Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, besaran masalah gizi pada balita di
Indonesia yaitu 19,6% gizi kurang, dintaranya 5,7% gizi buruk; gizi lebih 11,9% , stunting
(pendek) 37,2%. Data masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKI) berdasarkan hasil
survei nasional tahun 2003 sebesar 11,1% dan menurut hasil Riskesdas 2013 anemia pada ibu
hamil sebesar 37,1%.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan tujuan
perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Mutu gizi akan
tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional.
Pendekatan pelayanan gizi di Puskesmas dilakukan melalui kegiatan spesifik dan sensitif,
sehingga peran program dan sektor terkait harus berjalan sinergis.
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari pelayanan gizi di dalam gedung dan di luar
gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat berupa pelayanan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan di dalam gedung juga meliputi
perencanaan program pelayanan gizi yang akan dilakukan di luar gedung. Sedangkan pelayanan
gizi di luar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk
promotif dan preventif. Pelayanan gizi yang bermutu dapat diwujudkan apabila tersedia acuan
untuk melaksanakan pelayanan gizi sesuai dengan 4 pilar dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS)
maka disusun Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas.
Dalam pelaksanaanya pelayanan gizi di Puskesmas Gubug I berperan strategis
mendukung peningkatan pencapaian target lintas program dan diharapkan berdampak pada
peningkatan kinerja puskesmas. Kegiatan pelayanan gizi dilakukan sesuai visi puskesmas yaitu
menjadi Puskesmas andalan yang mampu mewujutkan Masyarakat Gubug Hidup Sehat
secara mandiri serta misi yaitu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, sarana
dan prasarana yang lengkap, meningkatnya peran serta masyarakat dan masyarakat
berpeilaku hidup bersih dan sehat. Juga dilakukan dengan membudayakan CAKAP yaitu
Cepat dalam merespon masalh gizi yang muncul,, Akurat :dalam menangani masalah gizi,
Kualitas: dalam memberikanpelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah
ditetapkan, Aman :dalam memberikan pelayanan tidak menimbulakan resiko terhadap sasaran
dan petugas gizi, Profesional :petugas yang memberikan pelyanan sesuai dengan kompetensi.
Pelayanan gizi yang bermutu dapat diwujudkan apabila tersedia acuan untuk melaksanakan
pelayanan gizi yang bermutu sesuai dengan 4 pilar dalam pedoman Gizi seimbang (PGS).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas Gubug I dan
jejaringnya.

2. Tujuan Khusus :
a. Tersedinya acuan tentang jenis pelayanan gizi, peran dan fungsi ketenagaan, sarana dan
prasarana di Puskesmas Gubug I dan jejaringnya;
b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu di Puskesmas
Gubug I dan jejaringnya;
c. Tersedianya acuan bagi tenaga gizi Puskesmas Gubug I untuk bekerja secara profesional
memberikan pelayanan gizi yang bermutu kepada pasien / masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Gubug I dan jejaringnya;
d. Tersedinya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi di Puskesmas Gubug I dan
jejaringnya.

C. Sasaran Pedoman
1. Tenaga gizi puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas
2. Pengelola Program Kesehatan dan LintasTerkait

D. Ruang Lingkup
1. Kebijakan Pelayanan gizi di Puskesmas
2. Pelayanan Gizi di dalam gedung
3. Pelayanan gizi di luar gedung
4. Pencatatan dan pelaporan
5. Monitoring dan Evaluasi

E. Batasan Operasional
Pelayanan gizi di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya promotif,
preventif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Gubug I di dalam gedung
dan di luar gedung.
1. Pelayanan gizi di Dalam Gedung :
a. Koseling gizi (Rujukandari BP dan KIA)
Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang
dilaksanakan oleh tenaga gizi Puskesmas untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi
sehingga pasien dapat memutuskan apa yang dapat dilakukan.
b. Penyelenggaraan makanan untuk pasien rawat inap.
Penyelanggaraan makanan Puskesmas rawat inap adalah rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan sampai pendistribusian makanan dan pencatatan dan pelaporan serta evaluasi

2. Pelayanan gizi di Luar Gedung :


Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung tidak sepenuhnya dilakukan hanya diluar gedung ,
melainkan tahap perencanaan dilakukan di dalam gedung. Kegiatan di luar gedung
ditekankan ke arah promotif dan preventif yang sasarannya adalah masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Gubug I, antara lain :

a. Edukasi gizi / Pendidikan gizi


Tujuan edukasi gizi adalah untuk mengubah pengetahuan , sikap dan perilaku masyarakat
mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan sesuai dengan masalah gizi.
Sasarannya adalah kelompok dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gubug I.
Lokasi edukasi gizi antara lain posyandu, pusling, institusi pendidikan, kelas ibu dan
balita, dll.
b. Pelayanan kesehatan dan pemantauan pertumbuhan
Tujuan : untuk memantau status gizi balita menggunakan KMS atau buku KIA.
Sasaran : kader posyandu, lokasi kegiatan di Posyandu.
c. Pemberian kapsul vitamin A
Tujuan : untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan pemberian kapsul vitamin A melalui
pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sehingga kegiatan
pencegahan kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik.
Sasaran : bayi, balita dan ibu nifas. Lokasi pelaksanaan di Posyandu.
d. Pemberian tablet tambah darah
Tujuan : meningkatkan keberhasilan pemberian tablet tambah darah untuk kelompok
masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besii
Sasaran kegiatan ini adalah remaja putri ibu hamil dan ibu nifas
Lokasi di tempat pratek bidan , posyandu
e. Pemberian MP-ASI dan PMT-Pemulihan
MP-ASI bufferstock adalah MP-SI pabrikan yang di siapkan oleh kementrian kesehatan
RI dalam rangka pencegahan dan penanggulangan kekurangan gizi terutama di daerah
rawan gizi. PMT- Pemulihan untuk balita gizi kurang adalah makanan ringan padat gizi
dengan kandungan 350-400 kalori dan 10-15 gr protein. Lama pemberian PMT-
Pemulihan adalah 90 Hari Makan Anak (HMA) dan 90 hari makan bumil (HMI).
f. Surveilens gizi
Kegiatan surveilens gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yang
dilakukan secara terusn menerus, penyajian serta diseminasi informasi bagi Kepala
Puskesmas serta lintas Program dan Lintas Sektor terkait di tingkat kecamatan. Informasi
kegiatan surveilens gizi dimanfaatkan untuk melakukan tindakan segera, perencanaan
jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
Tujuan : tersedianya informasi berkala dan terus menerus tentang besaran masalah,
penyebab masalah, kecenderungan masalah gizi dan faktor-faktor terkait serta
menyediakan informasi intervensi yang paling tepat untuk dilakukan. Meliputi kegiatan ;
 Pemantauan Status Gizi (PSG)
 Pemantauan Konsumsi Garam Beryodium tingkat Rumah Tangga.
g. Kerjasama lintas sektor dan lintas program.
Tujuan : meningkatkan pencapaia indikator perbaikan gizi di tingkat Puskesmas. Sasaran
seksi pemberdayaan masyarakat, TP PKK, kepala desa, program KIA, Bidan, Sanitarian,
Promosi Kesehatan, perawat dll.

Beberapa ketentuan perundang- undangan yang digunakan sebagai dasar


Penyelenggaraan pelayanan gizi di Puskesmas adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan .
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang ASI Eksklusif.
4. Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi.
5. Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional.
6. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan RI No. 894/Menkes/SKB/VIII/2001 dan Kepala
Badan Kepegawaian Negara No. 335 tahun 2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya.
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 26 tahun 2013 tentang praktik tenagan gizi.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Tanaga Gizi


Berikut ini kualifikasi SDM dan realisasi Tenaga Gizi yang ada di Puskesmas
Gubug I :
Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi
Pelayanan kesehatan Gizi Pendidikan minimal Diampu oleh 2 orang
- Dalam gedung DIII Gizi dengan latar belakang
- Luar Gedung pendidikan DIII Gizi

B. Distribusi Ketenagaan
Penanggung jawab Pelayanan Kesehatan Gizi dibagi menjadi dalam gedung puskesmas dan
pelayanan kesehatan Gizi Luar gedung. Adapun petugasnya adalah sebagai berikut :
Kegiatan Penanggungjawab Unit terkait
Pelayanan kesehatan Gizi Kepala Puskesmas
- Dalam gedung Petugas Gizi UKP
- Luar Gedung Petugas Gizi UKM
Rawat Inap

C. Jadual Kegiatan
1. Pengaturan kegiatanprogram gizi dilakukan bersama oleh para pemegang program
dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tiga bulanan /lintas sektor, dengan
persetujuan kepala puskesmas.
2. Jadwal kegiatan program gizi dibuat untuk jangka waktu satu tahun, dan di break
down dalam jawal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada awal bulan sebelum
pelaksanaan kegiatan
3. Secara keseluruhan jadwal dan perencanaan kegiatan program gizi di koordinasikan
oleh Kepala Puskesmas Gubug I
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
RUANG
REKAM
MEDIS &
RUANG RUANG R. KIA
LOKET
PROMKES GIZI &
KESLING
R. POLI 1
RUANG RUANG
TATA RUANG
KEPALA
USAHA PUSKESMAS APOTEK

R. POLI 2
D
RUANG
RUANG P2M O TUNGGU
RUANG IMUNISASI RUANG
LOKET CAPENG O TUNGGU R. POLI 3
P P2M
R
TAMAN
L R. LAB
RUMAH DINAS GUDANG RUANG
DOKTER O POLI GIGI

RUANG GUDANG OBAT O


KETERANGAN KM
P RESEVOAR AIR
RAWAT INAP LOKET PEMBAYARAN / PASIEN
TIDAK DIRINCI
KASIR K
RUANG RUANG A
PARKIR KARYAWAN GENSET RONTGEN N
T
I
N

B. Standar fasilitas
Untuk menunjang tercapainya tujuan kegiatan pelayanan gizi Puskesmas Gubug I memiliki
penunjang yang harus dipenuhi
Kegiatan pelayanan kesehatan Gizi Sarana Prasana
- Meja, Kursi
- Alat tulis
- Buku Register, Buku Pencatatan Kegiatan
- Tmbangan Dewasa, dan Bayi
Dalam Gedung - Microtoice/ Pengukur tinggi badan
- Leaflet
- alat peraga/ Foot Model
- buku panduan : penuntun diet, pedoman
pelayanan anak gizi buruk, tata laksana
balita gizi buruk,Pedoman pelayanan gizi
pada pasien tuberkulosis
- Leaflet, Lembar balik, Materi Materi
Penyuluhan : Ininsiasi Menyusui Dini,
Strategi peningkatan Penimbangan Balita
Di posyandu, Angka Kecukupan Gizi
- Tabel Antropometri
Luar Gedung - Timbangan : Dacin, Timbanan Injak,
Timbangan bayi
- Microtoice/ Pengukur Tinggi badan
- meja, Kursi, ATK, F 2 Gizi, F3 Gizi, dan
Blanko-blanko laporan lain
- Vit. A, Fe
- pita Lila
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkungan Kegiatan
Puskesmas Gubug I merupakan Puskesmas Rawat Jalan yang salah satu upaya kesehatan
wajib adalah Perbaikan Gizi Masyarakat, sehingga upaya kegiatan gizi meliputi ;
Upaya Perbaikan Gizi Kegiatan
Masyarakat
Pelayanan gizi didalam gedung 1. Edukasi/Konseling Gizi .
a. Pengkajian gizi
b. Penentuan diagnosis gizi
c. Pelaksanaan intervensi gizi
d. Monitoring dan evaluasi
2.Penyelenggaraan makanan meliputi
a. Perencanaaan menu
b. Pengadaan bahan makanan
c. Penyimpanan bahan makanan
d. Pengolahan bahanma kanan
e. Pendistribusian dan penyajian makanan
f. Monitoring dan evaluasi
Pelayanan gizi diluar gedung 1. Edukasi Gizi atau pendidikan gizi meliputi.
a. Penyuluhangizi di posyndu
b. Penyuluhan KADARZI di masyarakat
c. Penyuluhan gizi seimbang di institusi
2.Konseling ASI Eksklusif meliputi
a. Penyuluhan di posyandu dengan sasaran ibu
hamil dan ibu nifas
b. Konseling di kelas ibu hamil / ibu balita
3. Pengelolaaan Pemantauan Pertumbuhan
a. Pemantuan berat badan dan tinggi badan di
posyandu
4. Pengelolaan Pemberian vitamin A
a. Pendistribusian vitamin A
b. Monitoring Pemberian kapsul vitamin A di
Posyandu
5. Pengelolaan pemberian tablet tambahdarah
a. Pendistribusian tablet tambahdarah
b. Monitoring danevaluasi pemberian tablet tambah
darah
6. Pengelolaan MP ASI dan PMT Pemulihan
a. Pemberian PMT padabalitagizikurang
b. Monitoring dan evaluasi pemberian MP ASI
dengan kunjungan rumah balita
7. Surveilens gizi
a. Pemantauan Status Gizi (PSG)
b. Pemantauan Wilayah setempat (PWS)
c. Sistem Kewaspadaan Dini – Kejadian Luar
Biasa/SKD – KLB GiziBuruk
d. Pemantauan Konsumsi Garam beryodium
dirumah tangga
8. Kerjasama linsek dan linprog
a. Melaksanakan pertemuan linprog dan linsek
e. Melaksanakan refreshing kader
B. Metode
1. Kegiatan di Dalam Gedung
a. Persiapan Ruangan
b. Pelayanan dengan menerima rujukan Konseling dari poli umum, poli KIA,
poli Gigi oleh petugas medis atau para medis, Pustu, Posyandu atau sarana
kesehatan yang lain.
c. Pasien mendapatkan pelayanan gizi sesuai permasahan gizi yang dihadapi
pasien
2. Kegiatan di luar gedung
a. Penanganan masalah gizi memerlukan pendekatan yang komprehensif
(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif). Pelaksanaan pelayanan gizi luar
gedung bekerja sama dengan lintas program dan lintas sektoral terkait. Alur
pelayanan gizi luar gedung disesuaikan dengan jenis kegiatan, sasaran dan
keadaan wilayah setempat.
b. Pelaksanaan pelayanan Gizi Balita, Bumil, Bufas, PUS ( Sasaran Posyandu )
berupa :
 Promosi dan motivasi ASI Eklusif.
 Pemantauan pemberian Kapsul Vitamin A
 Penyuluhan, Pemantauan Status Gizi dan konsultasi gizi
 Pemetaan Kadarsi
 Monitoring Garam beryodium
 Penyuluhan kelompok di posyandu
 Penyuluhan makanan Pendamping ASI pada usia 6-24 bln dan
penyuluhan pola makan yan benar pada anak balita terutama yang
bermasalah ( Gizi kurang atau gizi lebih )
 Pemberian PMT Pemulihan Bagi prioritas Gizi buruk/kurang dari
keluarga Miskin (Gakin)
 Pemantaun pemberian Tablet tambah darah (TTD) pada Bumil dan
Bufas
 Pemberian PMT pemulihan Bumil KEK dari Keluarga Miskin (Gakin)
 Pelacakan kasus gizi buruk
C. Langkah-Langkah
1. Perencanaan
a. Pengkajian data
1) Pengkajian masalah gizi yang ada di wilayah Puskesmas Gubug I melalui
2) kajian lintas program
3) Pengkajian masalah gizi yang terjadi dalam lingkup kesehatan masyarakat
4) dalam kebijakan pemerintah.
5) Loka karya mini dengan lintas program dan lintas sektor
6) Pengkajian Permasalahan gizi yang terjadi dalam SMD dan MMD di
tingkat masyarakat.
b. Penyusunan RUK
Dilaksanakan dengan memperhatikan :
1) Bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah ada pada periode
sebelumnya dan memperbaiki program yang masih bermasalah
2) Menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi
kesehatan di wilayah Puskesmas Gubug I dan kemampuan puskesmas.
c. Penyusunan RPK
Merupakan penetapan rincian rencana pelaksanaan kegiatan Perbaikan Gizi
Masyarakat berdasarkan RUK
2. Pelaksanaan
Melaksanaan kegiatan perbaikan gizi masyarakat sesuai dengan jadwal yang telah
disusun bersama dan Melakukan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan.
3. Pemantauan / monitoring
a. Pencatatan dan pelaporan
Pencatanan dan pelaporan untuk mendokumentasikan pelayanan gizi masyarakat
menggunakan instrumen :
1) Buku register pasien
2) Rekap jumlah pasien yang mendapat konseling
3) Dokumentasi asuhan gizi
4) F3/Gizi
5) Pelaporan ASI Eksklusif.
6) Pelaporan vitamin A, TTD
7) Pelaporan balita gizi buruk
b. Monitoting dan evaluasi kegiatan
Kegiatan yang dimonitoring adalah kegiatan perbaikan gizi masyarakat baik di
dalam maupun di luar gedung, meliputi ;
1) Peningkatan status gizi
2) Cakupan balok SKDN posyandu
3) Cakupan SPM
4) Kepuasan pelanggan
5) PWS ( Pemantauan Wilayah Setempat )
4. Penilaian dan evaluasi
Merupakan kegiatan untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan upaya perbaikan gizi
masyarakat mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan.
Evaluasi dilaksanakan setiap bulan sekali berupa laporan bulanan gizi
BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanannya


dilakukan oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian diajukan sesuai dengan alur
yang berlaku di masing-masing organisasi.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan gizi
direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai dengan
tahapan kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan dilaksanakan:
1. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana antara lain :
 Meja, Kursi
 Alat tulis
 Buku catatan Kegiatan
 Leaflet
 buku panduan
 komputer
 alatantropomettri
 rekammedik
2. Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana yang meliputi :
 Iodin test
 Materipenyuluhan
 Lila, Mikrotoice
 Leaflet
 Form Kadarzi
 Form PelacakanGiziburuk
 Form pemeriksaangaram
 Buku catatan kegiatan

Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator upayakegiatangizi berkoordinasi


dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini lokakarya Puskesmas untuk
mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator upayakesehatangizi berkoordinasi dengan
bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan mini lokakarya puskesmas untuk selanjutnya
dibuat perencanaan kegiatan ( POA – Plan Of Action ).
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak, baik resiko
yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang terjadi pada petugas
sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan karena masyarakat
tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja melainkan menjadi sasaran banyak program
kesehatan lainnya. Tahapan – tahapan dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain :
1. Identifikasi Resiko.
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi resiko
terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.
Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak membuat
perencanaan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk
tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan, kemungkinan terjadi resiko terdapat dalam
keamanan pangan dan kondisi lingkungan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak dari
pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk
menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang terjadi.
Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan resiko yang mungkin
terjadi.Analisaresikopadakegiatangiziantara lain:
 Cara mengolah dan pemilihan bahan PMT yang salah bisa menimbulkan
keracunan.
 Garam yang sudah di tetesi dengan iodin test bisa menyebabkan keracunan.
 Kesalahan pemberiandosisVitA
 Situasi yang tidak kondusif pada saat konseling.
3. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal ini
perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko atau
dampak yang terjadi.
Upaya pencegahan pada saat pelaksanaan kegiatan, antara lain
a. Pada saat pemberian PMT kepada ibu hamil maupun Balita gizi buruk harus
diperhatikan jenis makanan dan pengelolahan bahan makan yang akan diberikan
kepada sasaran sehingga keamanan pangan dapat terjaga.
b. Pada saat pemeriksaan garam beriodium, sasaran di informasikan untuk
membuang garam yang sudah ditetes dengan iodine tes .
c. Pada saat pemberian kapsul vitamian A, hendaknya kader sudah diberikan edukasi
tentang perbedaan usia dan dosis pemberian kapsul vit A.
d. Pada saat pemberian konseling gizi hendaknya dilakukan di tempat yang nyaman
sehingga terjalin inter aksi yang baik antara petugas gizi dengan
sasran.Penyelengaraan makanan rawat inap, hendaknya diperhatikan pada saat
proses pengadaan bahan makanan, pengolahandan distribusi makanan kepada
pasien.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering disebut
Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan hasil kegiatannya.
Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang
aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan serta penurunan
kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan, bagi petugas pelaksana dan petugas
terkait. Keselamatan kerja disini lebih terkait pada perlindungan fisik petugas terhadap resiko
pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar
tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan tekhnologi, khususnya sarana dan prasarana
kesehatan, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin meningkat. Petugas kesehatan
merupakan orang pertama yang terpajan terhadap masalah kesehatan, untuk itu`semua petugas
kesehatan harus mendapat pelatihan tentang kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi. Sebelum
bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi tubuh yang sehat.
Dalam perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan program upayakesehatan gizi perlu
diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor dengan melakukan
identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan
yang akan dilaksanakanantara lain :
1. Penggunaan masker pada saat konseling ( khusus pada pasien dengan penyakit menular)
2. Penggunaan alat pelindung diri (APD) danalas kakikhusus yang tidak licin pada saat
masuk dapur
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur
dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan aktifitas
pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk menjaga agar kegiatan
yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai
berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual.
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan.
3. Ketepatan metoda yang digunakan.
4. Tercapainya indikator perbaikangizimasyarakat
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang ditemukan dibahas
pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan upaya kesehatan gizi ini dibuat untuk memberikan petunjuk
dalam pelaksanaan kegiatan kesehatan di Gubug I, penyusunan pedoman disesuaikan dengan
kondisi riil yang ada di puskesmas, tentu saja masih memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai
dengan pedoman yang berlaku secara nasional. Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih
diperlukan sesuai dengan kebijakan, kesepakatan yang menuju pada hasil yang optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan gizi di puskesmas agar tidak terjadi penyimpangan atau pengurangan dari kebijakan
yang telah ditentukan.

Kepala UPTD Puskesmas Gubug I

Arief Gunawan
Upaya Identifikasi Resiko Pencegahan Resiko

Konseling Tidak nyaman Ruang sesuai standart

- Ventilasi minimal 10 %
dari luas lantai
- Ukuran pintu 1,2 meter
- Pencahayaan 100 Lux

Cara Pengolahan salah Keracunan Pemilihan bahan yg benar

Pemberian petunjuk yg jelas

Pengawasan pengolahan

Cara Pemberian vitamin A Salah dosis Mencocokan usia anak dengan


dosis sblm diberikan

Anda mungkin juga menyukai