Anda di halaman 1dari 5

NAMA : MUHAMAD IQBAL UMAM

KELAS :2C

TUGAS M6 KB 4

1. Literatur yang dibaca


http://pengertiandanartikel.blogspot.com/2017/03/pengertian-dan-konsep-nasionalisme.html
http://www.markijar.com/2015/11/persatuan-dan-kesatuan-bangsa.html

2. Contoh konflik antar suku, ras, golongan, agama yang pernah terjadi di Indonesia.
a. Konflik etnis Dayak dan Madura di Sampit Kalimantan.
b. Tragedi perang antara Suku Lampung dan Suku Bali

3. Kronologis serta landasan yuridis dan sosiologinya.


a. Konflik etnis Dayak dan Madura di Sampit Kalimantan.
 Kronologis
Tragedi Sampit 2001 bukanlah satu-satunya insiden berdarah antara Suku Dayak dan
Madura, karena sebelumnya memang kedua suku ini sering memanas. Kedatangan Suku
Madura di Kalimantan tengah sebenarnya merupakan hasil dari program transmigrasi
oleh pemerintah Indonesia.
Adanya suku lain yang menentap didaerahnya tersebut membuat Suku Dayak merasa
kurang puas dan mulai terusik. Selain itu juga adanya persaingan yang membuat kedua
suku ini memanas. Banyak orang Madura yang berhasil serta menguasai banyak
industry tambang dan perkayuan dibandigkan suku asli. Ada banyak versi yang melatar
belakangi kerusuhan sampit, diantaranya persoalan sosial-ekonomi local yaitu kompetisi
antara para penambang emas Dayak dan Madura. Ada versi lain menceritakan bahwa
tragedy sampit di picu oleh perkelahian antara siswa SMK di Baamang, yang
melibatkan anak Suku Madura dengan anak suku Sampit, dan masih banyak lagi
penyebab-penyebab yang melatar belakanginya. Perkelahian antar anak madura dan
dayak memicu juga konflik antar keluarga, antar etnis, hingga terjadilah tragedi sampit
yang mengakibatkan ratusan orang meninggal secara tragis.
 Landasan yuridis dan sosiologis
Menurut Dr Thamrin Amal Tomagola, sosiolog dari Universitas Indonesia, ada empat
faktor utama akar konflik di Kalimantan, yaitu;
1) Terjadinya proses marginalisasi suku Dayak. Pendidikan yang minim dan sedikitnya
warga Dayak yang bisa menikmati pendidikan mengakibatkan sedikitnya warga
Dayak yang duduk di pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah lebih banyak di
pegang oleh warga pendatang.
2) Penempatan transmigran di pedalaman Kalimantan yang mengakibatkan singgungan
hutan. Hutan bagi masyarakat Dayak adalah tempat tinggal dan hidup mereka. Ketika
transmigran ditempatkan di pedalaman Kalimantan, dan mereka melakukan
penebangan hutan, kehidupan masyarakat Dayak terganggu. Sejak tahun 1995 para
transmigran di tempatkan di pedalaman Kalimantan, tidak seperti tahun-tahun
sebelumnya yang selalu menempatkan transmigran di pesisir. Para pendatang baru
inilah, yang dikenal keras dan pembuat masalah, tidak seperti pendatang-pendatang
sebelumnya. Selain soal transmigrasi, pemerintah juga telah memberikan keleluasaan
bagi para pengusaha untuk membuka hutan melalui HPH.
3) Masyarakat Dayak kehilangan pijakan, terganggunya harmoni kehidupan masyarakat
Dayak mengakibatkan masyarakat Dayak kehilangan pijakan. Kekuatan adat menjadi
berkurang. Kebijakan-kebijakan pemerintah telang menghilangkan/mengurangi
identitas mereka sebagai masyarakat adat.
4) Hukum yang tidak dijalankan dengan baik mengakibatkan banyaknya terjadi tindak
kekerasan dan kriminal yang dibiarkan. Proses pembiaran ini berakibat pada
lemahnya hukum dimata masyarakat, sehingga masyarakat menggunakan caranya
sendiri untuk menyelesaikan berbagai persoalan, diantaranya dengan menggunakan
kekerasan.
sumber :
http://archive.kaskus.co.id/thread/2208967/0/kerusuhan-kerusuhan-sipil-di-indonesia
http://kontensara.blogspot.com/2017/04/tragedi-sampit-suku-dayak-vs-madura.html

b. Tragedi perang antara Suku Lampung dan Suku Bali


 Kronologis
Kronologis tragedi perang antara suku Lampung dan suku Bali bermula dari masyarakat
suku asli yang dalam hal ini adalah suku lampung menganggap suku Bali (pendatang)
telah menciderai kepercayaan dan keramahan mereka dengan tidak menghargai
keberagaman yang mereka miliki masing-masing. Serta seiring dengan itu, timbul pula
perasaan dilecehkan oleh suku pendatang sehingga konflik terjadi tanpa bisa dielakan.
Kondisi seperti ini menciptakan masyarakat yang masing-masing mengedepankan
identitas masing-masing sampai tingkat ingin menguasai satu sama lainnya atau
Rachisme (perasaan superioritas terhadap ras tertentu).
Konflik kekerasan yang terjadi pada tanggal 27-29 Oktober 2012 antara etnis Bali Desa
Balinuraga dan etnis Lampung Desa Agom merupakan puncak dari rangkaian konflik-
konflik sebelumnya yang terjadi antar etnis Bali dan Lampung yang ada di Kabupaten
Lampung Selatan. Penyebab konflik-konflik yang terjadi antar kedua etnis tersebut
antara lain :
 Tidak adanya upaya-upaya maupun sarana komunikasi yang diciptakan kedua belah
pihak sejak transmigran asal Pulau Bali pertama kali datang di Kabupaten Lampung
Selatan, yaitu pada tahun 1963 bertepatan saat Gunung Agung di Bali meletus.
Pemerintah pada saat itu tidak menempatkan transmigran asal Bali ke daerah
transmigrasi yang dihuni oleh penduduk-penduduk asli. Sehingga tidak ada sarana
komunikasi secara langsung yang baik antara masyarakat pendatang dan penduduk
asli.
 Masing-masing memiliki sifat tinggi hati, selalu menaruh perasaan curiga terhadap
orang lain, berpikiran negative terhadap orang lain dan sulit untuk mengendalikan
emosinya. Tidak adanya kedekatan secara pribadi antar kedua etnis tersebut
menimbulkan prasangka antar etnis Bali dan etnis Lampung. Masing-masing
memiliki perasaan negative yang menunjukkan sikap bermusuhan atau perilaku
diskriminatif satu sama lain. Hal tersebut memicu konflik-konflik kecil antar kedua
etnis.
 Kebutuhan masing-masing warga tidak terpenuhi kemudian masalah semakin lebar
dengan membawa nama suku masing-masing.
 Masyarakat Bali pertama melakukan transmigrasi ke Kabupaten Lampung Selatan
dan ditempatkan pada suatu daerah yang tidak berpenghuni dan tidak ada penduduk
asli sehingga membuat pemukiman penduduk etnis Bali menjadi terkesan eksklusif
dan tidak berbaur dengan penduduk asli maupun etnis lainnya yang ada di Kabupaten
Lampung Selatan. Padahal, kesan eksklusif tersebut terbentuk karena kesenjangan
sosial yang sangat jelas terlihat di antara kedua etnis tersebut. Masyarakat etnis Bali
mempunyai kelebihan, yaitu sifat tekun dan ulet dalam bekerja dibandingkan dengan
etnis Lampung sehingga kondisi ekonomi masyarakat etnis Bali lebih baik
dibandingkan dengan etnis Lampung.
 Adanya keberagaman karakteristik sistem sosial.
 Landasan yuridis dan sosiologis
Kemajemukan masyarakat di Lampung merupakan kekayaan budaya bangsa. Namun, di
sisi lain juga memiliki potensi untuk menjadi sebuah konflik. Permasalahan yang timbul
akibat kemajemukan itu antara lain:
 Konflik yang terjadi di Provinsi Lampung bukan hanya karena factor perbedaan suku
atau budaya, tetapi juga karena factor ekonomi dan sentimen agama.
 Konflik yang sudah terjadi berkali-kali di kabupaten Lampung Selatan kurang
ditindak tegas oleh aparat keamanan dan Pemerintah Daerah, sehingga menimbulkan
konflik yang lebih besar.
 Kurang tanggapnya pemerintah daerah dalam penyelesaian konflik kependudukan
yang terjadi sehingga menyebabkan korban jiwa.
 Penanganan konflik (resolusi konflik) yang dilakukan pemerintah tidak merangkul
semua masyarakat.
 Kemajemukan masyarakat Provinsi Lampung yang diakibatkan program transmigrasi
pada era Orde Baru membuat Provinsi Lampung rentan akan konflik sosial. Dengan
banyaknya masyarakat yang melakukan transmigrasi membuat Provinsi Lampung
memiliki banyak suku yang memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda.

4. Cara mengatasi permasalahan tersebut


Dilihat dari kronologis peristiwa konflik tersebut, kedua konflik tersebut mempunyai
kesamaan, yaitu konflik terjadi karena kurangnya komunikasi dan adanya kesenjangan sosial
antara penduduk asli dan penduduk pendatang. Sedangkan penyebab lainnya adalah hanya
sebagai pemicu terjadinya konflik yang lebih besar. Menurut pendapat saya, yang sebaiknya
dilakukan untuk mengatasi konflik tersebut adalah:
a. Sebelum program transmigrasi digulirkan, pemerintah pusat bekerjasama dengan
pemerintah daerah setempat seharusnya menjembatani hubungan antara penduduk asli
dan penduduk pendatang. Jika perlu diadakan forum, perkumpulan atau organisasi yang
menjadi sarana komunikasi bagi penduduk asli dan penduduk pendatang.
b. Rendahnya tingkat pendidikan sedikit banyak akan mempengaruhi cara berpikir, cara
menghadapi masalah atau konflik dan berpengaruh pula dalam pengendalian emosi.
Orang yang berpendidikan tinggi biasanya akan mempunyai manajemen emosi yang
lebih baik dan otomatis akan mengurangi terjadinya konflik.
c. Penduduk pendatang yang biasanya mempunyai skill lebih memberikan pelatihan, atau
membagikan ilmu yang dimilikinya kepada penduduk asli. Pelatihan bisa juga dilakukan
oleh pemerintah daerah setempat yang memberikan pelatihan secara bersama-sama antara
penduduk asli dan penduduk pendatang.

Anda mungkin juga menyukai