Anda di halaman 1dari 14

PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI

DOKTER DI FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

DARAH, PEMBENTUKAN
DARAH dan SISTEM IMUN

PENGURUS BESAR
IKATAN DOKTER INDONESIA

2017
B. DARAH, PEMBENTUKAN DARAH DAN SISTEM IMUN 52
1. Anemia Defisiensi Besi 52
2. HIV/AIDS tanpa Komplikasi 54
3. Lupus Eritematosus Sistemik 58
4. Limfadenitis 62
B. DARAH, PEMBENTUKAN DARAH DAN SISTEM IMUN

1. ANEMIA DEFISIENSI BESI


No. ICPC-2 : B80 Iron Deficiency Anaemia
No. ICD-10 : 280 Iron Deficiency Anemias
Tingkat Kemampuan 4A

Masalah Kesehatan Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


Sederhana (Objective)
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai
penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak Pemeriksaan Fisik
dapat memenuhi fungsinya untuk membawa 1. Gejala umum
oksigen dalam jumlah cukup ke jaringan perifer. Pucat dapat terlihat pada: konjungtiva,
Anemia merupakan masalah medik yang paling mukosa mulut, telapak tangan, dan jaringan
sering dijumpai di klinik di seluruh dunia. di bawah kuku.
Diperkirakan >30% penduduk dunia menderita 2. Gejala anemia defisiensi besi
anemia dan sebagian besar di daerah tropis. Oleh a. Disfagia
karena itu anemia seringkali tidak mendapat b. Atrofi papil lidah
perhatian oleh para dokter di klinik. c. Stomatitis angularis
Hasil Anamnesis (Subjective) d. Koilonikia

Keluhan Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan darah: hemoglobin (Hb),
Pasien datang ke dokter dengan keluhan: hematokrit (Ht), leukosit, trombosit, jumlah
1. Lemah eritrosit, morfologi darah tepi (apusan
2. Lesu darah tepi), MCV, MCH, MCHC, feses rutin,
3. Letih dan urin rutin.
4. Lelah 2. Pemeriksaan Khusus (dilakukan di layanan
5. Penglihatan berkunang-kunang sekunder) :Serum iron, TIBC, saturasi
6. Pusing transferin, dan feritin serum.
7. Telinga berdenging Penegakan Diagnostik (Assessment)
8. Penurunan konsentrasi
9. Sesak nafas Diagnosis Klinis
Faktor Risiko Anemia adalah suatu sindrom yang dapat
disebabkan oleh penyakit dasar sehingga
1. Ibu hamil penting menentukan penyakit dasar yang
2. Remaja putri menyebabkan anemia. Diagnosis ditegakkan
3. Status gizi kurang berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
4. Faktor ekonomi kurang hasil pemeriksaan darah dengan kriteria Hb
5. Infeksi kronik darah kurang dari kadar Hb normal.
6. Vegetarian
Nilai rujukan kadar hemoglobin normal menurut
WHO:
1. Laki-laki: >13 g/dL
2. Perempuan: >12 g/dL
3. Perempuan hamil: >11 g/dL

52 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
BAB II : DAFTAR PANDUAN PRAKTIK KLINIS BERDASARKAN MASALAH DAN PENYAKIT

Diagnosis Banding <7 g/dL).


4. Anemia karena penyebab yang tidak
1. Anemia defisiensi vitamin B12 termasuk kompetensi dokter di layanan
2. Anemia aplastik tingkat pertama misalnya anemia
3. Anemia hemolitik aplastik, anemia hemolitik dan anemia
4. Anemia pada penyakit kronik megaloblastik.
Komplikasi 5. Jika didapatkan kegawatan (misal
perdarahan aktif atau distres pernafasan)
1. Penyakit jantung anemia pasien segera dirujuk.
2. Pada ibu hamil: BBLR dan IUFD
3. Pada anak: gangguan pertumbuhan dan Peralatan
perkembangan Pemeriksaan laboratorium sederhana (darah
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) rutin, urin rutin, feses rutin).

Penatalaksanaan Prognosis

Prinsip penatalaksanaan anemia harus Prognosis umumnya dubia ad bonam


berdasarkan diagnosis definitif yang telah karena sangat tergantung pada penyakit
ditegakkan. Setelah penegakan diagnosis dapat yang mendasarinya. Bila penyakit yang
diberikan sulfas ferrosus 3 x 200 mg (200 mg mendasarinya teratasi, dengan nutrisi yang baik
mengandung 66 mg besi elemental). anemia defisiensi besi dapat teratasi.

Rencana Tindak Lanjut Referensi

Untuk penegakan diagnosis definitif anemia 1. 1. Braunwald, E. Fauci, A.S. Kasper, D.L.
defisiensi besi memerlukan pemeriksaan Hauser, S.L. et al.Harrisson’s: Principle
laboratorium di layananan sekunder dan of Internal Medicine. 17th Ed. New York:
penatalaksanaan selanjutnya dapat dilakukan di McGraw-Hill Companies. 2009. (Braunwald,
layanan tingkat pertama. et al., 2009)
2. Sudoyo, A.W. Setiyohadi, B. Alwi, I.
Konseling dan Edukasi Simadibrata, M. Setiati, S. Eds. Buku ajar
1. 1. Memberikan pengertian kepada pasien ilmu penyakit dalam. 4thEd. Vol. III. Jakarta:
dan keluarga tentang perjalanan penyakit Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
dan tata laksananya, sehingga meningkatkan Dalam FKUI. 2006. (Sudoyo, et al., 2006)
kesadaran dan kepatuhan dalam berobat 3. Bakta IM. Pendekatan Terhadap Pasien
serta meningkatkan kualitas hidup pasien. Anemia. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
2. Pasien diinformasikan mengenai efek Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar
samping obat berupa mual, muntah, Ilmu Penyakit Dalam. 4thEd. Vol II.
heartburn, konstipasi, diare, serta BAB Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
kehitaman. Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006. hlm
3. Bila terdapat efek samping obat maka 632-36. (Sudoyo, et al., 2006)
segera ke pelayanan kesehatan.
Kriteria Rujukan
1. Anemia tanpa gejala dengan kadar Hb <8 g/
dL.
2. Anemia dengan gejala tanpa melihat kadar
Hb segera dirujuk.
3. Anemia berat dengan indikasi transfusi (Hb

PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA 53
BAB II : DAFTAR PANDUAN PRAKTIK KLINIS BERDASARKAN MASALAH DAN PENYAKIT

2. HIV/AIDS TANPA KOMPLIKASI


No. ICPC-2 : B90 HIV-infection/AIDS
No. ICD-10 : Z21 Asymptomatic Human Immunodeficiency Virus (HIV) infection status
Tingkat Kemampuan 4A

Masalah Kesehatan tajam yang tercemar HIV


8. Bayi dari ibu dengan HIV/AIDS
Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang 9. Pasangan serodiskordan – salah satu
mengancam Indonesia dan banyak negara di pasangan positif HIV
dunia serta menyebabkan krisis multidimensi.
Berdasarkan hasil estimasi Departemen Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
Kesehatan tahun 2006 diperkirakan terdapat Sederhana (Objective)
169.000-216.000 orang dengan HIV dan AIDS
di Indonesia. Program bersama UNAIDS dan Pemeriksaan Fisik
WHO memperkirakan sekitar 4,9 juta orang 1. Keadaan Umum
hidup dengan HIV di Asia.
a. Berat badan turun
Hasil Anamnesis (Subjective) b. Demam
Keluhan 2. Kulit

Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan a. Tanda-tanda masalah kulit terkait HIV
gejala atau keluhan tertentu. Pasien datang misalnya kulit kering dan dermatitis
dapat dengan keluhan: seboroik
b. Tanda-tanda herpes simpleks dan
1. Demam (suhu >37,5OC) terus menerus atau zoster atau jaringan parut bekas
intermiten lebih dari satu bulan. herpes zoster
2. Diare yang terus menerus atau intermiten 3. Pembesaran kelenjar getah bening
lebih dari satu bulan. 4. Mulut: kandidiasis oral, oral hairy
3. Keluhan disertai kehilangan berat badan leukoplakia, keilitis angularis
(BB) >10% dari berat badan dasar. 5. Dada: dapat dijumpai ronki basah akibat
infeksi paru
4. Keluhan lain bergantung dari penyakit yang
menyertainya. 6. Abdomen: hepatosplenomegali, nyeri, atau
massa
Faktor Risiko 7. Anogenital: tanda-tanda herpes simpleks,
1. Penjaja seks laki-laki atau perempuan duh vagina atau uretra
2. Pengguna NAPZA suntik 8. Neurologi: tanda neuropati dan kelemahan
3. Laki-laki yang berhubungan seks dengan neurologis
sesama laki-laki dan transgender
4. Hubungan seksual yang berisiko atau tidak Pemeriksaan Penunjang
aman 1. Laboratorium
5. Pernah atau sedang mengidap penyakit
infeksi menular seksual (IMS) a. Hitung jenis leukosit : Limfopenia dan
6. Pernah mendapatkan transfusi darah CD4 hitung <350 (CD4 sekitar 30% dari
7. Pembuatan tato dan atau alat medis/alat jumlah total limfosit)

54 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
BAB II : DAFTAR PANDUAN PRAKTIK KLINIS BERDASARKAN MASALAH DAN PENYAKIT

b. Tes HIV menggunakan strategi III yatu 1. Konseling dan tes HIV sukarela (KTS-VCT =
menggunakan 3 macam tes dengan Voluntary Counseling and Testing)
titik tangkap yang berbeda, umumnya 2. Tes HIV dan konseling atas inisiatif petugas
dengan ELISA dan dikonfirmasi Western kesehatan (TIPK – PITC = Provider-Initiated
Blot Testing and Counseling)
c. Pemeriksaan DPL Penegakan Diagnostik (Assessment)
2. Radiologi: X-ray torak. Sebelum melakukan Diagnosis Klinis
tes HIV perlu dilakukan konseling
sebelumnya. Terdapat dua macam Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pendekatan untuk tes HIV pemeriksaan fisik dan hasil tes HIV. Stadium
klinis harus dinilai pada saat kunjungan awal
Konseling dan tes HIV dapat dilakukan dengan dan setiap kali kunjungan.
dua cara:

Tabel 2.1. Stadium klinis HIV

Stadium 1 Asimptomatik

1. Tidak ada penurunan BB


2. Tidak ada gejala atau hanya limfadenopati generalisata persisten

Stadium 2 Sakit Ringan

1. Penurunan BB bersifat sedang yang tidak diketahui penyebabnya (<10% dari perkiraan BB atau
BB sebelumnya)
2. ISPA berulang (sinusitis, tonsilitis, otitis media, faringitis)
3. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
4. Keilitis angularis
5. Ulkus mulut yang berulang
6. Ruam kulit yang gatal (Papular pruritic eruption)
7. Dermatitis seboroik
8. Infeksi jamur pada kuku

Stadium 3 Sakit Sedang

1. Penurunan berat badan yang tak diketahui penyebabnya (> 10% dari perkiraan BB atau BB
sebelumnya)
2. Diare kronis yang tak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan
3. Demam menetap yang tak diketahui penyebabnya
4. Kandidiasis pada mulut yang menetap
5. Oral hairy leukoplakia
6. Tuberkulosis paru
7. Infeksi bakteri yang berat (contoh: pneumonia, empiema, meningitis, piomiositis, infeksi tulang
atau sendi, bakteriemia, penyakit inflamasi panggul yang berat)
8. Stomatitis nekrotikans ulseratif akut, ginggivitis atau periodontitis
9. Anemia yang tak diketahui penyebabnya (Hb <8g/dL), neutropeni (<0,5 x 10 g/L) dan/atau
trombositopenia kronis (<50 x 10 g/L)

PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA 55
BAB II : DAFTAR PANDUAN PRAKTIK KLINIS BERDASARKAN MASALAH DAN PENYAKIT

Stadium 4 Sakit Berat (AIDS)

1. Sindrom wasting HIV


2. Pneumonia pneumocystis jiroveci
3. Pneumonia bakteri berat yang berulang
4. Infeksi herpes simpleks kronis (orolabial, genital, atau anorektal selama lebih dari 1 bulan atau
viseral di bagian manapun)
5. Kandidiasis esofageal (atau kandidiasis trakea, bronkus atau paru)
6. Tuberkulosis ekstra paru
7. Sarkoma kaposi
8. Penyakit sitomegalovirus (retinitis atau infeksi organ lain, tidak termasuk hati, limpa dan
kelenjar getah bening)
9. Toksoplasmosis di sistem saraf pusat
10. Ensefalopati HIV
11. Pneumonia kriptokokus ekstrapulmoner, termasuk meningitis
12. Infeksi mikobakterium non tuberkulosis yang menyebar
13. Leukoencephalopathy multifocal progresif
14. Kriptosporidiosis kronis
15. Isosporiasis kronis
16. Mikosis diseminata (histoplasmosis, coccidiomycosis)
17. Septikemi yang berulang (termasuk Salmonella non-tifoid)
18. Limfoma (serebral atau Sel B non-Hodgkin)
19. Karsinoma serviks invasif
20. Leishmaniasis diseminata atipikal
21. Nefropati atau kardiomiopati terkait HIV yang simtomatis

Diagnosis Banding Untuk memulai terapi antiretroviral perlu


dilakukan pemeriksaan jumlah CD4 (bila
Penyakit gangguan sistem imun tersedia) dan penentuan stadium klinis infeksi
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) HIV.

Penatalaksanaan 1. Tidak tersedia pemeriksaan CD4. Penentuan


mulai terapi ARV didasarkan pada penilaian
Tatalaksana HIV di layanan tingkat pertama klinis.
dapat dimulai apabila penderita HIV sudah 2. Tersedia pemeriksaan CD4
dipastikan tidak memiliki komplikasi atau infeksi a. Mulai terapi ARV pada semua pasien
oportunistik yang dapat memicu terjadinya dengan jumlah CD4 <350 sel/mm3
sindrom pulih imun. Evaluasi ada tidaknya tanpa memandang stadium klinisnya.
infeksi oportunistik dapat dengan merujuk ke b. Terapi ARV dianjurkan pada semua
layanan sekunder untuk pemeriksaan lebih pasien dengan TB aktif, ibu hamil dan
lanjut karena gejala klinis infeksi pada penderita koinfeksi Hepatitis B tanpa memandang
HIV sering tidak spesifik. jumlah CD4.

56 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
BAB II : DAFTAR PANDUAN PRAKTIK KLINIS BERDASARKAN MASALAH DAN PENYAKIT

Tabel. 2.3. Dosis antiretroviral untuk ODHA dewasa

Gologan/obat Dosis

Nucleoside RTI
Lamivudine (3TC) 150 mg setiap 12 jam atau 300 mg sekali sehari 40 mg setiap 12 jam
Stavudine (d4T) (30 mg setiap 12 jam bila BB <60 kg) 300 mg setiap 12 jam
Zidovudine (ZDV atau AZT)

Nucleotide RTI
Tenofovir (TDF) 300 mg sekali sehari, (Catatan: interaksi obat dengan ddI perlu mengurangi
dosis ddI)

Non-nucleoside RTIs
Efavirenz (EFV) 600 mg sekali sehari
Nevirapine(NVP) (Neviral®) 200 mg sekali sehari selama 14 hari, kemudian 200 mg setiap 12 jam
Protease inhibitors
Lopinavir/ritonavir (LPV/r) 400 mg/100 mg setiap 12 jam, (533 mg/133 mg setiap 12 jam bila
dikombinasi dengan EFV atau NVP)

ART kombinasi
AZT -3TC (Duviral ®) Diberikan 2x sehari dengan interval 12 jam

Rencana Tindak Lanjut AZT maka perl dilakukanpengukuran


kadar Hemoglobin (Hb) sebelum
1. Pasien yang belum memenuhi syarat terapi memulai terapi dan pada minggu ke 4,
ARV. Monitor perjalanan klinis penyakit dan 8 dan 12 sejak mulai terapi atau ada
jumlah CD4-nya setiap 6 bulan sekali. indikasi tanda dan gejala anemia
2. Pemantauan pasien dalam terapi Bila menggunakan NVP untuk
antiretroviral perempuan dengan CD4 antara 250–
a. Pemantauan klinis 350 sel/mm3 maka perlu dilakuan
pemantauan enzim transaminase pada
Dilakukan pada minggu 2, 4, 8, 12 minggu 2, 4, 8 dan 12 sejak memulai
dan 24 minggu sejak memulai terapi terapi ARV (bila memungkinkan),
ARV dan kemudian setiap 6 bulan bila dilanjutkan dengan pemantauan
pasien telah mencapai keadaan stabil. berdasarkan gejala klinis.
b. Pemantauan laboratorium Evaluasi fungsi ginjal perlu dilakukan
Pemantauan CD4 secara rutin setiap untuk pasien yang mendapatkan TDF.
6 bulan atau lebih sering bila ada Konseling dan Edukasi
indikasi klinis.
1. Menganjurkan tes HIV pada pasien TB,
Pasien yang akan memulai terapi dengan infeksi menular seksual (IMS), dan kelompok

PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA 57
BAB II : DAFTAR PANDUAN PRAKTIK KLINIS BERDASARKAN MASALAH DAN PENYAKIT

risiko tinggi beserta pasangan seksualnya, Prognosis


sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. 2. Memberikan informasi kepada pasien Prognosis sangat tergantung kondisi pasien
dan keluarga tentang penyakit HIV/AIDS. saat datang dan pengobatan. Terapi hingga saat
Pasien disarankan untuk bergabung dengan ini adalah untuk memperpanjang masa hidup,
kelompok penanggulangan HIV/AIDS untuk belum merupakan terapi definitif, sehingga
menguatkan dirinya dalam menghadapi prognosis pada umumnya dubia ad malam.
pengobatan penyakitnya. Referensi
Kriteria Rujukan 1. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
1. Setelah dinyatakan terinfeksi HIV maka dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman
pasien perlu dirujuk ke Pelayanan Dukungan Nasional Tatalaksana Infeksi HIV dan Terapi
Pengobatan untuk menjalankan serangkaian Antiretroviral pada Orang Dewasa.Jakarta:
layanan yang meliputi penilaian stadium Kemenkes. 2011. (Kementerian Kesehatan
klinis, penilaian imunologis dan penilaian Republik Indonesia, 2011)
virologi. 2. Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS di Indonesia.
2. Pasien HIV/AIDS dengan komplikasi. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Peralatan PenyakitDalam. 4th Ed. Vol II. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Layanan VCT Dalam FKUI. 2006. hlm 1825-30. (Sudoyo,
et al., 2006

3. LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK


No. ICPC-2 : L99 Systemic Lupus Erythematosus
No. ICD-10 : M32 Systemic Lupus Erythematosus
Tingkat Kemampuan 3A

Masalah Kesehatan seringkali tidak terjadi saat bersamaan. Keluhan


awal dapat berupa:
Lupus Eritematosus Sistemik (LES) telah
menjadi salah satu penyakit reumatik utama 1. Kelelahan
di dunia dalam 30 tahun terakhir. Prevalensi 2. Nyeri sendi yang berpindah-pindah
LES di berbagai negara sangat bervariasi 3. Rambut rontok
antara 2,9/100.000-400/100.000 dan terutama 4. Ruam pada wajah
menyerang wanita usia reproduktif yaitu 15-40 5. Sakit kepala
tahun. Rasio wanita dibandingkan pria berkisar 6. Demam
antara (5,5-9):1. Berdasarkan penelitian di RS 7. Ruam kulit setelah terpapar sinar matahari
Cipto Mangunkusumo Jakarta antara tahun 8. Gangguan kesadaran
1988-1990 insidensi rata-rata adalah 37,7 per 9. Sesak
10.000 perawatan. 10. Edema anasarka
Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan-keluhan tersebut akhirnya akan
berkembang sesuai manifestasi organ yang
Keluhan terlibat pada LES.
Manifestasi klinik LES sangat beragam dan

58 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
BAB II : DAFTAR PANDUAN PRAKTIK KLINIS BERDASARKAN MASALAH DAN PENYAKIT

Faktor Risiko misalnya hipertensi, hematuria, edema


perifer, dan edema anasarka.
Pasien dengan gejala klinis yang mendukung 7. Manifestasi gastrointestinal umumnya
dan memiliki riwayat keluarga yang menderita merupakan keterlibatan berbagai organ
penyakit autoimun meningkatkan kecurigaan dan akibat pengobatan, misalnya mual,
adanya LES. dispepsia, nyeri perut, dan disfagi.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang 8. Manifestasi neuropsikiatrik misalnya kejang
Sederhana (Objective) dan psikosis.
9. Manifestasi hematologi, misalnya leukopeni,
Pemeriksaan Fisik lymphopenia, anemia atau trombositopenia.
Hampir seluruh sistem organ dapat terlibat Pemeriksaan Penunjang
dalam LES. Manifestasi yang umum didapatkan
antara lain: 1. Laboratorium
a. Pemeriksaan DPL (darah perifer
1. 1. Gejala konstitusional, misalnya: kelelahan, lengkap) dengan hitung diferensial
demam (biasanya tidak disertai menggigil), dapat menunjukkan leukopeni,
penurunan berat badan, rambut rontok, trombositopeni, dan anemia.
bengkak, dan sakit kepala. b. Pemeriksaan serum kreatinin
2. Manifestasi muskuloskeletal dijumpai menunjukkan peningkatan serum
lebih dari 90%, misalnya: mialgia, artralgia kreatinin.
atau artritis (tanpa bukti jelas inflamasi c. Urinalisis menunjukkan adanya eritrosit
sendi). dan proteinuria.
3. Manifestasi mukokutaneus, misalnya ruam 2. Radiologi
malar/ruam kupu-kupu, fotosensitifitas, X-ray Thoraks dapat menunjukkan adanya
alopecia, dan ruam diskoid. efusi pleura.
4. Manifestasi paru, misalnya pneumonitis
(sesak, batuk kering, ronkhi di basal), Penegakan Diagnosis (Assessment)
emboli paru, hipertensi pulmonum, dan Diagnosis Klinis
efusi pleura.
5. Manifestasi kardiologi, misalnya Diagnosis LES dapat ditegakkan berdasarkan
Pleuropericardial friction rubs, takipneu, gambaran klinik dan laboratorium. Berdasarkan
murmur sistolik, gambaran perikarditis, American College of Rheumatology (ACR) tahun
miokarditis dan penyakit jantung koroner. 1997, LES dapat ditegakkan bila didapatkan 4
6. Manifestasi renal dijumpai pada 40-75% dari 11 kriteria yang terjadi secara bersamaan
penderita setelah 5 tahun menderita lupus, atau dengan tenggang waktu.

Tabel. 2.4 Kriteria Diagnosis LES berdasarkan American College of Rheumatology

Kriteria Batasan
Ruam malar Eritema menetap, datar atau menonjol, pada malar eminence dan lipat
nasolabial.
Ruam diskoid Bercak eritema menonjol dengan gambaran LES keratotik dan sumbatan
folikular. Pada LES lanjut dapat ditemukan parut atrofik.
Foto sensitifitas Ruam kulit yang diakibatkan reaksi abnormal terhadap sinar matahari, baik
dari anamnesis pasien atau yang dilihat oleh dokter pemeriksa.

PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA 59
BAB II : DAFTAR PANDUAN PRAKTIK KLINIS BERDASARKAN MASALAH DAN PENYAKIT

Kriteria Batasan
Ulkus mulut Ulkus mulut atau orofaring, umumnya tidak nyeri dan dilihat oleh dokter
pemeriksa.
Atritis non-erosif Melibatkan dua atau lebih sendi perifer, ditandai oleh rasa nyeri, bengkak dan
efusi.
Pleuritis atau a. Pleuritis-riwayat nyeri pleuritik atau pleuritic friction rub yang didengar
perikarditis oleh dokter pemeriksa atau bukti efusi pleura atau
b. Perikarditis-bukti rekaman EKG atau pleuritic friction rub yang didengar
oleh dokter pemeriksa atau bukti efusi perikardial.
Gangguan renal a. Protein urin menetap >0,5 gram per hari atau >3+ atau
b. Cetakan selular- dapat eritrosit, hemoglobin, granular, tubular atau
gabungan.
Gangguan a. Kejang- tanpa disebabkan obat-obatan atau gangguan metabolik, misalnya
neurologi uremia, ketoasidosis, atau ketidakseimbangan elektrolit atau
b. Psikosis-tanpa disebabkan obat obatan atau gangguan metabolik,
misalnya uremia, ketoasidosis, atau ketidakseimbangan elektrolit.
Gangguan a. Anemia hemolitik dengan retikulosis atau
hematologi b. Leukopenia- <4.000/mm pada dua kali pemeriksaan atau
c. Limfopenia- <1.500/mm3 pada dua kali pemeriksaan atau3
d. Trombositopenia- <100.000/mm tanpa disebabkan obat-obatan.3
Gangguan a. Anti-DNA: antibodi terhadap native DNA dengan titer yang abnormal atau
imunologik b. Anti-Sm: terdapatnya antibodi terhadap antigen nuklear Sm atau
c. Temuan positif terhadap antibodi antifosfolipid yang didasarkan atas:
1) kadar serum antibodi antikardiolipin abnormal baik IgG atau IgM,
2) Tes lupus antikoagulan positif menggunakan metoda standar, atau
3) hasil tes positif palsu paling tidak selama 6 bulan dan dikonfirmasi
dengan tes imobilisasi Treponema pallidum atau tes fluoresensi
absorbsi antibodi treponemal.
Antibodi Titer positif dari antibodi antinuklear berdasarkan pemeriksaan
antinuklear imunofluoresensi atau pemeriksaan setingkat pada setiap kurun
positif (ANA) waktuperjalanan penyakit tanpa keterlibatan obat.

Diagnosis Banding Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


1. Mixed connective tissue disease Penatalaksanaan
2. Sindrom vaskulitis
Penatalaksanaan berupa terapi konservatif
Komplikasi
Pemberian analgetik sederhana atau obat
1. Anemia hemolitik antiinflamasi non steroid, misalnya parasetamol
2. Trombosis 3-4 x 500-1000 mg, atau ibuprofen 400-800 mg
3-4 kali perhari, natrium diklofenak 2-3 x 25-
3. Lupus serebral 50 mg/hari pada keluhan artritis, artralgia dan
4. Nefritis lupus mialgia.
5. Infeksi sekunder

60 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
BAB II : DAFTAR PANDUAN PRAKTIK KLINIS BERDASARKAN MASALAH DAN PENYAKIT

Rencana Tindak Lanjut Peralatan


1. Segera dirujuk ke layanan sekunder untuk 1. Laboratorium untuk pemeriksaan DPL,
penegakan diagnosis pasti kecuali pada urinalisis, dan fungsi ginjal
lupus berat misalnya yang mengancam
nyawa dapat dirujuk ke layanan tersier 2. Radiologi: X-ray Thoraks
terdekat. Prognosis
2. Pemeriksaan laboratorium dan follow-
up secara berkelanjutan diperlukan untuk Prognosis pasien LES sangat bervariasi
memonitor respon atau efek samping terapi bergantung pada keterlibatan organnya. Sekitar
serta keterlibatan organ baru. 25% pasien dapat mengalami remisi selama
3. Keterlibatan berbagai organ pada LES beberapa tahun, tetapi hal ini jarang menetap.
memerlukan penanganan dari berbagai Prognosis buruk (50% mortalitas dalam 10
bidang misalnya spesialis reumatologi, tahun) terutama berkaitan dengan keterlibatan
neurologi, nefrologi, pulmonologi, ginjal. Penyebab utama mortalitas umumnya
kardiologi, dermatologi, serta hematologi. gagal ginjal, infeksi, serta tromboemboli.

Konseling dan Edukasi Referensi

Konseling dan edukasi diberikan oleh dokter 1. Rani AA, Soegondo S, Nasir AUZ, Wijaya
setelah menerima rujukan balik dari layanan IP, Nafrialdi, Mansjoer A (ed). Panduan
sekunder Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Pusat
1. Intervensi psikososial dan penyuluhan Penerbitan Departemen IPD FKUI. Jakarta.
langsung pada pasien dan keluarganya. 2008. hlm 127-128. (Rani, et al., 2008)
2. Menyarankan pasien untuk bergabung
dalam kelompok penyandang lupus 2. Isbagio H, Albar Z, Kasjmir YI, Setiyohadi B.
3. Pasien disarankan untuk tidak terlalu Lupus Eritematosus Sistemik. Buku Ajar Ilmu
banyak terpapar sinar matahari dan Penyakit Dalam Jilid II. Pusat Penerbitan
selalu menggunakan krem pelindung Departemen IPD FKUI. Jakarta. 2006.
sinar matahari, baju lengan panjang serta (Sudoyo, et al., 2006)
menggunakan payung. 3. Longmore M, Wilkinson I, Turmezei
4. Pemantauan dan penjelasan mengenai T, Cheung CK (ed). Oxford handbook
efek penggunaan steroid jangka panjang of clinical medicine. 7th edition. Oxford
terhadap pasien. University Press. Oxford. 2008. hlm 540-541.
5. Pasien diberi edukasi agar berobat teratur (Longmore, et al., 2008)
dan bila ada keluhan baru untuk segera
berobat. 4. Fauci AS (ed). Harrison’s Manual of Medicine.
17th edition. McGraw Hill Medical. USA.
Kriteria Rujukan 2009. hlm 885-886. (Braunwald, et al., 2009)
1. Setiap pasien yang di diagnosis sebagai LES 5. Petri M, et al. derivation and validation
atau curiga LES harus dirujuk ke dokter of the Systemic Lupus International
spesialis penyakit dalam atau spesialis Collborating Clinics classification criteria
anak untuk memastikan diagnosis for systemic lupus eritematosus. Arthritis
2. Pada pasien LES manifestasi berat atau and Rheumatism. 2012 Aug;64(8):2677-86.
mengancam nyawa perlu segera dirujuk (Petri, et al., 2012)
ke pelayanan kesehatan tersier bila
memungkinkan.

PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA 61
BAB II : DAFTAR PANDUAN PRAKTIK KLINIS BERDASARKAN MASALAH DAN PENYAKIT

4. LIMFADENITIS
No ICPC-2 : L04.9 Acute lymphadenitis, unspecified
No ICD-10 : B70 Lymphadenitis Acute
Tingkat Kemampuan 4A

Masalah Kesehatan kepada orang dengan infeksi saluran nafas


atas, faringitis oleh Streptococcus, atau
Limfadenitis adalah peradangan pada satu atau Tuberkulosis turut membantu mengarahkan
beberapa kelenjar getah bening. Limfadenitis penyebab limfadenopati.
bisa disebabkan oleh infeksi dari berbagai
organisme, yaitu bakteri, virus, protozoa, riketsia Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
atau jamur. Secara khusus, infeksi menyebar ke Sederhana (Objective)
kelenjar getah bening dari infeksi kulit, telinga,
hidung atau mata. Pemeriksaan Fisik

Bakteri Streptokokus, Stafilokokus, dan 1. Pembesaran kelenjar getah bening (KGB)


Tuberkulosis adalah penyebab paling umum dari leher bagian posterior (belakang) terdapat
Limfadenitis, meskipun virus, protozoa, riketsia, pada infeksi rubela dan mononukleosis.
jamur juga dapat menginfeksi kelenjar getah Sedangkan pada pembesaran KGB oleh
bening. infeksi virus, umumnya bilateral (dua sisi-
kiri/kiri dan kanan) dengan ukuran normal
Hasil Anamnesis (Subjective) bila diameter 0,5cm, dan lipat paha bila
diameternya >1,5 cm dikatakan abnormal).
Keluhan: 2. Nyeri tekan bila disebabkan oleh infeksi
a. Pembengkakan kelenjar getah bening bakteri
b. Demam 3. Kemerahan dan hangat pada perabaan
c. Kehilangan nafsu makan mengarah kepada infeksi bakteri sebagai
d. Keringat berlebihan, penyebabnya
e. Nadi cepat 4. Fluktuasi menandakan terjadinya abses
f. Kelemahan 5. Bila disebabkan keganasan tidak
g. Nyeri tenggorok dan batuk bila disebabkan ditemukan tanda-tanda peradangan tetapi
oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas. teraba keras dan tidak dapat digerakkan dari
h. Nyeri sendi bila disebabkan oleh penyakit jaringan sekitarnya.
kolagen atau penyakit serum (serum 6. Pada infeksi oleh mikobakterium
sickness) pembesaran kelenjar berjalan mingguan-
bulanan, walaupun dapat mendadak, KGB
Faktor Risiko: menjadi fluktuatif dan kulit diatasnya
menjadi tipis, dan dapat pecah.
1. Riwayat penyakit seperti tonsilitis yang
7. Adanya tenggorokan yang merah, bercak-
disebabkan oleh bakteri streptokokus,
bercak putih pada tonsil, bintik-bintik merah
infeksi gigi dan gusi yang disebabkan oleh
pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh
bakteri anaerob.
bakteri streptokokus.
2. Riwayat perjalanan dan pekerjaan ke
8. Adanya selaput pada dinding tenggorok,
daerah endemis penyakit tertentu, misalnya
tonsil, langit-langit yang sulit dilepas dan
perjalanan ke daerah-daerah Afrika dapat
bila dilepas berdarah, pembengkakan
menunjukkan penyebab limfadenitis
pada jaringan lunak leher (bull neck)
adalah penyakit Tripanosomiasis. Sedangkan
mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri
pada orang yang bekerja di hutan
Difteri.
Limfadenitis dapat terkena Tularemia.
9. Faringitis, ruam-ruam dan pembesaran
3. Paparan terhadap infeksi/kontak sebelumnya

62 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
BAB II : DAFTAR PANDUAN PRAKTIK KLINIS BERDASARKAN MASALAH DAN PENYAKIT

limpa mengarahkan kepada infeksi Epstein flucloxacillin 25 mg/kgBB empat kali sehari.
Barr Virus. Bila ada reaksi alergi terhadap antibiotik
10. Adanya radang pada selaput mata dan golongan penisilin dapat diberikan
bercak koplik mengarahkan kepada Campak. cephalexin 25 mg/kg (sampai dengan 500
11. Adanya bintik-bintik perdarahan (bintik mg) tiga kali sehari atau eritromisin 15 mg/
merah yang tidak hilang dengan penekanan), kg (sampai 500 mg) tiga kali sehari.
pucat, memar yang tidak jelas penyebabnya, 6. Bila penyebabnya adalah Mycobacterium
disertai pembesaran hati dan limpa tuberculosis maka diberikan obat anti
mengarahkan kepada leukemia. tuberculosis.
7. Biasanya jika infeksi telah diobati, kelenjar
Pemeriksaan Penunjang akan mengecil secara perlahan dan rasa
1. Pemeriksaan skrining TB: BTA Sputum, LED, sakit akan hilang. Kadang-kadang kelenjar
Mantoux Test. yang membesar tetap keras dan tidak lagi
2. Laboratorium: Darah perifer lengkap terasa lunak pada perabaan.

Penegakan Diagnostik (Assessment) Konseling dan Edukasi

Diagnosis Klinis 1. Keluarga turut menjaga kesehatan dan


kebersihan sehingga mencegah terjadinya
Limfadenititis ditegakkan berdasarkan berbagai infeksi dan penularan.
anamnesis dan pemeriksaan fisik. 2. Keluarga turut mendukung dengan
memotivasi pasien dalam pengobatan.
Diagnosis Banding
Rencana follow up:
a. Mumps
b. Kista Duktus Tiroglosus Pasien kontrol untuk mengevaluasi KGB dan
c. Kista Dermoid terapi yang diberikan. Kriteria rujukan
d. Hemangioma
1. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6
Komplikasi minggu dirujuk untuk mencari penyebabnya
(indikasi untuk dilaksanakan biopsi kelenjar
a. Pembentukan abses
getah bening).
b. Selulitis (infeksi kulit)
2. Biopsi dilakukan bila terdapat tanda
c. Sepsis (septikemia atau keracunan darah)
dan gejala yang mengarahkan kepada
d. Fistula (terlihat dalam limfadenitis yang
keganasan, KGB yang menetap atau
disebabkan oleh TBC)
bertambah besar dengan pengobatan
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) yang tepat, atau diagnosis belum dapat
ditegakkan.
Penatalaksanaan
Peralatan
1. Pencegahan dengan menjaga kesehatan dan
kebersihan badan bisa membantu mencegah 1. Alat ukur untuk mengukur beasarnya
terjadinya berbagai infeksi. kelenjar getah bening
2. Untuk membantu mengurangi rasa sakit, 2. Mikroskop
kelenjar getah bening yang terkena bisa 3. Reagen BTA dan Gram
dikompres hangat.
Prognosis
3. Tatalaksana pembesaran KGB leher
didasarkan kepada penyebabnya. Prognosis pada umumnya bonam.
4. Penyebab oleh virus dapat sembuh sendiri
dan tidak membutuhkan pengobatan apa Referensi
pun selain dari observasi. Price, A. Sylvia. Patofisiologi. Jakarta: Penerbit
5. Pengobatan pada infeksi KGB oleh bakteri Buku Kedokteran EGC. 2006.
(limfadenitis) adalah antibiotik oral 10 hari
dengan pemantauan dalam 2 hari pertama

PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA 63

Anda mungkin juga menyukai