Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Telur menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan protein hewani

di Indonesia dibandingkan daging dan susu. Tahun 2014, konsumsi daging,

susu, dan telur per kapita di Indonesia sebanyak 5.067 kg, 7.131 kg, dan

15.277 kg (Dirjen PKH 2015). Penduduk Indonesia lebih banyak

mengonsumsi telur dikarenakan telur lebih mudah diperoleh dan relatif

murah jika dibandingkan bahan pangan hewani lainnya. Terdapat beberapa

unggas penghasil telur seperti ayam, itik, dan puyuh.

Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) merupakan jenis unggas darat

yang mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

produktivitasnya cukup tinggi. Telur burung puyuh sangat disukai

masyarakat karena rasanya yang gurih, selain itu harganya juga terjangkau

dan memiliki kualitas yang baik.

Telur puyuh memiliki kandungan protein yang lebih tinggi

dibandingkan dengan telur ternak lain, sehingga kandungan protein ransum

puyuh petelur cenderung lebih tinggi dibandingkan kandungan protein

ransum untuk ternak petelur lain. Protein merupakan nutrien yang sangat

penting yang harus berada dalam ransum karena merupakan zat pembangun

baik untuk daging maupun telur. Kandungan protein ransum berpengaruh

terhadap produksi telur maupun kualitas telur.

1
2

Faktor terpenting dalam pemeliharaan burung puyuh yaitu faktor

pakan. Biaya pakan dalam usaha peternakan burung puyuh dapat mencapai

60-70% dari biaya produksi. Masalah lain yang dihadapi yaitu masih

tingginya angka mortalitas dan banyaknya ketergantungan penggunaan

antibiotik. Penggunaan antibiotik yang berlebihan akan berdampak buruk

karena terjadi resistensi burung puyuh terhadap mikroorganisme patogen

serta dapat menimbulkan residu pada daging maupun telur yang dapat

membahayakan konsumen.

Salah satu cara untuk meningkatkan performa puyuh adalah dengan

menambahkan daun katuk dan probiotik pada air minum puyuh petelur.

Daun katuk merupakan sumber vitamin A yang dapat meningkatkan kualitas

kuning telur dan mengandung zat senyawa aktif seperti alkaloid, polifenol,

flavonoid dan antosianin. Protein yang terkandung dalam daun katuk untuk

per 100 g yaitu sebesar 6,4 g (Azis dan Muktiningsih 2006). Pengaruh

pakan yang diberikan tepung daun katuk dalam pakan dapat meningkatkan

produksi telur, peningkatan ukuran organ reproduksi puyuh, percepatan

umur dewasa kelamin, peningkatan bobot telur dan kualitas telur (Subekti et

al. 2008).

Selain daun katuk, probiotik dapat ditambahkan pada pakan ternak.

Menurut Khuzaenah (2005), probiotik merupakan pakan imbuhan berupa

mikroorganisme yang dapat hidup di saluran pencernaan, bersimbiosis

dengan mikroorganisme yang ada bersifat menguntungkan, dapat

meningkatkan pertumbuhan dan efesiensi pakan tanpa mengalami proses


3

penyerapan. Probiotik menyeimbangkan populasi mikroba dari saluran

pencernaan, mengendalikan mikroorganisme patogen pada tubuh inang dan

lingkungan serta menstimulasi inang.

Probiotik biasanya dicampurkan pada air minum, manfaat langsung

dari probiotik tersebut bagi ternak adalah antara lain meningkatkan nafsu

makan, menyediakan unsur nutrisi dan membantu proses pencernaan

makanan serta menghambat perkembangan bakteri patogen. Pengunaan

probiotik melalui air minum dilaporkan mampu menggantikan peran

antibiotik, menjaga kesehatan saluran pencernaan ternak serta menurunkan

jumlah bakteri Escheria coli (Manin et al, 2010). Salah satu probiotik yang

dapat digunakan yaitu Bacillus sp dan Saccharomyces sp.

Saccharomyces spp dapat meningkatkan kecernaan pakan berserat

dan dapat berperan sebagai probiotik pada unggas (Ahmad, 2005).

Suplementasi Saccharomyces spp dalam ransum nyata meningkatkan

pertumbuhan dan efisiensi penggunaan ransum, serta meningkatkan

kecernaan zat makanan (Bidura et al., 2009). Beberapa kelebihan

Saccharomyces dalam proses fermentasi, yaitu mikroorganisme ini cepat

berkembang biak, tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan terhadap

suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat mengadakan adaptasi.

Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh adanya penambahan nutrisi,

yaitu unsur C sebagai sumber carbon, unsur N yang diperoleh dari

penambahan urea, amonium dan pepton, mineral, dan vitamin.


4

Santoso (2018) meneliti bahwa ekstrak daun katuk meningkatkan

berat badan broiler dan meningkatkan produksi telur ayam. Selain itu

menurut penelitian Warisah (2015) menunjukkan bahwa penggunaan

Saccharomyces cerevisiae dan variasi dosis Saccharomyces cerevisiae yang

digunakan menunjukkan pengaruh nyata terhadap nilai FCR dan indeks

performa broiler.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mencoba

melakukan penelitian dengan pengaruh pemberian ekstrak daun katuk dan

probiotik terhadap performa puyuh petelur (Cortunix-cortunic japonica).

1.2. Rumusan Masalah

1. Berapa besar pengaruh pemberian ekstrak daun katuk terhadap performa

puyuh petelur (Coturnix-coturnix japonica)

2. Berapa besar pengaruh pemberian probiotik terhadap performa puyuh

petelur (Coturnix-coturnix japonica)

3. Berapa besar pengaruh pemberian kombinasi ekstrak daun katuk dan

probiotik terhadap performa puyuh petelur (Coturnix-coturnix japonica)

4. Perlakuan mana yang memberikan performa puyuh petelur (Coturnix-

coturnix japonica) terbaik


5

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun katuk terhadap performa

puyuh petelur (Coturnix-coturnix japonica).

2. Mengetahui pengaruh pemberian probiotik terhadap performa puyuh

petelur (Coturnix-coturnix japonica).

3. Mengetahui pengaruh pemberian kombinasi ekstrak daun katuk dan

probiotik terhadap performa puyuh petelur (Coturnix-coturnix

japonica)

4. Mengetahui perlakuan yang memberikan performa puyuh petelur

(Coturnix-coturnix japonica) terbaik

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Secara keilmuan hasil penelitian akan menghasilkan informasi baru

tentang penambahan ekstrak daun katuk dan probiotik terhadap

performa puyuh petelur.

2. Data yang dihasilkan dapat dijadikan referensi oleh masyarakat tentang

penambahan ekstrak daun katuk dan probiotik terhadap performa puyuh

petelur.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan pengaruh dari

ekstrak daun katuk probiotik terhadap performa puyuh petelur.


6

2. Hasil penelitian dapat dijadikan sarana untuk menyusun strategi dalam

pengembangan peningkatan performa puyuh petelur.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Puyuh

Burung puyuh merupakan salah satu ternak yang mudah

dibudidayakan dan memiliki keunggulan yaitu produksi telur dan daging

yang tinggi dan masa pemeliharaan yang singkat dan mudah (Direktorat

Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2011). Keistimewaan lain burung

puyuh yaitu mempunyai siklus hidup yang pendek, tubuh kecil sehingga

tidak memerlukan tempat yang luas (Subekti, 2012). Burung puyuh

memiliki kelebihan yaitu memiliki daya tahan yang tinggi tahan terhadap

penyakit (Listiyowati dan Roospitasari, 2009). Puyuh terdiri dari beberapa

jenis, salah satunnya adalah puyuh jenis Coturnix coturnic japonica. Jenis

puyuh ini yang paling popular diternakkan oleh masyarakat sebagai

penghasil telur dan daging (Subekti dan Hastuti, 2013). Menurut Listiyowati

dan Roospitasari (2009), burung puyuh memiliki taksonomi yaitu :

1. Kelas : Aves

2. Ordo : Gallioformes

3. Sub Ordo : Phasianoidea

4. Genus : Coturnix

5. Spesies : Coturnix coturnix japonica

Pemeliharaan puyuh petelur dibedakan menjadi tiga fase yaitu fase

starter, fase grower, dan fase layer. Menurut Standar Nasional Indonesia

7
8

(2006), burung puyuh memiiliki fase grower yaitu dimulai umur 3 minggu

(21 hari) sampai dengan 6 minggu (42 hari). Puyuh betina rata-rata

mencapai dewasa kelamin pada umur 42 hari dan dapat berproduksi sampai

dengan 200 - 300 butir telur setahun (Nugroho dan Mayun, 1990). Menurut

penelitian Akbarillah et al. (2008), puyuh betina (Coturnix coturnix

japonica) pada umur 42 - 45 hari dengan bobot badan sekitar 110 – 117

g/ekor sudah dewasa kelamin dan mampu berproduksi telur pada bulan

pertama sekitar 13 – 17 butir/ekor dengan berat telur berkisar 9 - 10 g/butir.

Puncak produksi telur pada burung puyuh mencapai 98,5% pada umur 4-5

bulan (Kaselung et al., 2014).

2.2. Daun Katuk

Katuk (Sauropus androgynus) merupakan tumbuhan sayuran yang

banyak terdapat di Asia Tenggara. Ciri-ciri tanaman katuk adalah cabang-

cabang agak lunak, daun tersusun selang-seling pada satu tangkai, berbentuk

lonjong sampai bundar dengan panjang 2,5 cm, dan lebar 1,25-3 cm . Katuk

(Sauropus androgynus) merupakan tanaman obat-obatan tradisionil yang

mempunyai zat gizi tinggi, sebagai antibakteri, dan mengandung beta

karoten sebagai zat aktif warna karkas. Senyawa fitokimia yang terkandung

di dalamnya adalah : saponin, flavonoid, dan tanin, isoflavonoid yang

menyerupai estrogen ternyata mampu memperlambat berkurangnya massa

tulang (osteomalasia), sedangkan saponin terbukti berkhasiat sebagai

antikanker, antimikroba,dan meningkatkan sistem imun dalam tubuh


9

(Santoso, 2009). Menurut penelitian Santoso (2002) ekstrak daun katuk

dapat meningkatkan berat badan dan produksi telur broiler.

Tanaman katuk tumbuh menahun, berbentuk semak perdu dengan

ketinggian antara 21/2m – 5 m. Tanaman katuk terdiri dari akar, batang,

daun, bunga, buah dan biji. Sistem perakarannya menyebar ke segala arah

dan dapat mencapai kedalaman antara 30-50 cm. Batang tanaman tumbuh

tegak dan berkayu. Tanaman katuk mempunyai daun majemuk genap,

berukuran kecil, berbentuk bulat seperti daun kelor. Permukaan atas daun

berwarna hijau gelap, sedangkan permukaan bawah daun berwarna hijau

muda. Produk utama tanaman katuk berupa daun yang masih muda. Daun

katuk sangat potensial sebagai sumber gizi karena memiliki kandungan gizi

yang setara dengan daun singkong, daun papaya, dan sayuran lainnya.

2.3. Probiotik

Istilah probiotik pertama kali dicetuskan untuk mendeskripsikan

senyawa yang dihasilkan mikroorganisme yang dapat menstimulir

pertumbuhan mikroorganisme lain. Definisi probiotik digunakan pada

pemberian pakan ternak yang disuplementasi dengan mikroba pada tahun

1960 untuk membantu hewan ternak khususnya dalam saluran

pencernaannya.

Probiotik atau “probiotic” berasal dari bahasa Yunani yang artinya

“untuk hidup” (pro = untuk, dan biotic = hidup). Istilah probiotik pertama

kali diperkenalkan oleh Lilly dan Stillwell pada tahun 1965 untuk nama
10

bahan yang dihasilkan oleh mikroba yang mendorong pertumbuhan mikroba

lain. Probiotik menurut Kompiang (2009) adalah mikroba hidup atau

sporanya yang dapat hidup atau berkembang di dalam usus dan dapat

menguntungkan inangnya baik secara langsung maupun tidak langsung dari

hasil metabolitnya. Substrat dapat mengubah mikroekologi usus sedemikian

rupa sehingga mikroba yang menguntungkan dapat berkembang dengan

baik.

Definisi lain probiotik merupakan organisme hidup yang mampu

memberikan efek yang menguntungkan kesehatan inangnya apabila

dikonsumsi dalam jumlah yang cukup (FAO/WHO, 2001; FAO/WHO,

2002; ISAPP, 2009) dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora

intestinal pada saat masuk dalam saluran pencernaan.

Kiriteria probiotik menurut FAO/WHO (2001) adalah strain

probiotik seharusnya tidak hanya mampu bertahan melewati saluran

pencernaan tetapi juga memiliki kemampuan untuk berkembang biak dalam

saluran pencernaan, tahan terhadap cairan lambung dan cairan empedu

dalam jalur makanan yang memungkinkan untuk bertahan hidup melintasi

saluran pencernaan dan terkena paparan empedu. Syarat lain probiotik ialah

mampu menempel pada sel epitel usus, mampu membentuk kolonisasi pada

saluran pencernaan, mampu menghasilkan zat anti mikroba (bakteriosin),

dan memberikan pengaruh yang menguntungkan kesehatan. Syarat lainnya

adalah tidak bersifat patogen dan aman jika dikonsumsi. Strain probiotik

juga harus tahan dan tetap hidup selama proses pengolahan makanan dan
11

penyimpanan, mudah diaplikasikan pada produk makanan, dan tahan

terhadap proses fisikokimia pada makanan (Prado et al., 2008).

Reksohadiwinoto (2014) menjelaskan ciri-ciri probiotik antara lain probiotik

memberikan manfaat kesehatan yang diproduksi dari strain bakteri spesifik

yang telah diakui secara klinis efikasinya yang didukung oleh status

kesehatan inang, serta kombinasi strain probiotik dari kultur yang berbeda

harus mampu menurunkan potensi kemampuan bakteri patogen untuk

menempel pada dinding usus dan membangun koloninya dibandingkan

strain tunggal sehingga menurunkan resiko terjadinya infeksi.

Sejumlah peneliti juga mengungkapkan beberapa pengaruh positif

bagi kesehatan dari probiotik yaitu (a) meningkatkan ketahanan terhadap

penyakit infeksi terutama infeksi usus dan diare, (b) menurunkan tekanan

darah/ antihipertensi, (c) menurunkan konsentrasi kolesterol serum darah,

(d) mengurangi resiko lactose intolerance, (e) mempengaruhi respon imun,

(f) memudahkan pencernaan, (g) menurunkan resiko terjadinya tumor dan

kanker kolon dan (h) bersifat antimutagenik serta bersifat anti karsinogenik

(Kusumawati, 2002).

Penggunaan probiotik pada ternak unggas dilaporkan dapat

menurunkan aktivitas urease, suatu enzim yang bekerja menghidrolisis urea

menjadi amonia sehingga pembentukan amonia menjadi berkurang atau

bahkan hilang. Penelitian Asli et al (2007) tentang probiotik yeast

S.cerevisiae yang dikombinasikan dengan vitamin E dan C membuktikan

bahwa probiotik tersebut mampu meningkatkan daya tahan tubuh unggas.


12

Pemberian bakteri Bacillus sp memengaruhi anatomi usus dan mampu

meningkatkan kualitas telur, terutama menaikkan kekentalan albumen

(Kompiang, 2009). Penelitian Malik (2013) tentang penggunaan probiotik

(1, 2, dan 3%) dalam ransum pada layer menunjukkan bahwa penggunaan

probiotik sampai 3%, berpengaruh nyata terhadap konsumsi dan konversi

ransum ayam petelur periode layer.

2.4. Produksi Telur

Produksi telur ditentukan oleh strain unggas, umur pertama bertelur,

lingkungan, konsumsi pakan, dan kandungan protein pakan (North dan Bell,

2004). Menurut Woodard et al. (2010) puyuh betina mulai bertelur pada

umur 35 hari dan rata-rata pada umur 40 hari. Puncak produksi telur pada

puyuh adalah pada umur 4-5 bulan (120-150 hari). Produksi telur pada

permulaan masa bertelur sedikit dan semakin meningkat sesuai dengan

pertambahan umur puyuh. Telur yang dihasilkan pada permulaan bertelur

berukuran kecil dan akan semakin besar sesuai dengan pertambahan umur

sampai mencapai ukuran yang stabil. Induk yang mulai bertelur terlalu

muda akan menghasilkan telur yang lebih kecil bila dibandingkan dengan

telur yang dihasilkan oleh induk yang lambat mulai bertelur.

Puyuh pada umumnya bertelur pada sore hari antara pukul 15.00-

18.00 dan sebagian kecil bertelur pada malam hari. Puyuh yang dipelihara

pada lingkungan yang nyaman dapat menghasilkan rata-rata 250 butir telur

per tahun (Woodard et al., 2010).


13

2.5. Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum merupakan ukuran untuk mengetahui jumlah

pakan yang dikonsumsi seekor ternak setiap ekor per hari. Kebutuhan

unggas yang paling utama yaitu energi dan protein, sedikit vitamin dan

mineral. Zat-zat tersebut diperoleh unggas dari pakan/ransum yang

dikonsumsi setiap hari (Wahyu, 2004).

Konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah unsur

nutrisi yang ada di dalam ransum yang telah tersusun dari berbagai bahan

makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ayam broioler (Rasyaf, 2004).

Sifat khusus unggas adalah mengkonsumsi pakan untuk memperoleh energi

sehingga pakan yang dimakan tiap harinya cenderung berhubungan dengan

kadar energinya. Konsumsi akan meningkat bila diberi ransum yang

berenergi rendah dan menurun bila diberi ransum yang berenergi tinggi

(Wahyu, 2004).

Konsumsi ransum dipengaruhi oleh berat badan, ukuran tubuh,

tahapan produksi, keadaan energi pakan, dan suhu lingkungan (North dan

Bell, 2004). Menurut Ferket dan Gernet (2006) konsumsi pakan dipengaruhi

oleh kualitas pakan (komposisi nutrisi dalam ransum, kualitas pelet, dan

formulasi ransum) dan manajemen (manajemen lingkungan, kepadatan

kandang, ketersediaan pakan dan air minum, dan kontrol terhadap penyakit).
14

2.6. Konversi Ransum

Konversi ransum adalah jumlah makanan yang habis dikonsumsi

oleh seekor ayam dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai bentuk dan

berat badan optimal. Konversi ransum (Feed Converse Ratio) adalah

perbandingan jumlah konsumsi ransum pada satu minggu dengan

pertambahan bobot badan yang dicapai pada minggu itu, bila rasio kecil

berarti pertambahan bobot badan ayam memuaskan atau ayam makan

dengan efisien. Hal ini dipengaruhi oleh besar badan dan bangsa ayam,

tahap produksi, kadar energi dalam ransum, dan temperatur lingkungan

(Rasyaf, 2004).

Konversi ransum mencerminkan keberhasilan dalam memilih atau

menyusun ransum yang berkualitas. Nilai konversi ransum minimal

dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : 1) kualitas ransum, 2) teknik pemberian

pakan, 3) angka mortalitas. Perlu disadari bahwa kunci keberhasilan usaha

dalam budidaya broiler adalah angka konversi ransum (Abidin, 2002).


15

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan akan dilaksanakan di Kp. Situ Bakom Desa Sundawenang

Kecamatan Salawy Kabupaten Tasikmalaya. Percobaan akan dilaksanakan

dari bulan Juni sampai Juli 2019.

3.2. Bahan dan Alat Percobaan

3.2.1. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan adalah 100 ekor

burung puyuh, ekstrak daun katuk, probiotik, air minum, ransum

komersial dan desinfektan kandang.

3.2.2. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan adalah kandang puyuh,

tempat pakan, tempat minum dan timbangan digital.

3.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Persiapan Kandang

Sebelum penelitian dimulai, kandang terlebih dahulu dibersihkan

dengan menggunakan desinfektan. Kemudian kandang tersebut diberi

sekat sesuai dengan perlakuan untuk mempermudah dalam melakukan

pengamatan.

15
16

2. Pemberian Ransum dan Air Minum

Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum.

3. Penimbangan Ransum Sisa

Ransum sisa ditampung dan ditimbang untuk menghitung jumlah

konsumsi ransum dan konversi ransum.

3.4. Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Konsumsi ransum

Dihitung berdasarkan jumlah ransum yang diberikan setiap

minggu kemudian dikurangi dengan sisa ransum pada akhir minggu

dibagi dengan 7 hari.

Konsumsi = Jumlah Ransum yang Diberikan - Jumlah Ransum Sisa

(dalam satuan gram/hari).

2. Produksi Telur (kg/butir)

Produksi telur diketahui dengan menghitung jumlah telur yang

dihasilkan selama penelitian dan dicatat setiap hari. Untuk menghitung

persentase produksi telur selama 1 bulan, digunakan rumus sebagai

berikut:

% Quail Day Production = Jumlah Produksi Telur 100%


Jumlah Puyuh Yang Hidup

3. Konversi Ransum

Konversi ransum dihitung berdasarkan jumlah ransum yang

dikonsumsi dibagi dengan total berat telur yang dihasilkan.


17

3.5. Rancangan Percobaan

Penelitian ini dilakukan berdasarkan metode eksperimental dengan

rancangan percobaan rancangan acak lengkap (RAL), dengan 4 macam

perlakuan, setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Setiap unit percobaan

terdiri atas 5 ekor puyuh. Pengaruh perlakuan akan diuji menggunakan

analisis ragam (Uji F) dilanjutkan dengan uji Duncan.

Perlakuan terdiri dari :

P0 = tanpa pemberian probiotik dan Ekstrak Daun Katuk

P1 = Probiotik 0,5%

P2 = Ekstrak Daun Katuk 15%

P3 = Probiotik 0,5% + Ekstrak Daun Katuk 15%

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Is1
    Daftar Is1
    Dokumen1 halaman
    Daftar Is1
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Proposal 17 Agustus
    Proposal 17 Agustus
    Dokumen9 halaman
    Proposal 17 Agustus
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Uluman Rapat
    Uluman Rapat
    Dokumen1 halaman
    Uluman Rapat
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Formulir Kegiatan IPSRS
    Formulir Kegiatan IPSRS
    Dokumen1 halaman
    Formulir Kegiatan IPSRS
    dnaf
    Belum ada peringkat
  • Brosur Terapi
    Brosur Terapi
    Dokumen1 halaman
    Brosur Terapi
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Uluman Rapat
    Uluman Rapat
    Dokumen1 halaman
    Uluman Rapat
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Soap
    Soap
    Dokumen26 halaman
    Soap
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Soap
    Soap
    Dokumen26 halaman
    Soap
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Nomor SOP
    Nomor SOP
    Dokumen23 halaman
    Nomor SOP
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Wa0008
    Wa0008
    Dokumen4 halaman
    Wa0008
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Snars
    Snars
    Dokumen2 halaman
    Snars
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Riwayat Hdup
    Daftar Riwayat Hdup
    Dokumen1 halaman
    Daftar Riwayat Hdup
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Nomor SOP
    Nomor SOP
    Dokumen23 halaman
    Nomor SOP
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Bab V Proposal
    Bab V Proposal
    Dokumen35 halaman
    Bab V Proposal
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Culture Shock
    Culture Shock
    Dokumen2 halaman
    Culture Shock
    Nur Mutmainnah Rahman
    Belum ada peringkat
  • Kompre Krsna Bab IV
    Kompre Krsna Bab IV
    Dokumen3 halaman
    Kompre Krsna Bab IV
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Kumpulan Doa Ramadhan PDF
    Kumpulan Doa Ramadhan PDF
    Dokumen38 halaman
    Kumpulan Doa Ramadhan PDF
    Ferry
    100% (1)
  • Kompre Bab III
    Kompre Bab III
    Dokumen25 halaman
    Kompre Bab III
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Kompre Bab 1
    Kompre Bab 1
    Dokumen6 halaman
    Kompre Bab 1
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Bab V Proposal
    Bab V Proposal
    Dokumen35 halaman
    Bab V Proposal
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Menu
    Daftar Menu
    Dokumen2 halaman
    Daftar Menu
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Kunjungan Kartu KB
    Kunjungan Kartu KB
    Dokumen4 halaman
    Kunjungan Kartu KB
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Kompre Krsna Bab IV
    Kompre Krsna Bab IV
    Dokumen3 halaman
    Kompre Krsna Bab IV
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi Proposal
    Bab Vi Proposal
    Dokumen3 halaman
    Bab Vi Proposal
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Puisi SD
    Puisi SD
    Dokumen16 halaman
    Puisi SD
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • KELIPING
    KELIPING
    Dokumen2 halaman
    KELIPING
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Gizi HAMIL
    Gizi HAMIL
    Dokumen2 halaman
    Gizi HAMIL
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat
  • Analisis Gender
    Analisis Gender
    Dokumen10 halaman
    Analisis Gender
    Giva Aza Lah
    Belum ada peringkat