Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-nya

maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Kompetensi

Bidang Farmasi”.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk

menyelesaikan tugas mata kuliah soft skill. Dalam penulisan makalah ini saya

merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun

materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan saran

dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah

ini.

Dalam penulisan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih

yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan

pembuatan makalah ini.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang

kefarmasian serta makin tingginya kesadaran masyarakat dalam

meningkatkan kesehatan, maka dituntut juga kemampuan dan kecakapan

para petugas dalam rangka mengatasi permasalahan yang mungkin timbul

dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat. Dengan

demikian pada dasarnya kaitan tugas pekerjaan Farmasis dalam

melangsungkan berbagai proses kefarmasian, bukannya sekedar membuat

obat, melainkan juga menjamin serta meyakinkan bahwa produk

kefarmasian yang diselenggarakan adalah bagian yang tidak terpisahkan

dari proses penyembuhan penyakit yang diderita pasien. Mengingat

kewenangan keprofesian yang dimilikinya, maka dalam menjalankan

tugasnya harus berdasarkan prosedur-prosedur kefarmasian demi

dicapainya produk kerja yang memenuhi : syarat ilmu pengetahuan

kefarmasian, sasaran jenis pekerjaan yang dilakukan serta hasil kerja

akhir yang seragam, tanpa mengurangi pertimbangan keprofesian secara

pribadi.(ISFI, Standar Kompetensi Farmasi Indonesia, 2004).

WHO dalam rapatnya tahun 1997, mengenalkan lahirnya asuhan

kefarmasian. Dimensi pekerjaan profesi farmasis tidak kehilangan

bentuk, tetap menjadi seorang ahli dalam bidang obat. Pasien menikmati
layanan professional dari seorang farmasis dalam bentuk penjelasan

tentang obat, sehingga pasien memahami program obatnya.

Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian menurut PP 51 tahun 2009

meliputi pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan sediaan farmasi,

produksi sediaan farmasi, distribusi dan penyaluran sediaan farmasi,

pelayanan sediaan farmasi. Selain melakukan pelayanan kefarmasian di

Apotek maupun Rumah Sakit yang langsung berhubungan dengan pasien,

peran farmasis juga sangat diperlukan oleh dinas kesehatan dalam rangka

menjamin mutu, keamanan, dan kemanfaatan dari sediaan farmasi dan

alat kesehatan sehingga masyarakat dapat terlindungi.

Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian

mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan

pendistribusi atau penyaluran obat, pelayanan obat atas resep dokter,

pelayanan informasi obat, serta pembangunan obat, bahan obat dan obat

tradisional sebagaimana telah ditegaskan dalam Peraturan Pemerintahan

Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian.

Berdasarkan Peraturan Pemerintahan diatas, yang berhak melakukan

pekerjaan kefarmasian di Indonesia adalah Apoteker.

B. Tujuan

Memahami pekerjaan kefarmasian.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pekerjaan Kefarmasian

Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian

mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan

pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat

atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,

bahan obat dan obat tradisional. (Permenkes nomor

889/Menkes/Per/V/2011).

Tenaga kefarmasian terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis

Kefarmasian yang meliputi Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Asisten

Apoteker/Tenaga Menengah Farmasi dan Analis Farmasi. Setiap tenaga

kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki

Surat Tanda Registrasi. Surat Tanda Registrasi tersebut berupa :

1. STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker) bagi Apoteker

2. STRTTK (Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian) bagi

Tenaga Teknis Kefarmasian.

STRA dan STRTTK berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat

diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan.


B. Ruang lingkup pekerjaan kefarmasian

Ruang lingkup pekerjaan kefarmasian meliputi ligkungan kegiatan,

tanggung jawab, kewenangan dan hak. Seluruh ruang lingkup pekerjaan

kefarmasian harus dilaksanakan dalam kerangka sistem pelayanan

kesehatan yang berorientasi pada masyarakat.

Bentuk pekerjaan kefarmasian tersebut dapat dilakukan di :

1. Rumah Sakit

2. Apotek

3. Industri

4. Lembaga Riset

5. Badan POM

6. Menteri Kesehatan

7. Dinas Kesehatan

C. Kompetensi Kefarmasian

1. Standar Kompetensi Sarjana Farmasi

Standar Kompetensi Sarjana Farmasi merupakan standar

nasional yang harus dicapai lulusan pendidikan S1 Farmasi di seluruh

Indonesia sesuai dengan Surat Keputusan Majelis Asosiasi Pendidikan

Tinggi Farmasi Indonesia Nomor: 12/APTFI/MA/2010 tentang

Kompetensi Sarjana Farmasi Indonesia adalah: Mahasiswa mampu

melaksanakan asuhan kefarmasian di bidang klinis meliputi sistem

kardiovaskuler, pernafasan, saraf, endokrin, ophtalmologi, THT,


urologi, tulang & persendian, obsgyn, ginjal, dan gangguan

dermatologi secara profesional.

a. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kefarmasian di bidang

komunitas secara profesional.

b. Mahasiswa mampu menerapkan aspek etik dan legal dalam

melakukan pekerjaan kefarmasian.

c. Mahasiswa mampu mengaplikasikan kepemimpinan dan

manajemen apotek, RS, dan industri di bidang kefarmasian.

d. Mahasiswa mampu menjalin hubungan interpersonal.

e. Mahasiswa mampu mengembangkan profesionalisme melalui

penelitian.

2. Standar Kompetensi Apoteker Indonesia

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai

Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker (PP RI No

51 2009 Pasal 1 Poin 5). Menurut Surat Keputusan Pengurus Pusat

Ikatan Apoteker Indonesia Nomor: 058/SK/PP. IAI/IV/2011 Tentang

Standar Kompetensi Apoteker Indonesia adalah :

a. Mampu Melakukan Praktik Kefarmasian Secara Profesional dan

Etik

b. Mampu Menyelesaikan Masalah Terkait dengan Penggunaan

Sediaan Farmasi
c. Mampu Melakukan Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat

Kesehatan

d. Mampu Memformulasi dan Memproduksi Sediaan Farmasi dan

Alat Kesehatan Sesuai Standar Yang Berlaku.

e. Mempunyai Keterampilan dalam Pemberian Informasi Sediaan

Farmasi dan Alat Kesehatan.

f. Mampu Berkontribusi dalam Upaya Preventif dan Promotif

Kesehatan Masyarakat.

g. Mampu Mengelola Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai

dengan Standar Yang Berlaku.

h. Mempunyai Keterampilan Organisasi dan Mampu Membangun

Hubungan Interpersonal dalam Melakukan Praktik Kefarmasian.

i. Mampu Mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi Yang Berhubungan dengan Kefarmasian.

Apoteker sebagai pelaku utama pelayanan kefarmasian yang

bertugas sebagai pelaksana atau pemberi pelayanan kesehatan diberi

wewenang sesuai dengan kompetensi pendidikan yang diperolehnya,

sehingga terkait erat dengan hak dan kewajibannya. Kompetensi dan

kewenangan apoteker tersebut menunjukkan kemampuan professional

dan merupakan standar profesi untuk tenaga kesehatan tersebut.

Apoteker yang melaksanakan tugas sesuai standar profesinya

akan mendapatkan perlindungan hukum. Apoteker sebagai pendukung

upaya kesehatan dalam menjalankan tugasnya harus diarahkan dan


dibina sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku..

Pembinaan dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan

kompetensi dan kemampuannya, sehingga selalu tanggap terhadap

permasalahan kesehatan yang menjadi tanggung jawabnya. Sedangkan

pengawasan dilakukkan terhadap kegiatannya agar tenaga kesehatan

tersebut dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan kebijakan

peraturan perundang-undangan dan sistem yang telah ditetapkan


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan terkait dengan kualitas

sumber daya manusia yang mampu memberikan pelayanan secara

profesional. Profesionalisme menjadi tuntutan utama bagi tenaga

kesehatan dalam melaksanakan tugas profesi. Tenaga kesehatan Asisten

Apoteker dituntut profesional dalam bekerja. Dalam melaksanakan tugas

dan profesinya, Asisten Apoteker bekerja berdasarkan standar profesi,

kode etik dan peraturan disiplin profesi yang telah ditentukan. Melalui

profesionalisme diharapkan Asisten Apoteker mampu memberikan

perlindungan kepada para pengguna jasa tenaga kesehatan, diantaranya

adalah pasien yang memerlukan pelayanan dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Ahaditomo, 2004, Standar Kompetensi Farmasis Indonesia,IFSI, Jakarta.

Depkes RI, 2011, Surat Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: /SK/PP. IAI/IV/2011.

Anonim, 2009, Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan

Kefarmasian, Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.


MAKALAH

SOFT SKILL

“KOMPETENSI BIDANG FARMASI”

OLEH
CICI ANGGRAINI A.
918311906201.010

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN AVICENNA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

KENDARI

2019

Anda mungkin juga menyukai