NIM : 1701025
PRODI : SI KEPERAWATAN
DIABETES MELLITUS
Pengertian
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu.
Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang
banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang
ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah berkembang
penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan
postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati (Sylvia & Lorrain, 2006).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat
kadar glukosa darah yang tinggi yang disebabkan jumlah hormone insulin kurang atau jumlah
insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih, tetapi kurang efektif (Sarwono, 2006).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus merupakan
suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan
toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008)
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja
insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002).
Etiologi
Faktor-faktor penyebab diabetes melitus antara lain genetika, faktor keturunan
memegang peranan penting pada kejadian penyakit ini. Apabila orang tua menderita penyakit
diabetes mellitus maka kemungkinan anak-anaknya menderita diabetes mellitus lebih besar.
Virus hepatitis B yang menyerang hati dan merusak pankreas sehingga sel beta yang
memproduksi insulin menjadi rusak. Selain itu peradangan pada sel beta dapat menyebabkan
sel tidak dapat memproduksi insulin.
Faktor lain yang menjadi penyebab diabetes melitus yaitu gaya hidup, orang yang
kurang gerak badan, diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat, kegememukan dan kesalahan
pola makan. Kelainan hormonal, hormon insulin yang kurang jumlahnya atau tidak
diproduksi.
FAKTOR RESIKO
Riwayat Keluarga
Obesitas
Usia
Kurangnya Aktivitas Fisik
Suka Merokok
Suka Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi
Penderita Hipertensi Atau Tekenan Darah Tinggi
Masa Kehamilan
Ras Tertentu
Tekanan Stres Dalam Jangka Waktu Yang Lama
Sering Mengkonsumsi Obat-Obatan Kimia
KLASIFIKASI
American Diabetes Assosiation (2005) dalam Aru Sudoyo (2006) mengklasifikasikan
diabetes mellitus menjadi :
1) Diabetes mellitus tipe 1
Dibagi dalam 2 subtipe yaitu autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan
kerusakan sel-sel beta dan idiopatik tanpa bukti autoimun dan tidak diketahui sumbernya.
2) Diabetes mellitus tipe 2
Bervariasi mulai yang predominan resisten insulin disertai defisinsi insulin
relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resisten insulin.
3) Diabetes mellitus Gestasional
Faktor resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional yaitu usia tua,etnik,
obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat gestasional terdahulu.Karena terjadi
peningkatan sekresi beberapa hormone yang mempunyai efek metabolic terhadap toleransi
glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik.
b) Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe A,leprechaunism, sindrom rabson
mandenhall, diabetes loproatrofik, dan lainnya.
c) Penyakit eksokrin pankreas : pankreastitis, trauma / pankreatektomi, neoplasma, fibrosis
kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, dan lainnya.
e) Karena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormon
tiroid, diazoxic,agonis β adrenergic, tiazid, dilantin, interferon alfa, dan lainnya.
h) Sindroma genetik lain : sindrom down, sindrom klinefilter, sindrom turner, sindrom
wolfram’s, ataksia friedriech’s, chorea Huntington, sindrom Laurence/moon/biedl, distrofi
miotonik,porfiria, sindrom pradelwilli, dan lainnya (ADA, 2005)
MANIFESTASI KLINIS
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang
tinggi.Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke air
kemih.
Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih
dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak
(poliuri).
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak
minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami
penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan
lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).
Dengan memahami proses terjadinya kelainan pada diabetes melitus tersebut diatas,
mudah sekali dimengerti bahwa pada penderita diabetes melitus akan terjadi keluhan khas
yaitu lemas, banyak makan, (polifagia) , tetapi berat badan menurun, sering buang air kecil
(poliuria), haus dan banyak minum (polidipsia).
Penyandang diabetes melitus keluhannya sangat bervariasi, dari tanpa keluhan sama
sekali, sampai keluhan khas diabetes melitusseperti tersebut diatas. Penyandang diabetes
melitus sering pula datang dengan keluhan akibat komplikasi seperti kebas, kesemutan akibat
komplikasi saraf, gatal dan keputihan akibat rentan infeksi jamur pada kulit dan daerah
khusus, serta adapula yang datang akibat luka yang lama sembuh tidak sembuh (Sarwono,
2006).
Penderita Diabetes militus umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini
meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
. 1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2.Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
PATOFISIOLOGI
Menurut Brunner & Sudddart (2002) patofisiologi terjadinya penyakit diabetes mellitus
tergantung kepada tipe diabetes yaitu :
1) Diabetes Tipe I
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial
(sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut
diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
2) Diabetes Tipe II
Resistensi insulin menyebabkan kemampuan insulin menurunkan kadar gula
darah menjadi tumpul. Akibatnya pankreas harus mensekresi insulin lebih banyak untuk
mengatasi kadar gula darah. Pada tahap awal ini, kemungkinan individu tersebut akan
mengalami gangguan toleransi glukosa, tetapi belum memenuhi kriteria sebagai penyandang
diabetes mellitus. Kondisi resistensi insulin akan berlanjut dan semakin bertambah berat,
sementara pankreas tidak mampu lagi terus menerus meningkatkan kemampuan sekresi
insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah. Peningkatan produksi glukosa hati,
penurunan pemakaian glukosa oleh otot dan lemak berperan atas terjadinya hiperglikemia
kronik saat puasa dan setelah makan. Akhirnya sekresi insulin oleh beta sel pankreas akan
menurun dan kenaikan kadar gula darah semakin bertambah berat.
3) Diabetes Gestasional
Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia
terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi,
kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal.
(Brunner & Suddarth, 2002).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi DM.
Yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga
DM, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi >4.000 g, riwaya DM pada kehamilan,
dan dislipidemia. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu, kadar gula darah puasa (Tabel 53.1), kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) standar. Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil penyaringannya
negatif,
perlu pemeriksaan penyaring ulang tiap tahun. Bagi pasien berusia 45 tahun tanpa faktor
resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
Tabel kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena <110 110-199 >200
Darah kapiler <90 90-199 >200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena <110 110-125 >126
Darah kapiler <90 90-109 >110
PENATALAKSANAAN
1. Edukasi
Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemahamantentang perjalanan penyakit
DM, perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan, penyulit/komplikasi
DM dan risikonya, dan cara penggunaan obat diabetes/insulin. Selain itu, untuk mencapai
pengelolaan diabetes yang optimal pada penyandang DM dibutuhkan perubahan perilaku agar
dapat menjalani pola hidup sehat meliputi:EDUKASIPERENCANAAN MAKLATIHAN
a. Mengikuti pola makan sehat
b. Merningkatkan kegiatan jasmani
c. Menggunakan obat diabetes dan obat–obatan pada keadaan khusus secara aman dan teratur
d. Melakukan pemantauan gula darah mandiri
e. Melakukan perawatan kaki secara berkala
f. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut seperti
hipoglikemia
2. Diet atau perencanaan makan
Perencanaan makan menggambarkan apa yang dimakan, berapa banyak, dan
kapan makan. Dietisien atau ahli diet dapat membantu membuat perencanaan makan yang
cocok. Makanan sehari- hari hendaknya cukup karbohidrat, serat, protein,rendah lemak
jenuh, kolesterol, sedangkan natrium dan gula secukupnya. Karbohidrat adalah sumber zat
tenaga dan zat gizi utama yang menyebabkan kadar gula darah naik.Namun penyandang
diabetes tidak usah takut mengkonsumsi karbohidrat. Kebutuhan karbohidrat pada
penyandang diabetes antara 45-65% kebutuhan kalori dengan asupan karbohidrat tersebar
dalam sehari, hindari makan karbohidrat dalam jumlah besar dalam satu kali makan. Sumber
karbohidrat yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, dan kentang.
Batasi karbohidrat sederhana seperti gula, kue, tarcis, dodol, sirup, dan madu. Serat
merupakan bagian dari karbohidrat yang tidak dapat diserap tubuh, rendah lemak serta
berpengaruh baik untuk kadar gula darah. Pada umumnya gula darah setelah makan akan naik
lebih lambat bila makan makanan yang mengandung banyak serat. Makanan berikut yang
mengandung banyak serat makanan adalah havermout, kacangkacangan,sayur-sayuran, dan
buah-buahan seperti apel, jeruk, pir, sirsak, jambu biji dan lain-lain. Protein digunakan untuk
pertumbuhan & mengganti jaringan tubuh yang rusak. Sumber protein terdiri dari protein
hewani & protein nabati. Sumber protein hewani utama adalah ikan atau ayam tanpa kulit
oleh karena rendah kandungan lemaknya. Sumber protein lemak sedang seperti daging atau
telur sebagai pengganti protein rendah lemak dapat dikonsumsi kira-kira 3x seminggu.
Sedangkan sumber protein tinggi lemak seperti otak, merah telur, dan jerohan perlu dibatasi.
Sumber protein nabati adalah kacang-kacangan seperti kacanghijau, kacang merah, kacang
tanah, kacang kedele, tahu, & tempe. Kebanyakan makanan nabati rendah kandungan
lemaknya dan mengandung lemak tidak jenuh tinggi sehingga dapat membantu menurunkan
kolesterol darah. Sayuran merupakan bahan makanan yang sehat, tinggi kandungan vitamin,
mineral, dan serat. Sayuran boleh dimakan bebas tanpa dibatasi dan dianjurkan
mengkonsumsi aneka ragam sayuran. Buah-buahan juga merupakan makanan yang sehat,
selain berkalori juga merupakan sumber vitamin,mineral, dan serat. Dianjurkan makan buah 2
sampai 3 buah sehari. Susu merupakan sumber protein, dan mengandung lemak, karbohidrat,
dan vitamin serta kalsium Penyandang diabetes dianjurkan minum susu yang tanpa atau
rendah lemak. Bagi yang menyukai susu dapat menggantikan 1 lauk hewani dengan 1 penuh
takar susu.
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari–hari dan latihan secara teratur 3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit. Tujuan latihan jasmani untuk menjaga kebugaran,menurunkan
berat badan, dan memperbaiki sensitivitas insulin sehingga akan memperbaiki kendali gula
darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti
jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang
gerak.
4. Intervensi obat oral farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral & bentuk suntikan insulin. Saat ini
terdapat 5 macam obat tablet yang beredar di pasaran untuk menurunkan kadar gula darah.
Beberapa obat yg sering digunakan adalah:
a. Golongan insulin sekretagok
Obat ini bekerja dengan cara merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin. Obat
ini merupakan pilihan utama pada penyandang diabetes dengan berat badan kurang atau
normal. Obat golongan ini terdapat 2 jenis yaitu: golongan sulfonilurea dan glinid.
b. Golongan Biguanid
Obat yang termasuk golongan biguanid hanyalah metformin. Obat ini terutama
dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Penggunaan obat ini dikontraindikasikan pada
gangguan fungsi ginjal & hati. Metformin sebaiknya diberikan pada saat atau sesudah makan
karena dapat menyebabkan mual & iritasi pada lambung.
c. Golongan Glitazone
Cara kerja obat ini adalah dengan membantu tubuh menggunakan insulin yang
tersedia sehingga lebih efektif. Penggunaan obat ini dikontraindikasikan pada mereka dengan
gagal jantung, penyakit hati akut, diabetes tipe 1, dan kehamilan.
d. Golongan Penghambat Alpha Glukosidase (Acarbose)
Obat ini bekerja dengan cara menghambat penyerapan glukosa di usus sehingga
mempunyai efek menurunkan gula darah sesudah makan. Obat ini hanya mempengaruhi
konsentrasi gula
darah setelah makan. Efek samping yang sering terjadi pada penggunaan obat ini adalah perut
kembung, sering buang angin, dan mencret.
e. Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor
Pengobatan dengan golongan ini merupakan pendekatan baru pengelolaan DM. Obat
ini menghambat pelepasan glukagon, yang pada gilirannya meningkatkan sekresi insulin,
menurunkan pengosongan lambung, dan menurunkan kadar glukosa darah. Beberapa obat
golongan ini sudah masuk di Indonesia sejak tahun 2007 antara lain vildagliptin dan
sitagliptin.
5. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan seperti penurunan berat badan yang cepat,
komplikasi akut DM (hiperglikemia berat yang disertai ketosis, ketoasidosis diabetik,
hiperglikemia hiperosmolar nonketotik, hiperglikemia dengan asidosis laktat), gagal dengan
pengobatan obat diabetes oral dosis optimal, kehamilan dengan DM, stress berat (infeksi
sistemik, operasi besar, stroke, dll), gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat, dan adanya
kontra indikasi/alergi terhadap obat diabetes oral.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan perifer)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan
menggunakan glukose (tipe 1)
3. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d. kelebihan intake nutrisi
(tipe 2)
4. Resiko syok
5. Resiko infeksi
6. Kerusakan intergritas kulit
7. Retensi urine b.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sefingter kuat dan poliuri
8. Ketidakefektifan jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah keperifer,proses
penyakit (DM)
9. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d gejala poliuri dan dehedrasi
KOMPLIKASI
b. katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi keruh sehingga
menghambat masuknya sinar dan makin diperparah dengan adanya glukosa darah yang
tinggi.
c. glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola matasehingg merusak saraf mata.
10). Infeksi
Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh dalam
menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita diabetes mudah terkena infeksi.
Tempat yang mudah mengalami infeksi adalah mulut, gusi, paru-paru, kulit, kaki, kandung
kemih dan alat kelamin. Kadar glukosa darah yang tinggi juga merusak sistem saraf sehingga
mengurangi kepekaan penderita terhadap adanya infeksi.