanya elemen
struktur (tanggung jawab insinyur) dan elemen non-struktur atau
finishing (dianggap tanggung jawab arsitek). Bahkan ada anggapan
mudah, bahwa elemen struktur itu tidak penting bagi awam, karena
nantinya tidak terlihat akibat dibungkus oleh elemen non-struktur
(finishing). Itulah yang memberi kesan keindahan yang umumnya
kita kenai terhadap aspek arsitektural saat ini.
Kadang kala dijumpai juga bangunan yang tidak bisa dipisahkan
antara elemen struktur dan elemen bungkusnya. Dalam hal ini,
keindahannya dihasilkan dari elemen struktur itu sendiri, contoh
klasiknya adalah menara Eiffel. Kecuali sifat monumental seperti
menara tersebut, saat ini juga populer dan banyak dikembangkan
bangunan ramah lingkungan, tidak ditinjau dari sisi energi, tetapi
dari keberadaannya, tetap berfungsi tetapi tidak mengganggu
pemandangan lingkungannya. Kalaupun terlihat nyata diharapkan
dapat menyatu, bahkan menunjang keindahan lingkungannya.

Bab 1. Prospek dan Ke ndala


12
Salah satu konsep yang ditawarkan adalah sistem struktur ringan
dan transparan. Idenya berkembang di Jerman khususnya di Uni
Stuttgart oleh prof Frei Otto dengan Institute fur Leichtbau (Insti-
tut of Lightweight Structures) dan prof J6rg Schlaich dengan Insti-
tut fur Tragwerksentwurf und Konstruktion (Institute of Concep-
tual and Structural Design), keduanya saat ini tentu telah pensiun.
Penerusnya adalah prof Werner Sobek dengan Institut fur Leicht-
bau Entwerfen und Konstruieren (ILEK). Karya beliau banyak yang
memanfaatkan material glass yang memang bersifat transparan,
dan digabung dengan material baja yang relatif langsing sehingga
berkesan ringan tetapi kuat dan kaku, serta daktail.

Gambar 1.14 Arsitektur Ringa n dan Tra ns pa ran (sumber: www.wern ersobek.com)

1.5. Perencanaan Umum


1.5.1. Sistem sambungan dan perilaku khas struktur baja
Perilaku struktur baja dibanding dengan struktur beton bertulang
mempunyai perbedaan khas. Struktur beton bertulang cenderung
menghasilkan konstruksi monolit, karena elemen strukturnya
dapat dianggap menyatu, khususnya jika dilakukan pengecoran di
tempat (cast-in-situ). Detail sambungan penulangan beton bertu-
lang cast-in-situ bukan sesuatu yang istimewa, paling-paling hanya
memperhatikan kerapatan tulangan agar betonnya dapat mengisi
sempurna. Sedangkan sifatnya yang menerus umumnya menjadi
struktur statis tak tentu.
Kondisi berbeda terjadi di struktur baja, yang tersusun dari profil-
profil baja buatan pabrik dengan ukuran tertentu, sedangkan
sistem sambungannya harus disiapkan tersendiri. Masalahnya ada
pada sistem sambungan tadi, yang terdiri dari berbagai macam
bentuk dan berbagai macam cara pemasangan, meskipun alat
sambungnya sendiri hanya dua, yaitu las dan baut mutu tinggi.

Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja


13
Secara teoritis, las mampu menghasilkan sambungan monolit, tapi
pelaksanaannya perlu kontrol mutu ketat, yang umumnya hanya
dapat diberikan jika dikerjakan di bengkel fabrikasi, tidak di lapa-
ngan. Karena untuk itu akan digunakan sistem baut mutu tinggi.
Jadi suatu perencanaan struktur baja yang baik adalah jika mam-
pu menghasilkan modul-modul struktur yang disiapkan di beng-
kel fabrikasi dengan sistem sambungan las berkualitas, berukuran
tertentu sesuai ketersediaan alat transportasi untuk mengangkut-
nya ke lapangan, dan akhirnya merangkaikan modul-modul tadi
menjadi struktur utuh sebenarnya dengan sistem sambungan baut
mutu tinggi. Ukuran modul-modul struktur ditentukan sistem
transportasi dan juga kapasitas crane (alat angkat) di lapangan.
Adanya sistem kerja mulai dari perencanaan dan pelaksanaan yang
terintegrasi itulah yang menyebabkan kontraktor pelaksana baja
harus mempunyai s.d.m terlatih dan sarana kerja khusus. Itulah
yang menyebabkan mengapa kontraktor baja jumlahnya relatif
lebih sedikit dibandingkan kontraktor beton. Karena s.d.m terlatih
dan sarana kerja khusus merupakan modal kerja yang tidak murah,
maka sekali sukses menjadi kontraktor baja, maka biasanya akan
keterusan menerima pekerjaan itu-itu saja. Orang menyebutnya
sebagai kontraktor spesialis baja. Oleh karena itu satu langkah
pertama yang penting agar pekerjaan konstruksi bangunan baja
sukses adalah memilih kontraktor spesialis baja yang tepat.
Meskipun perencanaannya baik, tetapi jika dikerjakan kontraktor
umum, yang tidak biasa dengan baja, maka dipastikan hasilnya
tidak menentu, berisiko dan sebaiknya perlu dipikirkan.
8erbagai macam bentuk sambungan baja, umumnya ditentukan
cara pemasangannya di lapangan. Sistem baut mutu tinggi dipilih
agar kualitas pelaksanaannya, antara rencana dan fakta lapangan,
sarna. Sistem sambungan baut, bahkan memakai baut mutu tinggi
tidaklah mudah untuk menghasilkan sambungan yang monolith.
8erbagai macam bentuk sambungan juga dapat memberikan peri-
laku mekanik yang berbeda, dan itu akan mempengaruhi perilaku
struktur secara keseluruhan. Dalam perencanaan baja, pemilihan
bentuk sambungan sangatlah penting. Pada tahap itu harus sudah
ada pemikiran atau kompromi antara kepentingan pelaksanaan di
lapangan, perilaku kinerja struktur dan biaya perlu yang mungkin
mengikutinya. Karena jika hal tersebut tidak dipikirkan sejak awal,
mulai dari tahap perencanaannya, maka dalam tahap pelaksanaan
nanti dan ternyata kontraktor sulit melaksanakan maka bisa-bisa

Bab 1. Prospek dan Kendala


14
akan dilakukan perubahan sistem, meskipun mungkin dari segi
biaya tidak ada perubahan yang berarti tetapi dari perilaku sistem
struktur bisa saja berubah, dan itu bisa menyebabkan risiko yang
perlu diantisipasi.

®
End
mo",.nl

__- - - -0

Gambar 1.15 Perilaku M-q, Sambungan (AISC 1992)

Perilaku mekanik suatu sambungan terlihatjelas dari kurva momen-


rotasi di Gambar 1.15 yang meninjau berbagai bentuk sambungan,
mulai [a] siku di badan (web); [b] siku di sayap (flange); [c] siku di
badan dan sayap; [d] end-plate; [e] las di sayap dan baut di badan.
Sambungan paling kaku jika dapat menahan momen dengan rotasi
paling kecil, yaitu tipe [e] yang memakai las. fadi sambungan monolit
(karena las) akan berkemampuan lebih baik. Sambungan tipe [a]
kurang kaku, yaitu terjadi rotasi terbesar untuk momen yang relatif
sarna, hanya menahan geser saja. Tipe ini dipilih karena sederhana,
murah dan mudah pemasangannya. Sambungan momen tipe [d]
dan [e] dipilih jika sistem struktur memang diperiukan, relatif
lebih mahal dan ketat dalam hal pemasangannya. Pemilihan jenis
sambungan menentukan rumit atau tidaknya konstruksi baja yang
dibuat. Oleh sebab itu perencana cenderung memilih sistem struktur
statis tertentu yang sederhana, dan jika perlu sistem penahan lateral
khusus maka dibuat sistem terpisah, sehingga sistem struktur yang
rumit, jumlahnya dapat dilokalisir (minimalis).

Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja


15
Konstruksi baja adalah khas, yaitu harus memakai sistem sambung-
an untuk menyatukan modul-modul struktur yang telah dipersiap-
kan terdahulu. Sehingga waktu pelaksanaan nanti di lapangan jadi
relatif cepat. Ini tentu sangat cocok untuk membangun konstruksi
berat tetapi perlu waktu yang singkat, seperti jembatan darurat.
Karena konstruksinya relatif ringan sangat cocok untuk proyek di
daerah pedaiaman, karena lebih mudah transportasinya.
Selain itu, konstruksi baja tua yang masih baik tetapi sudah tidak
cocok penempatannya, dapat dibongkar dan dipindahkan ke
tempat lain yang memerlukan. Elemen struktur bangunan tua hasil
pembongkaran jika diproses dan dilapisi dengan cat baru kadang
kala sukar untuk dibedakan dari elemen struktur baru dari pabrik.
Tentu saja sebelum dibongkar-pasang itu ada baiknya dievaluasi
dulu kondisi bahan dan dimensi materialnya terhadap beban
rencana yang akan diberikan, apakah perlu perkuatan atau tidak.
Ini penting karena pembongkaran juga memerlukan biaya dan agar
kinerjanya nanti juga memuaskan berbagai pihak.
1.5.2. Peraturan perencanaan bangunan baja di Indonesia
Design Code atau standar perencanaan struktur dari suatu negara
adalah penting karena menjadi rujukan formal yang berkekuatan
hukum. Oapat digunakan untuk menentukan, apakah perencanaan
memenuhi syarat atau tidak. Kesesuaian terhadap code (tentu jika
diinterprestasi benar) adalah argumentasi kuat untuk terhindar
dari klaim jika ada bangunan mengalami kegagalan. Itulah menga-
pa bila hal itu terjadi (kerusakan), dapat disebut musibah.
Kriteria perencanaan struktur di suatu negara bisa sarna atau ber-
beda, tergantung ketersediaan sumber dayanya, adanya kebijakan
lain yang berbeda, misal pembatasan untuk hal-hal atau alasan
tertentu, seperti kelestarian lingkungan hidup atau karena adanya
ketentuan masyarakatnya yang khusus. Bahkan bisa juga karena
alasan non-teknis, misal agar suatu negara terlihat mandiri dan
tidak tergantung negara lain. Oleh sebab itu umumnya tiap-tiap
negara menerbitkan design code sendiri, baik mandiri (hasil riset),
menerjemahkan atau kompilasi dengan memilah, membandingkan
dan menggabungkan materi design code negara lain yang dianggap
unggul dan sesuai. Standar Indonesia lama khususnya struktur baja
disusun berdasarkan metode yang terakhir tersebut, tetapi draft
SNI terbaru merupakan hasil terjemahan identik. Cara terakhir ini
tentu lebih memudahkan transfer teknologi, karena rujukan mudah
diidentifikasi, tertentu dan lebih fokus.

Bab 1. Prospek da n Kendala


16
Tabel1.2 Standar perencanaan baja di berbagai negara

Negara baja hot-rolled (canai panas) baja cold-formed (canai dingin)


ANSI/AISC 360-10: Specification S100-07KIT: 2007 Edition: North
for Structural Steel Buildings, American Specification for the
Amerika American Institute of Steel Design of Cold-Formed Steel
(USA) Construction, June 22, 2010 Structural Members; and 2007
Edition: Commentary on the
Specification
AS4100-1998
AS/NZS 4600:2005
Australia Steel Structures, Standards
Cold-formed steel structures
Australia
S16-09 - Design of steel structures CAN/CSA-S136-07 - North American
Canada Publica ton Year: 2009 Specification for the Design of Cold-
Formed Steel Structural Members
Steel Design Per GBJ 17- 88 "Technical Standard for Thin-Walled
China (1988) Steel Structures", GBJ 88, Beijing,
People's Republic of China, 1988
EUROCODE 3 , PART 1-1, BS EUROCODE 3, PART 1-3 , BS EN
EN 1993-1-1 : Design of steel 1993-1-3 : General- Cold formed
British /
structures - General rules and thin gauge members and sheeting
Eropa
rules for buildings (Published on (Published on 28/02/2009)
31/12/2008)
SNI 03 - 1729 - 2002 dan usulan SNI 7971:2013 (Struktur baja canai
draft baru RSNll 03-1729.1-201X dingin) sebagai adopsi modifikasi
Indonesia
yang mengacu pada ANSI/AISC dari AS/NZS 4600:2005 (Australia
360-10 (Amerika dan Kanada) dan New Zealand)
DIN EN 1993-1-1 (2010-12) DIN V ENV 1993-1-3, versi Jerman
Eurocode 3: Design of Steel Eurocode
Jerman
Structures - Part 1-1: General
Rules and Rules for Buildings
Japanese Architectural Standard Architectural Institute of Japan:
Specification JASS 6 (1996) "Recommendations for the Design
Jepang
Structural Steelwork Specification and Fabrication of Light Weight Steel
for Building Construction Structure", 1985

Catatan : judul mungkin sudah ada yang out-of dated

Mempelajari design code atau standar perencanaan struktur baja


dari berbagai negara seperti terlihat pada Tabel1.2, dapat diketahui
bahwa struktur baja pada umumnya dapat dibagi menjadi dua tipe,
berdasarkan cara profil tersebut dibuat, yaitu : [1] baja canai panas
(hot-rolled) dan [2] baja canai dingin (cold-formed) atau sering
disebut juga dipasaran lokal sebagai baja ringan. Adanya design-
code yang dibedakan menunjukkan bahwa karakter kedua macam
baja tersebut berbeda. Itu juga berarti kompetensi keahlian yang
diperlukan tidak sarna, ahli di bidang struktur baja canai-panas,
belum tentu juga ahli di bidang struktur baja canai dingin. Adapun
materi buku ini berfokus pad a perencanaan baja canai-panas.

Wiryanto Dewobroto - Struktul' Baja


17
a). Struktur baja canai-panas b). Struktur baja canai-dingin
Gambar 1.16 Konstruksi baja berdasarkan profil penyusunnya

SNI 03-1729-2002 adalah standar perencanaan baja yang berla-


ku. Saat buku ditulis, sudah tersedia draft RSNIl 03-1729.1-201X
(Puskim 2011) yang akan menggantikan, mengacu AISC (2010).
Menguasai code AISC (2010) akan otomatis menguasai SNI pula.
Standar perencanaan yang ada selama ini adalah untuk baja canai
panas saja. Adapun standar perencanaan baja canai dingin, baru
diterbitkan yaitu SNI 7971 : 2013 (Struktur baja canai dingin) yang
mengacu standar dari Australia.
Pemakaian baja canai dingin berbeda dibanding baja canai panas
(Wei-Wen Yu 2000, Dewobroto et. al 2006). Meskipun ringan
sehingga baja canai dingin disebut baja ringan, tetapi perilaku
bahan dan keruntuhannya relatif kompleks, sehingga risiko gagal
lebih tinggi apalagi jika dipakai untuk konfigurasi struktur yang
tidak biasa. Tentang hal itu, sudah banyak negara yang memahami
sehingga dibuat peraturan perencanaan yang berbeda (Tabel1.2).
Sebagai kelompok yang sarna dalam sistem struktur dinding tipis
maka profil baja canai dingin mempunyai kekhususan pada peren-
canaannya, dimana pengaruh bentuk geometri pen am pang sangat
besar terhadap perilaku dan kekuatannya dalam memikul beban.
Adanya perubahan bentuk yang sedikit saja dari bentuk penam-
pangnya maka kekuatan elemen struktur tadi akan berbeda sarna
sekali. Pemberian sedikit tekukan pada profil, sehingga menjadi
penampang corrugated maka kinerjanya mengalami peningkatan
yang signifikan dibanding perilaku profil penampang yang relatif
datar (tanpa tekukan atau bentuk profil tertentu).
Kekhususan tadi menyebabkan proses desain baja ringan relatif
lebih rumit dibanding proses desain baja canai panas. Tetapi
karena keuntungannya yang lebih besar, misalnya (1) kemudahan
fabrikasi, (2) rasio kuat / berat yang relatif tinggi, dan (3) sesuai

Bab 1. Prospek dan Kendala


18
untuk berbagai aplikasi, maka konstruksi baja canai dingin tetap
populer. Di Inggris saja diketahui bahwa industri konstruksinya
dapat menghabiskan sekitar 300,000 ton komponen baja canai
dingin setiap tahunnya dan bahkan selanjutnya memperlihatkan
pertumbuhan meningkat (Dewobroto et.al 2006).
Popularitas baja ringan diam-diam berimbas juga di Indonesia,
bahkan perusahaan Australia (PT. BHP Steel Lysaght) ternyata su-
dah beroperasi sejak tahun 1973 dan sampai sekarangpun ternyata
masih tetap eksis bahkan berkembang maju. OIeh karena itu jika
diperhatikan, dalam promosi produk atap baja ringan, yang akhir-
akhir ini banyak dijumpai pada iklan-iklan surat kabar atau majalah,
umumnya banyak yang memakai produk berlisensi BHP. Saat ini,
promosinya bahkan semakin gencar; khususnya setelah material
kayu berkualitas menjadi semakin langka dan mahal harganya.
Indonesia belum mempunyai code baja canai-dingin (era < 2012)
sehingga tidak ada kewajiban memasukkannya dalam kurikulum
pendidikan tinggi. Jadi banyak insinyur yang tidak menguasai
perencanaan dan pelaksanaannya. Tetapi karena cost-estimator
banyak yang menunjukkan kepada owner bahwa produk tersebut
lebih efektif antara biaya dan kinerjanya (dibanding kayu) maka
pemilik investasi (proyek) meminta produk baja canai-dingin itu.
Menghadapi kondisi seperti itu, umumnya para insinyur yang
ada bilamana berkaitan dengan cold-formed akan menyerahkan
bulat-bulat mulai dari perencanaan sampai pelaksanaannya pada
kontraktor spesialis, yang umumnya sekaligus pemasok material
tersebut. Kelihatannya memang praktis, tetapi itu menunjukkan
bahwa para insinyur tersebut belum mandiri dalam menentukan
perencanaan sistem struktur dan masih tergantung dengan pihak
lain. Kondisi tersebut dapat juga diungkapkan dengan kata lain yang
mungkin tidak enak untuk didengar yaitu belum adanya kompetensi
rekayasa berkaitan dengan pembangunan konstruksi baja ringan di
Indonesia. Dengan demikian pasar di Indonesia untuk konstruksi
baja ringan hanya menjadi objek pemasaran.
Tetapi itu situasi dulu, saat sekarang tentunya bisa berbeda, mulai
era 2013 dan selanjutnya telah terbit SNI 7971 : 2013 (Struktur
baja canai dingin), yaitu SNI yang dis us un untuk perencanaan
konstruksi dengan baja canai dingin yang pertama kalinya. Sejarah
perkembangan baja canai dingin di Indonesia banyak melibatkan
Australia selama ini, sehiggga wajar juga jika standar yang dipilih
juga mengacu ASjNZS 4600:2005.

Wirya nto Dewobro to - Stru ktur Baja


19
Bagaimana dengan konstruksi bangunan jembatan.
Situasi ternyata berbeda, sebabnya adalah UU Republik Indonesia
No.38 Tahun 2004 ten tang jALAN, yang dimaksud konstruksi jalan
adalah termasuk juga jembatan atau bangunan sarana-sarana
lainnya. Pada pada Pasal 13 UU disebutkan bahwa :
(1) Penguasaan atas jalan ada pada negara.
(2) Penguasaan oleh negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberi wewenang kepada Pemerintah dan Pemerintah Dae-
rah untuk melaksanakan penyelenggaraan jalan.
Bentuk penyelenggaraan jalan terdiri dari pengaturan, pembina-
an, pembangunan, dan pengawasan. Pelaksananya di bawah koor-
dinasi Kementrian Pekerjaan Umum, melalui Direktorat Jenderal
Bina Marga, pelaksana teknisnya adalah Direktorat Bina Teknik.
Jadi yang membedakan proyek bangunan jembatan adalah adanya
kebijaksanaan satu pintu, pemerintah dalam hal ini Kementrian
Pekerjaan Umum menjadi pemilik, perencana, sekaligus pengawas
proyek, sedangkan pihak luar berperan sebagai pelaksana. Suatu
peran berisiko untuk terjadinya manipulasi (korupsi), tetapi ka-
rena ini masalah teknis dengan aturan jelas dan logis sehingga
kalaupun ada penyimpangan maka akhirnya nanti dipastikan akan
ketahuan juga. Karena kalau sampai terjadi masalah, maka hal itu
pasti akan kembali ke mereka lagi. Dengan argumentasi seperti itu
maka yang terlibat di dalamnya, mau tidak mau harus profesional.
Semangat itulah ditambah adanya bantuan teknis dari luar negeri
maka bidang perencanaan jembatan juga mengalami peningkatan
mutu. Tahun 1989 - 1992, saat mendapat bantu an pembangunan
jembatan dari Australia berupa rangka baja Transfield & Trans
Bakrie, dapat terjalin juga kerja sarna teknis dalam pembuatan
peraturan perencanaan jembatan lengkap. Pada saat itu bahkan
dapat dihasilkan tidak kurang 17 modul, yang dikenal sebagai
Bridge Management System (BMS-92). Modul yang dibuat
relatif lengkap karena mencakup semua kegiatan pengelolaan
jembatan, mulai dari kegiatan manajemen dan operasional dari
jembatan termasuk prosedur-prosedur perencanaannya. Manual
pemakaiannya juga dapat menjadi petunjuk praktis memilih dan
menentukan tipe konstruksi di tahap preliminary design. Karena
substansi dan pembahasannya yang luas, maka BMS-92 dapat
membantu perencanaan dan pelaksanan pembangunan jembatan
sampai dengan panjang bentang 200 meter.

Bab 1. Prospek da n Ke ndala


20
Gambar 1.1 7 Jembatan rangka baja Noelmina (Sumber : Thomas-Karina)

1.5.3. Pengaruh pemodelan struktur dan kondisi aktual


Tahapan penting sebelum analisa struktur adalah menyiapkan
model struktur, berupa data-data numerik dilengkapi gambar dan
notasi untuk merepresentasikan variabel-variabel penting dari
suatu struktur real agar dapat diproses dengan ana lisa struktur,
baik cara manual maupun berbasis komputer. Meskipun memakai
komputer yang berharga jutaan tetapi modelnya tidak tepat maka
hasilnya juga tidak berguna. Garbage in garbage out.
Bila diperhatikan mata kuliah analisa struktur di jurusan teknik
sipil di level Sl, ternyata tidak ada materi spesifik yang membahas
pemodelan struktur. Porsi terbesar materi yang dipelajari adalah
penyelesaian langkah demi langkah berdasarkan formula atau
metode tertentu untuk menghitung respons gaya atau lendutan,
dan menampilkannya. Adapun bentuk model sudah ditetapkan
terlebih dahulu, struktur jenis tertentu maka modelnya juga jenis
tertentu pula.
Penyelesaian cara klasik memang tidak memerlukan pengetahuan
tentang pemodelan struktur yang terlalu banyak, karena metode
penyelesaiannyapun juga terbatas sehingga tidak memungkinkan
ada variasi pemodelan lain. Umumnya untuk type struktur yang
berlainan maka metode yang digunakan juga perlu disesuaikan.
Intinya, pada analisa struktur dengan metoda klasik (manual),
maka strateginya umumnya spesifik, jarang bersifat serba guna
(general purpose), karena memang tujuannya untuk mendapatkan
penyeJesaian sederhana yang dapat dikerjakan secara manual.

Wiryanto Dewobroto - Struktll r Baja


21
Pada era komputer, parameter struktur yang dapat dievaluasi ber-
tam bah sehingga variasi pemodelan yang dibuat jadi lebih banyak.
Jika sebelumnya struktur ditinjau sebagai objek 20 (bidang) maka
sekarang dapat dengan mudah ditinjau sebagai objek 30 (ruang).
Masalahnya adalah, apakah semakin banyak parameternya atau
semakin lengkap analisis, maka hasilnya juga akan semakin baik.
Meskipun ketelitian hasil komputer dapat dijamin, tapi jika hasil
keluarannya kompleks, maka kadang-kadang kelemahan dari sisi
manusia yang akan menentukan, seperti misalnya tidak teliti atau
bingung memilih hasil untuk dipakai karena terlihat logis semua.
Jika demikian yang terjadi maka rujukan berdasar data empiris
menjadi satu-satunya pembanding yang handal.

a). Struktur Garis - 1D b). Struktu r Bidang - 2D c). Struktur Peja l - 3D


Gambar 1.18 Katego ri struktu r da ri sisi geo metr i

Struktur pada prinsipnya bisa berbentuk apa saja, tapi dari sisi
geometri dapat dikategorikan menjadi, struktur garis /10 (balok,
kolom); struktur bidang /20 (pelat, dinding, cangkang); dan struk-
tur pejal / solid / 30 (struktur yang umumnya terdapat di bagian
detail sambungan, atau yang lain, misalnya struktur angkur ujung
pada elemen kabel prategang). Program analisa struktur komersil,
SAP2000 misalnya telah memiliki element Frame, Shell dan Solid,
masing-masing dikhususkan untuk kategori struktur 10, 20 dan
30. Jadi jika dapat dimodelkan struktur secara tepat, maka hampir
sebagian besar struktur dapat dianalisis.
Pada kategori di atas, struktur garis adalah yang paling sederhana,
lalu struktur permukaan dan terakhir struktur pejal. Pada bebe-
rapa bagian, struktur permukaan dapat disederhanakan menjadi
struktur garis, apabila pada salah satu sisinya mempunyai panjang
tak terhingga, misalnya pelat satu arah, yang mana pelat tersebut
cukup ditinjau untuk tiap satuan lebar. Struktur garis dan struktur
permukaan cukup populer pada bidang teknik sipil, sedangkan

Bab 1. Pros pek dan Ke ndala


22
struktur solid jika ada, umumnya perlu disederhanakan terlebih
dulu. Proses penyederhanaan umumnya dengan pertimbangan
bahwa yang penting aman, meskipun dari sisi material mungkin
lebih banyak (belum tentu boros jika ditinjau seeara keseluruhan).
Analisis yang teliti pada struktur solid umumnya bertujuan untuk
mendapatkan optimasi, yaitu pemakaian bahan material sekeeil
mungkin asalkan keamanan masih dapat diandalkan. Optimasi
umumnya sering dijumpai pada konteks industri pada produk
berulang dan banyak jumlahnya, sehingga pada jumlah tertentu
maka biaya analisis yang mahal akan dapat digantikan. Sedangkan
pada proyek teknik sipil yang produknya spesifik dan tertentu,
sehingga jika diperlukan analisis yang kompleks dan mahal maka
harus dibandingkan dengan manfaatnya, apakah memang perlu.

A B
P! P! P! c
P!
~ ~ ~
a). Balok

~! P! P!
Hi
~1:s:1~
H2 c). Grid
P!
A B C

b). Portal 20

d). Porta1 30
Ga mbar 1.19 Pe mod elan se baga i s truktur ga ris (D ewobroto 200 7)

Dikaitkan dengan pemodelan sebagai struktur garis (lD) untuk


struktur baja yang akan dianalisis dengan SAP (structural analysis
program), maka perlu diperhatikan hal-hal berikut:
• Perilaku penampang real dan model tidak sesuai, misalnya
profil U atau profil dengan shear-centre yang tidak berhimpit
dengan neutral axis kemudian tetap memakai model struktur
garis. Jika demikian maka fenomena warping akibat beban
yang tidak diberikan pada shear-centre tidak akan terdeteksi.
Umumnya pemodelan struktur dengan garis (lD) hanya coeok
untuk profil baja dengan penampang simetri ganda (I, H, WF).

Wirya nto Dewo broto - Stru ktur Baja


23
• Sistem sambungan baja banyak variasi bentuk juga perilaku
mekaniknya. Susah membuat suatu sambungan monolit yang
menerus, kecuali dengan las. Pemodelan untuk SAP biasanya
dianggap menerus atau di-relase (sendi). Bagaimana jika kon-
disi aktual adalah semi-rigid, jepit tidak, tapi sendi juga tidak.
• Jika dipakai baut mutu tinggi dengan sistem tumpu, adanya slip
agar tumpu bekerja tidak mudah untuk diperhitungkan dalam
analisa struktur. Jadi jangan terkecoh jika hasil analisis dengan
komputer terkesan kedl, tapi di lapangan berbeda.
• Kondisi pertambatan lateral untuk menjamin stabilitas ba-
tang yang langsing. Umumnya ini diabaikan pada pembuatan
model struktur agar sederhana, karena memerlukan analisis
ruang (3D). Ini penting untuk proses desain dengan SAP.
• Opsi P-ll yang bisa dipakai untuk analisis gedung bertingkat
tinggi belum tentu bisa mengevaluasi pengaruh P-6 akibat
adanya kelangsingan elemen struktur.
1.5.4. Analisa struktur bangunan baja
Analisa struktur yang digunakan untuk perencanaan struktur baja
umumnya cukup berbasis elastik-Iinier, yaitu untuk mendapatkan
respons struktur saat diberi beban, berupa gaya dan deformasi.
Selanjutnya untuk desain LRFD untuk mendapatkan pembebanan
ultimate (batas) maka hasil elastik-linier cukup dikalikan dengan
beban terfaktor (pendekatan probabilitas / statistik).
Dari sisi bahan material, baja adalah istimewa, mempunyai rasio
kuat dan berat volume yang tinggi yang mengakibatkan ukuran
penampang relatif langsing dibanding struktur beton. Struktur
langsing lebih berisiko tinggi terhadap stabilitas (buckling).
Selain itu adanya sifat daktail menyebabkan material baja dapat
diberdayakan sampai leleh (kondisi plastis) tanpa mengalami
kerusakan. Jika itu diperhitungkan maka redistribusi momen
dapat diberikan pada proses analisa struktur yang memungkinkan
dihasilkan struktur yang lebih ekonomis.
Faktor-faktor di atas merupakan petunjuk bahwa analisa struktur
elastik-linier saja tidak akan cukup digunakan untuk memprediksi
dengan baik perilaku struktur yang terkait dengan stabilitas dan
plastis. Sehingga insinyur perencana belum dapat secara optimal
untuk mengeksplorasinya. Perlu analisa struktur yang mengatasi
keterbatasan elastik Iinier, yaitu inelastik non-Iinier. Saat ini, itu
sudah bukan masalah lagi karena dukungan kemajuan teknologi

Bab 1. Prospek d an Ke ndala


24
komputer, software maupun hardware yang mana analisa struktur
inelastik non-linier sudah masuk dalam tahap praktis.
Meskipun ada komputer yang canggih tetapi penggunaannya tidak
mudah. Konsep-konsep yang biasa dikenal dalam analisa struktur
elastik-linier seperti superposisi, kombinasi beban menjadi tidak
mudah diterapkan. Tetapi jika dapat memanfaatkan secara baik,
analisa struktur inelastik non-linier mampu memprediksi perilaku
struktur secara lebih baik, khususnya terkait kekuatan, kekakuan,
maupun daktilitas (perilaku keruntuhan).
Peraturan baja Amerika terbaru (AISC 2010) untuk perencanaan
struktur terhadap stabilitas sudah merekomendasikan DirectAna-
lysis Method (DAM), suatu analisa struktur berbasis komputer yang
sudah memperhitungkan sekaligus pengaruh geometri non-linier.
Adapun metode lama, yaitu analisa elastik-linier yang kemudian
dimanipulasi agar dapat memperhitungkan pengaruh stabilitas
dipindahkan menjadi metode alternatif pada Appendix 7. Bentuk
manipulasi stabilitas yang dimaksud adalah metode [1] Effective
Length dan [2] First-Order Analysis. Istilah ini memang baru dan
dimuat di AISC (2010) . Metode Effective Length merupakan istilah
yang mengacu desain baja lama, memakai faktor K untuk memperhi-
tungkan panjang tekuk. Adapun First-Order Analysis tidak merujuk
istilah elastik-linier yang biasanya, tetapi versi sederhana metode
Direct Analysis, memakai manipulasi matematik untuk memperhi-
tungkan stabilitas sehingga dapat dihitung langsung sebagai bagi-
an analisis struktur order ke-1 (Kuchenbecker et al. 2004).
Pada Appendix 8 (AISC 2010) ada Approximate Second-Order Ana-
lysis, pendekatan sederhana dalam memperhitungkan pengaruh
P-t., dan P-8. Ini bagian code lama yang dipakai bersama dengan
Appendix 7 untuk perencanaan terhadap stabilitas.
Metode Direct Analysis adalah metode terbaru analisa struktur
berbasis teknologi komputer yang direkomendasikan AISC (2010)
untuk perencanaan struktur baja. Dalam metode ini, untuk mem-
perhitungkan pengaruh stabilitas pada struktur dan komponen-
komponen yang terkait (elemen dan sambungan) maka hal-hal
berikut harus dipertimbangkan, yaitu [1] deformasi lentur, geser
dan aksial, maupun deformasi lain yang mempengaruhi struktur;
[2] second-order effects (P-~ dan P-8); [3] geometri imperfections;
[4] reduksi kekakuan akibat in-elastisitas; dan [5] ketidak-pastian
kekakuan dan kekuatan. Semua pengaruh pembebanan dihitung
pada kombinasi beban LRFD yang berkesesuaian.

Wi rya nto Dewo bro to - Struktur Baja


25
Adanya rekomendasi pereneanaan baru AISC (2010), yaitu DAM
(Direct Analysis Method), menunjukkan bahwa era komputerisasi
pada struktur baja telah dimulai, dan penting untuk diperhatikan.
Jika dipilih eara DAM maka komputer tidak sekedar untuk mem-
pereepat atau otomatisasi perhitungan, tetapi memang diperlukan
karena kemampuannya untuk mengolah variabel numerik yang
sangat banyak dibanding eara manual. Untuk itulah maka dua
bab terakhir buku ini didedikasikan khusus untuknya, yaitu Bab
9 (tentang DAM dan teorinya) dan Bab 10 (eara DAM dan aplikasi
pereneanaan struktur baja dengan SAP2000).
1.5.5. Hati-hati desain baja dengan komputer
Pentingnya komputer pada pereneanaan baja tidak diragukan lagi.
Apalagi dengan adanya metode Direct Analysis (AISC 2010), yang
mensyaratkan analisa struktur untuk desain struktur baja yang
memperhitungkan efek P-L'l. Kondisi itu jelas hanya praktis jika di-
kerjakan dengan program komputer, bukan analisis cara manual.
Meskipun demikian, dengan dipakainya komputer, tidak berarti
semuanya menjadi beres dengan sendirinya. Maklum, seperti hal-
nya teknologi yang lain, yang hanya alat bantu kita bekerja, maka
jika tidak dipakai seeara tepat, bisa-bisa dapat merugikan sendiri.
Berikut akan dibahas, hal-hal yang mengeeoh jika pakai komputer.
Proses pereneanaan struktur, umumnya meneakup analisis struk-
tur, dan desain penampang, yang dikerjakan seeara trial-and-error
agar hasilnya optimum. Oleh karena itu, adanya structural analysis
program (SAP) komersil seperti SAP2000 atau ETABS, yang saat ini
dapat melakukan keduanya (CSI 2007), tentu akan membantu.
Penggunaan SAP, berbeda dibanding program komputer umum
(general application computer software) , seperti Photoshop, Auto-
CAD, atau MS-Word, hasil yang tertangkap indera dapat langsung
digunakan. Pada SAP, hasil dari komputer bisa saja menjadi tidak
bermakna ketika terbukti berbeda di lapangan. Itu dimungkinkan
karena yang diproses SAP adalah model dan bukan struktur real.
Model adalah hasil interprestasi engineer dari pengetahuannya
tentang perilaku struktur real yang ditinjaunya. Jadi bisa terjadi,
meskipun awal terlihat 'benar', tapi ternyata tidak bisa mewakili
kasus real sesungguhnya (tidak berguna atau pekerjaan sia-sia).
Dengan dasar pemikiran seperti itu, maka wajar jika pada manual
SAP2000 (dan program rekayasa pada umumnya) terbaea bahwa
pembuatnya pereaya diri untuk menyatakan bahwa programnya
'baik'. Meskipun demikian tidakada jaminan bahwa setiap orang

Bab 1. Prospek dan Ken d ala


26
yang memakai program komputer rekayasa tersebut, dapat secara
otomatis memakai hasilnya dengan 'baik' tanpa didukung oleh
kemampuannya sendiri di bidang rekayasa.
Baca Kutipan-l dari buku manual program SAP2000, yaitu:
The design/check of steel frames is seamlessly integrated within the
program . .. . The programs are very practical tools for the design/
check of structures.
However the user must thoroughly read the manuals and must clearly
recognize the aspects of design that the program algorithms do not
address. The user must explicitly understand the assumptions of the
programs and must independently verify the results. (eSI2007)
Kutipan-1 menunjukkan bila ternyata hasilnya 'tidak baik', maka
itu adalah tanggung jawab pemakai (user) dan bukan pembuatnya.
Itu berarti, insinyur sendiri selain harus mampu mengoperasikan
SAP (Structural Analysis Program) secara produktif, juga wajib
memahami karakter program yang dipakai, serta mampu untuk
memverifikasi hasil secara mandiri. Pernyataan yang terkesan
mudah, tetapi tidak gam pang untuk dilaksanakan.
Bagaimanapun juga, program SAP komersil seperti SAP2000, yang
merupakan produk canggih teIah mengadopsi kemajuan teknologi
numerik terkini. Adapun di sisi lain, engineer pemakai umumnya
relatif awam terhadap teknologi numerik yang dimaksud, umumnya
hanya bermodal pengetahuan dasar klasik di level sarjana. Oleh
sebab itu, hanya engineer yang aktif untuk terus menerus belajar,
yang dapat memenuhi persyaratan di atas.
Program komersial seperti itu umumnya telah dikenal umum dan
menyediakan opsi baru yang menarik, seperti misal otomatisasi
data. Ternyata opsi ini pada kondisi tertentu jika tidak dipahami
secara baik akan menghasilkan keIuaran mengecoh. Jadi perIu
disikapi hati-hati. Untuk mengungkapkannya maka penulis akan
merujuk penelitiannya terdahulu (Dewobroto 2010), meskipun
terbatas pada desain balok tetapi karena itu termasuk jenis
struktur yang penting dan relatif sederhana, maka diharapkan lebih
mudah untuk dipahami. Bayangkan, jika yang sederhana saja bisa
menimbulkan masalah, lalu bagaimana dengan yang kompleks.
Hal penting pada proses desain penampang balok baja, tapi biasa-
nya diabaikan selama proses analisis strukturnya adalah tentang
permasalahan stabilitas. Pada balok, stabilitas yang menentukan
adalah lateral torsional buckling (LTB), lihat Gambar 1.20 berikut.

Wiryanto Dewo bro to - Struktu r Baja


27
~'""~___ ~~~-"~
of the compresSion

J:::;~:~~~ fl ange
2

Top view
I -~ I
B~
Compression I
A flange 2

Side view S ide view


(a) ( b)

Gambar 1.20 LTB ba lok denga n pe rtambatan di tumpu a n (Salmon et. al. 2009)

Pada perancangan balok, insinyur harus memastikan apakah ada


pertambatan lateral yang cukup pada bagian desaknya. Pertam-
batan yang dimaksud bisa berupa cross-frame atau diaphragma
khusus (Segui 2007), yaitu adanya sistem struktur yang mencegah
bagian terdesak tidak mengalami deformasi arah lateral. Cara lain
yang dapat dipakai jika itu balok lantai adalah menyatukan profit
sayapnya dengan steel deck sebagai lantainya dengan cara di-Ias,
meskipun mengukur efektifitas pertambatan lateralnya memerlu-
kan engineering judgement (McCormac 2008).
Jika pemodelan strukturnya belum memperhitungkan adanya per-
tambatan lateral (crossjrame atau diaphragma), maka data lokasi
pertambatan lateral untuk desain penampang perlu diberikan. Ini
umumnya yang terjadi pada proses desain yang standar. Ternyata
saat ini proses desain penampang dapat berlangsung tanpa data
tam bahan, tetapi memakai data analisis struktur sebelumnya. Ini
terjadi karena adanya opsi design-preference (CSI 2007) yang akan
bekerja secara otomatis (tanpa perlu tindakan manual). Kondisi ini
membuat SAP2000 maupun ETABS terkesan lebih user-friendly dan
praktis. Orang awam melihatnya "lebih mudah".
Adanya proses yang langsung dari tahap analisa-struktur ke tahap
desain-penampang, tanpa ada data baru, membuat kesan bahwa
kedua tahapan tersebut seakan-akan menyatu, tidak ada bedanya.
Padahal keduanya itu sebenarnya dua hal yang berbeda, ditinjau
dari tujuan atau strategi pelaksanaannya. KaJaupun bisa dianggap
menyatu maka tentu ada penghubungnya. Jika itu benar adanya,
maka penghubung yang dimaksud tentunya hanya benar pada
suatu batasan tertentu. Dari ketentuan desain baku (AISC 2010)
penghubung yang dimaksud umumnya disusun dari fakta empiris
yang diolah berdasarkan kriteria statistik, bahkan ada juga yang
berupa kesepakatan bersama berdasarkan engineering judgement.

Bab 1. Pl'ospek dan Kenda la


28
Bisa dibayangkan, agar prosesnya terlihat menyatu (seamlessly),
karena opsi otomatis tersebut, maka perlu ditulis kode program
untuk mengolah, tepatnya menghasilkan data desain yang belum
ada. Asumsi langkah kode program yang disiapkan programmer
bisa saja tidak bekerja dengan baik karena input data pemakai
yang tidak sesuai. Maklum, itu bisa terjadi akibat adanya variasi
pemodelan struktur yang beragam, juga akibat adanya faktor
engineering judgement yang subyektif. Masalahnya timbul jika
kekurangan data-data diambil-alih langsung oleh default design
settings yang menangani otomatis tanpa cam pur tangan insinyur.
Kondisi seperti ini umumnya hanya dapat diatasi jika insinyurnya
waspada karena mengetahui potensi yang menyebabkannya.

/
Gambar 1.21 Jara k Lb dan kaita nnya dengan L33 and L21 (CSI 2007)

Pada struktur balok baja, parameter yang terkait dengan LTB adalah
Lb atau jarak bersih tanpa pertambatan lateral. Manual program
(CSI 2007) menyatakan (Kutipan-2) :
In determining the values for L22 and L33 of the members, the program
recognizes various aspects of the structure that have an effect on
these lengths, such as member connectivity, diaphragm constraints
and support points. The program automatically locates the member
support points and evaluates the corresponding unsupported length.

By default, the unsupported length for lateral-torsional buckling, Lb is


taken to be equal to the L22 factor.

Apakah itu berarti SAP2000 dapat secara otomatis menentukan


sendiri Lb tanpa memerlukan data masukan baru. Hal ini penting,
karena bagaimanapun juga L b dan Cb akan mempengaruhi kekuatan
lentur balok (lihat Gambar 1.22). Jika data dapat dibuat otomatis,
tanpa campur tangan insinyurnya, tentu periu diketahui bagaimana
program menentukannya berdasarkan data-data sebelumnya, yang
tentunya hanya untuk analisis struktur saja (bukan data desain).

Wiryanto Dewobroto - Struktur Ba ja


29
- - Theory}
______ Design WI 6 X 26

M
~5 M
M,
C. = 1.3

M,

W I
Met - CbLV £1..0' + (WE
L )' t~NJ
II III
--Plastic Inelastic - - - I- - - - Elastic - - --

L,
o 16 24
L. ( fl)

Ga mbar 1.22 Pengarllh L" da n Cb terhadap Kliat Lentllr (Sa lmon et. al. 200 9)

Kemampuan program SAP2000 untuk menentukan parameter Lb


dan Cb secara otomatis, tentunya menarik. Padahal bagi seorang
insinyur saja, ketika menentukan kondisi pertambatan lateralnya
perlu melihat kondisi aktual, bahkan memadai atau tidaknya
untuk disebut pertambatan kadang kala masih perlu engineering
judgement (McCormac 2008), yang tentu bisa bersifat subyektif.
Tentang itu, manual program SAP2000 (CSI 2007) tidak memberi
penjelasan, meskipun ada petunjuk (Kutipan-3) sebagai berikut:
Th e preferred method is to model a beam, column or brace member as
one single element. ... lfthe member is manually meshed (broken)
into segments, maintaining the integrity of the design algorithm
becomes difficult.
Dari kutipan di atas, tersirat bahwa algoritma program juga punya
keterbatasan. ltulah mengapa, manual program memberi us ulan
strategi yang periu dikerjakan. Jadi ada ketentuan khusus yang
harus dipahami dan diikuti, mulai dari pemodelan struktur untuk
analisis sampai desain agar prosesnya berlangsung seamlessly.
Dua kasus perancangan balok baja (Mc Cormac 2008; Salmon et.
al 2009) dipilih untuk dianalisis dan didesain ulang (Dewobroto
2010) dengan memakai program SAP2000 dan ETABS. Pada tahap
analisis diketahui bahwa hasilnya relatif sarna, tetapi tahap desain
ketika memakai opsi otomatis, ternyata beberapa hasilnya tidak
memuaskan, berbeda jauh dari hasil referensi. Itu menunjukkan
bahwa opsi otomatis dari program mempunyai keterbatasan.

Bab 1. Prospek dan Ke ndala


30
Supaya desain penampang yang memakai opsi otomatis hasilnya
benar dan optimal, harus disiapkan model struktur sesuai karak-
ter program, dalam hal ini SAP2000 dan ETABS. Keduanya adalah
structural analysis program (SAP) buatan CSI Inc., dari Berkeley,
(www.csiberkeley.com). yang dibuat untuk pasar yang berbeda.
SAP2000 adalah general purpose SAP, sedangkan ETABS ditujukan
pada perancangan bangunan gedung (20 atau 30). Jadi wajar saja
jika keduanya mempunyai karakter berbeda. Itu sebabnya, CSI
menjualnya secara terpisah dan bukan dengan menggabungkan-
nya sekaligus. Penelitian membuktikan bahwa karakter program
tidak mempengaruhi proses analisis, tetapi hanya hasil desain.
Adanya buku manual yang sarna (CSI 2007), tetapi karakternya
berbeda merupakan petunjuk bahwa untuk mengenal karakter
suatu program tidak cukup hanya membaca buku manualnya saja,
tetapi perlu pengalaman langsung dengan program itu sendiri.
Salah satu contoh sederhana, yaitu pada program ETABS yang
dimaksudkan untuk bangunan gedung, yang namanya profil baja
untuk BALOK pasti dianggap menyatu dengan lantai. Anggapan ini
menyebabkan nilai Lb dipastikan kecil atau dianggap tidak terjadi
LTB. Sedangkan program SAP2000 jelas berbeda. ltu terjadi kare-
na program dibuat untuk struktur yang lebih umum, tak terbatas
pada bangunan gedung saja. Oleh karena itu elemen batangnya
tidak disebut balok, semuanya hanya disebut elemen struktur. Jadi
yang disebut balok adalah elemen struktur yang mengalami lentur
saja, dan orientasinya horizontal seperti pada balok lantai.
Ada tiga kasus desain yang ditinjau, problemnya relatif sederhana,
yaitu desain balok baja menurut AISC LRFO. Oleh karenanya dapat
diketahui bahwa parameter desain yang belum ada pada proses
analisis adalah parameter Lb dan Cb . Masing-masing adalah jarak
bebas tanpa pertambatan lateral (/22 pada Gambar 1.21) dan faktor
momen gradien. Pengaruh kedua parameter tersebut pada kekuatan
lentur balok diperlihatkan pada kurva di Gambar 1.22.
Penjelasan secara lengkap balok yang didesain, dapat dibaca pada
buku acuan (Vinnakota 2006, McCormac 2008, dan Salmon 2009).
Adapun penelitian Oewobroto (2010) adalah sebagai berikut:

Balok pertambatan penuh - Example 9-2 (Mc Cormac 2008)

Kasus 1 diambil dari (Mc Cormac 2008 p.269) : balok profil baja
W24 x 62, mutu Fy = 50 ksi, kondisi terkekang sempurna (Lb = 0),
beban mati merata tambahan W D = 1.5 kjft, berat sendiri dihitung,

Wirya nto Dewobroto - Strll ktllr Baja


31
beban hidup terpusat PL = 30 kips di B, penyelesaian memakai cara
LRFD dari AISC 360-05 / IBC 2006 (AISC 2005).
Dari LRFD Selection Table, profil W24 x 62 Fy =50 ksi diperoleh $bM p
= 574 kip-ft; $bMr = 393 kip-ft; Lp =4.9 ft; Lr=13.3 ft.
Selanjutnya ditinjau 5 (lima) model balok sebagai berikut :
1. Modell element : pa nj ang segmen L= 30 ft > Lr= 13.3 ft
2. Mod el4 element: pa nj ang segmen L1,= 4.9 ft < L= 7.5 ft < Lr= 13.3 ft
3. Model 10 ele ment: panj ang segmen L= 3.0 ft < Lp= 4.9 ft
4. Model 4 eleme nt dengan link penghubung. Model ini pada dasa rnya adalah
menempatkan dua model 4 ele ment sejajar dan dihubungka n denga n LINK.
S. Model 10 element de nga n link pe nghubung. Model ini pada dasarnya adalah
menempatkan dua model 10 element sejajar dan dihubungka n denga n LINK.

LINK adalah element yang menghubungkan secara aksial ke dua


model balok dalam arah sejajar axis-3 (Gambar 1.23), lokasinya
ditempat yang dipakai untuk pertambatan lateral. Agar terhubung
secara aksial maka diberi kekakuan aksial saja (Area = 1, yang lain
Ix=Iy =0). Karena tidak punya kekuatan menahan puntir balok maka
jika ditinjau keseluruhan dengan engineering judgement mestinya
LINK tidak dapat berfungsi sebagai lateral bracing, apalagi
penempatannya tidak pada sayap desak tapi pada sumbu masing-
masing penampang. Dengan pemahaman seperti itu, maka element
LINK yang dipasang hanya element dummy saja (tidak berguna dari
sisi struktur).

ZL
· ! PL~ 30k
w"~ '''1ft
t ll l" I I II~I~ I I IIIII IJ: I "III ; I~'~ III I II '

a). Pembebanan Balok


zt2
x

t1 11
4 W •
b). Model I Element

(w 1
4 @7 . 5ft ~ 30ft

w W
c). Model 4 Element

d). Model 10 Element I). Model 10 Element dengan LINK penghubung

Ga mbar 1.23 Balok Kasus- l dan model-model penyelesaia nnya

Bab 1. Pros p ek da n Ke nda la


32
Selanjutnya model-model tersebut dianalisis dan didesain dengan
SAP2000 memakai opsi design preference yang ada secara default
tanpa ada pengaturan manual. Hasilnya disajikan sebagai berikut.
Tabell.3 Desa in Balok Kas us- l mengikuti Des ign-Preference SAP2000

No Materi Design M.(k·lt) C. LIildClr Ij>M.(k-ft) R % Keterangan


1 ManuaJ-McCormac 2008 570.800 574.000 0.9944 100% Re ferensi desain
570.856 1.243 1 139.278 4.0987 412% SAP2000 ver 7.4
2 SAP-l element
570.856 1.243 1 139.278 4.0990 412% SAP2000 ver 11
570.856 1.000 4 112.024 5.0958 512% SAP2000 ver 7.4
3 SAP-4 ele ment
570.856 1.000 4 112.024 5.0960 512% SAP2000 ve r 11
570.856 1.000 10 112.024 5.0958 512% SAP2000 ver 7.4
4 SAP-lO element
570.856 1.000 10 112.024 5.0960 512% SAP2000 ve r I I
570.856 1.173 4 573.75 0 0.9950 100% SAP2000 ver 7.4
5 SAP-4 element + Link
570.856 1.173 4 573.750 0.9950 100% SAP2000 ve r 11
570.856 1.057 10 573.75 0 0.9950 100% SAP2000 ver 7.4
6 SAP-lO element + Link
570.856 1.057 10 573.75 0 0.9950 100% SAP2000 ver 11

Cata tan :
* R ada la h ratio dari Mu: <pM "
* SAP2000 v7.4 pakai AISC LRFD 93 se d a ng vII pa kai AISC LRFD 05
Balok kantilever pertambatan lateral terbatas (Salmon et.al 2009)
Kasus-2 diambil dari Example 9.9.3 (Salmon et.al 2009 p.455) :
profil baja W33 x 118, mutu Fy = 50 ksi, kondisi terkekang lateral
di titik tumpuan dan tiap beban terpusat, berat sendiri diabaikan.
Solusi memakai LRFD dari AISC 360-05 / IBC 2006 (AISC 2005).
Dari Load Factor Design Selection Table profil W33x118 Fy =50 ksi
diperoleh ~b = 0.9 Zx=415 in 3 Mp= 1730 kip-ft ~b M p = 1560 kip-ft;
,h Mr = 1080 kip-ft·} L p = 8.2 ft·
'+'b , L r = 23.5 ft

zL x
P, = 16 kips (OL) P, = 12 kips (DL)
60 kips (LL) 28 kips (LL)

1----=-"------1- ---="-''----- -1----..::..:...''-----1 Latcnli suppon of


: compression [l ange
1-_ _ _ _ _ _ _~52~ft'--_ _ _ _ _ _~vcm~1
: support
,
a). Verti ca l da n Lateral Support

+ PI- 60 kips (U )

V l- IHipl(Dl) P!-12 kiPll (OL)!


0 ii£i @

~~
a). Load Casc: l

Pl-28 kiPll (LL) +

t
! PI-16 InPS(I)LI P,- 12 klP!(DLl

0 iQli @
b). Load Case II Mu· tHO kJp-ft c). Envelope Bending Momenl on Beam

b). Load Case a nd their Load Combinati on


Ga mbar 1.24 Balok Kasus-2 (Exa mpl e 9.9.3 Salm on et.a l 200 9)

Wirya nto Dewobro to - St ruktur Baja


33
Ada dua kasus pembebanan (Load Case I dan Load Case II), hasil
keduanya ditampilkan dalam bentuk bending momen envelope di
Gambar 1.24b. Karena kondisi tahanan lateral yang tertentu pada
segment A, B dan C maka perencanaannya akan dievaluasi secara
terpisah. Pengaruh momen gradien dihitung pada parameter Cb•
Hasil untuk segmen C karena tidak ada di buku Salmon (2009) akan
dihitung tersendiri secara manual.
Tabel1.4 Design Balok Kasus-2 mengikuti Design-Preference SAP2000
cj>M
(~)
No Materi Design M. R % Keterangan
(k-ft) C. L",_ (k-rt)
1 Ref. Manual - segm ent A 1350 1.67 24 151 0 0.894 100% Ref. to segment A
Manual - segment B 1350 2.00 28 1390 0.971 100% Ref. to segment 8
Manual - segment C 1240 1.00 21 1027 1.207 100% Rer. to segm ent C
2 SAP": 3 Element (1-2) 1349 1.00 2.167 270 4.988 558% Segm ent A
SAP" : 3 Element (2-3) 1349 1.00 1.857 270 4.988 515% Segment B
SAP" : 3 Element (3-4) 1243 1.67 1.000 1556 0.799 66% SegmentC
3 SAP": 3 Element (1 -2) 1349 1.67 2.167 1508 0.895 100% Segment A
SAP" : 3 Element (2-3) 1349 1.49 1.857 987 1.260 128% Segment B
SAP": 3 Element (3-4) 1243 1.67 1.000 1556 0.799 66% Segment C
4 SAP" : 3 Eleme nt (1 -2) 1349 1.00 2.167 270 4.988 558% Segment A
SAP" : 3 Eleme nt (2-3) 1349 1.00 1.857 270 4.988 515% Segm ent B
SAP" : 3 Eleme nt (3-4) 1243 1.67 1.000 1556 0.799 66% SegmentC
5 SAP": 3 Eleme nt (1-2) 1349 1.67 2.167 1508 0.895 100% Segm ent A
SAP" : 3 Eleme nt (2-3) 1349 1.49 1.857 987 1.260 128% Segment 8
SAP" : 3 Eleme nt (3-4) 1243 1.67 1.000 1556 0.799 66% Segm ent C

Keterangan versi program dan opsi yang diaktifkan:


' J SAP2000 v 7.4, LRFD 1993, Opsi : Plane Frame
., SAP2000 v 7.4, LRFD 1993, Opsi : Plane Frame, D.O.F titik 2 & 4 arah sb.2 di restraint
' 3 SAP2000 v 11 , LRFD 2005, Opsi : Space Frame
'4 SAP2000 v 11 , LRFD 2005, Opsi : Space Frame, D.O.F titik 2 & 4 arah sb.2 di restraint

Meskipun hanya ditinjau dua kasus yang relatif sederhana, tetapi


setelah dilakukan analisis dan desain berdasarkan opsi default,
memakai design preference (CSI 2007), ternyata desain baja pakai
SAP2000 tidak memuaskan dibanding penyelesaian desain dari
buku rujukan (McCormac 2008, Salmon et.al. 2009). Hasil yang
dijumpai bervariasi, jika dianggap penyelesaian desain dari buku
rujukan dianggap benar maka desain baja dengan SAP2000 pada
sebagian elemen menunjukkan kondisi under-design dan sebagian
lain over-stress, atau kata lain hasilnya unreliable (diragukan). Selain
itu hasilnya tergantung pemakai, karena ketika dilakukan beberapa
cara pemodelan yang berbeda maka hasilnya langsung berubah ke
arah yang mendekati hasil buku rujukan.
Faktor-faktor penentu dalam perencanaan struktur baja
Karena problem yang ditinjau relatif sederhana, yaitu steel-design
balok dan menggunakan code AISC LRFD, maka parameter desain
yang diperlukan tetapi tidak diminta secara khusus selama proses
analisis, dapat diketahui. Parameter yang dimaksud,adalah Lb dan

Bab 1. Prospek dan Kendala


34
Cb, masing-masing adalah jarak bebas tanpa pertambatan lateral
(/22 pada Gambar 1.21), dan faktor momen gradien penyebab LTB.
Jadi yang menyebabkan hasil program dapat berbeda dengan hasil
perhitungan manual dari buku referensi adalah dari bagaimana
SAP2000 menerjemahkan data-data analisis struktur agar dapat
dipakai sebagai parameter desain, Lb dan Cb tersebut.
Penentuan parameter Cb relatif mudah karena rumus Fl-1 (ArSe
LRFD OS) cukup jelas pemakaiannya. Kesalahan dijumpai karena
ada ketentuan dari AISC bahwa untuk struktur kantilever nilai Cb =1
(rumus F1-1 tidak digunakan). Jadi dari hasil desain pada Kasus-2
(lihat TabeI1.4) terlihat bahwa nilai Cb pada element 3-4 tidak sarna
dengan satu, sehingga dapat disimpulkan bahwa program SAP2000,
baik versi 7.4 maupun versi 11 belum bisa mengindentifikasi
secara otomatis apakah model strukturnya merupakan balok biasa
atau kantilever. Dengan demikian para insinyur pemakai program
harus mengaktitkan secara manual dengan opsi Overwrites. Jika
dipaksakan memakai parameterdefaultdari program tersebutmaka
desain struktur baja hasilnya bisa under-design (tidak aman).
Penentuan parameter Lb oleh SAP2000 ternyata tidak sederhana,
seperti misalnya dianggap dari panjang elemen lokalnya saja, tapi
ternyata konfigurasi struktur secara keseluruhan juga memberi-
kan pengaruh. Tentang bagaimana kompleks perhitungan yang
dimaksud ada baiknya membaca kern bali Kutipan-3 di depan. Jadi
masalahnya mulai teridentifikasi, tetapi karena tidak ada petunjuk
lengkap manual, maka adanya risiko terjadi kesalah-pahaman
antara model struktur yang disiapkan insinyur, dengan program
saat melakukan 'recognizes various aspects' dalam menghitung
nilai Lbyang diperlukan.

Faktor yang menyebabkan kesalah-pahaman.


Untuk menyatakan suatu kesalah-pahaman yang bersifat umum
tentunya tidaklah mudah, diperlukan cukup banyak sam pel agar
kesimpulan yang diambil bersifat umum. Meskipun demikian jika
dibatasi pada kasus-kasus yang telah ditinjau, maka mestinya dapat
disebutkan seperti berikut :
1. SAP2000 secara otomatis mengevaluasi kondisi lateral torsi-
onal buckling (LTB) balok, yaitu dengan cara menentukan nilai
Lb' Jadi untuk balok yang diketahui tertambat lateral secara
baik seperti pada lantai komposit, maka jika digunakan opsi
otomatis SAP2000, maka desainnya bisa berbeda dari yang

Wirya nto Dewo broto - Struktur Baja


35
sebenarnya, karena bisa saja kekuatan hasil desain ditentukan
oleh kondisi LTB, yang mana biasanya lebih rendah dari nilai
sebenarnya. Untuk mengantisipasi, diperlukan cam pur tangan
insinyur untuk mengevaluasi nilai Lb yang dihitung program,
dan jika perlu mengaktifkan opsi overwrite yang disediakan.
2. Agar hasil steel-design sesuai harapan perlu penyesuaian pada
model struktur. Jika hanya mempertimbangkan keperluan
analisis strukturnya saja maka tidaklah cukup, perlu informasi
tambahan khususnya kondisi restraint pada titik-titik yang
dianggap ditempati pertambatan lateral. Ini merupakan hal
mutlak, khususnya untuk struktur-struktur yang dimodelkan
secara terbatas, seperti pada pemodelan 20 (plane frame). Jika
struktur dapat dimodelkan secara 3D (space-frame) lengkap,
maka ada kemungkinan SAP2000 dapat menghitung otomatis,
meskipun kebenaran Lb-nya perlu dievaluasi ulang juga.
3. Ada ketidak-samaan persepsi antara pemodelan bagian yang
dianggap mempunyai pertambatan lateral, dengan kondisi
real. Ada pemahaman bahwa profil desak disebut tertambat
secara lateral jika dipasang bracing sedemikian sehingga profil
baja tadi tidak mengalami deformasi lateral. Oalam memodel-
kan kondisi tersebut sebagai element 10 maka seharusnya di
restraint di O.O.F rotasi, dan bukan translasi. Oalam kenyataan
yang dijumpai pada pemodelan yang dipakai Kasus-1 ternyata
cukup dipasang LINK pada arah sumbu-3 yang tersambung
secara aksial (sendi / pin). Juga di Kasus-2, sebagai pengganti
LINK ditetapkan kondisi restraint translasi di arah sumbu-3,
yaitu 0y . Kondisi tersebut tentu tidak selaras dengan kriteria
pertambatan lateral seperti yang dikemukakan. Jadi bisa saja
dikatakan, bahwa apa yang dianggap tertambat lateral oleh
program, ternyata tidak mempunyai kesamaan pemahaman
jika dievaluasi secara manual, demikian pula sebaliknya.
Siapa yang benar, program SAP2000 atau insinyur pemakainya
Adanya temuan-temuan yang tidak memuaskan dalam pemakaian
SAP2000 seperti itu tentu menimbulkan pertanyaan, siapa yang
menjadi sumber masalah, program SAP2000 yang tidak reliable,
tidak bisa digunakan untuk proses desain, atau dari insinyur
pemakai yang tidak kompeten. Jawaban yang muncul tergantung
dari bagaimana sikap pemakai terhadap program tersebut. Jika
pemakai mengganggap bahwa SAP2000 adalah suatu yang sangat
hebat, yang dapat menyelesaikan semua masalah secara otomatis

Bab 1. Prosp ek dan KendaJa


36
sehingga pemakai tidak perlu tahu hal-hal apa yang dikerjakan
program. Ketika kemudian dapat ditemukan fakta adanya ketidak-
sempurnaan itu, maka pribadi seperti itu cenderung menyalahkan
program komputernya. Mengapa tidak sesuai harapan, padahal
sudah membelinya mahal-mahal, misalnya. Sedangkan pribadi lain
yang menganggap bahwa SAP2000 adalah seperti halnya produk
teknologi lainnya, yaitu jika dapat memakai secara tepat tentu akan
sangat berguna, sedangkan jika tidak bisa memakai dengan baik,
maka cenderung tidak bermanfaat bahkan bisa membawa bahaya.
Pertanyaan seperti di atas tentu tidak perlu diperdebatkan lagi.
Adanya kasus yang dapat dikemukakan juga menunjukkan bahwa
pada prinsipnya meskipun sudah ada program komputer canggih
dengan opsi otomatis sekalipun ternyata tidak dapat digunakan
dengan baik tanpa insinyur pemakai program memahami benar
tentang proses perancangan struktur balok baja. 8agaimanapun
juga program komputer hanyalah alat bantu sedangkan keputusan
akhir tetap di tangan insinyur perencananya.
1.5.6. Pentingnya konsistensi
Insinyur umumnya mengandalkan program komputer komersial
untuk perencanaan struktur, praktis, cepat dan terbukti banyak
yang sukses memakainya. Umumnya program komersil seperti itu
mempunyai fasilitas canggih dan para awam berpendapat bahwa
semakin canggih suatu analisis maka hasilnya juga akan semakin
mendekati realita (~ teliti). Sebagai contoh adalah fasilitas analisa
struktur 3D (ruang) . Sekarang hampir sebagian besar program
analisa struktur komersial mempunyai kemampuan 3D. Kondisi
ini didukung oleh adanya program CAD yang menyebabkan pem-
buatan gambar 3D atau 2D hampir sarna mudahnya. Oleh karena
itu timbul pendapat bahwa sebaiknya semua analisa strukturnya
harus 3D saja sekalian. Jika itu dikerjakan maka diyakini model
yang dipilih akan lebih mendekati bentuk sebenarnya sehingga
hasilnya tentu akan lebih teliti. Apakah benar demikian.
Lebih lanjut, memang ada struktur yang memang harus dianalisis
secara 3D, tetapi yang lainnya umumnya cukup dimodelkan 2D.
Analisis 3D menuntut pemahaman yang lebih banyak tentang
gaya-internal yang terjadi. Selain itu bisa terjadi perilaku model
(yang dihitung) dengan yang ada di lapangan berbeda akibat ada
perbedaan dalam proses konstruksi, perbedaan tersebut kadang
kala memerlukan penyesuaian dari konfigurasi struktur maupun
strategi pelaksanaannya di lapangan.

Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja


37
3500 ~ 3500 9 3500

I
j.

a). Denah Lantal Typ.


+8.00

g
~
I 150 sIGb (typ . ) I 150 slob (typ.)

~I
+4.00

ZLx~ I !~ I [
~ sambungan
b) . Potongan 1-1 b) . Potongan l-I
:1::0.00

a). Struktur Beton (cast in si tu / monolith) b). Struktur Baja Sambungan Baut Geser

c). Di agra m Mom en Struktur Beton d) . Diagram Momen Struktu r Baja

Gambar 1.25 Konfi g uras i Struktur agar Berperilaku 3 D (Dewobroto 2007)

Gambar 1.25 merupakan struktur lantai dengan konfigurasi bujur


sangkar simetri. Jika sistem struktur balok dapat bekerja dalam dua
arah (two-way system) tentunya akan lebih efisien (hemat). Untuk
konstruksi beton cast-in-situ, pemodelan struktur dapat dikerjakan
apa adanya. Dari hasil analisis, sistem strukturnya menunjukkan
perilaku 3D (lihatGambar 1.25c). Itu berarti distribusi pembebanan
lantai didukung semua balok secara merata (efisien). Hasil analisis
ini dapat dengan mudah diaplikasikan pada konstruksi beton east-
in-situ di lapangan dan tidak ada masalah berarti.
Konstruksi baja ternyata beda, karena keterbatasan kemampuan
sambungan (sambungan geser) maka dalam pemodelan 3D-nya

Bab 1. Prospek dan Kendala


38
perlu dipasang sendi (option release) pada ujung balok anak yang
penempatannya simetri dalam dua arah (Gambar 1.25b). Dengan
konfigurasi tersebut dapat dihasilkan sistem struktur yang selaras
dengan sistem struktur beton bertulang.
Dalam pelaksanaan di lapangan ternyata konfigurasi struktur baja
tadi mempunyai kendala,yaitu balok-baloktidakdapatdimanfaatkan
sebagai perancah (self-supporting structure) sehingga perlu meto-
de konstruksi tertentu (perlu perancah). Bagi awam perubahan
penempatan sambungan dapat dianggap sesuatu yang sepele,
apalagi jika tidak melihat kronologi perencanaannya. Bahkan bagi
insinyur perencana yunior, bisa ikut terkecoh, karena dianggapnya
metode pelaksanaan merupakan tanggung jawab kontraktor.
® @ <0 ©
3500 3500
"I) T

'3
0
0

"'
M

~I'
kolom (typ.)
WH-400

balok (ty p.,


SH-SOO
1 ':

@ :.'---- ~
g : --. Sambungan
~ : ' geser

\J) i-I
balok te p; typo (MH- 588)

a). Baja dengan Penempatan Sa mbunga n b). Diagra m Mom en

Gamba r 1.26 Konfigu ras i Struktur Baja Usula n Kontrakto r (Dewobroto 2 007)

Persyaratan tersebut kadang menjadi masalah bagi kontraktor


pelaksananya. Bila tidak ada spesifikasi teknik yang khusus pada
dokumen kontraknya maka tentunya kontraktor dapat mengaju-
kan usulan berdasarkan pengalaman yang dimilikinya, misalnya
: balok pada as 2 dan as 3 dipasang menerus agar struktur dapat
juga digunakan sebagai perancah bagi balok-balok pada as B dan
as C, dengan konsekuensinya orientasi sambungan geser diu bah
menjadi Gambar 1.26a. Jika us ulan dapat dilakukan tentunya akan
ada penghematan biaya, tentu ini dari sudut pandang kontraktor.
Jika perencana tidak memahami risiko usulan perubahan tersebut
dan membiarkan terjadi, maka jelas perilaku sistem struktur yang
dilaksanakan berbeda sekali dengan perencanaan awal. Bila di awal
perencanaan diharapkan diperoleh penghematan dengan analisa
3D, dalam kenyataannya : distribusi gaya tidak tersebar ke semua

Wiryanto Dewobroto - Strll ktllr Baja


39
balok, tetapi hanya bertumpu pada balok tertentu saja. Itu berarti
bangunan berisiko tinggi mengalami 'kegagalan bangunan' pada
kondisi beban penuh. Maksud hati ingin memakai fasilitas canggih
komputer (analisis 3D) dan juga berpikiran bahwa cara seperti itu
biasa dikerjakan pada konstruksi beton dan berhasil, tapi ternyata
ketika diaplikasikan pada konstruksi baja tanpa memahami aspek-
aspek pelaksanaannya maka risikonya tinggi dan berbahaya.
1.6. Perencanaan Khusus
1.6.1. Umum
Material baja yang buatan pabrik, punya keunggulan mekanik
tinggi dibanding bahan material lain, tetapi relatif mahal. Padahal
pemakaiannya kadangkala tidak bisa diberdayakan secara penuh,
ada bagian-bagian yang bahkan tidak bekerja. Oleh karena itu untuk
mengoptimasikan penggunaan material baja, dilakukan beberapa
strategi. Setiap strategi tentu mengandung risiko atau tepatnya
konsekuensi. Tapi jika dapat diketahui tentu bukan suatu masalah.
Berikut adalah beberapa strategi optimalisasi yang ada.
1.6.2. Sistem tapered
Sistem ini didasarkan pada pemikiran sederhana, ukuran (tinggi)
balok yang efisien jika disesuaikan dengan besarnya momen yang
terjadi. Seperti diketahui bahwa pada balok atau portal sederhana,
akibat beban merata maka momen maksimum hanya di tempat-
tempat tertentu, jika simple-beam maka momen maksimumnya di
lapangan, untuk portal ada di sudut-portal, dan sebagainya.

Gambar 1.27 Batang tapered (www.structural-steelbuilding.co ml)

Jadi jika dipakai ukuran profil yang sarna untuk semua ben tang
dipastikan ada bagian yang tidak optimal. Oleh karena itu dengan
memanfaatkan teknologi las, maka ketinggian profil baja diubah
sedemikian rupa menjadi bentuk tapered, bagian dengan momen
maksimum lebih tinggi daripada bagian lain yang lebih kecil.

Bab 1. Prospek dan Kendala


40
Strategi ini tentu akan coeok jika digabungkan dengan keunggulan
baja yang lain, yaitu jika digunakan dalam bentuk modul seragam,
berulang dan berkuantitas besar seperti yang diterapkan pada
Pre-engineered Steel Building. Dengan eara tersebut, biaya yang
dikeluarkan untuk mengubah profil standar jadi profil tapered jika
dilakukan berulang-ulang maka akhirnya biaya produksinya dapat
ditekan, dan di sisi lain diperoleh keuntungan dari penghematan
(optimalisasi) dari material baja yang digunakan.
Jika digunakan teknologi pengelasan tipe submerged-arc weld pada
bengkel fabrikasi, maka tidak perlu bevel (coak di bagian tertentu)
atau pekerjaan persiapan khusus pada bagian web yang dilas.
Adapun formulasi geometri untuk pemotongan profil konvensio-
nal untuk dibuat profil tapered sebagai berikut.

~I'I--------- L e n g t h - - - - - - - - - - - ...t1 1
n
U<\ 0
I===============_=-=--=-=-Tt=l--

---!~-----
-------- \
_---------

W- ,oiled beom
,

\
b

~ "*'
o
Flame cut WF beom olong dotted lines

n
I\....0--------- length ~l
- - - - - - - - - - '..

II ~----I+d,
I coh
li
c =

\d= ~
Gambar 1.28 Rumus Pemotongan Satang Tapered (Slodget 1976)

Untuk perancanaan penampangnya, prisipnya adalah memastikan


bahwa di setiap titik, tegangan yang terjadi (akibat beban), tidak
melebihi tegangan ijin , atau dalam format LRFD adalah Mu < ~ Mn'
Masalahnya jika yang dominan adalah akibat pembebanan merata.
Pada kondisi tersebut maka bending momen diagram berbentuk
parabola sedangkan perubahan tinggi profil tapered adalah linier.
Perlu dicari lokasi tinggi kritis / critical depth (Blodget 1976),
yaitu tinggi profil minimum batang tapered yang diperlukan untuk
menahan momen aktual.

Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja


41
~
Curve of required sect ion
modulus (S) has Some shope
a s moment dtogca m fOf
uniform load o n simply
LU..LU..l.ll.U.......u...u.i..1..Ll.J..U..LU.L.................... supported beam
~g~

Required dep.h

(0) Conventional beam (b) Tapered girder

Gambar 1.29 Lakasi tinggi kritis batang Ta pered terhadap mamen aktual (Bladget 1976)

Dari penelitian Blodget (1976) untuk balok tumpuan sederhana


terhadap pembebanan merata maka lokasi tinggi kritis akan ter-
letak pada 1,4 bentangnya, dan bukan ditengah-tengah, meskipun
disitulah terletak momen maksimumnya.
Konfigurasi dan beban yang bekerja pada struktur tidak mesti
berbentuk beban merata saja, bisa konfigurasi lain sehingga tiap-
tiap kasus perlu dihitung khusus. Untuk kemudahan perhitungan,
Blodget (1976) menyediakan tabel khusus berisi berbagai para-
meter batang tapered terhadap berbagai macam kondisi pembe-
banan. Adanya tabel siap pakai seperti itu tentu sangat membantu
insinyur maupun pelaksana konstruksi baja untuk menentukan
ukuran batang tapered yang paling optimal. Biaya yang dikeluar-
kan tentunya akan dapat menjadi lebih ekonomis lagi.
1.6.3. Sistem Castellated
Teori balok lentur menunjukkan bahwa tegangan maksimum
terjadi pada sisi luar profil (flange) sedangkan di web bahkan nol
di sumbu netralnya. Kecuali itu, jarak sisi-sisi luar menentukan
besarnya inersia balok. Atas dasar itu maka sistem castellated
memotong profil dan menempatkan sedemikian rupa sehingga
properti penampangnya dapat meningkat.

= Burni ng Pattern

Rejoined Beam without Increment Plates

Rejoined Beam with Increment Plates

Gambar 1.30 Sistem pembuatan balak Castellated (Bayer 1964)

Ba b 1. Prospek dan Kendala


42
Kecuali terjadinya peningkatan properti penampang secara signi-
fikan, lobang ditengah profil memudahkan penempatan peralatan
M&E, kondisi ini tentu disenangi arsitek. Penggunaan profil caste-
llated sangat efektif untuk struktur yang didominasi momen,
misalnya untuk struktur bentang lebar. Untuk daerah dengan
momen dan geser tinggi, seperti tumpuan pad a struktur menerus
maka lobang ditutup pelat atau diberi perkuatan lain.

a). Proses rejoined b). Aplikasi pada bangunan industri


Gambar 1.31 Sistem Castellated atau Honeycomb (Boyer 1964)

1.6.4. Sistem gelagar komposit


Usaha untuk memaksimalkan material terhadap gaya-gaya yang
bekerja merupakan motivasi dibuatnya sistem-sistem baru agar
efisien. Jika hanya membicarakan tentang kemampuan material
untuk menerima tegangan maka sebenarnya untuk baja tidak ada
masalah, tegangan tarik atau tekan sarna saja. Ini jelas berbeda
dibandingkan beton, dimana dalam desain bahkan kuat tariknya
diabaikan, apalagi jika telah mengalami retak. Oleh karena itulah
maka untuk struktur beton diperlukan tulangan baja untuk meng-
antisipasinya. Jadi dalam struktur beton bertulang telah terjadi
kerja sarna sebagai satu kesatuan antara beton dan baja, sehingga
mekanisme seperti itu juga disebut sebagai komposit. Tetapi secara
umum istilah komposit dikaitkan dengan elemen struktur yang
mekanisme kerjanya ditentukan oleh kerja sarna beton (bertulang)
dan profil baja. Elemen struktur yang dimaksud dapat berupa
kolom maupun balok.

Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja


43
Dari keduanya, paling signifikan pengaruhnya adalah balok yang
dibebani lentur, sisi tarik ditahan oleh material baja secara efisien,
sedangkan bagian desak ditahan oleh beton yang berdimensi
lebih besar dan mempunyai ketahanan tekuk yang lebih baik. Jika
dipakai baja untuk sisi desak akan tidak efisien, karena kegagalan
tekuk akan terjadi lebih dulu tanpa harus mengalami kelelehan.
Jadi penggunaan mutu baja tinggi tidak efisien.
Sistem balok komposit paling sesuai diterapkan pada balok yang
mendukung lantai (yang terbuat dari beton bertulang), baik
digunakan pada bangunan gedung maupun pada jembatan. Pada
sistem balok lantai, agak susah membedakan dari tampilan luar
apakah sistemnya non-komposit atau komposit. Perbedaan hanya
ditentukan oleh keberadaan shear stud atau shear connector yang
tertanam dalam pelat betonnya, yang menyebabkan kedua kom-
ponen struktur (profil baja dan lantai) berperilaku komposit.
Agar aksi komposit bekerja, yaitu profil baja menerima tarik dan
pelat betonnya menerima tekan, maka hal itu sangat tergantung
cara penempatannya. Karena pelat beton berfungsi juga sebagai
lantai, maka posisinya selalu di atas, sedangkan profil baja ada di
bawah. Persyaratan seperti itu dipenuhi oleh sistem balok seder-
hana (simple -beam) , khususnya terhadap momen lapangan yang
timbul. Sedangkan untuk balok menerus, dimana momen terbesar
ada di tumpuan, maka kondisinya menjadi terbalik, sisi tarik ada
di atas (beton) dan sisi tekan ada di bawah (baja), pada kondisi ini
maka sebaiknya aksi komposit diabaikan saja (tidak efektif) .
Salah satu aplikasi balok komposit yang telah berhasil diterapkan
pada jembatan standar dapat dilihat pada Gambar 1.32 di bawah.
Square Tube
Handrait Posts

Shear Studs fo r

compoOI,eAC'I\ ::~,~~~~~

Precision Fabricated Bracing Frames at Ends &


Elastomerlc Bearings Girder Segments 1m Maximum Centr.s

Gambar 1.32 Jembatan Sta ndar Tipe Balok Komposite (Sumber: Tra ns Bakrie)

Bab 1. Prospek dan Kenda la


44
1.6.5. Sistem prategang pada konstruksi baja
Material baja punya rasio kuat tarik dibanding berat-volume yang
tinggi, sehingga cederung menghasilkan bentuk penampang yang
langsing. Kondisi seperti itu menyebabkan perilaku tekuk akan
mendominasi jika menerima tekan, sehingga keunggulan material
yang mempunyai kuat tarik tinggi, tidak bisa diberdayakan secara
efisien. Agar efisien maka diatur cara penempatannya sedemikian
rupa sehingga pada setiap kondisi pembebanan akan menerima
tegangan tarik saja, misalnya adalah elemen struktur dari kabel.
Struktur kabel tradisionil dapat dilihat pada jembatan gantung
dan jembatan cable-stayed. Sedangkan pada bangunan gedung,
struktur kabel banyak dipakai pada atap bentang panjang, yang
karena ringannya perlu diberi gaya prategang agar kekakuannya
mencukupi. Untuk itu diperlukan suatu konfigurasi geometri yang
tertentu pula, sebagai contoh struktur kabel atap Olympic Stadium
Munich, Jerman, karya prof Frei Otto dari Uni Stuttgart. Karya itu
merupakan cikal bakal dapat dikembangkannya struktur ringan
dan transparan di Institut fur Leichtbau Entwerfen und Konstruie-
ren (lLEK) pimpinan prof Werner Sobek, Uni Stuttgart, Jerman.

Ga mba I' 1. 33 Struktur kabel pada a ta p Olympi c Stadium, Munich (Sumbe r : Wikipedi a)

Penggunaan sistem prategang pada elemen kabel di atas, meru-


pakan bentuk struktur yang khusus dan bukan sekedar konstruksi
baja yang diberi kabel prategang. Sistem ini juga merupakan salah
satu contoh keunggulan material baja, karena belum ada material
lain yang dapat diaplikasikan pada sistem struktur seperti itu.
Penggunaan sistem prategang pada konstruksi baja konvensional
pada prinsipnya dapat juga dilakukan, jadi mirip seperti beton
prategang. Intinya adalah memberikan gaya aktif yang akan
bekerja pada struktur sehingga memberikan reaksi dengan arah
berlawanan terhadap beban luar yang diberikan. Masalah yang
dijumpai adalah bahwa gaya tarik yang diberikan pada kabel pra-
tegang akan memberikan reaks i berupa gaya tekan pada elemen
baja, sehingga kalau struktur tersebut hanya terdi ri dari struktur

Wi rya nto Dewobroto - Struktur Baja


45
baja semua, maka tentu pengaruh lokal berupa gaya tekan yang
terjadi harus diantipasi (risiko tinggi akan tekuk). Keeuali itu,
karena struktur baja umumnya relatif ringan, maka gaya prate-
gang bisa lebih besar dari berat sendiri struktur, sehingga sistern
struktur baja bisa terangkat sehingga perlu diperhitungkan.
Struktur dengan sistem prategang patut dipertimbangkan untuk
dipakai pada konstruksi baja dengan pembebanan berat sendiri
(beban mati) yang dominan, salah satu eontohnya adalah struktur
balok baja komposit pemikul lantai pada gedung atau jembatan.
Lantai beton memegang profil baja bagian atas, sehingga dapat
bekerja sebagai pertambatan lateral. Jadi ketika profil bajanya
diberi gaya prategang, maka risiko tekuk tidak menjadi masalah
lagi, dengan demikian sistem prategangnya dapat berfungsi untuk
meningkatkan kinerja struktur seeara keseluruhan.
Densford et. al. (1990) menunjukkan data perbandingan jumlah
profil baja, tulangan baja maupun kebutuhan beton dari jembatan
balok profil I bentang SS ft (16.7 m) dan lebar 26 ft (7.9 m) milik
Departemen Perhubungan Oklahoma. Pada konfigurasi yang sarna
dibuat tiga maeam pereneanaan, yang terdiri dari non-komposit,
komposit dan prategang-komposit.
Tabel1.5 Perbandinga n Pemaka ian Mate rial (D ensford et. a11990)

Kebutuhan Baja (Ibs) Beton


Kondisi Jembatan
Profil Tulangan (cy)

I-B eams non-komposit 51,920 (A 36) 100% 65 35 35.7


29,700 (A36) 57%
I-Bea ms komposit 9310 44.4
25,5 20 (A5 88) 49%
Pra tega ng komposit 18, 150 (A5 88 ) 35% 641 2 32.4

Dari penelitian Densford et. al (1990) tersebut dapat diketahui,


bahwa penggunaan sistem prategang dapat memberikan keun-
tungan signifikan berupa penghematan penggunaan profil baja.
Jadi sistem komposit dan prategang merupakan eara efektif untuk
meningkatkan efisiensi kerja struktur jembatan.
Ada tiga metode pemberian prategang pada balok baja (Densford et.
aI1990), yaitu [1] memakai kabel / batang prategang yang diangkur
di ujung-ujung, seperti balok beton prategang biasa; [2] komponen
mutu tinggi yang diberi prategang dan disatukan dengan las pada
profil baja lain sehingga menghasilkan balok hibrida; [3] praeetak
prategang balok komposit, saat pelat beton dieor pada profil baja
dengan camber, diberi gaya luar berlawanan arah camber.

Bab 1. Pros pe k da n Ke ndala


46
Metode-metode tesebut akan disajikan berturut-turut mulai yang
pertama sebagai berikut:
Anchorages

Jack Final Prestress

High Strength Cables

(a> Beam \\ jib TClmoocd Rod (b) Prestressed Beam , .. itb Draped Cable

AnchorBlock~
Jack Fmal Prestress •

High Strength Rods


(e) Pan Elevallon and Section Views> of
Prc slrt:: u cd Beam witb Stniabt Rod \

Gambar 1.34 Sistem pratega ng denga n kabel yang diangkur (Densford et. a l 1990)

Prategang dengan turnbuckle dapat dikerjakan secara manual,


cocok diterapkan pada struktur baja yang ringan. Penulis pernah
mengaplikasikannya pada perlombaan jembatan model untuk
mahasiswa di tingkat nasional dan hasilnya sangat memuaskan
(Dewobroto 2007a).
Sistem prategang memakai kabel mutu tinggi, gaya prategang
diberikan melalui dongkrak hidraulik. Gaya yang dihasilkan tentu
sangat besar dan hanya coeok untuk struktur dengan pertambat-
an lateral terjamin dan relatif berat. Ini banyak dipakai untuk
konstruksi balok pada jembatan baja. Karena kabel prategang di-
tempatkan di luar (external prestressing) maka umumnya banyak
dipakai juga sebagai strategi perkuatan jembatan yang sudah ada.
Penggunaan sistem prategang luar pada perkuatan baja dengan
menempatkan sistem prategang di bagian bawah (Gambar 1.34a)
kadang akan berisiko tinggi jika dilakukan pada sungai dengan
permukaan air yang tinggi, apalagi jika terjadi banjir. Sistem kabel
prategang dapat terendam air, atau bisa juga mengalami rusak
karena tersangkut sesuatu yang hanyut pada sungai tersebut.
Kalaupun kabelnya tidak rusak, tetapi bisa jadi lapisan pelindung
korosinya menjadi terluka. Ketika itu terjadi maka korosilah yang
berpotensi menjadi media penghancur struktur tersebut. Berkait-
an dengan hal tersebut maka diperlukan strategi perencanaan yang
memikirkan hal tersebut, termasuk juga program perawatan yang
seksama dan harus eukup rutin pelaksanaannya, sesuatu hal yang
kurang mendapat perhatian di Indonesia.

Wiryanto Dewobroto - Struktllr Baja


47
a). Kabel dan sa ddl e b) . Anchorages
Ga mbar 1.35 Sis te m perkuatan kabel je mbata n Co nd et (Sumb er : Da ly da n Winarwan)

Cara prategang luar (external prestressing) tidak hanya digunakan


pada sistem balok baja, tetapi juga dapat secara sukses diterapkan
pada jembatan rangka baja. Biasanya perkuatan seperti itu
diperlukan karena usia jembatan yang sudah lama sehingga
diperlukan suatu peningkatan kapasitas yang diakibatkan adanya
pertumbuhan volume lalu-lintas jalan atau bisa juga karena adanya
degradasi sistem struktur yang tidak diduga sebelumnya.

/
a). Orientasi penempata n kabel pra tega ng

b). Kabel dan sa ddle c). Anchorages


Gamba r 1.36 Aplikas i pratega ng di jembata n Ca ll endar Ham ilton (Zarkas i 2 005)

Alasan dibuat perkuatan dengan sistem prategang pada jembatan di


Pantura, adalah karena terjadinya degradasi kekuatan akibat mutu
sambungan baut yang berkurang, jika dibiarkan akan menimbulkan
kegagalan fatik. Juga di sisi lain, yaitu untuk menyesuaikan terhadap
adanya peningkatan volume pemakai jalan di daerah tersebut. Jadi,
merupakan tindakan yang bersifat preventif.

Bab 1. Prospek dan Ke nda la


48
Sistem pemberian prategang dengan memakai kabel mutu tinggi
mempunyai kemiripan dengan sistem post-tensioning pada balok
beton prategang, dimana gaya prategang diaplikasikan pada balok
setelah terpasang di lapangan. Pada pelaksanaannya sistem terdiri
dari anchorages dan sistem pelindung kabel anti korosi. Keduanya
masih merupakan produk patent sehingga membuat sistem tadi
relatif masih mahal, sehingga tidak sesuai digunakan pada produk
massal. Itulah alasannya, mengapa aplikasinya hanya dijumpai
untuk perkuatan sistem struktur yang sudah ada.
Sistem balok hibrida dan juga sistem balok yang diberi camber lalu
diluruskan dengan pemberian beban luar saat pengecoran, dapat
diwujudkan tanpa memerlukan kabel mutu tinggi dan komponen-
komponen pelengkapnya. Ini tentu saja dapat digunakan sebagai
alternatif sistem prategang murah untuk dipakai massal.
Sistem balok baja hibrida yang memanfaatkan sistem prategang
ada dua cara pembuatannya, seperti terlihat pada gambar berikut.
Plate

Plate Force

a). Prestressing by Appl ying Direct Tension to b). Prestressing by Deflecting a Beam and
High Strength Plate Attaching Cover Plate

Gambar 1.37 Sistem pratega ng ba lok hibrida (Densford et. a11990)

Cara pertama (Gambar 1.37a) pelat baja mutu tinggi diletakkan di


bagian bawah, selanjutnya diberi gaya tarik pada ujung-ujungnya
sehingga pelat tersebut mengalami perpanjangan. Pada kondisi
tersebut selanjutnya ditangkupkan profil baja berbentuk T (akan
jadi bagian balok sisi atas) . Pada kondisi pelat mutu tinggi tetap
mengalami peregangan dan profil T kondisinya normal, kemudian
keduanya disatukan dengan sistem pengelasan. Setelah selesai
maka gaya tarik pada pelat mutu tinggi dapat dilepas (dihilang-
kan). Jika pemberian gaya tarik pada pelat mutu tinggi masih pada
kondisi elastis (pelat belum mencapai tegangan lelehnya), maka
ketika beban dihilangkan maka pelat tentu akan memendek lagi
pada kondisi awal. Karena saat ini sudah menyatu dengan profil T
dengan cara pengelasan, maka perpendekan pada pelat baja mutu
tinggi tadi akan menghasilkan gaya prategang pad a balok.
Cara kedua (Gam bar 1.37b), profil baja ditempatkan pada tum-

Wiryanto Dewo broto - Stl'uktul' Baja


49
puan yang terletak di ujung-ujung, kemudian di atas dan bawah
ditempatkan cover-plate dari baja mutu tinggi, kondisi lepas. Pada
kondisi seperti itu balok tersebut diberikan beban (dongkrak)
sehingga profil baja melendut, melengkung. Tetap pada kondisi
tersebut selanjutnya cover-plate bagian atas dan bawah dis am-
bung dengan las hingga menyatu (monolit). Selanjutnya saat pem-
bebanan dilepas maka akan dihasilkan tegangan prategang yang
diharapkan pada balok.
Fabrikasi balok hibrida (Gambar 1.37) tentu saja perlu peralatan
khusus, yang merupakan investasi yang tidak murah. Oleh karena
itu cara tersebut hanya cocok jika dipakai untuk produk massal dan
berkesinambungan. Dalam prakteknya, perlu diperhatikan juga
ukurannya, yang dibatasi oleh alat angkut dan pembatasan lalu-
lintas jalan, agar transportasinya tidak menjadi masalah.
Salok hibrida pada kasus di atas adalah profil baja dengan gaya
prategang, yang secara visual bisa dibedakan berdasarkan defor-
masi awal yang terjadi. Akibat adanya gaya aktif yang bekerja itu
maka dalam pemasangannya juga tidak boleh sembarangan seper-
ti cara pemasangan balok konvensional. Harus dipastikan bagian
sayap mana yang diberi prategang dan bagian yang tidak. Oleh
karena itu dalam pemasangannya perlu diwaspadai agar jangan
sampai terbalik. Jika terjadi, yang seharusnya atas tetapi menjadi
bagian bawah, maka jelas sistem prategang yang diberikan jadi
tidak efektif. Prategang tidak meningkatkan kapasitas balok tetapi
bahkan menguranginya karena menjadi beban tambahan.
Cara praktis sederhana untuk mengatasi permasalahan akibat salah
penempatan sayap adalah dengan membuat balok hibrida dengan
ukuran sayap berbeda antara bagian atas dan bagian bawahnya,
atau balok simetri tunggal, bukan simetri ganda.
Penggunaan alat khusus untuk menghasilkan gaya prategang pada
balok hibrida, bisa saja menjadi masalah sehingga tidak dapat
diterapkan. Ada cara lain yang telah diproduksi (Gam bar 1.38),
yaitu memakai efek prategang hasil dari proses pengecoran pelat
lantai. Karena sistem ini melibatkan profil baja dan pelat beton
maka sebenarnya adalah sistem pracetak prategang balok kom-
posit. Sebagai konsekuensinya dibanding balok hibrida sebelum-
nya adalah bahwa sistem ini Iebih berat, maklum sudah termasuk
pelat betonnya sendiri. Jadi proses transportasi dan erection
menjadi masalah yang periu dipikirkan dengan baik bila dipilih
pada suatu proyek.

Bab 1. Prospek da n Kendala


50
Applied Forces
p Applied Forces p
P lP
J

a). Step 1 - Forces are Applied to Beam Fumished b). Step 2 - Concrete is Placed
by Mill with Predetermined Camber While Forces are Maintained

Ga mbar 1.38 Praceta k pratega ng ba lok kompos it. (D ensfo rd et. al. 199 0)

Untuk pembuatannya, pertama-tama perlu disediakan profil balok


baja yang diberi camber (lawan lendut) tertentu secara khusus.
Karena ini nantinya memerlukan aksi komposit antara profil baja
dan pelat betonnya maka harus dipasang dahulu shear connector
sebelum dilakukan pengecoran pelat beton.
Profil balok pada posisi seperti Gambar 1.38a, kemudian diberi
pembebanan luar yang menimbulkan lendutan yang sarna besar
dengan camber yang telah disiapkan sebelumnya. Pada posisi
tersebut kemudian dilanjutkan pengecoran pelat beton dengan
posisi di bawah (lihat Gambar 1.38b). Tentu saja pemberian beban
masih terus dilakukan sampai pelat beton mengeras. Baru setelah
itu bebannya dapat dilepas. Pada kondisi ini, karena bagian sayap
profil yang tertanam pada pelat beton dari memanjang (akibat
pembebanan luar) jadi memendek, maka pada pelat beton timbul
tegangan tekan (precompression stress).
Form Transfer
Beam

Rolled Beams
r - - - r - - with Shear
Connectors

Cast-in-Place

[ ~,S""

r-- Transverse
Form Support

Concrete Form

Ga mbar 1.39 Proses pracetak pra tega ng balok ko mposit denga n metode I nverset

Wiryanto Dewobroto - Struktur Baj a


51
Sistem pracetak prategang balok komposit dalam aplikasinya jika
beban diberikan dalam bentuk sistem jack / dongkrak dikenal
sebagai "Preflex Technique" yang merupakan patent dari Preflex
Corporation of America. Adapun yang dapat memanfaatkan berat
sendiri beton yang akan dicor dinamai metode INVERSET, yang
merupakan inovasi hasil riset Fears Structural Engineering Labo-
ratory, Universitas Oklahoma (Densford et. aI1990).
1.7. Sistem Struktur Baja Tahan Gempa
1.7.1. Umum
Sebagai engineer tentu masih ingat tentang kejadian gempa 26
Desember 2004 di Aceh pada 9.3 Skala Richter (SR) yang disertai
tsunami, lalu gempa 27 Mei 2006 di Yogyakarta pada 5.9 SR, lalu
gempa 30 September 2009 pada 7.6 SR di Padang. Itu kejadian di
dalam negeri sedangkan di luar negeri tercatat gempa 15 Agustus
2007 di Peru, pada 7.9 SR. Sedangkan yang baru saja terjadi adalah
gempa 22 Februari 2011 di Christchurch, Selandia Baru pada 6.5
SR, dan yang baru saja terjadi adalah gempa 11 Maret 2011 di
Jepang pada 8.9 SR yang disertai tsunami. Gempa-gempa tersebut
dan lokasinya ternyata dapat dijadikan bukti empiris bahwa apa
yang dinamakan peta ring o/fire adalah bukan sesuatu yang dapat
disepelekan.

~~~~~:3~iiiii;;;;;d; Equator - - - - - . " . - - f - - - , / i . . . . . . , - - --;

Ga mba r 1.40 Ri siko ge mpa pacta wilayah Ring of Fire

Karena Indonesia termasuk dalam wilayah peta Ring o/Fire, berarti


risiko gempa seperti itu memang akan sering terus terjadi, yang
waktunya saja yang tidak dapat dipastikan. Sebagai profesional
yang bertanggung jawab pada perencanaan bangunan agar kuat,
kaku dan aman, maka mengetahui berbagai alternatif perencanaan

8ab 1. Prospek dan Kendala


52
bangunan tahan gempa merupakan suatu kewajiban. Baja secara
alami mempunyai rasio kuat dibanding berat-volume yang tinggi,
sehingga mampu menghasilkan bangunan yang relatif ringan. Ini
merupakan faktor penting pada suatu bangunan tahan gempa.
Selain material baja itu sendiri karakternya berkuatan tinggi,
relatif kaku dan sangat daktail. Karakter yang terakhir ini adalah
syarat ideal untuk mengantisipasi beban tak terduga.
Keunggulan lain konstruksi baja adalah mutunya relatif seragam
dikarenakan produk pabrik yang terkontrol. Karena itu pula ukur-
an dan bentuknya juga tertentu, terpisah dan baru disatukan di
lapangan. Pada satu sisi, konsep seperti itu suatu kelemahan atau
sulit untuk dihasilkan konstruksi monolit, perlu detail sambungan
yang baik. Tapi jika dapat diantisipasi ternyata dapat dibuat suatu
detail sedemikian rupa sehingga bila terjadi kerusakan (akibat
gempa) maka bagian itu saja yang akan diperbaiki. Itu sangat
memungkinkan karena dari awal memang tidak monolit.
Adanya faktor-faktor seperti itu maka pada konstruksi baja akan
banyak dijumpai berbagai macam variasi sistem struktur tahan
gempa dibanding konstruksi dari material yang lain. Itu semua
membuat struktur baja menjadi tujuan awal untuk dipelajari jika
akan dibuat bangunan tahan gempa yang handal.
1.7.2. Perilaku sistemyang diharapkan
Untuk pembebanan gravitasi (akibat berat sendiri, beban mati
tambahan dan beban hidup), beban angin dan beban gempa sedang
(gempa yang sering terjadi) maka diharapkan struktur dapat
berperilaku elastis (beban hilang maka deformasi hilang) . Tetapi
pada gempa besar, yaitu suatu kondisi gempa sedemikian sehingga
jika struktur didesain secara elastis akan sangat tidak praktis dan
mahal, maka diijinkan mengalami kondisi inelastis.
Oleh sebab itu, dan juga dikarenakan tidak adanya jaminan bahwa
gempa yang akan terjadi pasti selalu di bawah gempa rencana
yang telah ditetapkan code, maka cara perencanaan struktur tahan
gempa adalah didasarkan pada metodologi capacity design. Dengan
cara tersebut, struktur direncanakan sedemikian rupa sehingga bila
terjadi kondisi inelastis, hanya terjadi pada tempatyang ditentukan,
yang memang telah direncanakan. Kondisi inelastis yang terjadi
juga terkontrol, sebagai tempat dissipasi energi. Sedangkan bagian
struktur yang lainnya tetap berperilaku elastis. Jadi cara kerjanya
seperti alat sekring [fuse) pada peralatan listrik saat overload. Jika
kerusakan ditempat tertentu saja , maka mudah perbaikannya.

Wi rya nto Dewobroto - Struk tur Baja


53
Adanya bagian yang terpisah-pisah, ada yang bekerja elastis dan
bagian lain ada yang sampai inelastis, dapat dengan mudah dite-
rapkan pada konstruksi baja, yang memang dari awalnya bersifat
modul atau segmen terpisah yang tidak mono lit. Coba bandingkan
dengan konstruksi beton, yang secara alami bersifat monolit,
khususnya untuk beton cast-in-situ.
Selanjutnya bagian mana dari sistem struktur tahan gempa akan
bekerja seperti fuse, dan bagian mana yang tidak (tetap elastis),
disitulah yang menjadi variasinya. Struktur jenis Special Moment
Frames misalnya, maka yang akan berfungsi sebagai fuse, tempat
dissipasi energi gempa, adalah sendi plastis yang terbentuk di
elemen balok. Untuk sistem struktur yang lain, yang berfungsi
sebagai fuse, bisa bermacam berbentuk yang lain (AISC 200Sa,
Geschwinder 2008). Untuk itu akan ditinjau satu persatu.
1.7.3. Sistem portal (Moment-frame systems)
Special Moment Frames (SMF)
Ini adalah jenis yang didesain dapat bekerja secara inelastis penuh.
Oleh karena itu pad a bagian yang akan mengalami sendi-plastis
perlu didesain secara khusus. Cocok dipakai untuk perencanaan
gedung tinggi yang masih memungkinkan dengan sistem frame.
Ra ngka harus memenuhi strong-colum-weak-beam agartidakterjadi
sendi plastis di kolom yang dapat menyebabka n story mechanisms.

r T 7

1
7 end i
V--C
5
pi astis
I

a). Strong column ·weak beam b). Story mechanism


Gambar 1.41 Peril aku ine lastis siste m po rta l da kta il (Hamburger et.a l. 2009)

Jenis sambungan kolom-balok yang dapat dipakai di rangka SMF


harus didukung data empiris hasil uji laboratorium, yang mem-
buktikan bahwa jenis sambungan tadi mempunyai kemampuan
daktilitas yang cukup, yaitu dapat bertahan sampai perputaran
sudut interstory-driJt minimum sebesar 0.04 radian (AISC 200Sa).

Bab 1. Prospek dan Ke ndala


54
Beberapa jenis sambungan yang telah distandardisasi dan terbukti
oleh hasil pengujian adalah sebagai berikut.

a). Pres pektif b). Aplikas i


Gamba r 1.42 Redu ced bea m (H a mburge r et.a!. 2009)

a). Pres pektif b) . Aplikasi


Gamba r 1.43 Extended End -Pl a te (H amburge r et.a!. 2009)

Kecuali dua jenis sambungan yang ditampilkan pada gam bar di


atas masih ada beberapa lagi yang dapat dijumpai. Adanya variasi
jenis sambungan yang umumnya berkaitan dengan metode
peiaksanaan, misal sambungan jenis Reduced Beam memerlukan
pekerjaan las di lapangan. Persyaratan tersebuttentu terkait dengan
harus disediakannya s.d.m yang berkompeten disertai pengawasan
ketat. Hal berbeda jika digunakan jenis Extended End-Plate yang
cukup dengan pemasangan baut mutu tinggi. Hanya saja untuk jenis
sambungan itu memerlukan tingkat presisi pekerjaan fabrikasi
yang tinggi, jika didukung mesin CNC tentu bukan masalah.
Intermediate Moment Frames (lMF)
Jenis rangka ini mirip SMF, yaitu mampu berperilaku inelastis
tetapi terbatas. Cocok dipakai untuk sistem struktur dengan gempa
yang relatif sedang, misal bangunan bertingkat rendah. Sistem
sambungan kolom-balok mirip SMF hanya saja tingkat daktilitasnya
terbatas, yaitu perputaran sudut interstory-drift minimum 0.02
radian (Section 10.2a AISC 200Sa).

Wi rya nto Dewobroto - Struktur Baja


55
Ordinary Moment Frames (OMF)
Ini adalah jenis rangka yang didesain untuk bekerja seeara elastis
saja. Oleh karena itu hanya coeok dipakai untuk sistem struktur
dengan beban gravitasi yang dominan, misalnya bangunan tidak
bertingkat yang memiliki bentang panjang. Sistem sambungan
balok-kolom yang digunakan dapat berupa sambungan momen
penuh atau full restrained (FR), tetapi dapat juga semi rigid atau
partially restrained (PR).
1.7.4. Sistem rangka batang silang (Braced-frame systems)
Special Concentrically Braced Frames (SCBF)
Rangka yang menganut SCBF dikonfigurasi sedemikian sehingga
bracing bekerja sebagai fuse melalui aksi leleh tarik atau tekuk
tekan batang diagonal ketika terjadi gempa besar.
leleh (yleldmg) tckuk (bucklmg)

a) . Rangka sebelum gcmpa b) . Rangka sClclah gcmpa bcsar

Ga mbar 1.44 Meka nis me ine las ti s SC BF

Ordinary Concentrically Braced Frames (OCBF)


Bekerja seperti sistem SCBF, yaitu mengandalkan perilaku aksial
pada elemen-elemen strukturnya. Oleh sebab itu sistem rangka ini
relatif kaku, sehingga dapat dianggap sebagai rangka tidak bergo-
yang. Meskipun demikian, sistem ini hanya andal jika berperilaku
elastik saat gempa besar, sehingga hanya coeok (ekonomis) jika
digunakan pada struktur yang didominasi beban gravitasi atau
minimal beban-beban reneana yang sudah pasti keberadaannya.
Eccentrically Braced Framed (EBF)
Cara kerja rangka jenis EBF (Eccentrically Braced Framed) mirip
dengan SCBF (Special Concentrically Braced Frames) hanya saja
fuse atau LINK diharapkan bekerja seeara inelastik memanfaatkan
adanya leleh geser atau leleh lentur atau kombinasi keduanya.

Bab 1. Prospek dan Ke ndala


56
e
H

a). D-braccd EBF b). Splil-K-bmccd EBF c). V-braced EBF

Gambar 1.45 Berbagai variasi konfigurasi EBP (Sumber A. Whittaker)

Dari tiga konfigurasi rangka sistem EBF di atas, maka jenis Split-
K-braced merupakan konfigurasi EBF yang terbaik karena momen
terbesar yang akan menyebabkan kondisi plastik tidak terjadi di
dekat kolom. Jadi dipastikan tidak akan terjadi kegagalan kolom
akibat kondisi inelastis yang terjadi.

Gambar 1.46 Split-K-braced EBP (sumber : internet)

Gambar 1.46 kanan adalah Split-K-braced EBF bangunan parkir


di New Zealand, yang terbukti tidak mengalami kerusakan berarti
ketika terjadi gempa dengan skala Magnitude 7, yang terjadi pada
tanggal4 September 2010 dahulu (http://mceer.buffalo.edu).

1.7.5. Sistem lainnya


Special Truss Moment Frames (STMF)
STMF (Special Truss Moment Frames) adalah struktur rangka, bisa
berbentuk truss (rangka batang diagonal) atau rangka Vierendeel
sebagai elemen horizontalnya. Elemen pada bagian horizontal akan
didesain agar dapat berperilaku inelastis pada saat gempa besar.
Kondisi inelastis itulah yang menyebabkan bagian tersebut akan
bekerja sebagaiJuse (tempat terjadinya dissipasi energi).

Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja


57
a). Spcsial scgmcll : X- Diagonal b). Spesia l scgmcll : Vicrclldcel

GambaI' 1.47 Peri lakll in elastis STMF (Bash a and GoeI1996).

Buckling-Restrained Braced Frames (BRBF)


BRBF sejenis Concentrically Braced Frames tetapi bracing-nya
berupa elemen khusus, yang mampu berperilaku inelastis baik
terhadap tarik maupun tekan. Untuk mengantisipasi tekuk maka
elemen khusus tersebut terdiri dari batang terbungkus suatu
elemen penutup yang mencegah terjadinya tekuk, sehingga ketika
ada gaya tekan cenderung mengalami leleh saja.

I::: 1 :;; :::::: 1:::1


Buckling-Restrained Brace

[ ]
Sleeve

Core

Gambar 1.48 Detail dan tampak BRBF (Sabelli and Lopez 2004)

Special Plate Shear Walls (SPSW)


Ini berbentuk struktur rangka dengan din ding pengisi berupa pelat
baja di dalamnya, yang akan bekerja sebagaifuse dengan mekanisme
leleh pelat dan tekuk (tension field action).

Gambar 1.49 Steel Plate Shear Walls (https://constrllctiondetails.wo rdpress.co m)

58 Bah 1. Prospek dan Kendala


1.8. Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Baja
1.B.l. Transfer perencana - kontraktor (spesialis)
Tahapan berikutnya setelah proses perencanaan selesai adalah
pelaksanaan konstruksi itu sendiri. Struktur baja belum mendomi-
nasi pemakaiannya di Indonesia sehingga konsultan perencana
biasanya bukan spesialis pada baja saja, tetapi umum (tergantung
proyek). Sedangkan di sisi lain, kontraktor baja umumnya sudah
spesialis, karena pengerjaan pekerjaan baja memerlukan investasi
lebih, seperti misalnya peralatan khusus di bengkel kerja dan juga
kompetensi s.d.m-nya. Hal seperti itu kadang dapat menimbulkan
masalah, contohnya tentang ketersediaan profil baja. Konsultan
menghitung berdasarkan tabel baja umum, sedangkan kontraktor
berdasarkan ketersediaan stock pasaran. Masalahnya adalah jika
ternyata profil yang dipilih perencana ternyata tidak tersedia di
pasaran, atau kalaupun ada harus menunggu impor terlebih dulu,
yang tentunya dapat menghambat proyek. Sehingga jika diputus-
kan melakukan pergantian profil, maka bisa-bisa semua detail
yang direncanakan akan berubah. ltu berarti biayanya juga bisa
berubah. Hal seperti ini jika tidak diperhatikan dapat menghasil-
kan penundaan. Proyek konstruksi bangunan baja yang katanya
cepat ternyata tidak terbukti. Itu bisa mengecewakan, akhirnya
berganti ke material lain (beton) . Jika sering terjadi, orang tidak
perlu berpikir memakai baja tapi langsung saja beton bertulang.
1.B.2. Fabrikasi
Sebelum pelaksanaan fabrikasi, gambar desain (design-drawing)
diuraikan lagi menjadi gambar-gambar detail atau gambar kerja
(shop-drawing) . Prosesnya dipermudah dengan adanya program
canggih, seperti Tekla (www.tekla.com). Kecuali shop-drawing,
dengan memakai program tersebut dengan data yang sarn a dapat
langsung dihasilkan angka estimasi biaya, juga data ke mesin CNC
sehingga proses fabrikasinya presisi. Tentu saja ini hanya dapat
dikerjakan oleh kontraktor spesialis baja yang punya reputasi.

Gambar 1.50 Pembua tan shop-drawing PT. Muri nda di Jakarta (Sumber: Christa lia-Riyan)

Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja


59
Ga mba r 1.51 Be ngkel ke rj a milik PT. Murind a di Jakarta (Sumbe r: Christalia-Riyan)

Suasana bengkel kerja seperti pabrik pada umumnya, jadi sekali


proyek baja, seterusnya juga proyek baja, karena kalau tidak maka
investasi jadi mubazir. Dalam bengkel kerja minimal ada crane,
untuk bengkel modern akan dilengkapi mesin CNC, baik untuk
memotong atau melubangi profil atau pelat baja yang dikontrol
komputer, sehingga dijamin tingkat presisinya tinggi. lngat presisi
lubang baut adalah dalam orde 1/ 16 " atau 1.5 mm.
Salah satu cara sederhana bagi pemilik proyek untuk mendapat-
kan keyakinan apakah proyek konstruksi baja miliknya dapat
berjalan lancar adalah dengan mengunjungi bengkel fabrikasi mi-
lik kontraktornya. Jadi jangan terpaku pada harga tender murah
atau portofolio perusahaan yang tercetak rapi dan berwarna saja.
Cara berpikir seperti inilah yang menghasilkan mengapa ada kon-
traktor spesialis baja, dan kalaupun ada kontraktor umum yang
menerima pekerjaan baja, maka umumnya akan diberikan kepada
subkontraktor spesialis baja juga, sehingga lebih mahal. Jadi dapat
dipahami juga bunyi pepatah "bisa karena biasa". ltu si spesialis.
Untuk konstruksi yang diragukan pemasangannya di lapangan,
maka dapat juga setelah selesai fabrikasi dilakukan proses pra-
perakitan sebelum dikirim ke lapangan. Biasanya ini diperlukan
untuk modul-modul berulang, misalnya rangka baja standar, atau
menara listrik tegangan tinggi. Tujuannya adalah untuk me mas-
tikan bahwa tidak ada permasalahan nanti saat perakitannya di
lapangan. Jadi sebaiknya dicoba dan dipastikan terlebih dahulu.

Ba b 1. Prospek dan Kenda la


60
1.8.3. Transportasi
Jika sudah tidak ada keraguan bahwa modul konstruksi baja yang
dibuat selama proses fabrikasi telah selesai secara keseluruhan,
maka tahapan selanjutnya adalah mengangkut modul tersebut
ke proyek lapangan. Pada tahap ini tentu saja ukuran modul yang
dibuat telah disesuaikan dengan ketersediaan alat angkut dan
kondisi jalan yang akan dilewatinya nanti.
Jika digunakan truk jenis tronton di jalan raya, maka umumnya
diambil ketetapan praktis bahwa panjang modul yang diangkut
tidak lebih dari 15 meter, pada kondisi khusus tertentu bisa lebih.
Jika di laut proyeknya, tentu saja dibutuhkan kapal yang dapat
menjangkau lokasi, sebagaimana terlihat pada proyek Jembatan
Suramadu belum lama ini (2005-2009).

Ga mbar 1.5 2 Tra nportasi dan erection segm en jembata n Sura madu (Sumbe r: L. Hidayat)

Wiryanto Dewobroto - Struktu r Baja


61
1.8.4. Erection
Proses erection adalah proses perakitan modul-modul struktur
untuk disambung satu dengan yang lainnya membentuk kesatuan
struktur sesuai perencanaan. Prosesnya sendiri sangat tergantung
kondisi di lapangan dimana proyek tersebut dilaksanakan. Oleh
karena karakter lapangan antara proyek bangunan gedung dan
jembatan berbeda, maka strategi erection-nya juga berbeda.
Proyek bangunan gedung atau industri, umumnya terletak pada
bidang tanah yang telah diolah rapi, relatif datar, karena memang
direncanakan sebagai hunian, maka lokasinya dipilih yang mudah
terjangkau, atau minimal telah tersedia prasarananya. Akses bagi
pekerja, alat dan sebagainya ke proyek tentu tidak jadi masalah.
Oleh karenanya tidak ada hal khusus yang perlu dipertimbangkan.
Jadi strategi erection konstruksi baja untuk gedung, umumnya
diserahkan kontraktor untuk memilihnya yang dianggap terbaik.
Para perencana struktur baja bangunan gedung, berkonsentrasi
pada konfigurasi final, tahap pelaksanaan tidak menjadi fokusnya.
Kebiasaan itu kadang kala membuatkontraktor memodifikasi detail,
alasannya agar sesuai dengan peralatan yang mereka punyai. Jadi
untuk sistem struktur yang khusus, yang akan terpengaruh gaya-
gaya internalnya oleh tahapan pelaksanaan maka perJu mendapat
perhatian. Kasus yang dimaksud telah dibahas di Bab 1.5.6, dimana
lokasi penempatan sambungan yang dirubah akan menghasilkan
distribusi gaya internal yang berubah pula, akibatnya ada beberapa
elemen struktur yang menjadi over-stress dan hal itu berbahaya.

Gambar 1.53 Erection de nga n alat bantu perancah (Sumber : Christalia- Riya n)

Bab 1. Prospek dan Kendala


62
Pemakaian perancah pada proses erection struktur baja seperti
terlihat pada Gambar 1.53 relatif jarang dijumpai. Maklum ada
biaya untuk perancahnya. Umumnya struktur baja dirakit dahulu
dan diangkat dengan crane. Perancah tadi dipilih karena modul-
modulnya relatif besar, sehingga jika struktur keseluruhan dirakit
di bawah memerlukan crane berkapasitas besar, yang tidak setiap
kontraktor mempunyainya. Jika harus menyewa atau membelinya
tentu perlu dibandingkan dengan biaya pemakaian perancah tadi.
Proses erection lain, dimana komponen bajanya relatif ringan dan
tersedia kapasitas crane yang mencukupi, dapat dilakukan secara
langsung dan cepat, tanpa alat bantu perancah, lihat Gambar 1.54.

Gambar 1. 54 Proses erection denga n cran e (Sumber : Barcellius- Laura)

Kalaupun tidak ada perubahan dari rencana awal, akibat adanya


kebebasan kontraktor memilih metoda pelaksanaan, kadangkala
ada beberapa hal yang tidak diperhatikan dan berisiko. Seperti
ten tang K3 bagi pekerjanya yang kadang tidak memadai, yang
dipentingkan untung saja. Untuk mendapatkan gambaran itu ada
baiknya melihat perbandingan kondisi kerja berikut, yang satu
proyek kecil berlokasi di Jabotabek dan satunya proyek besar di
Jakarta. Perhatikan keduanya dan bandingkan antara kelengkapan
K3 yang dipakai, seperti sabuk, helm dan sepatu penyelamatnya.

Wi rya nto Dewobro to - Struktur Baja


63
a). Proyek kecil di sekita r Jabod eta bek b). Proyek besa r di Jakarta
Gambar 1.55 Kondisi K3 pada proses erection bangun an baja (Sumbe r : KP di UPH)

Jika masalah K3 yang menyangkut nyawa pekerja saja diabaikan,


maka bisa saja hal-hal lain yang menyangkut stabilitas elemen
baja yang dirakit juga akan terabaikan. Hasilnya malapetaka tidak
hanya bagi pekerjanya, tetapi juga bagi kelangsungan proyek dari
konstruksi baja tersebut. lnilah yang harus diperhatikan pada
pelaksanaan erection di bangunan gedung.
Pelaksanaan erection proyek jembatan seringkali mendapatkan
kondisi lapangan yang lebih berat, tidak gampang menempatkan
alat-alat berat untuk mengangkat modul-modul struktur yang akan
dirangkai. Oleh karena hal itu, maka pada saat perencanaan telah
diperhitungkan secara matang metoda pelaksanaan yang akan
dipakai, yang umumnya memanfaatkan modul yang akan dipasang,
seperti teknik kantilever pada rangka baja standar.
Meskipun secara realnya, situasi dan kondisi lapangan di proyek
jembatan lebih berat, dengan kondisi medan yang belum tentu
pernah dijamah manusia umum, maka mendatangkan alat berat
merupakan sesuatu yang tidak sederhana dan murah. Tetapi
karena hal tersebut sudah dijadikan pertimbangan selama tahap
perencanaannya, yang tentunya dapat dicari berbagai alternatif
jenis struktur jembatan yang kondisinya paling optimal.
Sebagai contohnya saja, dengan dipilih jembatan rangka baja dan
sekaligus metode erection tipe kantilever, maka dapat diketahui
bahwa rangka baja itu sendiri yang dijadikan alat angkat secara
tidak langsung pada proses konstruksi jembatannya. Jadi perlu
menjadi pertimbangan, karena dibutuhkan dua bentang jembatan
rangka baja yang identik (lihat Gambar 1.56), maka tentu perlu
dipilih sistem mana yang paling optimal, pelaksanaan jembatan
dua bentang permanen, atau yang satu bentang dibongkar lagi jika
jembatan bentang utamanya telah menyebrang melewati sungai.

Bab 1. Prospek dan Kendala


64
Gambar 1.56 Metode erection tipe kantilever dalam dokumen perencanaan

Metode ereksi jembatan tipe kantilever sangat ekonomis khusus-


nya jika terdiri beberapa bentang sekaligus, proses pelaksanaan
seri, satu demi satu, tanpa alat berat. Sebagai contoh lihat proses
konstruksi jembatan Berbak, Jambi, pada Gambar 1.57.

Gambar 1.57 Proses erection jembatan Berbak, Jambi (Sumber: L. Hidayat)

Wiryanto Dewobroto - Struktllr Baja


65
Jadi adanya metode pelaksanaan yang sekaligus dengan dokumen
perencanaan akan menyebabkan persyaratan ideal pelaksanaan,
termasuk K3 dapat ditentukan sebelum kontrak ditanda-tangani.
Dengan demikian, tidak mengherankan jika pelaksanaan proyek
konstruksi bangunan jembatan akan lebih tertata dan lancar.
1.9. Perawatan Bangunan Baja
Jangan anda bayangkan ketika kegiatan konstruksi bangunan baja
selesai, maka tidak periu perhatian lagi, dianggap bangunan siap
untuk dipakai selama-lamanya. Jika demikian, tidak lama setelah
dibangun ternyata rusak, apakah itu berarti umurnya tiba seperti
orang yang mati sehingga akhirnya dikatakan sudah nasibnya.
Ada juga orang yang berpendapat bahwa umur bangunan itu ter-
batas, misalnya angka 50 atau 100 tahun, sehingga ketika umur
tersebut tercapai maka bangunannya harus dibongkar. Itu berita
yang sering terdengar yang disampaikan kepada awam. Sila ada
suatu kerusakan bangunan, langsung dikaitkan dengan umurnya.
Jadi ketika ditemukan bahwa umurnya sudah 50 tahun atau angka
yang lain, maka kemudian itu dianggap sebagai suatu kewajaran,
maklum sudah waktunya.
Apakah memang seperti itu yang terjadi. Padahal standar peren-
canaan, apakah itu SNI atau AISC tidak pernah mendefinisikan
secara jelas bahwa usia perencanaannya akan terbatas, sehingga
pada usia tertentu harus dibongkar, bandingkan hal berikut.

a). Bantar Lama - Yogjakarta (193 2) b). Roebling - Ohio (1867)


Gambar 1.58 Jembatan-jembatan tu a di dunia

Bab 1. Prospek da n Ke ndala


66
Jembatan Bantar Lama yang ada di Yogyakarta berumur 79 tahun,
saat ini kondisinya hanya boleh dilewati sepeda atau pejalan kaki,
sedangkan jembatan Roebling di Ohio telah berumur 144 tahun,
meskipun lebih tua terlihat berfungsi lebih baik. Oengan demikian
usia suatu bangunan tidak dapat dijadikan patokan, apakah suatu
bangunan harus dibongkar atau tidak.
Faktor apa yang menyebabkan itu, pada bagian perencanaan atau
pelaksanaan, kiranya tidak ada yang disebutkan. Padahal yang
membedakan adalah faktor perawatannya. Nah disinilah peran
adanya perawatan yang baik atau tidak dari bangunan konstruksi.
Jika perawatannya baik, maka dapat dipastikan dapat berfungsi
sampai tidak terbatas, tentu selama pemakainya masih suka dan
masih diperlukan, maka bangunan diyakini masih ada. Untuk
itu suatu bangunan boleh saja berganti fungsi, jika dahulu alat
penghubung transportasi penting (jembatan), sekarang berubah
menjadi daya tarik pariwisata (monumen) pendulang devisa.
Tindakan perawatan baja di jembatan lebih urgent dibanding
gedung, sebab [a] pembebanan jembatan variasinya lebih tinggi
dan berisiko terhadap fatigue, [b) lokasinya di tempat terbuka
sehingga rentan terhadap pengaruh lingkungan alamo Jadi adanya
ketidak-sempurnaan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan
akan mengakibatkan biaya perawatan lebih tinggi.
Oi Amerika, persyaratan untuk memeriksa secara periodik semua
jembatan pad a jalan umum telah dibuat dan dijadikan peraturan,
yaitu National Bridge Inspection Standards (NBIS). Untuk itulah,
semua jembatan di jalan raya umum (termasuk gorong-gorong)
dengan bentang lebih dari 6 m, diperiksa minimal setiap 24 bulan.
NBIS juga mensyaratkan kualifikasi pelaksana, khususnya mana-
jer dan ketua teamnya, yaitu harus terakreditasi, dan punya bebe-
rapa tahun pengalaman. Sebagai tam bahan, inspektornya harus
lulus Safety Inspection of In-Service Bridges (FHWA-NHI-130055),
training singkat dua minggu komprehensif yang diselenggarakan
pemerintah melalui Federal Highway Administration (FHWA).
Jadi yang namanya perawatan, khususnya jembatan, tidak sekedar
berupa pekerjaan pengecatan rutin, yang umum dipahami awam.
Perawatan yang dimaksud merupakan program terstruktur, rutin,
yang dimulai dari pemeriksaan fisik pada struktur jembatan yang
dilakukan secara profesional. Pemeriksaan cara visual merupakan
standar rutin yang dikerjakan, tetapi jika perlu dilakukan juga uji
nondestructive evaluation (NO E), seperti uji Eddy Current (EC), uji

Wirya nto Dewobroto - Struktur Baja


67
vibrasi Ultrasonic, Infrared Thermography (IR), Radiography, atau
Acoustic Emissions. Adanya berbagai prosedur proses perawatan
tentunya perlu kompetensi tertentu dan tidak bisa sembarangan.

Gambar 1.59 Uji Ultrasonik pada Jembatan Baja (Sumb er: www.fhwa.dot.gov)

Prosedur seperti di atas memungkinkan deteksi dini potensi terja-


dinya kerusakan pada strukturnya, sehingga selanjutnya dapat di-
lakukan tindakan pencegahan atau bahkan perbaikan. Jadi wajar
saja jika bangunan yang terawat dapat berumur sangat panjang.
1.10. Tulisan Tentang Baja
1.10.1. Pentingnya tulisan dan publikasi
Menulis adalah suatu bentuk komunikasi paling penting, karena
apa yang ada di dalam pikiran penulis dapat diekspresikan dalam
bentuk materi untuk dimengerti oleh orang lain, tanpa memerlu-
kan kehadiran penulisnya. Jadi tulisan juga adalah dokumentasi
pikiran. Karena dapat disimpan, maka isi pikiran-pikiran terse but
akhirnya dapat terakumulasi. Tidaklah heran jika dari tulisan itu
pula maka masa depan masyarakat (yang membaca) akan terpe-
ngaruh. Sebagaimana materi bab ini tentang prospek dan kendala
konstruksi baja juga bisa langsung diketahui dari membacanya.
Adanya keinginan untuk memasyarakatkan (membuat populer)
pemakaian konstruksi baja di tanah air ini rasanya hanya dapat
terwujud jika didukung oleh ketersediaan tulisan-tulisan positip
tentang hal terse but. Penyelenggaraan seminar-seminar baja juga
dianggap suatu upaya positip mewujudkan ide tersebut. Meskipun
keberhasilannya juga ditentukan oleh besarnya kuantitas penetra-
si ke masyarakat, variabelnya adalah jumlah peserta hadir dan
frekuensi penyelenggaraannya setiap tahunnya. Untuk itu jelas
diperlukan kerja keras, waktu dan yang tidak kalah pentingnya
adalah sponsor. Jadi perlu kerja sarna yang baik antara industri,
perguruan tinggi dan asosiasi profesi.

Bah 1. Prospek d a n Ke ndala


68
1.10.2. Ketersediaan tulisan ten tang baja
Dari uraian sebelumnya, banyak hal dapat diungkapkan berkaitan
konstruksi bangunan baja. Itu semua juga menunjukkan bahwa
agar hasilnya baik, dapat sesuai rencana, maka para pelaksananya
yang terlibat memerlukan keahlian yang cukup, dan itu memerlu-
kan waktu mempelajarinya. Untuk sesuatu yang populer atau do-
minan, maka tempat belajarnya tentu relatif mudah dibanding yang
tidak populer atau jarang. Itu terkait dengan banyaknya para ahli
untuk dijadikan guru tempat bertanya. Jika itu tidak ada, atau ada,
tetapi yang bersangkutan beralasan tidak punya waktu atau taku t
akan bertambah saingan bisnis, maka satu-satunya sarana belajar
adalah melalui buku-buku teks, jurnal-jurnal ilmiah atau publikasi
tertulis yang ada tentang hal itu.
Jadi ketersediaan literatur atau tulisan tentang konstruksi baja
dapat dikaitkan dengan banyak atau tidaknya profesional yang
akan menguasai materi tersebut. Jika banyak ahli baja maka bisa
saja material tersebut menjadi pilihan jika ada proyek konstruksi.
Jadi cukup wajar jika ingin mempopulerkan konstruksi baja pada
proyek konstruksi, maka dapat dilakukan dengan cara mempubli-
kasikan sebanyak mungkin literatur tentang baja atau terkait.
Keberadaan literatur baja dari mancanegara sebenarnya mudah
diperoleh dengan adanya internet, karena di dunia maya banyak
sekali ebook tentang baja yang dapat di download. Tetapi karena
ada kendala bahasa maka yang mendapatkan keahlian dari buku
itu akhirnya menjadi terbatas juga. Jadi alangkah baiknya jika ada
buku-buku baja yang berbahasa Indonesia.
Untuk itu siapa yang dapat diharapkan, tentu tidak mudah untuk
menjawabnya. Profesional yang ahli di bidang struktur baja di
Indonesia jelas pasti ada, tetapi yang mempunyai keahlian dan
sekaligus mampu menulis secara baik sehingga banyak yang mau
membaca tulisannya, tentu itu masalah yang berbeda. Cara mudah
mengatasinya adalah penerjemahan buku-buku asing yang telah
terbukti. Tetapi siapa yang mau mengusahakannya, karena untuk
itu diperlukan dana atau modal. Saat ini, kebanyakan yang ber-
inisiatif melakukan penerjemahan dan memasarkan buku yang
dimaksud adalah penerbit yang mengkhususkan diri pada buku-
buku teknik. Tetapi jika itu yang diharapkan, motivasi utamanya
adalah keuntungan finansial semata. Buku yang dipilihpun pasti
hanya buku-buku tertentu yang pasarnya ada, misalnya buku teks
untuk perguruan tinggi. Sedangkan buku tingkat lanjut (advance),

Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja


69
yang umumnya relatif berat dibaea awam atau tingkat mahasiswa
maka pasarnya relatif sangat sempit. Jadi kalau akan diterbitkan
berisiko tinggi untuk merugi. Untuk kasus-kasus ini maka menea-ri
penerbit yang mau adalah tidak mudah. Pendapat ini timbul atas
dasar pengalaman penulis saat meneari penerbit untuk buku-
bukunya (Dewobroto 2003, 2004, 2005, 2007).
Oleh karena itu, ada baiknya jika ada pihak yang mau memberikan
sponsor penerbitan buku-buku semaeam itu. Pihak itu tentunya
adalah yang punya modal besar dan mau berinvestasi untuk suatu
tujuan tertentu, yang tentunya lebih besar dari sekedar menda-
patkan keuntungan finansial dari penjualan buku-buku tersebut.
Penulis dalam hal ini berpendapat, bahwa pihak yang dimaksud,
yang paling coeok adalah konsorsium industri baja atau semaeam-
nya. Logikanya eukup jelas, investasi dalam bentuk penerbitan
buku-buku tentang baja atau yang terkait, nilainya tentu tidak
sebanding dengan terjadinya keuntungan finansial jika produk-
produk industri tersebut akhirnya dicari-eari orang untuk dipakai
pada konstruksi baja. Inilah yang mungkin disebut link-and-match
antara industri - praktisi - perguruan tinggi.
1.10.3. Literatur baja dan asosiasi profesi di USA
Apa yang disampaikan sebelumnya adalah bukan angan-angan,
tetapi memang suatu kondisi yang sudah terjadi di negara-negara
industri maju. Selanjutnya akan diambil sebagai studi kasus di
Amerika Serikat (dan juga Kanada), dimana ketersediaan literatur
yang terkait dengan produk baja, sangat melimpah. Kondisi itu
tidak bisa dilepaskan dari keberadaan asosiasi-asosiasi profesi
dan industri yang mewadahinya. Asosiasi-asosiasi tersebut saling
bahu-membahu membentuk komunitas saling menguntungkan,
antara industri, para praktisi lapangan (insinyur dan kontraktor)
maupun para peneliti dari lembaga riset profesional maupun dari
perguruan tinggi. Dari komunitas seperti itulah publikasi mereka
dimulai dan berkembang.
Amerika Serikat (dan Kanada), adalah negara maju yang industri
konstruksi bajanya relatif maju, bahkan mungkin lebih dominan
dibanding beton. Itu terjadi karena keberadaannya didukung oleh
banyaknya asosiasi-asosiasi profesi yang produktif, misalnya:
1. AISC (The American Institute of Steel Construction) - http://www.aisc.org
a. AISC Specification for Structural Steel Buildings [code / standar]
b. A[SC Engineering Journal Durnal ilmiah]
c. Steel Design Guide Series [kumpulan buku]
d. Modern Steel Construction [majalah ilmiah]

Bab 1. Prospek dan Kendala


70
2. AIST (The Association for Iron & Steel Technology) - http://www.aist.org
a. Iron & Steel Technology [majalah bulananl
b. AIST Directo ry Iron and Steel Plan ts Ibuku direktori]
C. AIST Scholarships and Grants Ibeasiswa]
d. AIST Conferences [program seminar]
3. A]SI (The American Iron and Steel Institute) - http://www.steel.org
a. Cold-Formed Steel Design Manual [code / standar]
b. Ferrous Metallurgy Education Today [FeMET] [beasiswal
C. SteelCycIes Environmental Education Materials [materi pendidikan]
4. ASCE (The American Society of Civi l Engineers) - http://www.asce.org
a. There are more than 60 published ASCE Standards.
b. There are more than 33 engineeri ng journals.
c. Books a nd CD-ROMs and the backlist of more than 1,000 titles.
d. Civil Engineering [majalah bulanan]
5. ASM (The American Society of Metals) - http://www.asminternational.org
a. Metallurgical and Materials Transactions A Uurnal ilmiah]
b. Metallurgical and Materials Transactions B Uurnal ilmiah]
C. ASM Handbook Set (26 Volumes + Index) [bukul
d. The History of Sta inless Steel [bukul
6. AWl (The American Welding Institute) - http://www.altraininspections.com
a. Self Study Course [kursus]
b. Gas Metal Arc Welding (GMAW - MIG) [kursus)
C. Certified Welding Inspector Prep Course, Seminar & Test [seminar / kursus)
7. AWS (The American Welding Society) - http://www.aws.org
a. Structural Welding Code - Steel [code / standar]
b. Welding Journa l Uurnal]
C. Welding Journal Research Supplement Uurnal]
d. Welding Handbook. [buku]
8. CISC (T he Canadian Institute of Steel Construction) - http://www.cisc-icca.ca
a. C)SC Code of Standard Practice Icode / standar)
b. Limit States Design in Structural Steel [buku)
c. Advantage Steel [majalah)
d. Avantage Acier [majalah versi bahasa Perancis)
9. IFI (The Industrial Fasteners Institute) - http://www.indfast.org
a. IFI Fastener Technology Handbook [buku)
b. Metric Fastener Standards, 3 rd Edition [buku)
c. ISO Metric Screw Thread and Fastener Handbook [digital download]
10. JFLF (The James F. Lincoln Arc Welding Foundation) - http://www.jflf.org
a. Design of Welded Structures [buku)
b. Weld Steel Bridges [bukul
c. Gas Tungsten Arc Welding Guide Book (JFLF-834) [buku]
11. MBMA (The Metal Building Manufacturers Association) - http://www.mbma.com
a. 2006 Metal Building Systems Manual [buku)
b. 2010 Supplement to the 2006 Metal Building Systems Manual [buku]
c. Seismic Design Guide for Metal Building Systems [buku)
d. Fire Resistance Des ign Guide for Metal Building Systems [buku)
12 . ML/SFA (The Metal Lath / Steel Framing Association)
a. Light Gage Steel Framing SpeCifications [booklets]

Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja


71
13. NAAMM (The National Association of Architectural Metal Manufacturers) -
a. Metal Finishes Manual [bukul
b . Pipe Railing Manual [buku)
14. NACE (The National Association of Corrosion Engineers) - http://www.nace.org
a. NACE - CORROSION Uurnal ilmiah)
b. Performance (MP) [majalah bulanan)
c. Coatings Pro [majalah dwi-bu lanan)
d . CorrDefense [majalah online)
e. ANSI/NACE No. 13/SSPC-ACS-1 Industrial Coating and Lining Application
Specialist Qualification and Certification [code / standar)
15. NEA (The National Erectors Association) ~ TAUC (The Association of Union
Constructors) - http://www.tauc.org
a. The Construction User [majalah triwulan)
b. The Quality Construction Alliance [konferensi tahunan)
c. The Importance of Safety [video)
16. NISD (The National Institute of Steel Detailing) - http://www.nisd.org
a . NISD Guidelines for Successful Presentation of Steel DeSign Documents
[bookletsl
b. NISD Industry Standard [bukul
c. Hot Dip Galvanizing "What We Need To Know" [buku)
d. Painting And Fireproofing "From a Detailer's Perspective" [buku)
17. SOl (The Steel Deck Institute) - http://www.sdi.org
a. Design Manual for Composite Decks, Form Decks and Roof Decks [bukul
b. SDI Manual of Construction with Steel Deck - No. MOC2 [buku)
c. Composite Steel Deck Design Handbook - No. CDD2 [bukul
18. SjI (The Steel joist Institute) - http://steeljoist.org
a. Standard Specifications for Open Web Steel joists, K-Series [bukul
b. First Edition Composite Steel joist Catalog (2007) [bukul
c. TECHNICAL DIGEST [kumpulan buku)
19. SPFA (The Steel Plate Fabricators Association) - http://www.steeltank.com
a. Standard for Aboveground Tanks [code / standarl
b. Standard for Dual Wall Underground Steel Storage Tanks [code / standar)
C. Handbook of Storage Tank Systems [bukul
d. Basic Safety Rules for Fabrication, Field Erection, and Warehousing [Bookletsl
20. SSPC (The Steel Structures Painting Council) - http://www.sspc.org
a. Good Painting Practice, SSPC Painting Manual. Volume 1 [standarl
b. Systems and Specifications - SSPC Painting Manual. Volume 2 [standar)
C. Corrosion and Coatings [bukul
d. Corrosion Prevention by Protective Coatings [bukul
e. SSPC Training Programs from A-Z [training)
21. STI (The Steel Tube Institute of North America) - http://www.steeltubeinstitute.org
a. HSS_connex [software computerl
b. Applications/Case Studies [booklets)
C. Cost Comparison /Brochure/Case Studies [booklets)
d. Metric Dimensions and Section Properties of Rectangular HSS [booklets)
e. Designs for the 21 ,t Century [video clips)
22 . WRC (The Welding Research Council)
a. Welding Research Council Bulletin [buletin)
b. Weldability of Steel [bukul

72 Bab 1. Prospek dan Kendala


Daftar di atas memuat berbagai nama asosiasi profesi dan industri
yang dapat dikaitkan dengan konstruksi baja, serta produk tulis
atau publikasinya di Amerika. Daftar yang dibuat bisa saja belum
lengkap, meskipun sudah mencukupi untuk dijadikan petunjuk awal
bahwa promosi terkait produk konstruksi baja tidak hanya kerja
keras industri baja saja, tetapi menyeluruh oleh segenap asosiasi
profesi yang terlibat, dan ditunjang produktivitas publikasi tertulis
yang dapat dengan mudah diakses anggota maupun umum.

Ga mba r 1.60 Bebe rapa Sa mpul Maj ala h te n ta ng Konstruksi Baja

Jadi bukti-bukti tersebutmenunjukkan bahwa ada korelasi yangkuat


antara ketersediaan publikasi dan pengetahuan masyarakat terkait
materi pada publikasi tersebut. Jadi jika produk baja ingin dikenal
dan dapat menjadi pilihan masyarakat (yang berminat) maka perlu
dipikirkan dan diusahakan, bagaimana agar ketersediaan publikasi
terkait dengan produk baja dan pemakaiannya, meningkat. Untuk
itu perlu diusahakan kerjasama antara industri, asosiasi profesi
dan jangan dilupakan juga para akademisi di perguruan tinggi.
1.11. Kesimpulan
Telah diungkap banyak hal terkait pemakaian material baja pada
konstruksi bangunan, khususnya gedung dan jembatan. Kendala-
kendala baik dalam hal perencanaan maupun pelaksanaan yang
perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan permasalahan, juga hal-
hal yang menjadi prospek keunggulannya sehingga dapat dijadikan
bahan pemikiran lebih lanjut. Selain kendala teknis terungkap juga
adanya kendala non-teknis, seperti ketersediaan publikasi tertulis
berbahasa Indonesia yang masih terbatas. Meskipun itu terkesan
sepele dan sangat umum, tetapi diyakini jika dapat dikelola dengan
baik akan jadi alat efektif mempromosikan material baja, sekaligus
sebagai sumber pembelajaran untuk peningkatan kompetensi
bagi s.d.m di industri konstruksi. Harapannya tentu agar insinyur
Indonesia dapat menjadi tuan di negerinya sendiri.

Wiryanto De wo bl'oto - Stl'lI ktllr Baja


73

Anda mungkin juga menyukai