Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN tidak diberi gelang resiko jatuh 7,5% , pasien dengan

Rumah Sakit merupakan salah satu sarana pagar tempat tidur tidak terpasang 3,9%4.
pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk pemulihan Salah satu lembaga akreditasi internasional
dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik. rumah sakit yang telah diakui oleh dunia adalah Joint
Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan Commission Internasional (JCI). JCI merupakan salah
pemenuhan kebutuhan dan tuntutan dari pemakai jasa satu divisi dari Joint Commission International
pelayanan (pasien) yang mengharapkan penyembuhan Resqurces. JCI telah bekerja dengan organisasi
dan pemulihan yang berkualitas dan penyediaan perawatan kesehatan, departemen kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang nyaman dan aman1. organisasi global di lebih dari 80 negara sejak tahun
Di Era global seperti saat ini tuntutan pelayanan 1994. JCI merupakan lembaga non pemerintah dan
kesehatan termasuk pelayanan keperawatan yang tidak terfokus pada keuntungan5.
profesional dengan standar internasional sudah Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan
didepan mata. Pelayanan tidak lagi hanya berfokus Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2005).
pada kepuasan pasien tetapi lebih penting lagi adalah Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) menjadi
keselamatan pasien (patient safety). Pada rumah sakit pemakarsa utama dengan membentuk Komite
diberbagai Negara yaitu Amerika, Inggris, Denmark Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Rumah sakit yang
dan Australia, data World Health Organization memperoleh suatu akreditasi internasional harus
(WHO) pasien dengan tempat tidurnya tidak menerapkan beberapa syarat yang ditetapkan untuk
direndahkan 3,2%, pasien tidak diberi label segitiga keselamatan pasien yaitu Six Goal Pasient safety atau
16,6%, pasien tidak dilakukan penilaian skala resiko Enam Sasaran Keselamatan Pasien meliputi ketepatan
jatuh 48%, pasien tidak diberi gelang resiko jatuh identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang
13,3%, pasien dengan pagar tempat tidur tidak efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu
terpasang 7,65%2. diwaspadai, kepastian tepat lokasi-tepat prosedur-tepat
Upaya untuk mengantisipasi dan mencegah pasien post operasi, pengurangan resiko infeksi dan
terjadinya pasien jatuh dengan atau tanpa cidera pengurangan resiko pasien jatuh4.
sangat diperlukan. Rumah sakit wajib melakukan Data di Sulawesi Tengah (2017) untuk data
penanganan pasien resiko jatuh yang dapat dimulai pasien jatuh, pasien tidak dilakukan penilaian skala
dari pengkajian di awal pasien masuk maupun resiko jatuh 21,3%, pasien yang tempat tidurnya tidak
pengkajian ulang secara berkala, termasuk resiko direndahkan 5,7%, pasien tidak diberi label segitiga
potensial yang berhubungan dengan jadwal pemberian 24,8%, pasien tidak diberi gelang resiko jatuh 3,5%,
obat serta mengambil tindakan untuk mengurangi pasien dengan pagar tempat tidur tidak terpasang
semua resiko yang telah diidentifikasikan tersebut. 5,9%. Pencegahan pasien resiko jatuh adalah
Manajemen resiko pasien jatuh ini dapat dilaksanakan serangkaian tindakan keperawatan yang merupakan
sejak pasien mendaftar hingga pasien pulang, masalah acuan dalam penerapan langkah-langkah untuk
penyebab resiko pasien jatuh mengembangkan mempertahankan keselamatan pasien yang beresiko
alternatif solusi dan melakukan uji dari alternatif solusi jatuh dengan melakukan pengkajian melalui Morse
tersebut3. Fall Scale (MFS). Morse Fall Scale (MFS) bertujuan
Harapan pelayanan profesional yang bermutu untuk memberikan keselamatan pasien dewasa di RS,
tinggi yang berfokus pada keselamatan (safety) dan mencegah terjadinya pasien jatuh di RS. Intervensi
kepuasan pasien dapat terlaksana. Keselamatan pasien pencegahan pasien jatuh antara lain penilaian skala
merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan di resiko jatuh, memasang gelang identifikasi pasien
rumah sakit dan hal itu terkait dengan isu mutu dan resiko jatuh berwarna kuning pada pergelangan pasien,
citra rumah sakit. Rumah sakit menuju pengakuan tanda pencegahan jatuh (label segitiga kuning/merah)
internasional harus melalui proses akreditasi dilakukan dipapan tempat tidur, menuliskan di whiteboard pada
oleh lembaga independen yang memiliki kewenangan nurse station, mengatur tinggi rendahnya tempat tidur
untuk memberikan penilaian tentang kualitas sesuai dengan prosedur pencegahan pasien jatuh,
pelayanan di institusi pelayanan kesehatan. Di memastikan pagar pengaman tempat tidur dalam
Indonesia, pasien tidak dilakukan penilaian skala keadaan terpasang, pada pasien gelisah menggunakan
resiko jatuh 2,2%, pasien yang tempat tidurnya tidak restrain atau baju Apollo4.
direndahkan 7%/1000 tempat tidur di ruang perawatan Pelaksanaan pencegahan pasien jatuh salah
pertahun, pasien tidak diberi label segitiga 29%, pasien satunya adalah penilaian skala resiko jatuh dan pada

2
prinsipnya adalah bagian dari, kinerja dan perilaku Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perawat yang berkaitan dengan kepatuhan. Patuh perawat pelaksana di ruang perawatan RSUD Buol
adalah taat atau tidak taat terhadap perintah dan dengan jumlah perawat 71 orang. Besar sampel pada
merupakan titik awal dari perubahan sikap dan penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di
perilaku individu. ruang perawatan yang berjumlah 71 orang. Sumber
Hasil penelitian yang dilakukan oleh data adalah primer dan sekunder.
Retnaningsih peneliti telah melakukan observasi Analisis data menggunakan analisis univariat
terhadap 10 perawat dalam menerima pasien baru 15 dan analisis bivariat. Uji yang digunakan adalah uji
orang. Menunjukkan dari 15 pasien ada 3 pasien yang chi-square dengan tingkat kemaknaan 0,05.
tempat tidurnya tidak direndahkan, 5 pasien tidak
diberi label segitiga, 2 pasien tidak dilakukan penilaian HASIL PENELITIAN
skala resiko jatuh, 2 pasien tidak diberi gelang resiko Analisi Univariat
jatuh, 3 pasien dengan pagar tempat tidur tidak Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik responden
terpasang. Hal ini menggambarkan bahwa pelaksanaan berdasarkan umur responden di ruang
asuhan keperwatan kepada pasien secara aman yang perawatan RSUD Buol
merujuk pada patient safety belum optimal4.
Berdasarkan data RSUD Buol, untuk pasien Umur f %
jatuh dari 91 tempat tidur pasien yang ada diruangan 20 - 30 tahun 42 59,2
selama pasien dirawat ada 19 pasien yang tempat 31 - 40 tahun 26 36,6
tidurnya tidak direndahkan, 28 pasien tidak diberi 41 - 50 tahun 3 4,2
label segitiga, 15 pasien tidak dilakukan penilaian Total 71 100
Sumber: Data Primer 2018
skala resiko jatuh, 37 pasien tidak diberi gelang resiko
jatuh, 24 pasien dengan pagar tempat tidur tidak Tabel 1 dijelaskan bahwa distribusi frekuensi
terpasang. Data pasien jatuh pada ruang perawatan sesuai dengan golongan umur responden, dari 71
RSUD Buol (2017) berjumlah 47 orang. Diperoleh responden sebagian besar adalah umur 20-30 tahun
jumlah tenaga perawat dari enam ruangan perawatan sebanyak 42 responden (59,2%).
sebanyak 71 orang, dimana dari 71 orang perawat
sudah pernah mengikuti pelatihan patient safety pada Tabel 2 Distribusi frekuensi karakteristik responden
bulan Juli Tahun 2016. Berlatar belakang pendidikan berdasarkan pendidikan responden di ruang
mulai dari SPK terdiri dari 8 orang, terdiri dari 51 perawatan RSUD Buol
orang DIII keperawatan, terdiri dari 2 orang SI
Keperawatan, terdiri dari 10 orang SI + Ners6. Pendidikan f %
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka D3 56 78,9
dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai S1 keperawatan 10 14,1
berikut “Bagaimana Hubungan Pengetahuan dan Ners 5 7,0
Perilaku Perawat Terhadap Tindakan Pencegahan Total 71 100
Resiko Jatuh Di Ruang Perawatan RSUD Buol?” Sumber: Data Primer 2018
Menganalisis hubungan pengetahuan dan Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa distribusi
perilaku perawat terhadap tindakan pencegahan frekuensi sesuai dengan tingkat pendidikan responden,
resiko jatuh di ruang perawatan RSUD Buol. dari 71 responden sebagian besar berpendidikan D3
sebanyak 56 responden (78,9 %).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kuantitatif dengan desain penelitian analitik yaitu
untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku
perawat terhadap tindakan pencegahan resiko jatuh di
ruang perawatan RSUD Buol. Penelitian
menggunakan pendekatan cross sectional.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni
Tahun 2018 di RSUD Buol.

3
Tabel 3 Distribusi frekuensi karakteristik responden yang dilakukan dalam tindakan pencegahan resiko
berdasarkan pengetahuan perawat terhadap jatuh sebanyak 63 responden (88,7%).
tindakan pencegahan resiko jatuh dengan
jumlah responden di ruang perawatan RSUD Analisis Bivariat
Buol Tabel 6 Distribusi hubungan pengetahuan perawat
terhadap tindakan pencegahan resiko jatuh di
Pengetahuan f % ruang perawatan RSUD Buol
Baik 40 56,3
Kurang 31 43,7 Tindakan
Total 71 100 Pengetahuan Total p-
Sumber: Data Primer 2018 Dilakukan Tidak
dilakukan value
Tabel 3 dijelaskan bahwa distribusi frekuensi f (%) f (%) f (%)
sesuai dengan tingkat pengetahuan responden, dari 71 Baik 37 92.5 3 7.5 40 100
responden sebagian besar berpengetahuan baik Kurang baik 26 83.9 5 16.1331 100 254
sebanyak 40 responden (56,3%). Total 63 88.7 8 11.3 71 100
Sumber: Data Primer 2018
Tabel 4 Distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan perilaku perawat terhadap Hasil penelitian pada tabel 6 menunjukan
tindakan pencegahan resiko jatuh dengan bahwa dari 71 responden yang memiliki pengetahuan
jumlah responden di ruang perawatan RSUD baik sebanyak 40 orang (56,3%), yang memiliki
Buol pengetahuan kurang baik sebanyak 31 orang (43,7%).
Responden yang melakukan tindakan resiko jatuh
Perilaku f % sebanyak 63 orang (88,7%), responden yang tidak
Baik 37 52,1 melakukan tindakan resiko jatuh sebanyak 8 orang
Kurang Baik 34 47,9
(11,3%).
Total 71 100
Sumber: Data Primer 2018
Hasil uji statistik pada tabel 4.6 dengan
menggunakan uji chi-square didapatkan nilai p-value =
Tabel 4 dijelaskan bahwa distribusi frekuensi 254 (p > 0,05) berarti secara statistik tidak ada
sesuai dengan tingkat perilaku responden, dari 71 hubungan yang signifikan antara hubungan
responden sebagian besar berperilaku baik sebanyak pengetahuan perawat terhadap tindakan pencegahan
37 responden (52,1%). resiko jatuh di ruang perawatan RSUD Buol.

Tabel 5 Distribusi frekuensi karakteristik responden Tabel 7 Distribusi hubungan perilaku perawat
berdasarkan tindakan pencegahan resiko terhadap tindakan pencegahan resiko jatuh di
jatuh dengan jumlah responden di ruang ruang perawatan RSUD Buol
perawatan RSUD Buol
Tindakan
Tindakan f % Perilaku Total p-
Dilakukan Tidak
Dilakukan 63 88,7 value
dilakukan
Tidak dilakukan 8 11,3
f (%) f (%) f (%)
Total 71 100
Baik 31 83.8 6 16.2 37 100
Sumber: Data Primer 2018
Kurang baik 32 94.1 2 5.9 34 100 169
Tabel 5 dijelaskan bahwa distribusi frekuensi Total 63 88,7 8 11,3 71 100
sesuai dengan tindakan pencegahan resiko jatuh, dari Sumber: Data Primer 2018
71 responden tindakan yang dilakukan dalam tindakan
pencegahan resiko jatuh sebanyak 63 responden Hasil penelitian pada tabel 7 menunjukan
(88,7%). Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa dari 71 responden yang memiliki perilaku baik
bahwa distribusi frekuensi sesuai dengan tindakan sebanyak 37 orang (52,1%), yang memiliki perilaku
pencegahan resiko jatuh, dari 71 responden tindakan kurang baik sebanyak 34 orang (47,9%). Responden
yang melakukan tindakan pencegahan resiko jatuh

4
sebanyak 63 orang (88,7%), responden yang tidak banyak tidak dilakukan. Sesuai dengan hasil yang
melakukan tindakan pencegahan resiko jatuh sebanyak didapatkan peneliti dilapangan bahwa pada penyataan
8 orang (11,3%). pengetahuan pengkajian resiko jatuh pada pasien
Hasil uji statistik pada tabel 4.6 dengan dengan resiko jatuh sedang dilakukan 2 kali dalam 1
menggunakan uji chi-square didapatkan nilai p-value = shift dinas, hal ini disebabkan responden merasa tidak
169 (p > 0.05) berarti secara statistik tidak ada berbahaya karena masih dalam taraf resiko jatuh
hubungan yang signifikan antara hubungan perilaku sedang. Melalui lembar observasi tindakan
perawat terhadap tindakan pencegahan resiko jatuh di pencegahan resiko jatuh sesuai dengan SPO,
ruang perawatan RSUD Buol. pernyataan yang mengatakan melakukan identifikasi
sesuai dengan skoring, pemasangan stiker kuning pada
PEMBAHASAN gelang identifikasi pasien serta penyampaian tujuan
Hubungan Pengetahuan Perawat Terhadap pemasangan stiker kuning pada pasien dan keluarga
Tindakan Pencegahan Resiko Jatuh Di Ruang tidak dilakukan, terdapat 58 responden yang tidak
Perawatan RSUD Buol melakukan tujuan pemasangan stiker kuning pada
pasien dan keluarga, hal ini disebabkan banyaknya
Hasil crosstab diketahui pengetahuan perawat pasien dalam satu ruangan sedangkan responden yang
menunjukan bahwa dari 71 responden yang memiliki jaga kurang sehingga lupa untuk melakukan ke-3
pengetahuan baik sebanyak 40 orang (56,3%), yang tindakan tersebut.
memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 31 orang Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
(43,7%). Responden yang melakukan tindakan Notoatmodjo (2014) bahwa aspek pengetahuan
pencegahan resiko jatuh sebanyak 63 orang (88,7%), merupakan dominan yang sangat penting untuk
responden yang tidak melakukan tindakan pencegahan terbentuknya perilaku seseorang dimana semakin
resiko jatuh sebanyak 8 orang (11,7%). tinggi tingkat pengetahuan seseorang akan dapat
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji mempengaruhi pola pikir dan sikap terhadap sesuatu,
chi-square didapatkan p-value = 254 (p > 0.05) berarti hal ini akan mempengaruhi perubahan perilaku.
secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan Sehingga dengan pengetahuan yang baik maka
antara hubungan pengetahuan perawat terhadap perawat akan patuh melaksanakan standar pelaksanaan
tindakan pencegahan resiko jatuh di ruang perawatan operasional menurunkan resiko cidera akibat jatuh8.
RSUD Buol. Menurut peneliti, responden yang mempunyai
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian pengetahuan kurang baik tetapi dilakukan tindakan
yang dilakukan oleh Amin Dewi (2014) di rumah sakit resiko jatuh dikarenakan faktor pengalaman, dimana
karanganyar Jawa Tengah yang menghasilkan pengalaman berkaitan dengan umur, sementara umur
kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang yang lebih tua yang banyak melakukan tindakan resiko
signifikan antara pengetahuan perawat dengan jatuh pada penelitian ini. Bertambahnya umur maka
tindakan terhadap tindakan pencegahan resiko jatuh. pengalaman juga semakin banyak, selain itu
Dapat diuraikan bahwa dari 30 responden, dengan bertambahnya umur mempengaruhi pola pikir
pengetahuan baik sebanyak 22 responden (73,33%). seseorang, sehingga dari hal ini akan mempengaruhi
Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan tindakannya dalam melakukan tindakan resiko jatuh.
Pardede 2015 yang meneliti tentang pelaksanaan Hal tersebut didukung oleh teori Suryabudhi
program manajemen pasien dengan resiko jatuh di (2009) yang menjelaskan bahwa umur merupakan
rumah sakit, hasil penelitian menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan
masih banyak perawat belum melaksanakan program seseorang. Seseorang yang menjalani hidup secara
manajemen pasien jatuh yang meliputi screening, normal dapat diasumsikan bahwa semakin lama hidup
pemasangan gelang identitas resiko jatuh, edukasi maka pengalaman semakin banyak, keahliannya
pasien dan kelurga, pengolahan pasien resiko jatuh, semakin mendalam dan kearifannya semakin baik
penanganan pasien resiko jatuh dan insiden dalam pengambilan keputusan tindakannya. Selain itu
pelaporan7. bertambahnya umur dapat mempengaruhi pola pikir
Menurut asumsi peneliti bahwa responden seseorang dalam menentukan tindakan yang akan
terbanyak berlatar belakang pendidikan D3 dan baru diambilnya9.
sekali mengikuti pelatihan patient safety sehingga Menurut peneliti, responden yang mempunyai
penerapan pengkajian resiko jatuh dilapangan masih pengetahuan baik tetapi tidak dilakukan tindakan

5
resiko jatuh dikarenakan faktor lingkungan, misalnya bahwa pengkajian resiko jatuh dari IGD akan sama
seperti lingkungan kerja yang dilihat dari fasilitator hasilnya apabila pasien baru masuk keruangan
alat yang tidak memadai sehingga berdampak pada sehingga responden malas untuk melakukan
tidak terlaksananya tindakan resiko jatuh. pengkajian ulang.
Hal ini didukung oleh pernyataan Sulaeman Oleh karena itu, disarankan tindakan
(2011), dimana ia menjelaskan bahwa salah satu yang pencegahan resiko pasien jatuh dapat dipatuhi oleh
mempengaruhi tindakan seseorang adalah faktor seluruh perawat. Dan dilihat dari tingkat pendidikan
lingkungan, dimana faktor lingkungan yang seseorang akan mempengaruhi tingkat
dimaksudkan meliputi lingkungan sosial, budaya, dll. kemampuannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan
Jika faktor lingkungan mendukung, maka tindakan seseorang akan semakin mudah untuk menerima serta
yang diambil juga akan mendukung atau sesuai yang mengembangkan pengetahuan dan tehnologi, karena
diharapkan, akan tetapi jika keadaan lingkungan tidak jika perawat belum menempuh profesi maka
mendukung, maka tindakan juga tidak akan kompetensi profesionalnya juga belum meningkat,
mendukung10. sehingga akan mempengaruhi kinerjanya dalam
tindakan pencegahan resiko pasien jatuh.
Hubungan Perilaku Perawat Terhadap Tindakan Menurut Depkes RI (2016) tujuan sistem
Pencegahan Resiko Jatuh Di Ruang Perawatan patient safety adalah terciptanya budaya keselamatan
RSUD Buol pasien di rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat dan
Hasil crosstab diketahui pengetahuan perawat menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit
menunjukan bahwa dari 71 responden yang memiliki serta terlaksananya program-program pencegahan
perilaku baik sebanyak 37 orang (52,1%), yang sehingga tidak terjadi penanggulangan kejadian tidak
memiliki perilaku kurang baik sebanyak 34 orang diharapkan12.
(47,9%). Responden yang melakukan tindakan Menurut peneliti, responden yang mempunyai
terhadap pencegahan resiko jatuh sebanyak 63 orang perilaku kurang baik tetapi dilakukan tindakan resiko
(88,7%), responden yang tidak melakukan tindakan jatuh dikarenakan faktor kemampuan dan keterampilan
terhadap pencegahan resiko jatuh sebanyak 8 orang responden. Kemampuan dan keterampilan yang
(11,3%). dimiliki oleh responden dapat mempengaruhi
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi- tindakannya terhadap pelaksanaan tindakan resiko
square didapatkan p-value = 169 (p > 0.05) berarti jatuh, hal ini disebabkan karena dengan keterampilan
secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan yang dimilikinya ia akan merasa mampu untuk
antara hubungan perilaku perawat terhadap tindakan menyelesaikan pekerjaannya secara baik dan benar.
pencegahan resiko jatuh di ruang perawatan RSUD Hal ini didukung oleh penjelasan Senopati
Buol. (2011) bahwa adanya tindakan yang baik karena
Hal ini didukung oleh penelitian yang pengaruh dari kemampuan dan keterampilan yang ada
dilakukan Elizabeth (2014) yang menyatakan pada seseorang. Seseorang akan bertindak lebih baik
pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien yang dalam menyelesaikan segala tugas yang diberikan
beresiko jatuh belum optimal dan masih perlu menjadi padanya jika ia telah terampil serta mampu
perhatian bagi perawat di rumah sakit11. menyelesaikan tugasnya secara tepat13.
Berdasarkan hal tersebut, menurut asumsi Menurut peneliti, responden yang mempunyai
peneliti pada saat melakukan penelitian yang menjadi perilaku baik tetapi tidak dilakukan tindakan resiko
responden semua berjenis kelamin perempuan. Yang jatuh dikarenakan faktor demografis yang dilihat dari
mengatakan bahwa seorang perempuan memiliki sifat pendidikan responden, dimana responden dalam
atau naluri keibuan yang sangat dibutuhkan bagi penelitian ini lebih banyak yang berpendidikan D3
seorang perawat. Dengan sifat atau naluri yang dibanding S1. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi
dimiliki tersebut maka diharapkan perawat perempuan tindakan seseorang, dimana semakin tinggi tingkat
dapat lebih memberikan perhatian kepada pasien, dan pendidikannya maka semakin baik pula tindakannya.
juga sesuai dengan hasil yang didapatkan peneliti Hal ini didukung oleh pernyataan Ahyar
dilapangan bahwa pada penyataan perilaku, terdapat (2009), bahwa pendidikan merupakan proses dimana
56 responden yang tidak melakukan pengkajian ulang, seseorang mengembangkan kemampuan, sikap,
hal ini disebabkan oleh karena responden menganggap tindakan dan bentuk tingkah laku lainnya di dalam

6
lingkungan masyarakat. Pendidikan merupakan alat 4. Permenkes RI. 2013. Standar Pelayanan Rumah
yang digunakan untuk membentuk tindakan yang baik Sakit, Instrumen Penilaian Akreditasi RS.
dari seseorang. Semakin tinggi pendidikan yang Pelayanan Intensif, Bandung.
ditempuh oleh seseorang maka semakin baik dalam
pengambilan tindakan14. 5. Potter & Perry. 2013. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Proses, Dan Praktik, edisi 4,
SIMPULAN DAN SARAN Volume.2. Jakarta: EGC.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di 6. RSUD Buol. 2017. Profil RSUD Buol Tahun 2017.
atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Sebagian besar perawat mempunyai pengetahuan 7. Amin D. 2014. Hubungan antara pengetahuan
baik. perawat dengan tindakan terhadap tindakan
2. Sebagian besar perawat mempunyai perilaku baik. pencegahan resiko jatuh di Rumah Sakit
3. Sebagian besar perawat melakukan tindakan Karanganyar Jawa Tengah [skripsi]. Semarang:
pencegahan resiko jatuh. Undip.
4. Tidak ada hubungan pengetahuan perawat dengan
tindakan terhadap pencegahan resiko jatuh di ruang 8. Notoatmodjo S. 2014. Pendidikan dan perilaku
perawatan RSUD Buol Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
5. Tidak ada hubungan hubungan perilaku perawat
dengan tindakan terhadap pencegahan resiko jatuh 9. Suryabudhi. 2009. Psikologi Perkembangan.
di ruang perawatan RSUD Buol Bandung: Pioner Jaya.

Saran 10. Sulaeman, K. 2011. Psikologi Kesehatan.


1. Bagi Rumah Sakit Yogyakarta: Nuha Medika.
Diharapkan pihak RSUD Buol untuk
meningkatkan pelatihan pada perawat yang 11. Elizabeth, K. 2014. Pelaksanaan asuhan
berhubungan dengan tindakan resiko jatuh. keperawatan di RSU Kota Medan [skripsi].
2. Bagi Institusi Pendidikan Medan: USU.
Diharapkan dapat mempergunakan sebagai
bahan acuan dalam menentukan kebijakan dalam 12. Depkes RI. 2016. Tata Laksana Asuhan
menyusun panduan perkuliahan terutama yang Keperawatan. Jakarta: Depkes RI.
berkaitan dengan pengetahuan hubungannya
dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan standar 13. Senopati, U. 2011. Kesehatan Kerja. Yogyakarta:
prosedur operasional terhadap pencegahan resiko Nuha Medika.
jatuh di rumah sakit.
3. Bagi peneliti selanjutnya 14. Ahyar, A. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT
Diharapakan dapat meneliti faktor yang Bumi Aksara.
mempengaruh perilaku perawat dalam pelaksanaan
standar prosedur operasional pencegahan resiko
jatuh.

DAFTAR PUSTAKA
1. Azwar S. 2014. Metode Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

2. WHO. 2013. Mutu Pelayanan Kesehatan:


Perspektif Internasional. Jakarta: EGC. American
Nurses Association.

3. Sunaryo. 2014. Faktor-faktor yang mempengaruhi


sikap konsumen dan minat pembelian produk.

Anda mungkin juga menyukai