Anda di halaman 1dari 48

BAB III

HASIL KAJIAN

A. Profil dan Gambaran Umum Ruang PICU RSUD KOTA Mataram


1. Profil Rumah sakit
Rumah sakit umum kota mataram merupakan salah satu
rumah sakit milik pemerintah kota mataram yang terletak
di kecamatan mataram. Berdiri dilahan seluas 20.473 m2
dengan luas bangunan 7.063m2 . rumah sakit umum kota
mataram terletak di jalan raya bung karno pagutan, dengan
batas wilayah sebelah utara dan selatan berbatasan dengan
komplek pertokoan bungkarno, sebelah barat berbatasan
dengan jalan raya bungkarno pagutan, dan sebelah timur
berbatasan dengan perumahan gebang mataram.
Rumah sakit umum kota mataram mulai beropersional
dan memberikan pelayanan pada masyarakat sejak maret 2010
berdasarkan surat keputusan walikota nomor:163/11/2010
tentang ijin penyelenggaraan operasional pelayanan.
1. Jenis-jenis Pelayanan Kesehatan
a. PELAYANAN GAWAT DARURAT
1) Instalasi Gawat Darurat ( IGD )
2) Pelayanan Ambulance
b. PELAYANAN PERAWATAN INTENSIVE:
1) Intensive Care Unit ( ICU )
2) Intensive Cardiac Care Unit (ICCU)
3) Neonatal Intensive Care Unit ( NICU )
4) Pediatric Intensive Care Unit (PICU)
c. PELAYANAN RUANG OPERASI:
1) Instalasi Bedah Sentral
d. PELAYANAN RAWAT INAP
1) Rawat Inap Kelas I, II dan III
2) Rawat Inap Kelas VIP dan VVIP (Gedung Graha
Mentaram)
e. PELAYANAN RUANG BERSALIN dan NIFAS

f. PELAYANAN RAWAT JALAN


1) Poliklinik Eksekutif
2) Poliklinik Bedah
3) Poliklinik Bedah Tulang
4) Poliklinik Kandungan & Keperawatan
5) Poliklinik Penyakit Dalam
6) Poliklinik Anak
7) Poliklinik Bedah Anak
8) Poliklinik Saraf
9) Poliklinik Kulit & Kelamin
10) Poliklinik Mata
11) Poliklinik THT
12) Poliklinik Gigi Umum dan Spesialis (orthodentis,
periodentiaPenyakit Mulut& Bedah Mulut)
13) Poliklinik Rehabilitasi Medik & Fisioterapi
14) Poliklinik Gizi
15) Poliklinik Jantung
16) Poliklinik Paru
g. PELAYANAN POLI SPESIALIS SORE
1) Poliklinik Penyakit Dalam
2) Poliklinik Anak
3) Poliklinik Saraf
4) Poliklinik Bedah Anak
5) Poliklinik Jantung
6) Poliklinik THT
7) Poliklinik Kandungan ( Obgyn )
h. PELAYANAN PENUNJANG
1) Instalasi Farmasi
2) Instalasi Laboratorium
3) Instalasi Radiologi
4) Instalasi Gizi
5) Instalasi Kesehatan Lingkungan
6) Instalasi Perawatan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
7) Rekam Medis
8) Instalasi CSSD
9) Kamar Jenazah
i. Hemodialisa
j. Mataram Emergency Medical Service : Pelayanan
Penanganan dan Penjemputan Pasien Gawat Darurat GRATIS
Hotline Call (0370) 620009 / 081907455552
k. STROKE CENTER
l. BDRS ( Bank Darah Rumah Sakit )
m. Terapi Hiperbarick Chamber
n. Cathlab
o. Laboratorium Inseminasi
p. Pendaftaran Online DALOKET ONLINE
q. Pengantar Obat RSUD KOTA MATARAM

2. Motto, Visi, Misi, dan Tujuan Ruang PICU


a. Wawancara
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 22
April 2019, bahwa kepala ruangan mengatakan untuk
ruangan PICU belum mempunyai Visi Misi ruangan
tersendiri, ruangan masih menggunakan Visi Misi umum
dari Rumah Sakit.
b. Observasi
Dari hasil observasi, bahwa belum terlihat adanya
visi misi tersendiri dari ruangan PICU
c. Masalah
Dari hasil wawancara dan observasi, bahwa ruang
PICU tidak memiliki Visi Misi ruangan tersendiri

3. Profil Ruangan PICU


1. Data Umum Ruangan
Ruangan PICU merupakan salah satu ruangan intensif
rawat inap di RSUD Kota Mataram yang melayani
perawatan pasien . Ruang PICU terletak di lantai dua .
Hasil observasi tanggal 22 April 2019 ruang PICU
memiliki kapasitas 1 ruangan ,4 Bed . Ruang PICU RSUD
Kota Mataram di pimpin oleh karu, katim, penanggung
jawab shift dan perawat pelaksana. Di ruang PICU
terdapat 1 KARU, 2 KATIM, dan 7 perawat associate.
B. UNSUR INPUT/MASUKAN
1. Tenaga dan pasien (M1-Man)
1) Pasien
a) Wawancara
Dari hasil wawancara kepada kepala ruangan
mengatakan jumlah pasien per bulan yang masuk
lebi kurang 20 pasien.
b) Observasi
Ruang PICU adalah ruang rawat Intensif yang
terdiri dari pasien anak. Jumlah pasien yang
dirawat selama periode April sampai dengan Maret
2019 dapat dilihat pada tabel

Tabel 1.1 Distribusi Jumlah Pasien di Ruang PICU


RSUD Kota Mataram Periode Januari Sampai Maret
2019
No Bulan Jumlah (orang) Persentasi
%
1 Januari 22 orang 32,3%
2 Februari 19 orang 27,9%
3 Maret 27 orang 39,7%
Jumlah 68 orang 100%
Sumber: buku Register Pasien
Dari tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa
jumlah pasien yang berkunjung ke Ruang PICU RSUD
Kota Mataram dalam 3 bulan terakhir adalah 68
pasien dengan rata-rata perbulannya ± 22 orang,
dan selalu terisi penuh.

2) Tingkat kepuasan pasien


a. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat di
ruang PICU, bahwa kuisioner tingkat kepuasan
pasien tidak ada persediaan di ruangannya,
melainkan hanya disediakan oleh manajemen dari
rumah sakit itu sendiri.
b. Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan di ruang
PICU, tidak ada dibagikan kuisioner tentang
kepuasan pasien di ruangan tersebut
c. Masalah
Dari hasil wawancara dan observasi yang
dilakukan di ruang PICU, bahwa ada masalah
terhadap tingkat kepuasan pasien di ruangan
tersebut, karena ruangan PICU belum menyediakan
kuisioner untuk mengetahui tingkat kepuasan
pasien terhadap pelayanan dan fasilitas yang
diberikan di ruangan tersebut.
3) Penyakit
a. observasi
Jumlah penyakit terbanyak selama periode
Januari 2019 sampai dengan Maret 2019 dapat
dilihat pada table.

Tabel 1.2 Distribusi Jenis Penyakit Terbanyak Di


Ruang PICU RSUD Kota Mataram Periode Januari,
Februai, Maret 2019
No Jenis penyakit Jumlah Persentase %
1 Post op 20 30,7 %
2 Pneumonia berat 18 27,7 %
3 DHF 11 16,9 %
4 Anemia 4 6,2 %
5 PJB 3 4,6 %
6 Hernia 2 3,1 %
7 KDS 2 3,1 %
8 Epelipsi 2 3,1 %
9 Febris 2 3,1 %
10 Hipoglikemia 1 1,5 %
Jumlah 65 100%
Sumber: Data Primer Ruang PICU
Berdasarkan tabel 1.2 diatas dapat diketahui
10 penyakit terbanyak periode bulan Januari sampai
Maret 2019, kasus terbanyak adalah Post op dengan
presentase 30,7%.

4) Mahasiswa praktik
a) observasi

Tabel 1.3 Distribusi Data Mahasiswa Praktik Di


Ruang PICU RSUD Kota Periode April 2019
No Institusi Jumlah Lama
1 STIKES MATARAM 14 ORANG 3 MINGGU

Berdasarkan tabel 1.3 diatas pada saat


pengkajian yaitu pada tanggal 22 April 2019 terdiri
dari mahasiswa Stikes Mataram berjumlah 14 orang.
Karakteristik seimbang dengan jumlah pembimbing
yang ada dimana jumlah pembimbing yang ditunjuk
berjumlah 1 pembimbing untuk mahasiswa praktikan.

5) Sistem Rujukan Kesehatan


a. Wawancara
Dari hasil wawancara kepada kepala ruangan,
bahwa asal rujukan dari bulan Januari sampai Maret
2019 ada rujukan dari ruang IGD, IRNA 1A, IRNA
IIIA, OK, NICU dan IB.
b. Observasi
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram merupakan
Rumah Sakit yang mempunyai izin operasional
Kepmenkes dimana berfungsi sebagai pemberi
pelayanan medis, pelayanan penunjang medis dan non
medis, pelayanan dan asuhan keperawatan, pendidikan
dan penelitian, pelayanan rujukan ke luar Rumah
Sakit maupun menerima rujukan dari instansi
pelayanan kesehatan lainnya .

Tabel 1.4 Jumlah asal rujukan pasien selama periode


januari sampai dengan Maret 2019 dapat dilihat pada
tabel
Jumlah Prosentase
Asal Rujukan
No (Orang) (%)
1 1A 2 2.9%
2 IGD 18 26.5%
4 III A 19 27.9%
5 1B 4 5.9%
6 OK 20 29.5%
7 IRNA 2 4 5.9%
10 Nicu 1 1,4%
Jumlah 68 100%

Dari data diatas dapat dilihat bahwa asal


rujukan pasien pada bulan Januari 2019 hingga Maret
2019 di ruang PICU RSUD Kota Mataram dapat dilihat
bahwa asal rujukan tertinggi adalah OK yaitu
sebanyak 20 orang dengan persentase 59,5%.

6) Ketenagaan
a) Wawancara
Dari hasil wawancara yang dilakukan, bahwa
perawat yang tingkat pendidikan S1+Ners berjumlah 4
orang, yang S1 berjumlah 3 orang dan pendidikan D3
berjumlah 3 orang.
b) Observasi
Dari hasil observasi dapat dilihat pada table
dibawah ini
Tabel 1.5 Distribusi tenaga keperawatan berdasarkan
tingkat pendidikan diruang PICU Kota Mataram

No Kualifikasi Jumlah Persentase


%
1 S1 keperawatan NERS 4 40%

2 S1 Keperawatan 3 30%

3 D3 Keperawatan 3 30%

Jumlah 10 100%

Berdasarkan table 1.5 jumlah perawat dengan


pendidikan terbanyak S1+Ners 4 orang dengan
presentasi 40%, S1 keperawatan 3 orang dengan
presentasi 30%, dan D3 keperawatan sebanyak 3 orang
dengan presentasi 30%.

Dimana latar belakang kepala ruangan adalah S1+Ners


keperawatan.

Tabel 1.6 Distribusi tenaga non keperawatan


berdasarkan tingkat pendidikan diruang PICU RSUD
Kota Mataram
No Klasifikasi Jumlah Persentase%
1 Dokter Umum 2 orang 14,3%

2 Dokter Spesialis 5 orang 35,8%

3 Tenaga administrasi 1 orang 7,1%

4 Apoteker 1 orang 7,1%

5 Asisten Apoteker 1 orang 7,1%

6 Ahli Gizi 1 orang 7,1%

Jumlah 12 orang 100%

Berdasarkan tabel 1.5 dapat dilihat bahwa


tingkat pendidikan perawat diruang PICU RSUD Kota
Mataram dokter spesialis 5 orang dengan presentasi
35,8%, dokter umu 2 orang dengan presentase 14,3%,
tenaga administasi 1 orang dengan presentasi 7,1%,
apoteker 1 orang dengan presentasi 7,1%, asisten
apoteker 1 orang dengan presentase 7,1%,ahli gizi 1
orang dengan prsentasi 7,1%.

7) Jumlah ketenagaan
Tabel 1.7 Jumlah Keperawatan Berdasarkan
Klasifikasi Ketergantungan Pasien Menurut Douglas

Kebutuhan Perawat
Klasifikasi
Pagi Sore Malam
Maksimal 5 3 3
Sumber: Douglas (1984)
Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan
pasien terhadap keperawatan berdasarkan kriteria
sebagai berikut:
a. Perawatan minimal memerlukan waktu 1 – 2 jam/24
jam, dengan kriteria:
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian
dilakukan sendiri
2. Makan, minum dilakukan sendiri
3. Ambulasi dengan pengawasan
4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap
shiftt
5. Pengobatan minimal, status psikologi
stabil
6. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
b. Intermediate memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam
dengan kriteria
1. Kebersihan diri dibantu, makan minum
dibantu
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam
3. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari
sekali
4. Folley kateter, intake output dicatat
5. Klien dengan pemasangan infus, persiapan
pengobatan memerlukan prosedur.
c. Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu
5-6 jam/24 jam dengan kriteria:
1. Segala diberikan atau dibantu
2.Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital
tiap 1 jam
3. Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra
vena
4. Pemakaian suction

Menurut Depkes (2002)


Klasifikasi kategori asuhan keperawatan
menurut Depkes:
1) Asuhan Keperawatan Minimal
(a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian
dilakukan sendiri
(b) Makan dan minum dilakukan sendiri
(c) Ambulasi dengan pengawasan
(d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan
setiap shift
2) Asuhan Keperawatan Sedang
(a) Kebersihan diri dibantu, makan minum
dibantu
(b) Observasi tanda-tanda vital tiap empat
jam
(c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari
sekali
3) Asuhan Keperawatan Berat
(a) Sebagian besar aktivitas dibantu
(b) Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam
sekali
(c) Terpasang folley kateter, intake output
dicatat
(d) Terpasang infus
(e) Pengobatan lebih dari sekali
(f) Persiapan pengobatan perlu prosedur
4) Perawatan Maksimal
(a) Segala aktivitas diberikan perawat
(b) Posisi diatur
(c) Observasi tanda-tanda vital tiap dua jam
(d) Makan memerlukan NGT, terapi intra vena
(e) Penggunaan suction
(f) Gelisah/disorientasi
 Penghitungan tenaga perawat berdasarkan:
(a) Tingkat ketergantungan pada pasien
berdasarkan jenis kasus
(b) Rata-rata pasien perhari
(c) Jam perawatan yang diperlukan per
hari per pasien
(d) Jam perawatan yang
diperlukan/ruangan/hari
(e) Jam efektif setiap perawat 7 jam/hari
Kebutuhan tenaga perawat di unit perawatan
menggunakan rumus:
Kebutuhan tenaga I
= jumlah jam perawatan di ruang/hari
Jam efektif perawat
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu
ditambah (faktor koreksi) dengan: Hari
libur/cuti/hari besar (Loss day).
Loss day = jml hr mg dlm 1 thn + cuti + hr besar
Jml hari kerja efektif
Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan
non keperawatan diperkirakan 25 % dari jam
pelayanan keperawatan.
Faktor koreksi
= (kebutuhan tenaga I + Loss day) x 25 %
100

a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan,
mengatakan bahwa tingkat ketergantungan pasien di
ruang PICU adalah total care, dimana semua kebutuha
pasien dibantu semua, dan untuk ketenaga kerjaannya
1 perawat memegang 2 pasien.
b) Observasi
Dari hasil observasi tingkat ketergantungan pasien
di ruang picu dan kebutuhan ketenaga kerjaan dapat
dilihat pada table dibawah.
Tabel 1.8 Tingkat kebutuhan tenaga perawat berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien tanggal 21-23 April 2019 diruang PICU
RSUD Kota Mataram
Klasifikasi pasien Jumlah kebutuhan tenaga
Tingkat
Jumlah Pagi Sore Malam
Ketergantungan
Total 4 :4 x0.70 :4 x 0.60 :4
:2.8 :2.4 x0.40 :
1.6
Jumlah 4 3 2 2
Total tenaga perawat:
Pagi : 3 orang
Sore : 2 orang
Malam: 2 orang +
7 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari 86x8= 3 org
297

Keterangan:
Angka 86 merupakan jumlah hari tak kerja dalam 1
tahun, sedangkan 297 adalah jumlah hari kerja
efektif dalam 1 tahun.
c) Masalah
Berdasarkan hasil observasi di dapatkan bahwa
kebutuhan tenaga kesehatan di ruang PICU RSUD Kota
Mataram pada tanggal 22 April 2019 adalah 11 orang,
sedangkan jumlah tenaga kesehatan yang ada di PICU
RSUD Kota Mataram adalah 10 orang.
Jadi jumlah total perawat yang di butuhkan
untuk bertugas di ruangan PICU RSUD Kota Mataram
adalah 7 orang + 3 orang lepas dinas + 1 orang
kepala ruangan = 11 orang.
Menurut Abdul Latif (2016), kebutuhan
ketergantungan pasien dengan total care adalah 1:1,
yang berarti jumlah perawat yang bertugas diruang
PICU masih kurang.
8) Kepuasan kerja perawat
1. Motivasi
Menurut Rowland (1997), fungsi manajer dan
meningkatkan kepuasan kerja staf didasarkan
pada factor-faktor motivasi, yang meliputi:
a. Keinginan untuk peningkatkan
b. Percaya bahwa gaji yang didapat sudah
mencukupi
c. Memiliki kemampuan pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai yang diperukan
d. Umpan balik
e. Instrument penampilan untuk promosi, kerja
sama dan peningkatan penghasilan.
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat di
ruang PICU, tingkat kepuasan kerja perawat di
ruangan dilakukan dengan cara penilaian
menggunakan kuisioner dan dilakukan hanya 1 kali
setahun.
b) Observasi
Menurut hasil observasi yang dilakukan oleh
mahasiswa diruang PICU bahwa penilain tingkat
kepuasan kerja perawat dilakukan hanya 1 kali
dalam setahun
c) Masalah
Menurut hasil wawancara dan observasi yang
dilakukan, bahwa penilaian tingkat kepuasan
kerja perawat di ruang PICU hanya dilakukan 1
kali setahun, yang seharusnya menurut standar
penilaian tingkat kepuasan kerja perawat
dilakukan 2 kali setahun.
9) Pelatihan Tenaga Keperawatan
a) Wawancara
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan, bahwa
perawat yang mengikuti pelatihan khusus PICU / yang
memiliki sertivikat pelatihan hanya 2 orang saja,
dan 8 orangnya belum memiliki sertivikat pelatihan
khusus.
b) observasi
Tabel 1.9 Distribusi Pelatihan yang Dilakukan Oleh
Tenaga Keperawatan di Ruang PICU RSUD Kota Mataram
No Jenis Pelatihan Sudah mengikuti %
Pelatihan pediatrik
1 2 Orang 20%
intensif care unit
2 Inhouse training 8 orang 80%
Jumlah 10 0rang 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa


tenaga keperawatan di Ruang PICU RSUD Kota Mataram
yang telah mengikuti pelatihan PICU (pediatrik
intensif care unit) 2 orang dan Inhouse training
sebanyak 8 orang .
c) Masalah
Berdasarkan hasil wawancara dan Observasi,
bahwa ada masalah terhadap pelatihan yang dilakukan
oleh tenaga keperawatan diruang PICU, dimana semua
perawat harus mengikuti pelatihan / memiliki
sertivikat pelatihan khusus PICU, resusitasi
jantung paru, terapi oksigen pengelolaan jalan
napas termasuk intubasi trakeal dan penggunaan
ventilator. Seharusnya semua perawat yang bekerja
di ruang PICU seharusnya memiliki standar pelatihan
PICU.
2. Material(M2-Material)

a. Kajian Data
Data berikut ini adalah hasil pengkajian dan observasi
alat-alat :

Tabel 1.11 Distribusi Alat Medis Ruang PICU RSUD Kota


Mataram
Keterangan
No Nama Alat Jumlah Baik Kurang Baik Rusak
1 Stetoskop 2 2 0 0

2 Tensi Airaksa 2 2 0 0

3 Bak instrument 1 1 0 0

4 Pinset sirugis 1 1 0 0

5 Gunting 1 1 0 0
anatomis
6 Klem 1 1 0 0

7 Bengkok 2 2 0 0

8 GDS 1 1 0 0

9 Gunting 2 2 0 0
Plester
10 Torniket 2 2 0 0
11 Troli 5 5 0 0

12 O2 Mobile 1 1 0 0

13 Syringe pump 6 6 0 0

14 Nebulizer 1 2 0 0

15 Thermometer 1 1 0 0

16 Kom kecil 1 1 0 0
17 Infus pump 10 10 0 0
18 Ventilator 3 3 0 0
19 Incubator 1 1 0 0
20 Monitor 5 5 0 0
21 EKG 1 1 0 0
22 Sipep 0 0 0 0
Jumlah 50 50 0 0

Tabel 1.12 Distribusi Alat Non Medis Ruang PICU


RSUD Kota Mataram
Keterangan
No Nama Alat Jumlah Baik Kurang Baik Rusak
1 Bed Pasien 4 4 0 0
3 Sprei 16 16 0 0
4 Sarung Bantal 16 16 0 0
5 Sarung Bantal 10 10 0 0
Guling
6 Perlak 17 17 0 0
7 Tiang Infus 4 4 0 0
8 Lemari Pasien 4 4 0 0
9 Lemari Alat 1 1 0 0
10 Lemari Linen 1 1 0 0
11 Meja 1 1 0 0
12 Kursi Kantor 2 1 1 0
13 Kursi Plastik 4 4 0 0
14 Komputer 1 1 0 0
15 Rak Sepatu 1 1 0 0
16 Bak Sampah 3 3 0 0
17 Handrub 9 9 0 0
18 Jam dinding 1 1 0 0
19 AC 2 1 0 0
20 Computer 1 1 0 0
21 Kulkas 1 1 0 0
22 Kaca 9 9 0 0
23 Wastafel 1 1 0 0
24 Horden 6 6 0 0
25 Pintu 3 3 0 0
26 Tas BDRS 1 1 0 0
27 Lampu 8 8 0 0
28 Colokan 24 24 0 0
29 Keset 2 2 0 0
30 Karpet 1 1 0 0
31 Kalkulator 1 1 0 0
32 Sapu 1 1 0 0
33 Kerajang obat 4 4 0 0
pasien
34 Container 9 9 0 0
35 Loket perawat 2 2 0 0
36 Tempat tidur 1 1 0 0
perawat
37 Ruang tunggu 0 0 0 0
keluarga
38 Toilet 0 0 0 0
39 Wastafel 0 0 0 0
Jumlah 76 75 1 0

a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat picu

terekait kondisi diruangan bahwa benar di ruangan

tersebut untuk alatnya masih banyak yang kurang


seperti Sipep, Ruang tunggu keluarga pasien, Toilet,

ruang tindakan, tempat linen kotor, bak instrument dan

lain sebagainya.

b) Observasi/Analisa Data
Berdasarkan tabel alat medis dapat dilihat bahwa
alat medis dapat digunakan dalam kategori baik
sebanyak. Sedangkan berdasarkan tabel alat non medis
dapat dilihat bahwa dari fasilitas ruangan yang ada
sudah cukup lengkap.
c) Masalah
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi

terekait kondisi diruangan terdapat masalah yaitu

masih banyak alat-alat yang belum ada seperti Sipep,

Ruang tunggu keluarga pasien, Toilet, ruang tindakan,

tempat linen kotor, bak instrument dan lain

sebagainya.
1. PROGRAM SENTRALISASI OBAT
Alur pelaksanaan sentralisasi obat

Dokter
Kordinasi dengan
perawat
Farmasi/apotik

Pasien/keluarga
- Surat perstujuan
setralisasi obat
dari perawat
PP/Perawat yang - Lembar serah terima
menerima obat
- Buku serah
terima/masuk obat
Pengaturan & pengelolaan
obat oleh perawat

Obat Minum/Oral Obat Injeksi

Pasien/keluarga Perawat
Pembagian Obat
a) Obat telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam
buku daftar pemberian obat.
b) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya
diberikan oleh perawat dengan memperhatikan
aluryang tercantum dalam buku daftar pemberian obat
dengan terlebih dahulu dicocokan dengan terapi yang
diinstruksikan dokter dan kartu obat yang ada pada
pasien
c) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam
obat, kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping.
Usahakan tempat atau wadah obat kembali ke perawat
setelah obat dikonsumsi. Pantau efek samping pada
pasien.
d) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap
pagi oleh kepala ruang atau petugas yang ditunjuk
kepada dokter penanggung jawab pasien.
 Penambahan Obat Baru
a) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis,
dosis atau perubahan alur pemberian obat, maka
informasi ini akan dimasukkan dalam buku masuk obat
dan sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu
sediaan obat.
b) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin
(sewaktu saja)

 Obat Khusus
a) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki
harga, yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian
yang cukup, besar atau hanya diberikan dalam waktu
tertentu/sewaktu saja.
b) Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu
khusus obat dilaksanakan oleh perawat ketua tim
c) Informasi yang diberikan kepada pasien atau
keluarga, nama obat, kegunaan obat, waktu
pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian
dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau
ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian.
Usahakan terdapat saksi dari keluarga saat
pemberian obat.
 Menyimpan Persediaan Obat
a. Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat,
jumlah obat dan menulis etiket dan alamat pasien
pasien. Penyimpanan stok (pesediaan) yang teratur
dengan baik merupakan bagian penting dari manejemen
obat. Obat yang diterima dicatat dalam buku besar
persediaan atau dalam kartu persediaan.
b. Sistem kartu persediaan.
Sebuah kartu pesediaan (kartu stok) kadang-kadang
digunakan untuk menggantikan buku besar
persediaan.Kartu ini berfungsi seperti seperti buku
besar persediaan, yakni neraca dikeseirnbangkan
dengan menambahkan barang yang diterima dan
mengurangi dengan jumlah barang ditempatkan pada,
halaman yang terpisah, tetapi dalam sistem kartu
persediaan, msing-msing barang dituliskan dalam
kartu yang terpisah.
c. Lemari obat
Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan
lemari obat serta lemari pendingin. Periksa
persediaan obat, pemisahan antara, obat untuk
penggunaan oral (untuk diminum) dan obat luar
(pedoman,1990). Manajemen rumah sakit perlu
dilengkapi dengan manajemen farmasi yang sistematis
karena obat sebagai salah satu bahan yang dapat
menyembuhkan penyakit tidak dapat diadakan tanpa
sistematika perencanaan tertentu.Obat harus ada,
dalam persediaan setiap rumah sakit sebagi bahan
utama dalam rangka mencapai misi utamanya sebagai
health provider.Menejemen farmasi rumah sakit
adalah seluruh upaya dan kegiatan yang dilaksanakan
di bidang farmasi sebagi salah satu penunjang untuk
tercapainya tujuan. Upaya dan kegiatan ini
meliputi: penetapan standart obat, perencanaan,
pengadaan obat, penyimpanan,
pendistribusian/saran/informasi tentang obat,
monitoring efek camping obat. Faktor kunci yang
perlu diperhatikan dalam pelayanan kepada pasien
meliputi :pelayanan yang cepat, ramah yang baik
(yoga, 2003). Obat akan memberi manfaat kepada para
pengguna dan juga bermanfaat dalam pengendalian
biaya runah sakit. Persediaan obat, baik dari segi
jenis maupun volume, harus selalu mencukupi
kebutuhan tanpa ada efek samping seperti kadaluarsa
dan rusak, tujuan obat adalah penggunaan obat yang
tepat untuk pasien yang memerlukan penggobatan.
Obat- obatan dikeluarkan dari tempat penyimpanan
yang terkunci atau dari lemari penyimpanan, oleh
orang bertugas menangani persediaan obat kepada
bagian yang menggunakan. Obat digunakan secara
teratur dan dalam jumlah yang diketahui: hal ini
memungkinkan pemantauan (observasi) dan pengawasan
penggunaan obat. Kegiatan yang dilakukan dalam
mengawasi pengeluaran obat akan memungkinkan
perawat mengetahui kapan melakukan pemesanan ulang,
mencocokan pemakaian obat dengan pengobatan pasien,
segera sadar akan ketidakcocokan dalam pemberian
obat, memeriksa perubahan pemakaian obat
a. Observasi dan wawancara
Berdasarkan observasi dan wawancara alur
sentralisasi obat yang terdapat di Ruang PICU RSUD
Kota Mataram berawal dari dokter yang diberikan
kepada keluarga berupa surat persetujuan obat (resep)
kemudian obat diambil ke bagian farmasi setelah obat
yang telah didapatkan kemudian diserahkan ke tenaga
kesehatan (perawat) diruangan, perawat ruangan
menerima obat dan disimpan dilemari obat (loker),
kecuali obat oral langsung diberikan ke keluarga
pasien oleh bagian farmasi (apoteker) dan telah
dijelaskan dosis, kegunaan, dan efek dari obat.

b. Masalah
Berdasarkan observasi dan wawancara didapatkan
bahwa alur sentralisasi obat sudah dilakukan secara
optimal. Serta obat oral pun telah sesuai dengan alur
sentralisasi obat, dimana obat oral langsung
diserahkan oleh apoteker kepada pasien,namun belum
ada depot obat di ruang PICU

3. Metode (M3 Methode)


1)MPKP
Observasi dan wawancara
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan
Kepala Ruangan PICU RSUD Kota Mataram, Metode yang
digunakan adalah metode MPKP modular yaitu
perpaduan antara Tim dan primer. Di ruang PICU RSUD
Kota Mataram menerapkan metode tim, dimana terdiri
dari kepala ruangan, admin, 2 perawat primer
(katim), 7 perawat asusiatif (perawat pelaksana).
2) Standar Operasional Prosedur
a) Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara dengan KARU Di

ruangan PICU RSUD Kota Mataram didapatkan hasil

wawancara seputar SOP yang di sediakan di Ruangan

adalah 12 SOP, tapi yang sering di gunakan hanya

10 SOP dikarenakan tindakan yang paling sering

dilakukan perawat PICU hanya seputar 10 SOP

tersebut.

b) Observasi

Berdasarkan hasil observasi oleh mahasisawa

Profesi Ners Stikes Mataram di ruangan PICU

terkait SOP yang sering di gunakan hanya 10 SOP

dari 12 SOP yang di sediakan oleh ruangan

3) Struktur organisasi

KARU
KATIM I KATIM II

PA 1 PA 2 PA 3 PA 4 PA 1 PA 2 PA 3

a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan KARU
Di ruangan PICU RSUD Kota Mataram didapatkan
hasil wawancara seputar Struktur Organisasi di
Ruangan PICU yaitu dipimpin oleh KARU
selanjutnya di bawahi oleh KATIM dan
selanjutnya Perawat pelaksana.
b) Observasi
Dari hasil kajian data diatas dapat
diketahui bahwa model pelaksanaan asuhan
keperawatan Diruang PICU sudah optimal, hal
ini disebabkan karena MPKP modular perpaduan
tim-primer yang digunakan sudah lama
diterapkan di Ruang PICU.
c) Masalah
Dari hasil wawancara dan observasi tidak
ada (belum di buat) struktur organisasi di
ruangan.

4) TIMBANG TERIMA
Alur Operan
PASIEN

Diagnosis medis Diagnosa keperawatan


masalah kolaboratif (didukung data)
tindakan

Telah dilakukan Belum dilakukan

Tindakan

Masalah
1. Teratasi
2. Belum teratasi
3. Teratasi sebagian
4. Muncul masalah baru

(Nursalam, 2012)
 Standar timbang terima:
1)Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift.
2)Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung
jawab pasien (PP/Katim).
3)Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan
dinas
4)Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat,
sistematis dan menggambarkan kondisi pasien saat
ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5)Operan harus berorientasi pada permasalahan
pasien
6)Pada saat overran di kamar pasien, menggunakan
volume suara yang cukup sehingga pasien
disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang
rahasia bagi klien. Sesuatu yang dianggap
rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara
lansung didekat klien
7)Sesuatu yang diangggap membuat klien terkejut dan
syok sebaiknya dibicarakan di Nurse Station.
 Tahapan dan Bentuk Pelaksanaan Operan
Operan memiliki 3 tahapan yaitu :
1) Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan
melimpahkan tanggung jawab. Meliputi factor
informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga
sebelumnya.
2) Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang
akan pulang dan dating melakukan pertukaran
informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri
yang berupa pertukaran informasi yang mungkin
adanya komunikasi dua arah anatar perawat yang
shift sebelumnya epada perawat shift yang dating.
3) Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang
dating tentang tanggung jawab dan tugas yang
dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat
yang menerima operan untu melakukan pengecekan
data informasi pada medical record atau pada
pasien lansung.
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam
melakukan pergantian shift atau operan jaga,
diantaranya (Nursalam. 2002):
b) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
c) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu
mempersiapkan hal-hal apa yang disampaikan.
d) Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada
penanggung jawab shift yang selanjutnya meliputi :
 Kondisi atau keadaan klien secara umum
 Tidak lanjut untuk dinas yang menerima operan
 Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
e) Penyampain operan di atas (point c) harus
dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru
f) Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua
shift bersama-sama secara lansung melihat keadaan
klien.

 Efek Shift Kerja atau Operan


Shift kerja atau operan memiliki efek-efek
yang sangat mempengaruhi diri seorang perawat
sebagai pemberi pelayanan kepada pasien. Efek-
efek dari shift kerja atau operan :
a) Efek fisiologis
Kualitas tidur termasuk tidur siang
tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan
dan biasanya diperlukan waktu istirahat umtuk
menebus kurang tidur selama kerja malam.
Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat
timbulnya perasaan mengantuk dan lelah.
Menurunnya nafsu makan dan gangguan
pencernaan.
b) Efek psikologis
Efek ini berpengaruh adanya gangguan
kehidupan keluarga, efek fisiologis hilangnya
waktu luang, kecil kesempatan untuk
berinteraksi dengan teman, dan mengganggu
aktivitas kelompok dalam masyarat. Saksonno
(1991) mengemukakan pekerjaan malam
berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang
biasanya dilakukan pada siang atau sore hari.
Sementara pada saat itu bagi pekerja malam
dipergunakan untuk istirahat atai tidur,
sehinggga tidak dapat berpartisipasi aktif
dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari
lingkungan masyarakat.
c) Efek kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam
yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek
psikologis. Menurunnya kinerja dapat
mengakibatkan kemampuan mental menurun yang
berpengaruh terhadap perilau kewaspadaan
pekerjaan seperti kualitas kendali pemantauan.
d) Efek terhadap kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan
gastrointestinal, masalah ini cendrung terjadi
pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat
menjadi maalah terhadap keseimbangan kadar
gula dalam darah bagi penderita diabetes.
e) Efek terhadap keselamatan kerja
Survey pengaruh shift erja terhadap
kesehatan dan keselamatan krja yang dilakukan
Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989),
melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling
tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja
(malam) dengan rata-rata jumlah kcelakaan
0,69% pertenaga kerja. Tetapi tidak semua
penilaian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat
kecelakaan industry terjadi pada shift malam.
Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan
cendrung banyak terjadi selama shift pagi dan
lebih banyak terjadi pada shift malam.

 Tahapan dan Bentuk Pelaksanaan Operan


Operanmemiliki 3 tahapanyaitu:
a) Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang
akan melimpahkan tanggung jawab. Meliputi
faktor informasi yang akan disampaikan oleh
perawat jaga sebelumnya.
b) Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat
yang akan pulang dan datang melakukan
pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan
itu sendiri yang berupa pertukaran informasi
yang memungkin adanya komunikasi dua arah
antara perawat yang shift sebelumnya kepada
perawat shift yang datang.
c) Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang
datang tentang tanggung jawab dan tugas yang
dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat
yang menerima operan untuk melakukan
pengecekan data informasi pada medical record
atau pada pasien langsung.
 Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam
melakukan pergantian shift atau operan jaga,
diantaranya (Nursalam, 2002):
a) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
b) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan
perlu mempersiapkan hal-hal apa yang
disampaikan
c) Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan
kepada penanggung jawab shift yang selanjutnya
meliputi :
 Kondisi atau keadaan klien secara umum
 Tindak lanjut untuk dinas yang menerima
operan
 Rencana kerja untuk dinas yang menerima
operan
d) Penyampaian operan di atas (point c) harus
dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru
e) Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari
kedua shift bersama-sama secara langsung
melihat keadaan klien.

a. Wawancara
Bedasarkan wawancara dengan beberapa perawat
diRuang PICU RSUD Kota Mataram Ruang PICU RSUD Kota
Mataram prosedur timbang terima selama ini di lakukan
pada setiap pergantian shift dengan model SOAP. Pada
saat observasi selama 3 hari di ruang PICU diadakan
timbang terima sudah berjalan sesuai tahapan timbang
terima dilakukan seefektif mungkin dengan secara
singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan/belum dan perkembangan pasien saat itu,
serta dilakukan point SKP keselamatan pasien sebelum
dilakukan operan/ timbang terima seperti 6 langkah
cuci tangan yang didemonstrasikan secara bersama-sama
agar tetap menjadi kebiasaan wajib sebelum melakukan
tindakan perawatan pasien.

b. Observasi
Berdarkan hasil observasi yang dilakukan selama 3
hari pengkajian tentang timbang terima di Ruang PICU
RSUD Kota Mataram belum optimal karena pada saat
timbang terima perawat tidak melakukan diskusi
terlebih dahulu di Nurse station mengenai kondisi
pasien.

c. Masalah
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi oleh
mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan pengaplikasian diruangan
yaitu di ruangan PICU RSUD Kota Mataram Timbang terima
tidak dilakukan di samping Bed pasien, karena harus di
lakukan di samping monitor.

5) DISCHARGE PLANNING
a. Wawancara
Discharge planning telah dilaksanakan namun perlu
ditingkatkan. Pelaksanaan Discharge planning di ruang
PICU masih dilakukan secara lisan, flipshart yang ada
di ruangan sudah ada tetapi penggunaannya sebagai
media untuk persiapan pasien pulang belum digunakan
secara maksimal serta belum ada media gambar / lembar
balik maupun leaflet yang dapat dibawa pulang oleh
pasien atau keluarga pasien sebagai media untuk
perawatan pasien secara mandiri di rumah (perawatan
lanjutan).
b. observasi
Pelaksanaan discharge planning sudah terlaksana
namun metode yang digunakan masih belum optimal yaitu
masih berupa lisan tanpa adanya media sebagai alat
bantu. Media penyampaian informasi berkaitan dengan
perawatan seperti lembar balik/ gambar dan leaflet
untuk membantu pemahaman pasien terhadap penyampaian
informasi yang telah diberikan bidan maupun perawat
terhadap perawatan yang harus dilakukan saat pasien
sudah berada di rumah.
c. Masalah
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi
didapatkan kesenjangan antara teori dan pengaplikasian
diruangan yaitu Pelaksanaan discharge planning sudah
terlaksana namun metode yang digunakan masih belum
optimal yaitu masih berupa lisan tanpa adanya media
sebagai alat bantu atau bukti pendokumentasian dan
belum ada leaflet Discharge planning

4. Sumber Dana (M4-Money)


1. Biaya Jasa

a. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala
Ruangan PICU RSUD Kota Mataram sumber dana untuk
operasional berasal dari BLUD, anggaran BPJS,
umum,dinas sosial dan dari hasil penjualan sabun dan
pampers. Sehingga berdampak pula pada minimnya
anggaran operasional. Dan pengelolaan keuangan tidak
dilakukan secara mandiri oleh ruang PICU RSUD Kota
Mataram. Segala kebutuhan dilakukan dengan penyusulan
ulang dari ruangan yang di sampaikan ke perawat
penunjang yang kemudian perawat penunjang
menyampaikan ke bagian keuangan dengan menyesuaikan
dengan kondisi keuangan yang ada. Kemudian
standarisasi gaji tenaga perawat belum menggunakan
standar UMR. Gaji tenaga perawat PNS: Gaji pokok PNS
+ Remunerasi, sedangkan untuk perawat kontrak: Gaji
kontrak + Remunerasi.

b. Observasi
Beradasarkan hasil observasi yang dilakukan bahwa
distribusi pasien yang berkunjung menggunakanjasa
kesehatan di ruang PICU dapat dilihat pada table
dibawah.
Tabel 1.10 Distribusi Pasien Yang Berkunjung
Menggunakan Jasa Kesehatan di Ruang PICU RSUD Kota
Mataram Pada bulan Januari 2019 sampai Maret 2019

Presentase
Sumber Dana Jumlah
NO (%)
1 BPJS 39 57.4
2 Umum 8 11.8%
3 DinSos 21 30.8%
Jumlah 68 100%

Dari data diatas dapat dilihat bahwa sumber


dana pada bulan Januari hingga Maret 2019 di ruang
PICU RSUD Kota Mataram terbanyak dari BPJS dengan
presentase 63,5% dan terkecil didapat dari umum
dengan presentase 9,0%.
c. Masalah
Dari hasil wawancara dan observasi tidak ditemukan
adanya pembanding biaya antara Ruang PICU dengan Raung
PICU di rumah sakit lain dengan tipe yang sama.
2. Intensif

a. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat di ruang
PICU intensif yang diberikan sesuai dengan jumlah
pasien dan tindakan yang dilakukan, akan tetapi untuk
penerimaan intensifnya itu diberikan di waktu yang
tidak tetap
b. Observasi
Berdasarkan hasi observasi yang dilakukan, bahwa
benar intensif yang diberikan sesuai, akan tetapi
untuk pemberiannya diberikan pada waktu yang tidak
tentu setiap bulannya

c. Masalah
Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan
tidak ditemukan bahwa penerimaan jaspel tidak
kontinew dan pendapatan jasa perindividu yang berubah
perbulannya (tidak tetap).

5. Marketing(Pemasaran)
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
ruangan dan perawat di ruang PICU RSUD Kota
Mataram, untuk data pemasaran di ruangan belum
berjalan dengan maksimal.
b) Observasi
Observasi diruangan PICU RSUD Kota Mataram
untuk data pemasaran Seperti kegiatan promosi
kesehatan, seperti benner dan pengadaan leaflet
akan tetapi untuk pemasaran pelayanan
menggunakan company profile yang disebarkan
oleh HUMAS dan sudah menerapkan service
excellent dengan motto SMILE
S : SENYUM
M : MUTU
I : INOVATIF
L : LENGKAP
E : EFISIEN
c) Masalah
Berdasarkan hasil pengkajian di ruang PICU
RSUD Kota Mataram belum mempunyai Visi Misi
ruangan serta belum di terapkan, dan tidak ada
penangung jawab khusus atas marketing ruangan.
 Langsung : masalah yang muncul pada
pemasaran yang ada diruangan PICU perawat
hanya menggunakan Promosi secara
langsung(Lisan) pada pasien yang baru dating.
 Tidak Langsung : perawat belum pernah
melakukan promosi dalam pemberian leaflet dan
poster pada ruangan.

C. UNSUR PROSES
2. PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
a. Kajian Teori
1) Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,
kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik
fisik, mental, sosial dan lingkungan. Pengkajian
merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari
klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan
yang ada (Pengantar Konsep Dasar Keperawatan).
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis
dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data
tentang klien (Fundamental Keperawatan).
Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data
objektif dan subjektif dari klien. Adapun data yang
terkumpul mencakup klien, keluarga, masyarakat,
lingkungan, atau kebudayaan. (Mc Farland & mc
Farlane).
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan selama
pengkajian antara lain:
a) Memahami secara keseluruhan situasi yang sedang
dihadapi oleh klien dengan cara memperhatikan
kondisi fisik, psikologi, emosi, social
kultural, dan spiritual yang bisa mempengaruhi
status kesehatannya.
b) Mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan
dengan masa lalu, saat ini bahkan bahkan sesuatu
yang berpotensi menjadi masalah bagi klien guna
membuat suatu database yang lengkap. Data yang
terkumpul berasal dari perawat-klien selama
berinteraksi dan sumber yang lain. (Gordon,
1987;1994)
c) Memahami bahwa klien adalah sumber informasi
primer.
d) Sumber informasi sekunder meliputi anggota
keluarga, orang yang berperan penting dan
catatan kesehatan klien.
 Metode pengumpulan data meliputi :
 Melakukan interview/wawancara.
 Riwayat kesehatan/keperawatan
 Pemeriksaan fisik
 Mengumpulkan data penunjang hasil
laboratorium dan diagnostik lain serta
catatan kesehatan (rekam medik).
2) Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data
subjektif dan objektif untuk membuat diagnosa
keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses
berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan
dari klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi
pelayanan kesehatan yang lain.
The North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA, 2010) mendefinisikan diagnosa
keperawatan semacam keputusan klinik yang mencakup
klien, keluarga, dan respon komunitas terhadap
sesuatu yang berpotensi sebagai masalah kesehatan
dalam proses kehidupan.
Dalam membuat diagnosa keperawatan dibutuhkan
ketrampilan klinik yang baik, mencakup proses
diagnosa keperawatan dan perumusan dalam pembuatan
pernyataan keperawatan.Proses diagnosa keperawatan
dibagi menjadi kelompok interpretasi dan menjamin
keakuratan diagnosa dari proses keperawatan itu
sendiri. Perumusan pernyataan diagnosa keperawatan
memiliki beberapa syarat yaitu mempunyai
pengetahuan yang dapat membedakan antara sesuatu
yang aktual, risiko, dan potensial dalam diagnosa
keperawatan.
 Perumusan diagnosa keperawatan :
 Actual : Menjelaskan masalah nyata saat ini
sesuai dengan data klinik yang ditemukan.
 Resiko: Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan
terjadi jika tidak dilakukan intervensi.
 Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya
data tambahan untuk memastikan masalah
keperawatan kemungkinan.
 Wellness : Keputusan klinik tentang keadaan
individu, keluarga atau masyarakat dalam
transisi dari tingkat sejahtera tertentu
ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
 Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok
diagnosa keperawatan actual dan resiko tinggi
yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu
kejadian atau situasi tertentu.
3) Perencanaan
Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan, untuk
menanggulangin masalah sesuai dengan diagnosis
keperawatan yang telah ditentukan.
Tujuan perencanaan yakni Untuk
mengidentifikasi tujuan klien, Untuk menentukan
prioritas asuhan. Menentukan hasil yang
diperkirakan, Untuk merancang strategi keperawatan,
Untuk mencapai tujuan keperawatan.
Langkah-langkahnya yakni Menentukkan urutan
prioritas masalah, Merumuskan tujuan keperawatan
yang akan dicapai, Menentukan rencana tindakan yang
akan dicapai.
4) Implementasi
Implementasi Merupakan inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien.Adapun tahap-
tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai
berikut :
 Tahap 1 : persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut
perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi
pada tahap perencanaan.
 Tahap 2 : intervensi Focus tahap pelaksanaan
tindakan perawatan adalah kegiatan dan
pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.
Pendekatan tindakan keperawatan meliputi
tindakan:independen,dependen,dan interdependen.
 Tahap 3 : dokumentasi Pelaksanaan tindakan
keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang
lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam
proses keperawatan.
5) Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria
keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses dengan
pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien
dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di
rumuskan sebelumnya. Sasaran evaluasi adalah
sebagai berikut:
 Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/
rencana yang telah disusun.
 Hasil tindakan keperawatan, berdasarkan criteria
keberhasilan yang telah di rumuskan dalam rencana
evaluasi.

Hasil Evaluasi
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
 Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan
perbaikan/ kemajuan sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan.
 Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu
tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu di
cari penyebab dan cara mengatasinya.
 Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak
menunjukan perubahan/kemajuan sama sekali bahkan
timbul masalah baru.dalam hal ini perawat perlu
untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah
terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan
faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi
penyebab tidak tercapainya tujuan.
Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses
keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi
kepada pasien ,seluruh tindakannya harus
didokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi
keperawatan.
b. Wawancara dan observasi
1) Pengkajian
Setelah dilakukan observasi dan wawancara di ruang
PICU RSUD Kota Mataram menggunakan format
pengkajian asuhan keperawatan untuk setiap pasien
yang sudah baku (Nanda NIC NOC).
2) Diagnosa keperawatan
Setelah dilakukan observasi di PICU RSUD Kota
menggunakan format diagnose keperawatan untuk
setiap pasien yang sudah baku (Nanda NIC NOC).
3) Perencanaan
Setelah dilakukan observasi di PICU Kota Mataram
menggunakan format rencana keperawatan untuk setiap
pasien yang sudah baku (Nanda NIC NOC).
4) Implementasi
Setelah dilakukan observasi di ruang PICU RSUD Kota
Mataram menggunakan format implementasi yang
dilakukan sesuai dengan perencanaan yang ditulis di
Nanda NIC NOC
5) Evaluasi
Setelah dilakukan observasi di ruang PICU RSUD Kota
Mataram menggunakan format evalusi keperawatan
dengan menggunakan SOAP.

3. PROSES MANAJEMEN PELAYANAN /OPERASIONAL


Manajemen pelayanan keperawatan merupakan proses
pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf
keperawatan : asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa
aman kepada klien, keluarga dan masyarakat. Manajer
keperawatan harus merencanakan, organisir, mengarahkan
dan mengontrol serta efektif dan ekonomis. Swanburg
mengatakan manajemen pelayanan keperawatan berhubungan
dengan fungsi manajemen: perencanaan, pengorganisasian,
pengaturan staf, memimpin dan mengendalikan aktivitas
upaya keperawatan.
a. Perencanaan
a. Observasi dan wawancara
Dari hasil wawancara didapatkan bahwa di Ruang
PICU RSUD Kota Mataram telah dilakukan manajemen
perencanaan oleh kepala ruangan kepada semua
lingkup yang ada di Ruang PICU RSUD Kota Mataram
baik dalam hal pembuatan jadwal dinas bulanan,
berkoordinasi dengan perawat ruangan baik katim
maupun perawat pelaksana, perencanaan tahunan alat/
fasilitas, kebutuhan tenaga dan cuti tenaga
kesehatan di Ruang PICU RSUD Kota Mataram.

Tabel 1.13 pembuatan jadwal dinas bulanan


No Standar Dokumen Ket
1 Jadwal Dinas Ada
2 Koordinasi dengan Perawat Primer Ada
Perencanaan Tahunan oleh KaRu Ada
3 - Perencanaan Pengembangan Staf Ada
- Alat/Fasilitas Ada

- Kebutuhan Tenaga Ada

- Cuti

b. Analisa data
Berdasarkan hasil kajian data di atas
disimpulkan bahwa pelaksanaan manajemen keperawatan
dalam hal perencanaan oleh kepala ruangan di Ruang
PICU RSUD Kota Mataram sudah terlaksana dan tertata
secara optimal dan memiliki dokumentasi tersendiri.

b. Pengorganisasian
a. Observasi dan wawancara
pengorganisasian staf dalam pembagian kerjanya
dan pemberian asuhan keperawatan kepada klien
menggunakan pendekatan metode MPKP modular yaitu
perpaduan antara Tim dan primer. Di ruang PICU
RSUD Kota Mataram menerapkan 2 tim dimana dalam 1
tim terdiri dari 1 perawat primer (katim) dan 6
Perawat Asosiatif (perawat pelaksana), 1
penanggung jawab shift dan 1 perawat asosiatif
(perawat pelaksana) pada shift sore dan 1
penanggung jawab shift dan 1 perawat asosiatif
(perawat pelaksana) pada shift malam.
b. Analisa data
Berdasarkan kajian data yang diperoleh dapat
dianalisa bahwa di Ruang PICU RSUD Kota Mataram
telah diterapkan model MPKP modular yaitu perpaduan
antara tim dan primer, akan tetapi dalam proses
pelaksanaanya (pembagian tugas katim dan PA).
c. Pengarahan (Actuating)
a. observasi
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenai
pergerakan dan pelaksanaan di Ruang PICU RSUD Kota
Mataram kepada kepala Ruangan didapatkan bahwa
kepala ruangan telah melaksanakan tugasnya dalam
pengarahan terhadap staf yang berada di Ruang PICU
RSUD Kota Mataram. Pengarahan dalam hal sistem dan
aturan yang ada di ruangan.
b. Analisa data
Ruang PICU RSUD Kota Mataram dipimpin oleh seorang
kepala ruangan yang dibantu oleh Katim telah
menjalankan fungsi pengarahan, dimana jika ada hal-
hal yang penting, kepala ruangan berkumpul dengan
staf yang lain untuk membahas hal tersebut. Dengan
mengarahkan bawahan atau stafnya untuk menjalankan
fungsi masing-masing dengan baik.
d. Pengawasan (controling)
a. Observasi dan wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi,
pengontrolan (supervisi) sudah dilaksanakan dengan
baik, hal ini terlihat dengan adanya supervisor
internal yakni kepala ruangan sudah memberikan
pengawasan seperti memberikan masukan dan teguran
pada perawat yang memiliki kinerja yang kurang
optimal dalam melaksanakan tugas keperawatan serta
memberikan penilaian terhadap kinerja perawat.
Supervisor eksternal sudah dilakukan dengan optimal
karena sudah terlihat adanya sipervisor yang
mengawasi secara rutin ke setiap ruangan termasuk
Ruang PICU Kota Mataram.
b. Analisa data
Secara umum pelaksanaan pengawasan yang dilakukan
oleh supervisor eksternal dan supervisor internal
(kepala ruangan) yang dibantu oleh ketua tim sudah
cukup baik.

4. PROSES MANAJEMEN BIMBINGAN BAGI MAHASISWA PRAKTIK


A. Proses manajemen bimbingan klinik
1. Perencanaan (planning)
a) Obsevasi dan wawancara
Tabel 1.14 Distribusi Kajian Planning Proses
Bimbingan PKK di Ruang PICU RSUD Kota Mataram
No Standar Data Ket
1 Pemberitahuan dari Dilakukan
Institusi ke lahan praktik
sebelum praktik dengan
kerangka acuan lengkap
2 Penentuan lokasi praktik Dilakukan
dengan kompetensi yang
ingin dicapai
3 Penerimaan dan orientasi Dilakukan
mahasiswa
4 Orientasi tugas Dilakukan
5 Penyiapan pembimbing PKK Dilakukan

b) Analisa data
Sebelum mahasiswa melakukan praktik di
ruangan, pihak institusi pendidikan mengirimkan
permohonan praktik ke Ruang PICU RSUD Kota
Mataram. Setelah mendapatkan persetujuan,
institusi mengirimkan kerangka kajuan pelaksanaan
praktik dan diadakannya pertemuan antara kedua
pihak untuk mendapatkan kesepakatan dalam
melaksanakan praktik. Untuk selanjutnya sebelum
memulai praktik, mahasiswa diterima pihak Ruang
PICU RSUD Kota Mataram dan diorientasikan khusus
dipimpin langsung oleh kepala ruangan atau CI
klinik.

2. Pengorganisasian
a) Observasi
Tabel 1.15 distribusi kajian organizing proses
bimbingan PKK di Ruang PICU RSUD Kota Mataram
No Standar Data Ket
1 Adanya serah terima Dilakukan
peserta didik
2 Penetapan pembimbing Dilakukan
PKK sesuai kriteria
yang ditetapkan
3 Menjelaskan pelaksanaan Dilakukan
PKK
4 Pembagian jadwa dinas Dilakukan
5 Penentuan sanksi bagi Dilakukan
peserta didik
6 Adanya proses Dilakukan
pembimbing dari
pembimbing PKK sesuai
dengan ketentuan
b) Analisa data
Dalam melaksanakan manajemen, pembimbing
klinik (CI) keperawatan juga melaksanakan tugas
sebagai kepala ruangan dan memberikan bimbingan
serta arahan kepada praktikan sesuai kompetensi.
Serah terima peserta didik tetap dilakukan.
3. Pengarahan
a) observasi
Tabel 1.16 kajian actuating proses bimbingan PKK
di Ruang PICU RSUD Kota Mataram
No Standar Data Ket
1 Pengarahan dilakukan
sesuai dengan metode
pembimbingan yang
Dilakukan
dilakukan :
Dilakukan
a)Pre-post confrence
Belum
b)Post confrence
c)Ronde keperawatan dilakukan

2 Monitoring kehadiran Dilakukan


3 Monitoring kompetensi Dilakukan
peserta didik
4 Bimbingan pelaksanaan Dilakukan
tindakan perawatan
5 Diskusi laporan dilakukan
individu

b) Analisa data
Dalam pelaksanaan bimbingan, CI klinik metode
yang dilakukan adalah orientasi pre confrence dan
post confrence dilakukan hanya pada saat praktik
dan akhir waktu praktik untuk mengevaluasi
pencapaian kompetensi. sehingga tidak ada jadwal
tersendiri. Sementara ronde keperawatan belum
dilakukan karena selama pengkajian belum terdapat
kasus untuk dilakukan ronde keperawatan.
4. Pengawasan
a) observasi
Tabel 1.17 kajian controling proses bimbingan PKK
di Ruang PICU RSUD Kota Mataram
No Standar Data Ket
1 Memonitor pelaksanaan diLakukan
dinas peserta didik
- Tata tertib
- Observasi
- Reward dan
punishment
2 Mengetahui pasien Dilakukan
kasus kelolaan peserta
didik
3 Mengecek dokumentasi Dilakukan
di status pasien
kelolaan peserta didik
4 Memberikan teguran Dilakukan
jika terjadi
pelanggaran

b) Analisa data
Controling terhadap mahasiswa praktik dilakukan
dengan melakukan observasi kehadiran mahasiswa
serta keaktifan dari mahasiswa selama praktik.
Sebelum praktik dimulai mahasiswa sudah
dijelaskan tentang tata tertib yang berlaku.
Penilaian terhadap peserta didik dokumentasikan
dalam buku nilai laporan dan sikap mahasiswa.

5. GAYA KEPEMIMPINAN
a. Wawancara
Menurut hasil wawancara dengan perawat pelaksana di
Ruang PICU RSUD Kota Mataram bahwa gaya kepemimpinan
kepala Ruang PICU RSUD Kota Mataram saat ini adalah
gaya kepemimpinan demokratis. Dari hasil observasi
Kepala ruangan mengkoordinasi pekerjaan pada semua
bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab
internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik.
menghargai potensi setiap individu dan mau
mendengarkan nasehat dan saran bawahan.
b. Analisa data
Gaya kepemimpinan demokratis yang diterapkan kepala
ruangan ditentukan dengan pengambilan keputusan
melalui musyawarah dengan bawahan.
D. UNSUR OUT PUT/KELUARAN
1. Efisiensi Ruang Rawat
a. Kajian Teori
Efisiensi pelayanan meliputi 4 (empat)
indikator mutu pelayanan kesehatan yaitu BOR, LOS,
TOI dan BTO.

BOR (Bed Occupancy Rate) menunjukkan tinggi


rendahnya pemanfaatan tempat tidur yang tersedia di
rumah sakit dalam jangka waktu tertentu, bila nilai
ini mendekati 100 % berarti ideal. Standar nasional
dalam satu tahun adalah : 75,85 %.

BOR :Jumlah pasien x 100 %


Jumlah TT x hari perawatan

LOS (Length of Stay) menunjukkan rata-rata lamanya


perawatan setiap pasien, Lama waktu rawat yang baik
maksimum 12 hari, standar Nasional untuk rumah sakit
dalam satu tahun adalah 1-3 hari (DEPKES 2006).

LOS :Jumlah lama dirawat_

Jumlah pasien keluar (hidup dan mati)

TOI (Turn Over Interval) menunjukkan waktu


rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antara
satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai
dengan diisi lagi. Standar 1-3 hari untuk rumah sakit
dalam satu tahun.

TOI : (Jumlah TT x Periode)- Hari perawatan


Jumlah pasien keluar (hidup dan Mati)
BTO (Bed Turn Over) menunjukkan frekuensi
pemakaian tempat tidur rumah sakit dalam satu satuan
waktu tertentu. Jadi BTO memberikan gambaran tentang
tingkat pemakaian tempat tidur rumah sakit. Standar 5
- 45 kali untuk rumah sakit dalam satu tahun,
sedangkan yang baik lebih dari 40 kali (Djojodibroto,
1997).

BTO :Jumlah pasien keluar (hidup dan mati)


Jumlah tempat tidur

Tabel3.17 Indikator Efisiensi Ruangan PICU Standar


Nasional RSU

No Indikator Standar
No
1 BOR 60-85 %
2 LOS 1-3 hari
3 BTO 40-50 kali
4 TOI 1-3 hari
Sumber : Depkes RI,2002
b. Observasi
Tabel Distribusi Efisiensi Ruang PICU RSUD kota
Mataram BOR
1) BOR pasien mulai bulan Januari sampai Maret 2019
Tanggal PICU BOR
22 Senin 4 bed 4
4 268/4x 100%
2019
= 74,4%
(standar 75-80)%
Sumber: wawancara dari Perawat ruangan PICU

2) LOS
Tabel Distribusi LOS diruang PICU RSUD Kota
Mataram bulan Januari sampai Maret 2019
LOS = Jumlah hari perawatan pasien keluar
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
= 268
68
= 3,94 (standar 1-10 hari)

Sumber: observasi ruangan tanggal 22-23 April 2019


(bulan Januari-Maret 2019)
3) BTO
Tabel distribusi BTO di Ruang PICU RSUD Kota
Mataram bulan Januari – Maret 2019
BTO = Jumlah pasien keluar
Jumlah tempat tidur
= 268
4
= 67 (5-45 hari)
4) TOI
Tabel Distribusi TOI Di Ruang PICU RSUD Kota
Mataram bulan Januari sampai Maret 2019
TOI = Jumlah tempat tidur – hari perawatan sakit
Jumlah pasien keluar
= 4 x 90 -268 = 360 - 268
68 68
= 1,35 (Standar 1-3 hari)

c. Analisa data
1. BOR : Dari hasil perhitungan
BOR selama 3 bulan terakhir didapatkan hasil 75 %.
Hal ini menunjukkan hasil diatas standar (75%-80%)
yang berarti adanya peningkatan beban kerja perawat
sehingga berimplikasi pada kinerja perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan yang lebih maksimal.
2. LOS : (lama rata-rata hari
perawatan) : Berdasarkan kajian yang dilakukan dari
tanggal 22-23 April 2019 dari bulan Januari-Maret
2019 terhadap pasien pulang,lama rata-rata hari
perawatan pasien diruang PICU RSUD Kota Mataram
adalah 4 hari . Angka ini menunjukan lama rata-rata
hari perawatan tidak sesuai dengan standar nasional
yang telah ditetapkan untuk RSU yaitu 3 hari
(DEPKES, 2006).
3. BTO : berdasarkan kajian yang
dilakukan dari tanggal 22-23 April 2019, dari bulan
Januari - Maret 2019 menunjukkan frekuensi
pemakaian tempat tidur rumah sakit, frekuensi
pemakaian tempat tidur di RSUD Kota Mataram adalah
67 kali/tahun. Angka ini menunjukkan tingkat
pemakaian tempat tidur Ruang PICU RSUD Kota Mataram
di atas standar hal ini sesuai dengan pendapat
DEPKES RI (2006).
4. TOI : berdasarkan kajian yang
dilakukan pada bulan Januari – Maret 2019
menunjukkan waktu rata-rata suatu tempat tidur
kosong atau waktu antara satu tempat tidur
ditinggalkan oleh pasien sampai dengan diisi lagi,
waktu rata-rata tempat tidur di RSUD Kota Mataram
ruang PICU adalah 1 hari. Angka ini menunjukan
rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu
antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien
tidak sesuai dengan standar, sesuai dengan
pendapat DEPKES RI (2006) yang mengatakan bahwa
standar untuk rumah sakit dalam satu tahun 1-3
hari.

Anda mungkin juga menyukai