Pada Bayi
Disusun Oleh :
NAMA : ROSMINI BETAUBUN
N I M : 1540118137
PRODI : DIII / KEBIDANAN
KELAS : C (Ambon)
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat karunia-Nyalah, makalah yang
berjudul “Resusitasi Pada Bayi” ini bisa diselesaikan. Tujuan dari penulisan makalah ini ialah
untuk menambah pengetahuan tentang pengertian,tujuan, faktor-faktor dan tindakan yang
dilakukan tentang resusitasi. Sehingga dengan mengetahui penanganannya yang benar,
seorang tenaga kesehatan dapat segera mengambil tindakan sehingga dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan neonatus yang optimal.
Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen yang telah memberikan tugas
untuk menulis makalah ini, serta kepada siapa saja yang telah terlibat dalam proses penulisannya,
yang senantiasa memotivasi.
Akhirnya, harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis telah
berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari makalah
ini belumlah sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna menyempurnakan makalah ini.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Resusitasi
B. Tujuan Resusitasi
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Resusitasi
D. Tanda-tanda Resusitasi Perlu Dilakukan
E. Rumus ABC Resusitasi
F. Resusitasi Jantung Pada Ibu Hamil
G. Resusitasi pada Bayi Baru Lahir (BBL)
1. Definisi Asfiksia
2. Penyebab Asfiksia
3. Pemeriksaan Fisik
4. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir (BBL)
5. Langkah-langkah Resusitasi Bayi Baru Lahir (BBL)
6. Resusitasi BBL jika Air Ketuban Bercampur Mekonium
7. Asuhan Pascaresusitasi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktik resusitasi bayi baru lahir mengalami perkembangan yang pesat dalam 40tahun
terakhir. Secara teoritis, fasilitas dan tenaga ahli resusitasi harus tersedia di tempat kelahiran
bayi, baik di rumah sakit maupun di rumah. Resusitasi bayi baru lahir harus mengikuti
pendekatan yang sistematis. Resusitasi dasar dilakukan dan diteruskan dengan resusitasi
lanjutan hanya apabila bayi tidak membaik.
Waktu adalah hal yang paling penting. Keterlambatan resusitasi akan membahayakan
bayi. Bertindaklah dengan cepat, akurat dan lembut. Tindakan dianjurkan untuk setiap situasi
spesifik. Setelah tindakan dilakukan, evaluasi ulang harus dilakukan dan tindakan selanjutnya
dikerjakan sampai situasi stabil tercapai. Hal ini merupakan prinsip resusitasi yang sederhana
dan sering diabaikan. Tiga parameter kunci yang perlu dievaluasi adalah frekuensi jantung,
aktifitas pernapasan dan warna kulit.
Sementara asfiksia saat lahir merupakan alasan utama untuk resusitasi bayi baru lahir,
terjadi sejumlah situasi lain diruang bersalin yang membutuhkan tindakan tambahan.
Di dalam setiap persalinan, penolong harus selalu siap melakukan tindakan resusitasi bayi
baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan kehilangan waktu yang sangat
berharga bagi upaya pertolongan. Walaupun hanya beberapa menit tidak bernapas, bayi baru
lahir dapat mengalami kerusakan otak yang berat atau meninggal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas dan sesuai dengan judul makalah
resusitasi, maka dalam hal ini rumusan masalah
1. Apa pengertian dari resusitasi ?
2. Apa tujuan dari resusitasi ?
3. Apa faktor faktor yang mempengaruhi resusitasi ?
4. Pada saat kapan tanda tanda resusitasi perlu dilakukan ?
5. Bagaimana rumus resusitasi ?
6. Bagaimana resusitasi jantung pada ibu hamil ?
7. Bagaimana tindakan resusitasi setelah persalinan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Resusitasi
Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera sebagai
upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997). Tindakan resusitasi ini dimulai
dengan penilaian secara tepat keadaan dan kesadaran penderita kemudian dilanjutkan dengan
pemberian bantuan hidup dasar (basic life support) yang bertujuan untuk oksigenasi darurat.
(AHA, 2003).
Tujuan tahap II (advance life support) adalah untuk memulai kembali sirkulasi yang
spontan, sedangkan tujuan tahap III (prolonged life support) adalah pengelolaan intensif pasca
resusitasi. Hasil akhir dari tindakan resusitasi akan sangat tergantung pada kecepatan dan
ketepatan penolong pada tahap I dalam memberikan bantuan hidup dasar.
Tujuan utama resusitasi kardiopulmoner yaitu melindungi otak secara manual dari
kekurangan oksigen, lebih baik terjadi sirkulasi walaupun dengan darah hitam daripada tidak
sama sekali. Sirkulasi untuk menjamin oksigenasi yang adekwat sangat diperlukan dengan
segera karena sel-sel otak menjadi lumpuh apabila oksigen ke otak terhenti selama 8 – 20 detik
dan akan mati apabila oksigen terhenti selama 3 – 5 menit (Tjokronegoro, 1998). Kerusakan
sel-sel otak akan menimbulkan dampak negatif berupa kecacatan atau bahkan kematian.
Resusitasi pada bayi baru lahir ( BBL ) bertujuan untuk memulihkan fungsi pernapasan bayi
baru lahir yang mengalami asfiksia dan terselamatkan hidupnya tanpa gejala sisa di kemudian
hari. Kondisi ini merupakan dilema bagi penolong tunggal persalinan karena disamping
menangani ibu bersalin, ia juga harus menyelamatkan bayi yang mengalami asfiksia.
Tujuan Resusitasi:
1. Memulihkan fungsi pernapasan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia
2. Untuk oksigenasi darurat
3. Mempertahankan jalan nafas yang bersih
4. Membantu pernapasan
5. Membantu sirkulasi/memulai kembali sirkulasi spontan
6. Untuk melindungi otak secara manual dari kekurangan O2
1. Keadaan miokardium
2. Penyebab terjadinya henti jantung
3. Kecepatan dan ketepatan tindakan
4. Mempertahankan penderita di perjalanan ke rumah sakit
5. Perawatan khusus di rumah sakit
6. Umur (tetapi tidak terlalu menentukan)
D. Tanda-tanda Resusitasi Perlu Dilakukan
1. Pernafasan
Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa
pernafasan tidak adekuat. Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan
selama 1 menit. Nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan, misalnya
apneu. Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 – 50 x/menit dan
menangis, kita melangkah ke penilaian selanjutnya.
Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut jantung bayi tidak
teratur. Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat adalah
dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria mempunyai
keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung
selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 =frekuensi denyut jantung selama 1 menit) Hasil
penilaian:
a. Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai
warna kulit.
b. Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk
dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif).
c. Warna Kulit
Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat atau bisa sampai
sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan.
Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis purifier, oksigen
tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain
karena suhu ruang bersalin yang dingin.
3. sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah yang jatuh
ke posterior.
4. kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu misalnya
obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya
5. kerusakan neurologis.
6. kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat, dan / atau
kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi.
7. syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan.
E. Rumus ABC Resusitasi
Pada Keadaan normal, oksigen diperoleh dengan bernapas dan diedarkan dalam aliran
darah ke seluruh tubuh. Bila proses pernapasan dan peredaran darah gagal, diperlukan tindakan
resusitasi untuk memberikan oksigen ke tubuh. Tindakan ini didasarkan pada 3 pemeriksaan
yang disebut langkah-langkah ABC resusitasi: Airway (saluran napas), Breathing (bernafas),
dan Circulation (peredaran darah). Untuk orang yang tidak sadar, ikuti urutan ABC sebelum
memberikan pertolongan lain Buka saluran napas, usahakan agar si pasien bernafas, dan
periksa kelancaran peredaran darahnya dari denyut nadi atau petunjuk lain seperti kewajaran
warna kulitnya. Bila pasien tidak bernafas, segera berikan pernapasan bantuan untuk
meniupkan oksigen ke tubuhnya. Bila tidak ada denyut atau tanda peredaran darah lalin,
segeralah lakukan CPR (cardiopulmonary resuscitation; resusitasi jantung-paru)
1. Airways
Untuk membuka saluran napas, letakkan satu tangan di dahi pasien, dan dua jari tangan di
bawah dagunya. Dengan lembut dongakkan kepalanya dengan menekan dahi sambil sedikit
mendorong dagu pasien.
2. Breathing
Memeriksa ada tidaknya napas, dengarkan bunyi napasnya atau rasai dengan pipi anda sampai
10 detik. Bila tak ada tanda bernafas, mulailah pernapasan buatan.
3. Circulation
Untuk memeriksa peredaran darah, raba denyut nadi dengan dua jari selama 10 detik. Untuk
bayi rabalah denyut brakhial di bagian dalam lengan. Untuk orang dewasa atau anak-anak, raba
denyut karotid di leher di rongga antara trakhea(saluran udara)dengan otot besar leher. Periksa
tanda-tanda lain peredaran darah, misalnya kewajaran warna kulitnya. Bila tak ada tanda-tanda
peredaran darah, segera lakukan CPR. Pada Asuhan Kebidanan ada resusitasi jantung paru
pada ibu hamil , Bayi Baru Lahir (BBL),serta anak yang membutuhkan pertolongan
F. Resusitasi pada Bayi Baru Lahir (BBL)
Resusitasi pada bayi baru lahir ( BBL ) bertujuan untuk memulihkan fungsi pernapasan bayi
baru lahir yang mengalami asfiksia dan terselamatkan hidupnya tanpa gejala sisa di kemudian
hari. Kondisi ini merupakan dilema bagi penolong tunggal persalinan karena disamping
menangani ibu bersalin, ia juga harus menyelamatkan bayi yang mengalami asfiksia.
1. Definisi Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur.
Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali
pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan
2. Penyebab Asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah
uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam
rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru
lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
a. Faktor ibu
1) Preeklampsia dan eklampsia
2) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3) Partus lama atau partus macet
4) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
5) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep)
c. Kejang
d. Penurunan kesadaran
Semua bayi dengan tanda-tanda asfiksia memerlukan perawatan dan perhatian segera.
3. Pemeriksaan Fisik
Untuk menilai bayi segera setelah lahir, dapat dinyatakan sehat atau tidak, maka dilakukan
pemeriksaan nilai APGAR. Nilai APGAR akan membantu dalam menentukan tingkat
keseriusan dari depresi bayi baru lahir yang terjadi serta langkah segera yang harus diambil.
Jumlah nilai seluruhnya didapat dengan jalan mengevaluasi kelima tanda, yaitu:
Pernapasan tidak ada dan tidak Pernafasan lemah atau tidak menangis kuat, pernapasan
(Respiration) ada tangisan teratur dinding dada tertarik baik dan teratur
Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran, dan dapat
diulangi jika skor masih rendah.
Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir ini
membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu mengindikasikan akan terjadi
masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes menit kelima. Jika
skor Apgar tetap dibawah 6 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit), maka ada risiko
bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakan syaraf jangka panjang. Juga ada risiko kecil
tapi signifikan akan kerusakan otak. Namun, tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan
dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut membutuhkan penanganan medis segera dan
tidak didisain untuk memberikan prediksi jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut.
4. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir (BBL)
Persiapan yang diperlukan adalah persiapan keluarga, tempat, alat untuk resusitasi dan
persiapan diri (bidan).
a. Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai kemunginan-
kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayinya dan persiapan persalinan.
1) 2 helai kain/handuk
2) Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil,
digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
3) Alat pengisap lendir DeLee atau bola karet
4) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal
5) Kotak alat resusitasi.
6) Jam atau pencatat waktu
5. Langkah-langkah Resusitasi Bayi Baru Lahir (BBL)
a. Tahap Awal
1) Beritahu ibu dan keluarganya bahwa bayinya memerlukan bantuan untuk memulai bernapas.
2) Minta keluarga mendampingi ibu (memberi dukungan moral, menjaga dan melaporkan
kepada penolong apabila terjadi perdarahan).
Lakukan langkah awal bila bayi tidak cukup bulan dan atau bayi tidak bernafas atau bernafas
megap-megap, dan atau tonus otot tidak baik. Langkah awal perlu dilakukan secara cepat
(dalam waktu 30 detik). langkah awal yang perlu dilakukan dalam waktu 30 detik adalah :
a) Jaga bayi tetap hangat:
(1) Letakkan bayi diatas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat perineum
(2) Selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat
(3) Pindah bayi keatas kain ditempat resusitasi
(4) Jaga bayi tetap diselimuti dan dibawah pemancar panas
b) Atur posisi bayi
(1) Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong
(2) Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi
c) Hisap lendir
Gunakan alat penghisap lendir delee dengan cara sebagai berikut :
(1) Hisap lendir mulai dari mulut dulu kemudian dari hidung
(2) Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar. Tidak pada waktu memasukkan
(3) Jangan lakukan penghisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih
dari 3 cm kedalam hidung) hal itu akan menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau
bayi tiba-tiba berhenti nafas.
d) Keringkan dan rangsang bayi
(1) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit bantuan.
Rangsangan ini dapat membantu bayi baru lahir mulai bernafas atau tetap bernafas.
(2) Lakukan rangsangan taktil dengan cara : menepuk atau menyentuh telapak kaki kemudian
menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan penolong.
e) Atur kembali posisi kepala bayi dan bungkus bayi
(1) Ganti kain yang telah basah dengan kain dibawahnya
(2) Bungkus bayi dengan kain tersebut jangan menutupi muka dan dada agar bisa memantau
pernafasan bayi.
(3) Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi
f) Lakukan penilaian bayi
(1) Bila bayi bernafas normal, berikan bayi kepada ibunya kemudian letakkan bayi diatas dada
ibu dan selimuti keduanya untuk penghangatan dengan cara kontak kulit bayi ke kulit ibu lalu
anjurkan ibu untuk menyusui bayi sambil membelai.
(2) Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap mulai lakukan ventilasi bayi.
b. Tahap ventilasi
Ventilasi adalah tahapan tindakan untuk memasukkan sejumlah volume udara kedalam paru
dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan dan teratur.
Langkah-langkah ventilasi :
1) Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung bayi sehingga tidak ada
kemungkinan udara bocor.
2) Ventilasi 2 kali
a) Lakukan tiupan dengan tekanan 30 cm air
Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan
menguji apakah jalan nafas bayi terbuka.
b) Lihat apakah dada bayi mengembang
Bila tidak mengembang periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah ekstensi kemudian periksa
posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor. Setelah itu periksa cairan atau lendir
dimulut bila ada lendir atau cairan lakukan penghisapan. Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan
30 cm air(ulangan), bila dada mengembang, lakukan tahapan berikutnya.
3) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
a) Lakukan tiupan 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air
b) Pastikan dada mengembang, setelah 30 detik lakukan penilaian ulang nafas
4) Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian
a) Bila bayi sudah bernafas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi dengan seksama.
b) Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik
kemudian lakukan penilaian setiap 30 detik.
c) Siapkan rujukan bila bayi belum bernafas spontan setelah 2 menit diventilasi.
d) Bila bayi tidak bisa dirujuk, hentikan tindakan resusitasi jika setelah 20 menit upayah
ventilasi yidak berhasil.
6. Resusitasi BBL jika Air Ketuban Bercampur Mekonium
a. Definisi Mekonium
Mekonium merupakan tinja pertama dari BBL. Mekonium kental pekat dan berwarna hijau tua
atau kehitaman. Biasanya BBL mengeluarkan mekonium pertama kali pada 12-24 jam pertama.
Kira-kira pada 15% kasus, mekonium dikeluarkan bersamaan dengan cairan ketuban beberapa
saat sebelum persalinan. Hal ini menyebabkan warna kehijauan pada cairan ketuban.
Mekonium jarang dikeluarkan sebelum 34 minggu kehamilan. Bila mekonium terlihat sebelum
persalinan bayi dengan presentasi kepala, lakukan pemantauan ketat karena hal ini merupakan
tanda bahaya.
b. Penyebab Janin Mengeluarkan Mekonium Sebelum Persalinan
Tidak selalu jelas mengapa mekonium dikeluarkan sebelum persalinan. Kadang-kadang hal ini
terkait dengan kurangnya pasokan oksigen (hipoksia). Hipoksia kan meningkatkan peristaltik
usus dan relaksasi sfingter ani sehingga isi rektum (mekoneum) diekskresikan. Bayi-bayi
dengan risiko tinggi gawat janin (misal; Kecil untuk Masa Kehamilan/KMK atau Hamil Lewat
Waktu) ternyata air ketubannya lebih banyak tercampur oleh mekonium (warna kehijauan)
dibandingkan dengan air ketuban pada kehamilan normal.
c. Risiko Air Ketuban Bercampur Mekonium
Hipoksia dapat menimbulkan refleks respirasi bayi di dalam rahim sehingga mekonium yang
tercampur dalam air ketuban dapat terdeposit di jaringan paru bayi. Mekonium dapat juga
masuk ke paru jika bayi tersedak saat lahir. Masuknya mekonium ke jaringan paru bayi dapat
menyebabkan pneumonia dan mungkin kematian.
7. Asuhan Pascaresusitasi
Asuhan pascaresusitasi adalah pelayanan kesehatan pascaresusitasi yang diberikan baik kepada
BBL ataupun ibu dan keluarga. Pelayanan kesehatan yang diberikan berupa pemantauan,
asuhan BBL, dan konseling. Asuhan pascaresusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi
setelah menerima tindakan resusitasi. Asuhan pascaresusitasi dilakukan pada keadaan:
a. Resusitasi Berhasil
bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau sesudah ventilasi. Perlu
pemantauan dan dukungan.
1) Konseling:
a) Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang telah dilakukan. Jawab setiap
pertanyaan yang diajukan.
b) Ajarkan ibu cara menilai pernapasan dan menjaga kehangatan tubuh bayi. Bila ditemukan
kelainan, segera hubungi penolong.
c) Anjurkan ibu segera memberi ASI kepada bayinya. Bayi dengan gangguan pernapasan perlu
banyak energi. Pemberian ASI segera, dapat memasok energi yang dibutuhkan.
d) Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi (asuhan dengan metode Kangguru).
e) Jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda-tanda bahaya bayi baru lahir dan
bagaimana memperoleh pertolongan segera bila terlihat tanda-tanda tersebut pada bayi.
2) Lakukan asuhan bayi baru lahir :
a) Anjurkan ibu menyusui sambil memperhatikan dan membelai bayinya
b) Beri vitamin K antibiotik salep mata imunisasi hepatitis B
3) Lakuakan pemantauan terhadap bayi
a) Tanda-tanda kesulitan bernafaspada bayi, seperti nafas megap-megap frekuensi nafas < 30
kali per menit atau > 60 kali per menit, bayi kebiruan atau pucat, bayi lemas.
4) Jagalah bayi agar tetap hangat dan kering.
A. Kesimpulan
Resusitasi adalah segala usaha untuk mengembalikan fungsi sistem pernafasan, peredaran
darah dan otak yang terhenti atau terganggu sedemikian rupa agar kembali normal seperti
semula.
Tujuan resusitasi adalah memulihkan fungsi pernapasan bayi baru lahir yang mengalami
asfiksia, untuk oksigenasi darurat, mempertahankan jalan nafas yang bersih, membantu
pernapasan, membantu sirkulasi/memulai kembali sirkulasi spontan, untuk melindungi otak
secara manual dari kekurangan O2.
Bidan harus siap melakukan resusitasi bayi baru lahir setiap menolong persalinan. Tanpa
persiapan kita akan kehilangan waktu yang sangat berharga, walau hanya beberapa menit bila
BBL tidak segera bernafas, bayi dapat menderita kerusakan otak atau meninggal. Persiapan
yang diperlukan adalah persiapan keluarga, tempat, alat untuk resusitasi dan persiapan
diri(bidan).
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL perlu resusitasi, tindakan harus
segera dilakukan. Penundaan pertolongan dapat membahayakan bayi. Letakkan bayi di tempat
yang kering. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan di atas perut ibu atau di dekat perineum.
B. Saran
Mahasiswa kebidanan diharapkan mengetahui dan memahami tentang resusitasi pada bayi
baru lahir karena merupakan salah satu masalah yang harus dikuasai karena berkaitan dengan
profesinya nanti. Dengan memahaminya tentu akan lebih mudah dalam menerapkannya dalam
kehidupan secara nyata.
DAFTAR PUSTAKA