Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber daya alam merupakan sumber daya yang disediakan oleh alam sendiri
tanpa campur tangan manusia. Sumber daya sangat diperlukan dan menjadi faktor
penentu dalam konteks ilmu perencanaan wilayah. Sumber daya yang berada dalam
konteks perencanaan wilayah terdiri atas sumber daya air, sumber daya mineral,
sumber daya energi dan sumber daya lahan. Berdasarkan sifatnya sumberdaya alam
dapat digolongkan kedalam dua kategori, yaitu sumber terbarukan dan tidak
terbarukan. Untuk dapat terus memanfaatkan sumber daya yang ada, eksplorasi harus
dilakukan secara hati-hati dengan tidak mengeksploitasi secara berlebihan tetapi sesuai
dengan kebutuhan. Eksplorasi yang berlebihan akan mengakibatkan dampak yang
buruk bagi manusia dimana ketersediaannya terbatas
Sumber daya lahan merupakan salah satu sumber daya yang terbatas. Lahan
tidak bertambah, tetapi populasi manusia terus meingkat setiap tahunnya. Baik yang
berada di atas maupun dibawah, lahan mengandung semua unsur sumberdaya yang
dapat dimanfaatkan. Lahan memiliki kesesuaiannya dimana setiap bentang alam yang
berbeda memiliki fungsi yang berbeda. Bentang alamnya, seperti datar, landai,
bergelombang, dan terjal bahkan sangat terjal. Sebagai contoh, daerah terjal dapat
dimanfaatkan sebagai areal rekreasi, tempat peristirahatan, daerah buffer tanaman
hutan atau padang rumput.
Namun dengan semakin bertambahnya populasi manusia dengan berbagai
aktivitasnya, ketersediaan lahan sudah tidak sebanding dengan kebutuhan manusia
akan lahan. Bagi kawasan perkotaan masalah lahan sudah menjadi masalah yang besar.
Tingkat urbanisasi juga menjadi salah satu pendorongnya. Kota terus mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang memaksa kota untuk melakukan ekspansi
terhadap lahannya. Salah satu tindakan ekspansi yang banyak dilakuakan kota-kota
maju maupun berkembang adalah kegiatan reklamasi.
Kegiatan reklamasi merupakan salah satu tindakan yang pilih pemerintah untuk
menyediakan kebutuhan lahan di perkotaan. Beberapa kota besar di berbagai negara
sudah berhasil melaksanakannya. Hasil dari aktivitas reklamasi tersebut dikenal dengan

1
konsep Waterfront City. Salah satu kota yang terkenal dengan konsep ini adalah kota
Venesia. Konsep tersebut sukses diterapkan karena Venesia mengembangkan
perairannya tidak hanya sebgai edge tetapi juga sebagai jalur arteri sirkulasi kota
dengan angkutan bus air bernama Vaporeti, sehingga turut meningkatkan sector
pariwisata kota. Akan tetapi, konsep Waterfront city ini terbentuk melalui kegiatan
aktivitas reklamasi yang juga dapat memberikan dampak negative bagi lingkungan
maupun manusia itu sendiri.
Salah satu kota di Indonesia yang menerapkan konsep Waterfront City adalah
Kota Manado. Kota Manado merupakan kota pantai yang berada di Teluk Kota
Manado. Dampak pertumbuhan dan perkembangn kotanya, Kota manado
membutuhkan sumber daya lahan untuk memenuhi kebuthannya untuk dijadikan
sebagai area ekonomi bisnis, maupun untuk hunian penduduk. Oleh karena itu sudah
banyak areal pantai kota yang terpaksa direklamasi untuk memenuhi kebutuhan
tersbut. Dalam perkembangannya reklamasi terebut memberikan berbagai dampak
positif maupun negative bagi kota Manado.
Dengan demikian penulis mencoba untuk mnganalisis potensi dan
permasalahan yang diakibatkan oleh penerapan Konsep Waterfront City Kota manado
dengan mengambil judul : “Analisis Pengembangan Konsep Waterfornt City di Kota
Manado.”

1.2 Tujuan Penulisan


1. Mengidentifikasi Kekuatan, Kelemahan, Potensi dan Ancaman dengan
menggunakan analisis SWOT, untuk mengembangkan strategi pengembangan
Konsep Water front City.
2. Menyusun strategi dan program pengembangan Konsep Waterfornt City di Kota
Manado.

1.3 Manfaat penulisan


1. Memberikan pengenalan awal tentang konsep Waterfrot City
2. Memberikan pengetahuan tentang reklamasi pantai yang menjadi sumber daya
alam berupa lahan bagi Kota manado

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Waterfront City


Konsep ini berawal dari pemikiran seorang ‘urban visioner’ Amerika yaitu
James Rouse di tahun 1970an. Saat itu, kota-kota bandar di Amerika mengalami proses
pengkumuhan yang mengkhawatirkan. Kota Baltimore merupakan salah satunya.
Karena itu penerapan visi James Rouse yang didukung oleh pemerintah setempat
akhirnya mampu memulihkan kota dan memulihkan Baltimore dari resesi ekonomi
yang dihadapinya. Dari kota inilah konsep pembangunan kota pantai/pesisir dilahirkan.
Waterfront Development adalah konsep pengembangan daerah tepian air baik
itu tepi pantai, sungai ataupun danau. Pengertian “waterfront” dalam Bahasa Indonesia
secara harafiah adalah daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah
pelabuhan (Echols, 2003). Waterfront Development juga dapat diartikan suatu proses
dari hasil pembangunan yang memiliki kontak visual dan fisik dengan air dan bagian
dari upaya pengembangan wilayah perkotaan yang secara fisik alamnya berada dekat
dengan air dimana bentuk pengembangan pembangunan wajah kota yang terjadi
berorientasi ke arah perairan. Menurut direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil dalam Pedoman Kota Pesisir (2006) mengemukakan bahwa Kota Pesisir atau
waterfront city merupakan suatu kawasan yang terletak berbatasan dengan air dan
menghadap ke laut, sungai, danau dan sejenisnya.
Prinsip perancangan waterfront city adalah dasar-dasar penataan kota atau
kawasan yang memasukan berbagai aspek pertimbangan dan komponen penataan
untuk mencapai suatu perancangan kota atau kawasan yang baik. Kawasan tepi air
merupakan lahan atau area yang terletak berbatasan dengan air seperti kota yang
menghadap ke laut, sungai, danau atau sejenisnya. Bila dihubungkan dengan
pembangunan kota, kawasan tepi air adalah area yang dibatasi oleh air dari
komunitasnya yang dalam pengembangannya mampu memasukkan nilai manusia,
yaitu kebutuhan akan ruang publik dan nilai alami. Berikut alur pikir perumusan
prinsip perancangan kawasan tepi air (waterfront city).

3
Gambar 2.1 Alur Pikir Perumusan Prinsip Perancangan Kawasan Tepi Air
Sumber:http://3.blogspot.com

Aspek yang dipertimbangkan adalah kondisi yang ingin dicapai dalam penataan
kawasan. Komponen penataan merupakan unsur yang diatur dalam prinsip
perancangan sesuai dengan aspek yang dipetimbangkan. Variabel penataan adalah
elemen penataan kawasan yang merupakan bagian dari tiap komponen dan variabel
penataan kawasan dihasilkan dari kajian (normatif) kebijakan atau aturan dalam
penataan kawasan tepi air baik didalam maupun luar negeri dan hasil pengamatan di
kawasan studi.

2.2 Pengenalan Kawasan Reklamasi Pantai


a. Pengertian Reklamasi
Reklamasi adalah suatu pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau lahan
yang relative tidak berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna
dengan cara dikeringkan. Misalnya di kawasan pantai, daerah rawa-rawa, di lepas
pantai/di laut, di tengah sungai yang lebar, ataupun di danau.
Menurut Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan
oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari
sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan,pengeringan lahan
atau drainase.

4
Reklamasi dilaksanakan mengikuti prosedur sejak tahap perencanaan (pra),
pelaksanaan dan pembangunan (proses) serta pemanfaatannya (pasca) baik di atas
dan atau di bawah lahan hasil reklamasi.
Tidak semua pekerjaan pengurugan di suatu kawasan dapat disebut
reklamasi. Dalam definisi di atas terdapat syarat bahwa kawasan yang diperbaiki
tersebut adalah berair. Maka untuk pekerjaan penimbunan tanah di kawasan tak
berair, disebut saja dengan pekerjaan pengurugan atau penimbunan tanah.
Sebaliknya reklamasi tidak selalu berupa pengurugan. Prosesnya adalah
pengeringan kawasan berair. Proses tersebut dapat diperoleh dengan dua cara,
pertama dengan pengurugan dan kedua dengan penyedotan (pembuangan) air
keluar dari kawasan tersebut. Cara pengurugan adalah cara yang paling populer dan
paling mudah dilakukan, termasuk kegiatan reklamasi yang ada di Indonesia.
Sedangkan cara penyedotan air adalah cara yang paling rumit dan memerlukan
pengelolaan serta pemeliharaan (maintenance) yang teliti dan terus menerus.
Contoh negara yang melakukan reklamasi dengan cara kedua ini adalah Belanda.

b. Tujuan Reklamasi
Tujuan reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang rusak atau tak
berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru tersebut, biasanya
dimanfaatkan untuk kawasan pemukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan,
pertanian, serta objek wisata.
Reklamasi pantai merupakan salah satu langkah pemekaran kota. Reklamasi
dilakukan oleh negara atau kota-kota besar yang laju pertumbuhan dan kebutuhan
lahannya meningkat demikian pesat tetapi mengalami kendala dengan semakin
menyempitnya lahan daratan (keterbatasan lahan). Dengan kondisi tersebut,
pemekaran kota ke arah daratan sudah tidak memungkinkan lagi, sehingga
diperlukan daratan baru. Alternatif lain dari kebutuhan lahan selain dengan
reklamasi adalah pemekaran ke arah vertikal dengan membangun gedung-gedung
pencakar langit dan rumah-rumah susun.

5
c. Keuntungan dan Kerugian Reklamasi
Cara reklamasi memberikan keuntungan dan dapat membantu negara/kota
dalam rangka penyediaan lahan untuk berbagai keperluan (pemekaran kota),
penataan daerah pantai, pengembangan wisata bahari, dll.
Kerugian kegiatan Reklamasi lebih besar dibandingkan dengan keuntungan
yang didapat. Perlu diingat bahwa reklamasi merupakan bentuk campur tangan
(intervensi) manusia terhadap keseimbangan lingkungan alamiah yang selalu dalam
keadaan seimbang dinamis. Perubahan ini akan melahirkan perubahan ekosistem
seperti perubahan pola arus, erosi dan sedimentasi pantai. Hal tersebut berpotensi
meningkatkan bahaya banjir, dan berpotensi gangguan lingkungan di daerah lain
(seperti pengeprasan bukit atau pengeprasan pulau untuk material timbunan).
Untuk mereduksi dampak semacam itu, diperlukan kajian mendalam
terhadap proyek reklamasi dengan melibatkan banyak pihak dan interdisiplin ilmu
serta didukung dengan upaya teknologi. Kajian cermat dan komprehensif
diharapkan menghasilkan area reklamasi dengan dampak yang seminimal mungkin
terhadap lingkungan di sekitarnya.
Sementara itu karena lahan reklamasi berada di daerah perairan, maka
prediksi dan simulasi perubahan hidrodinamika saat pra, dalam masa pelaksanaan
proyek dan pasca reklamasi serta sistem drainasenya juga harus diperhitungkan.
Karena perubahan hidrodinamika dan buruknya sistem drainase ini yang biasanya
berdampak negatif langsung terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.
Yang perlu dipikirkan lagi adalah sumber material urugan. Material urugan
biasanya dipilih yang bergradasi baik, artinya secara teknis mampu mendukung
beban bangunan di atasnya. Karena itulah, biasanya dipilih sumber material yang
sesuai dan ini akan berhubungan dengan tempat galian (quarry). Sumber galian
yang biasanya dipilih adalah dengan melakukan pengeprasan bukit atau
pengeprasan pulau tak berpenghuni. Hal ini tentunya akan mengganggu lingkungan
di sekitar quarry. Cara lain yang relatif lebih aman dapat dilakukan dengan cara
mengambil material dengan melakukan pengerukan (dredging) dasar laut di tengah
laut dalam. Pilihlah kawasan laut dalam yang memiliki material dasar yang
memenuhi syarat gradasi dan kekuatan bahan sesuai dengan yang diperlukan oleh
kawasan reklamasi.

6
2.3 Tipologi Kawasan Reklamasi
Kawasan reklamasi pantai secara umum dapat dimasukkan dalam kategori visual
dan aministratif. Secara visual merupakan kawasan pesisir yang meliputi sejumlah
areal daratan dan areal lautan/air tertentu. Sedangkan secara administrative dengan
adanya reklamasi ,aka garis pantai yang beru akan dijadikan batas juridiksi areal
laut/air, yaitu sejumlah 4 mil kea rah laut.
a. Berdasarkan Fungsi
Tipologi kawasan reklamasi pantai secara signifikan dikelompokkan atas:
 Kawasan Perumahan dan Permukiman
 Kawasan Perdagangan dan Jasa
 Kawasan Industri
 Kawasan Pariwisata
 Kawasan Ruang Terbuka (Publik, RTH Lindung, RTH Binaan, Ruang
Terbuka Tata Air/Biru)
 Kawasan Pelabuhan Laut / Penyeberangan
 Kawasan Pelabuhan Udara
 Kawasan Mixed-Use
 Kawasan Pendidikan

b. Berdasarkan Luasan
Kawasan Studi Reklamasi berdasarkan luasan dan lingkupnya dapat dibedakan
dalam kategori sebagai berikut:
1. Reklamasi Besar. Kawasan reklamasi dengan luasan > 500 Ha dan
mempunyai lingkup pemanfaatan ruang yang sangat banyak dan bervariasi.
2. Reklamasi Sedang. Merupakan kawasan reklamasi dengan luasan 100
sampai dengan 500 ha dan lingkup pemanfaatan ruang tidak terlalu banyak
( ± 3 – 6 jenis).
3. Reklamasi Kecil. Merupakan kawasan reklamasi dengan luasan kecil
(dibawah 100ha) dan hanya memiliki beberapa variasi pemanfaatan
ruangnya (hanya 1-3 jenis ruang saja).

7
c. Berdasarkan Bentuk Fisik
1. Menyambung dengan Daratan
Model reklamasi ini seperti model reklamasi pada umumnya, dimana
kawasan daratan lama berhubungan langsung dengan daratan baru.
Penerapan model ini pada kawasan yang tidak memiliki kawasan (
penanganan ) khusus atau kawasan lindung seperti :
- kawasan permukiman nelayan,
- kawasan hutan mangrove
- kawasan hutan pantai
- kawasan perikanan tangkap
- kawasan terumbu karang, padang lamun, biota laut yang dilindungi
- kawasan larangan ( rawan bencana )
- kawasan taman laut, dsb
2. Terpisah dengan Daratan
Model reklamasi ini diterapkan pada kawasan-kawasan yang memiliki
kawasan khusus seperti yang telah disebutkan di atas. Model ini
memisahkan (meng-“enclave” ) daratan lama yang berupa kawasan lindung/
kawasan khusus dengan kawasan daratan baru dengan tujuan:
- Menjaga keseimbangan tata air yang ada
- Menjaga kelestarian kawasan lindung (mangrove, pantai, hutan pantai,
dll)
- Mencegah terjadinya dampak/ konflik sosial
- Menjaga dan menjauhkan kerusakan kawasan potensial (biota laut,
perikanan, minyak )
- Menghindari kawasan rawan bencana, dsb.
3. Gabungan 2 Bentuk Fisik (Terpisah dan Menyambung dengan Daratan)
Suatu kawasan reklamasi dimungkinkan menggunakan gabungan 2 (dua)
model reklamasi sekaligus apabila wilayah kawasan perencanaan reklamasi
terdapat potensi dan permasalahan seperti yang telah diuraikan di atas.
Kawasan reklamasi pada kawasan yang potensial/lindung menggunakan
teknik terpisah dengan daratan dan pada bagian yang tidak memiliki potensi
khusus menggunakan teknik menyambung dengan daratan yang lama.

8
2.4 Sistem Reklamasi
Reklamasi sendiri bukan hanya terdiri dari sekedar sistem sederhana seperti
“tutupi pantai hingga jadi lahan”, melainkan terdiri dari berbagai teknik yang telah
teruji sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi kemungkinan memperburuk kondisi
lingkungan bakal reklamasi. Sistem reklamasi sendiri terdiri atas :
a. Sistem kanalisasi
Yaitu membuat kanal-kanal atau saluran drainase ( kondisi tertentu
dilengkapi pintu ) bertujuan untuk menurunkan muka air sehingga lahan bisa
dimanfaatkan. Sebagai contoh adalah perkebunan kelapa sawit di daerah gambut.
b. Sistem polder
Dalam sistem ini yaitu: melingkupi suatu lahan basah (genangan) dengan
tanggul yang diusahakan kedap air dan menurunkan tinggi muka air tanah di
dalam areal tersebut, selanjutnya mengendalikan tinggi muka air supaya selalu
berada di bawah ambang batas yang dikehendaki, sehingga lahan cukup kering dan
siap untuk dimanfaatkan untuk pertanian, perindustrian dan lain-lainnya.
Keberhasilan dari sistem ini adalah menjaga atau mempertahankan kondisi muka
air tanah sehingga diperlukan kemampuan pompa untuk mengatut muka iar
tersebut. Keuntungan sistem ini adalah volume tanah urugan sangat kecil terutama
jigka lahan tidak perlu ditinggikan. Kekurangannya adalah diperlukan biaya cukup
besar untuk pembuatan tanggul,sistem kanal dan saluran serta sistem pompa. Selain
itu duperlukan waktu yang cukup panjang untuk penyiapan lahan reklamasi
tersebut, sebagai contoh sistem polder yang diterapkan Negeri Kincir Angin,
Belanda. Sistem polder ijni dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
Polder Dalam, air yang disedot dari polder tidak langsung dibuang ke laut akan
tetapi ke waduk-waduk tampungan atau suatu saluran yang ada di luar polder untuk
kemudian dialirakan ke laut.
Polder Luar, air dari polder langsung dibuang ke laut.
c. Sistem Urugan
Sistem reklamasi dengan jalan mengurug lahan yang akan direklamasi kemudian
diikuti dengan langkah-langkah perlindungan dari sistem perbaikan tanahnya(tanah
urug reklamasi). Sistem ini berkembang didukung dengan berbagai jenis alat-alat

9
besar seperti alat penggalian tanah, alat pengambilan dan pengeruk tanah, alat-alat
transportasi, perlengkapan penebaranbahan-bahan tanah urug, dan alat
perlengkapan pemadatan tanah. Pada sistem ini dibedakan dua macam cara kerja,
yaitu (a)Hydraulic Fill,dibuat tanggul terlebih dahulu baru kemudian dilakuakan
pengurugan (b)Blanket Fill, tanah diurug lebih dahulu baru kemudian tanggul atau
sistem perlindungan dibuat belakangan.
Material Urugan Reklamasi
Dalam pekerjaan reklamasi dengan urugan, ada beberapa aspek yang
dipertimbangkan , yaitu antara lain: jenis material, volume kebutuhan material,
lokasi sumber material, waktu yang tersedia dan biaya. Sehingga akan
berpengaruh pada metode pelaksanaan dan peralatan yang digunakan.
1. Jenis Material
a. Material Pasir, material urugan yang baik umumnya berupa pasir dengan
kandungan pasir halus tidak melebihi 15%. Sedangkan untuk dasar tanggul
dan untuk permukaan dasar tanah yang lembek, maka persyaratannya lebih
baik lagi yaitu bandingan fraksi halusnya <10%. Analisis material diambil
dari hasil pemboran dan hasilnya menunjukkan:
- Plastisitas : Sebaiknya plastisitasnya kecil (<10%)
- Kohesivitas : Sebaiknya kecil ( 1,5 s/d 5 kgf/cm² )
- Sudut geser dalam : Sebaiknya besar ( 45º s/d 50º )
- Berat Jenis : ± 2,6 kg/cm²
- Permeabilitas : 1 x 10-4 cm/detik.
b. Material Batu, material ini terutama digunakan sebagai konstruksi
perlindungan daerah yang akan direklamasi antara lain yaitu:dengan
tumpukan batu(rubble mound) jenis batu yang digunakan umumnya
umumnya merupakan batuan beku karena batuan ini memiliki nilai
ketahanan yang tinggi terhadap proses erosi dan pelapukan.
c. Material Tanah, sebagai material reklamsi tanah umumnya lebih banyak
digunakan sebagai penutup pada bagian paling atas suatu timbunan(soil
cover). Sumber material dapat berada di daratan(on shore) maupun
bersumber dari dasar laut.

10
 Sumber Material Daratan, dapat berupa bukit atau deposit datar.
Sumber material yang berupa bukit umumnya berupa batuan
beku(andesit) dan tanah urugan (soil cover). Sedangkan sumber
material deposit datar pada umumnya berupa material pasir (endapan
alluvial).
Sumber material dari built dapat digali dengan wheel-dredger, yaitu
alat pengeruk yang mana pengerukannya terpasang pada suatu roda
yang diputar. Sedangkan yang dari deposit datar digali dengan
mempergunakan jenis alat penggalian sperti excavator.
Bahan yang sudah digali dengan wheel-dredger, kemudian diangkut ke
tempat (terminal) pemuat dengan menggunakan ban berjalan(belt
conveyor). Sebagai tempat penampungan biasanya mempergunakan
tongkan berukuran besar aru kemudian diangkut ke lokasi lahan
reklamasi menggunakan tongkang-tongkang kecil.
 Sumbar Material di Laut, sebagai alternative bahan timbnan diambil
dari sumber yang berlokasi di laut, yaitu berupa pasir endapan di dasar
laut. Pengambilan pasir endapan tersebut untuk kapasitas besar
menggunakan cutter suction dredger yang dimuatkan di kapal itu
seniri(hopper dredger) atau ketongkang kemudian dibawa ke lokasi
dimana meteria tersebut dipompakan kelahan yang akan di urug.
Selain itu pengambilannya bisa menggunakan grab-dredger yang
dipasang di atas suatu tongkang besar.

2.5 Ketentuan Pembangunan di Kawasan Reklamasi Pantai


Pada dasarnya kegiatan reklamasi pantai tidak dianjurkan namun dapat dilakukan
dengan memperhatikan ketentuan berikut:
a) Merupakan kebutuhan pengembangan kawasan budi daya yang telah ada di sisi
daratan;
b) Merupakan bagian wilayah dari kawasan perkotaan yang cukup padat dan
membutuhkan pengembangan wilayah daratan untuk mengakomodasikan kebutuhan
yang ada
Lokasi yang akan direklamasi harus :

11
a. Telah sesuai dengan ketentuan rencana kota yang dituangkan dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi dan atau Kota/Kabupaten (tergantung posisi strategis dari
kawasan reklamasi) dan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Reklamasi, dan
dituangkan ke dalam Peta Lokasi laut yang akan direklamasi.
b. Ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur dan atau Walikota/Bupati
(tergantung posisi strategis dari kawasan reklamasi) yang berdasarkan pada tatanan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan atau Kota/Kabupaten serta Rencana
Detail Tata Ruang Kawasan Reklamasi
c. Sudah ada studi kelayakan tentang pengembangan kawasan reklamasi pantai atau
kajian/kelayakan properti (studi investasi);
d. Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan lindung
atau taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa;
e. Bukan merupakan kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas wilayah
dengan daerah/negara lain.
f. Memenuhi ketentuan pemanfaatan sebagai kawasan dengan ijin bersyarat.
Persyaratan ini diperlukan mengingat pemanfaatan tersebut memiliki dampak yang
besar bagi lingkungan sekitarnya. Persyaratan ini antara lain :
 Penyusunan dokumen AMDAL
 Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL)
 Penyusunan Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALIN)
 Mengenakan biaya dampak pembangunan (development impact fee), dan atau
aturan disinsentif lainnya.
g. Dituangkan di dalam Peta Situasi rencana lokasi dan Rencana Teknis Pelaksanaan
Reklamasi dan mendapat persetujuan dari instansi terkait. Perencanaan teknis
pelaksanaan reklamasi harus meliputi :
 Sistem angkutan transportasi material dan sistem penimbunan sementara
material urugan yang berkaitan dengan sistem angkutan/transportasi material.
 Sistem pengurugan dari laut dan atau dari darat.
 Teknis pembuatan turap penahan tanah dan pemecah gelombang.

12
 Teknis dan cara perbaikan/perkuatan/peningkatan daya dukung tanah yang akan
menahan beban turap penahan tanah, pemecah gelombang dan konstruksi lain
di atasnya.
 Teknis pengeringan bahan urugan, teknis pemadatan bahan urugan dan teknis
pembebanan sementara urugan dengan memasang beban sementara.
 Teknis pemantauan penurunan (settlement) lapisan urugan tanah akibat
pemadatan tanah dan beban diatasnya.
 Perencanaan dan penentuan elevasi tanah hasil reklamasi.
 Teknis pengamanan limbah B3
 Teknis pencegahan dan penangkalan abrasi pantai
 Teknis pencegahan dan antisipasi banjir lokasi tanah hasil reklamasi dan di
hulunya
 Teknis pencegahan pencemaran selama konstruksi
 Teknis pengamanan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
 Teknis pengamanan alur pelayaran dan keselamatan kerja.
 Teknis pembuangan bahan sisa reklamasi
Selain itu persyaratan untuk melaksanakan reklamasi juga diatur dalam Pasal 34
Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Tanah Pesisir Dan Pulau
Pulau Kecil, yaitu terdapat pengaturan terhadap reklamasi tanah:
Pasal 34
1) Reklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dilakukan dalam rangka
meningkatkan manfaat dan/atau nilai tambah Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil ditinjau dari aspek teknis, lingkungan, dan sosial ekonomi.
2) Pelaksanaan Reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menjaga dan
memperhatikan:
a. keberlanjutan kehidupan dan penghidupan Masyarakat
b. keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan kepentingan pelestarian
fungsi lingkungan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; serta
c. persyaratan teknis pengambilan, pengerukan, dan penimbunan material.
3) Perencanaan dan pelaksanaan Reklamasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Presiden.

13
Kegiatan Reklamasi Pantai meliputi kegiatan Persiapan (Pra) Reklamasi,
pelaksanaan (Proses) Reklamasi dan Pasca Reklamasi
a. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan Persiapan (Pra) Reklamasi
meliputi persyaratan teknis yang ditetapkan dalam: Perencanaan Lokasi yang akan
direklamasi, Persyaratan Perhitungan Hydrodinamika, Persyaratan Bangunan
Penahan Gelombang, Metode Pelaksanaan Reklamasi, Standar Bahan/Material
Pengisi Urugan, Spesifikasi Teknis Reklamasi
b. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan Pelaksanaan (Proses) Reklamasi
meliputi persyaratan teknis yang ditetapkan dalam: Perbaikan Tanah Dasar,
Pelaksanaan Teknis Pengamanan, Bahan Pelindung/Tameng/Armor, Persyaratan
Bangunan Laut, Persyaratan Penimbunan Sementara, Persyaratan Pembebanan
Sementara, Persyaratan Geotextile, Persyaratan Vertikal Drain, Persyaratan
Pengurugan dan pemadatan
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan Pasca Reklamasi meliputi
persyaratan teknis yang ditetapkan dalam: Persyaratan Ketinggian Peil,
Persyaratan Penurunan Bangunan/Settlement, Persyaratan Pekerjaan Beton,
Persyaratan Pekerjaan Kontruksi Baja Pelaksanaan reklamasi juga harus mengacu
pada standar nasional dan internasional serta diawasi dan dikendalikan secara
teknis oleh Badan Pelaksana yang dibentuk oleh Pemerintah Provinsi dan atau
Pemerintah Kota/Kabupaten tergantung posisi strategis dari kawasan reklamasi
tersebut.

14
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Reklamasi Pantai Kota Manado


Gambar 3.1 .
Lokasi Sepanjang Kawasan Reklamasi Pantai Manado

Sumber:Permen PU No.40/PRT/M/2007

Letak Geografis, Kota manado terletak di ujung Jazirah Utara pulau Sulawesi,
pada posisi geografis 124°40' - 124°50' dan 1°30' - 1°40' LU. Iklim di kota ini adalah
iklim tropis dengan suhu rata-rata 24° - 27° C. Curah hujan rata-rata 3.187 mm/tahun
dengan iklim terkering di sekitar bulan Agustus dan terbasah pada bulan Januari.
Intensitas penyinaran matahari rata-rata 53% dan kelembaban nisbi ±84%. Luas
wilayah daratan adalah 15.726 hektar. Manado juga merupakan kota pantai yang
15
memiliki garis pantai sepanjang 18,7 kilometer. Kota ini juga memiliki perbukitan dan
barisan pegunungan. Wilayah daratannya didominasi oleh kawasan berbukit dengan
sebagian daratan rendah di daerah pantai. Interval ketinggian daratan antara 0-40 %
dengan puncak tertinggi di gunung Tumpa.
Wilayah perairan kota Manado meliputi pulau Bunaken, pulau Siladen dan pulau
Manado Tua. Pulau Bunaken dan Siladen memiliki topografi yang bergelombang
dengan puncak setinggi 200 meter. Sedangkan pulau Manado Tua adalah pulau
gunung dengan ketinggian ± 750 meter. Sementara itu perairan teluk manado memiliki
kedalaman 2-5 meter di pesisir pantai sampai 2.000 meter garis batas pertemuan pesisir
dasar lereng benua. Kedalaman ini menjadi semacam penghalang sehingga sampai saat
ini intensitas kerusakan Taman Nasional Bunaken relatif cukup rendah. Jarak dari kota
Manado ke Tondano adalah 28 Kilometer, ke Bitung 45 km, ke Langowan 50 km dan
ke Amurang 58 km.
Batas kota Manado adalah sebagai berikut:
Utara : Kabupaten Minahasa Utara dan selat Mantehage
Selatan : Kabupaten Minahasa Induk
Barat : Teluk Manado
Timur : Kabupaten Minahasa Induk

Munculnya ide reklamasi terhadap pantai di kota Manado, merupakan ide


Gubernur E.E. Mangindaan dengan beberapa pengusaha yang ada di Kota Manado
pada tahun 1995. Reklamasi yang ditujukan adalah reklamasi didaerah pantai yang
letaknya didaerah utara kota Manado. Dimana reklamasi dilakukan untuk
mengembangkan kawasan bisnis di Manado, yang selama ini telah berkembang dengan
mengoptimalkan daerah pantai yang selama ini terbengkalai dan tidak terawat dengan
baik.
Sejalan dengan ide gubernur pada waktu itu, mantan Walikota kota Manado Bpk.
Lucky Korah (1997) mengatakan bahwa “dalam era globalisasi yang berdampak pada
persaingan terbuka antar kota, maka peningkatan daya tarik kota Manado harus
dikembangkan dengan mengubah penampilan kota sedemikian rupa.”1)

1
http://reklamasi-pantai-manado.html
16
Pada tanggal 20 Juli 1995, reklamasi daerah pantai kota Manado direalisasikan
dengan dibuatnya perjanjian kerjasama antara Pemerintah Daerah Tingkat II Kota
Manado dengan PT Megasurya Nusa Lestari selaku pihak pemohon reklamasi pantai
Manado. Surat perjanjian kerjasama tersebut terurai dalam Surat Perjanjian Nomor
10/Pks/Hkm/1995 tentang perjanjian reklamasi pantai Manado, yang telah
ditandatangani oleh kedua belah pihak. Pada perjanjian tersebut terdapat beberapa
pasal yang menyangkut hak dan kewajiban antara Pemerintah Daerah Tingkat II Kota
Manado dengan PT Megasurya Nusa Lestari.

Sesuai dengan ketentuan pembangunan kawasan reklamasi pantai, bahwa lokasi


yang akan direklamasi harus sesuai dengan ketentuan Rencana Tata Ruang Kota, maka
lokasi reklamasi kota Manado sudah masuk dalam konsep perancanaan, yaitu dalam
RTRW 2000-2010. Konsep dari rencana penggunaan ruang Kota Manado adalah
”mixed use/campuran”. Selanjutnya rencana pengembangan kawasan terbangun di
kawasan reklamasi yang terdistribusi dalam 3 kecamatan berdasarkan RTRW 2000-
2010 adalah:
 Kecamatan Wenang direncanakan sebagai kawasan perdagangan/usaha/jasa,
kawasan perkantoran/pemerintahan, kawasan jasa, kawasan pelabuhan laut dan
wisata, kawasan permukiman dan instalasi militer
 Kecamatan Sario direncanakan sebagai kawasan permukiman, kawasan jasa
(reklamasi), kawasan perkantoran/pemerintahan, kawasan perdagangan/usaha/jasa
dan kawasan instalasi militer
 Kecamatan Malalayang direncanakan sebagai kawasan wisata pantai. Sedangkan
kondisi pengembangan kawasan terbangun di kawasan reklamasi Pantai Manado
juga dirancang sebagai kawasan ”mixed use/campuran” yang didominasi
perdagangan dan jasa.

17
Gambar 3.2 .
Kondisi Eksisting Pengembangan Kawasan Terbangun di Sepanjang
Kawasan Reklamasi Pantai Manado

Sumber:Permen PU No.40/PRT/M/2007

Public Easement dan View/Amenitas


 Lay out figurasi bangunan dan sky line ketinggian bangunan perlu diatur secara
figuratif dan berhirarki agar public easement tetap terjaga
 Ruang publik yang perlu disediakan oleh pengembang sebesar 16% masih perlu
lebih dikembangkan lagi dari segi pemanfaatan dan pengendaliannya. Ruang
publik/public domain adalah ruang milik publik/masyarakat untuk menikmati
potensi view dan amenitas pantai secara bebas baik dari segi ruang, biaya
maupun waktu.

18
Gambar 3.3 .
Kondisi Pengaruh Kawasan Reklamasi terhadap Public Easement

Sumber:Permen PU No.40/PRT/M/2007

3.2 Strategi Pengembangan Wilayah


Keanekaragaman informasi dari suatu kegiatan akan memberikan banyak peluang
dalam menentukan suatu strategi perencanaan atau pengembangan. Salah satu analisis
yang dapat digunakan dalam membuat suatu strategi adalah Analisis SWOT (Strength,
Weakness, Opportunities, Threats). Rangkuti (2001:18 19) menyatakan bahwa analisis
SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan
strategi, analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threaths).

19
Analisis SWOT mempertimbangkan faktor lingkungan internal strengths dan
weaknesses serta lingkungan eksternal opportunities dan threats yng dihadapi. Analisis
SWOT membandingkan antara faktor-faktor internal dan eksternal sehingga dari
analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi (Marimin, 2004: 58). Menurut
Kuncoro (2006: 51), pada dasarnya alternatif strategi yang diambil harus diarahkan
pada usaha untuk menggunakan kekuatan dan memperbaiki kelemahan, memanfaatkan
peluang-peluang, serta mengantisipasi ancaman.
Selanjutnya Rangkuti (2001: 21) menyatakan bahwa proses penyusunan
perencanaan strategis melalui tiga tahap analisis yaitu tahap pengumpulan data, tahap
analisis dan tahap pengambilan keputusan. Tahap pengumpulan data merupakan suatu
kegiatan pengumpulandata tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan
pra analisis, pada tahap ini data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data
internal. Model yang digunakandalam tahap ini terdiri dari tiga yaitu matrik faktor
strategi eksternal, matrik faktor strategi internal dan matrik profil kompetitif. Matrik
faktor strategi ekternal akan diketahui dengan menyusun EFAS (ekternal strategic
factors analysis summary), sedangkan matrik factor strategi internal dapat diketahui
dengan menyusun IFAS (internal strategic factors analysis summary). Tahap Analisis
dapat dimulai setelah faktor-faktor strategis diketahui melalui EFAS dan IFAS, maka
disusunlah matrik SWOT.
“Guidelines for Preparation of Corporate Plan by Indonesian Regional Drinking
Water Enterprises (PDAMs)” yang disiapkan oleh proyek kerjasama Pemerintah
Indonesia (Bappenas, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Dalam Negeri dan
Departemen Keuangan) dengan World Bank (1995) dalam http://www.performorid.04,
mengadopsi Analisis SWOT tanpa pemberian skor. Kelemahan metode ini ialah
pemetaan posisi organisasi terhadap lingkungannya sukar untuk dilakukan. Dengan
demikian, dari identifikasi faktor-faktor peluang, ancaman, kekuatan dan kelmahan
hanya dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan sasaran-sasaran dan
perumusan strategi. Kelebihan metode ini ialah mengurangi bias pembobotan dan
pemeringkatan faktor-faktor kunci eksternal dan internal serta persepsi yang kurang
tepat dalam melihat posisi organisasi terhadap lingkungannya sebagai sesuatu yang
final dan statis. Sebagaimana halnya dalam analisis kuantitatif dalam bidang non-
eksakta pada umumnya, pada pendekatan kuantitatif/pemberian skor dalam Analisis

20
SWOT dilakukan reduksi dan simplifikasi, sehingga kuantifikasi atau pembobotan dan
rating terhadap sejumlah faktor yang pada dasarnya mempunyai sifat yang kompleks
yang sukar untuk diukur tidak sepenuhnya dapat mewakili karakter faktor tersebut atau
nilai komparatifnya terhadap faktor yang lain. Karena itu sekalipun bermanfaat, adanya
bias pada hasil analisis kuantitatif untuk bidang-bidang non-eksakta tidak bisa
dihindarkan. Adakalanya, semakin kompleks pendekatan yang digunakan semakin
besar bias yang dihasilkan. Oleh karena itu dalam melakukan Analisis SWOT dengan
atau tanpa pemberian skor perlu mempertimbangkan dengan seksama kekuatan dan
kelemahan kedua pendekatan tersebut.

3.3 Identifikasi Strengths, Weaknesses, Opportunity & Threats (SWOT)


Dari Penjelasan SWOT tersebut akan dijelaskan satu persatu,bahwa:
a. Kekuatan (Strength), yaitu kekuatan apa saja yang ada pada kawasan reklamasi
pantai di Kota Manado.
b. Kelemahan(Weakness), yaitu segala factor yang tidak menguntungkan atau
merugikan akibat adanya kawasan reklamasi pantai di Kota Manado.
c. Kesempatan(Opportunity), yaitu semua kesempatan yang ada sebagai kebijakan
permerintah, peraturan yang berlaku, atau kondisi perekonomian nasional serta
global yang dianggap memberi peluang bagi adanya kawasan reklamasi pantai di
Kota Manado.
d. Ancaman(Threats), yaitu hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian/tantangan
terhadap kawasan reklamasi pantai di Kota Manado.
Dalam SWOT terdapat dua faktor yang sangat penting yaitu faktor internal dan
factor ekternal. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan elemen-
elemen/komponen wilayah desa Soya Kecamatan Sirimau dalam pengembangan
wilayanya, khususnya yang terkait dengan daya dukung lahan dan pengolahan lahan,
fisik dan pelayanan transportasi serta sistem kota dalam konteks pengembangan
wilayah.
Dengan demikian strategi yang dirumuskan adalah Strategi SO, yaitu
memanfaatkan kekuatan wilayah yang dimiliki untuk mengembangkan kawasan
dimasa yang akan datang. Strategi WO adalah melihat kelemahan yang ada dengan
mempertimbangkan peluang di masa yang akan datang. Strategi ST adalah

21
memanfaatkan kekuatan untuk mengurangi hambatan di masa yang akan datang.
Strategi WT yaitu didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensivedan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman di masa yang akan
datang. maka disusunlah matrik SWOT
Namun sebelum menyusun matriks SWOT, akan dijelaskan terlebih dahulu
kekuatan, kelemhan, kesempatan dan ancaman terhadap pengembangan kawasan
reklamasi tersebut.
a. Kekuatan (Strength)
1. Menambah Lahan Huni
Kebutuhan akan tanah menjadi semakin vital di kala ledakan penduduk di
Manado. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut reklamasi menjadi jawaban untuk
pemenuhan kebutuhan tersebut. Selain karena jumlah penduduk yang semakin
meningkat, makin ramainya pendatang dari daerah lain yang ingin bertempat
tinggal di wilayah kota Manado
2. Lokasi Strategis
Lokasi Reklamasi pantai tersebut berada pada Jalan Raya Trans Sulawesi hingga
Jalan Pierre Tendean yang langsung menghubungkan lokasi dengan pusat kota di
Pasar 45. Tak hanya itu, lokasinya berdekatan dengan pelabuhan Manado dan
Pasar Bersehati.
3. Memiliki pemandangan yang indah
Pemandangan yang indah terbentuk karena reklamsi berada pada bagian teluk
Kota Manado. Pengunjung dapat menikmati pemandangan Pulau Manado Tua
yang indah dan terbenamnya matahari(sunset) di sore hari.
4. Pusat perekonomian dan bisnis Sulawesi Utara
Kota Manado banyak dilirik oleh pengusaha untuk menanamkan modalnya,
terlebih khusus untuk lokasi reklamasi yang terbentuk.

b. Kelemahan (Weakness)
1. Berubahnya Ekosistem Pantai
Reklamasi merupakan campura tangan (intervensi) manusia terhadap
keseimbangan lingkungan. Perubahan ekosistem tentunya ajan melahirkan suatu
perubahan, seperti perubahan pola arus, erosi dan sedimentasi sungai.

22
2. Pencemaran Laut
Peningkatan aktivitas di daerah sekitar reklamasi pantai akan meningkatkan
produksi sampah di lingkungan sekitarnya, seperti pembuangan limbah pusat
hiburan berupa sampah anorganik yang bisa membawa dampak buruk bagi
ekosistem laut.
3. Menimbulkan Kemacetan Lalu Lintas
Lokasi reklamasi yang telah berkembang menjadi kawasan perekonomian dan
bisnis kota maupun provinsi meningkatkan aktivitas di lokasi tersebut. Lokasi
tersebut dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan, baik beroda empat maupun
beroda dua. Namun, kapasitas jalan dan volume lalu lintas yang ada sudah tidak
seimbang. Volume lalu lintas lebih tinggi dibandingkan kapasitas jalan sehingga
menyebebkan kemacetan yang parah.
4. Menyingkirkan Permukiman Nelayan dan Mengurangi Pendapatan Nelayan
Sebelum terbentuk lahan reklamasi di pesisir pantai Kota Manado, banyak nelayan
yang bermukim di tempat tersebut. Namun akibat proyek reklamasi pantasi
tersebut, sebanyak 29.500 nelayan di sepanjang pesisir Malalayang hingga Meras
terusir dan kehilangan empat tingal dan tempat berusaha.(Koalisi Rakyat untuk
Keadilan Perikanan(KIARA) 2013).

c. Kesempatan (Opportunity)
1. Terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA 2015)
Masyarakat Ekonomi ASEan adalah istilah untuk pembentukan pasar tunggak yang
nentinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke
negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin
ketat.
2. Terbentuknya Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET Manado-
Bitung)
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Manado-Bitung ditetapkan
melalui KEPPRES No. 14 Tahun 1998 dengan luas wilayah 201.207 Ha. Inti
pengembangan KAPET adalah untuk mendorong terbentuknya suatu kawasan yang
berperan sebagai penggerak utama (prime mover) pengembangan wilayah.
Pengembangan KAPET Manado-Bitung ini didukung dengan potensi ruang yang

23
strategis yang terletak di jalus pelayaran Internasional(ALKI III) yang
menghubungkan negara-negara di Asia Pasifik. Negara-negara tersebut berpeluang
menjadi pasar besar bagi KAPET dan lalu lintas transportasi menuju Kawasan
Timur Indonesia.
3. Rencana Tata Ruang Kota yang mengizinkan adanya reklamasi
Berdasarkan ketentuan pembangunan untuk Kawasan Reklamasi pantai, lokasi
reklamasi harus ditetapkan berdasarkan pada tatanan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi atau Kota/Kabupaten. Dengan demikian Kota Manado pun dalam Rencana
Tata Ruangnya sudah mendukung pembangunan reklamasi pada pantainya.
4. Perkembangan sector pariwisata
Sektor pariwisata menjadi salah satu sector unggulan di Sulawesi Utara sehingga
mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah yang ada. Wisata pantai menjadi daya
tarik utama daerah ini. Dengan hal tersebut mendorong semakin banyak wisatawan
berkunjung di Kota Manado sehingga berdampak pada peningkatan ekonomi dan
pengembangan kawasan ekonomi dan bisnisnya.
5. Menambah Nilai Pemasukan Daerah Kota Manado
Pembangunan lewat kegiatan reklamasi dapat mendorong pembukaan

d. Ancaman (Threat)
1. Meningkatkan Potensi Banjir
Dampak lingkungan dari proyek reklamasi pantai adalah meningkatkan potensi
banjir karena terjadi peninggian air laut yang disebabkan oleh luas volume di laut
yang berkurang. Selain itu, hal tersebut dikarenakan proyek reklamasi dapat
mengubah bentang alam (geomorfologi) dan aliran air (hidrologi) di kawasan
tersebut. Potensi banjir akibat proyek reklamasi itu akan semakin meningkat bila
dikaitkan dengan adanya kenaikan muka air laut yang disebabkan oleh pemanasan
global.
2. Gelombang Pasang Tsunami
Lokasi yang tepat berada pada garis pantai menyebabkan lokasi ini dapat menjadi
sasaran empuk gelombang tsunami. Gelombang tsunami dapat terjadi setelah
gempa bumi yang hebat. Fenomena tersebut tidak dapat diprediksi dari jauh hari

24
dan akibat yang ditimbulkan sangat merugikan bahkan berdasarkan tsunami yang
telah terjadi di daerah lain, bencana ini meranggut banyak korban jiwa.
3. Penolakan Warga Masyarakat Terhadap Aktivitas Pembangunan Reklmasi
Tak sedikit aktivitas reklamasi yang mendatangkan perlawanan dari warga
setempat maupun aktivis pecinta alam karena dianggap mendatangkan kerugian
yang lebih besar dari pada keuntungannya. Reklamasi mengancam ekosistem laut,
seperti terumbu karang, mangrove, maupun padang lamun. Selain itu banyak
investor yang wajib Amdalnya belum beres. Penolakan warga masyarakat ini
dapat memberikan efek yang kurang menyenangkan sehingga dapat menurunkan
tingkat kenyamanan pada kawasan tersebut.

3.4 Matriks IFAS dan EFAS


Menurut Fredi Rangkuti(2001) dalam analisis SWOT terdapat beberapa matriks
yang paling umum digunakan untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan
Matriks IFAS(Internal Factor Analysis Strategic) dan Matriks EFAS(Eksternal Factor
Analysis Strategic).
a. Matriks IFAS
Tabel 3.1. Hasil Skor Kekuatan

Jumlah Bobot x
No Kekuatan(S) Bobot Nilai
Nilai

1 Menambah Lahan Huni 0,20 2 0,40

2 Lokasi Strategis 0,30 2 0,60

3 Memiliki Pemandangan yang indah 0,20 3 0,60

Pusat Perekonomian dan bisnis


4 0,30 3 0,90
Sulawesi utara

Jumlah 1,00 10 2,50

Ket:
- Bobot menentukan (1.0) penting dan (0) kurang penting variabel
- Nilai menentukan (3) kuat dan (1) lemahnya variabel untuk dikembangkan
* sumber:Rangkuti 2001
25
Tabel 3.2. Hasil Skoring Kelemahan

Jumlah Bobot x
No Kelemahan (W) Bobot Nilai
Nilai

1 Berubahnya Ekosistem Pantai 0,30 3 0,90

2 Pencemaran Laut 0,30 2 0,60

3 Menimbukan Kemacetan Lalu Lintas 0,25 3 0,75

Menyingkirkan permukiman Nelayan


4 0,15 2 0,30
dan Mengurangi Pendapatan Nelayan

Jumlah 1,00 10 2,55

Ket:
- Bobot menentukan (1.0) penting dan (0) kurang penting variabel
- Nilai menentukan (3) kuat dan (1) lemahnya variabel untuk dikembangkan
* sumber:Rangkuti 2001

b. Matriks EFAS
Tabel 3.3. Hasil Skoring Kesempatan

Jumlah Bobot
No Kesempatan(O) Bobot Nilai
x Nilai

Terbentuknya Masyarakat Ekonomi


1 0,10 1 0,10
ASEAN (MEA 2015)

Terbentuknya Kawasan
2 Pengembangan Ekonomi 0,20 2 0,40
Terpadu(KAPET Manado-Bitung)
3 Rencana Tata ruang Kota 0,30 3 0,90

4 Perkembangan sektor Pariwisata 0,10 2 0,20


Menambah Nilai Pemasukan Daerah
5 0,30 3 0,90
Kota Manado
Jumlah 1,00 11 2,50

Ket:
- Bobot menentukan (1.0) penting dan (0) kurang penting variabel
- Nilai menentukan (3) kuat dan (1) lemahnya variabel untuk dikembangkan
* sumber:Rangkuti 2001
26
Tabel 3.4. Hasil Skoring Ancaman

Jumlah Bobot
No Ancaman (T) Bobot Nilai
x Nilai

1 Meningkatkan Potensi Banjir 0,40 2 0,80

2 Gelombang Pasang Tsunami 0,50 1 0,50

Penolakan Warga Masyarakat


3 terhadap Aktivitas Pembangunan 0,10 3 0,30
Reklamasi

Jumlah 1,00 6 1,60

Ket:
- Bobot menentukan (1.0) penting dan (0) kurang penting variabel
- Nilai menentukan (1) kuat dan (3) lemahnya variabel untuk dikembangkan
* sumber:Rangkuti 2001

3.5 Menentukan Strategi Pengembangan Lahan Reklamasi di Pantai Kota Manado


Tabel 3.5 Strategi Pengambangan Lahan Reklamasi di Pantai Kota Manado

Peluang(O) Strategi Menggunakan Strategi Mengurangi


Kekuatan Untuk Kelemahan Untuk
Memanfaatkan memanfaatkan
Peluang(S.0) Peluang(W.O)

Terbentuknya 1. Mempermudah 1. Menjaga kebersihan


Masyarakat Ekonomi pengurusan ijin usaha pantai agar selalu
ASEAN lewat sistem birokrasi bersih
(MEA 2015) yang cepat dan mudah

2. Meningkatkan kualitas
pelayanan masyarakat
agar siap mengahadapi
kedatangan masyarakat
ASEAN
Terbentuknya Kawasan 1. Memanfaatkan 1. Menyediakan
Pengembangan kebijakan yang ada transportasi yang
Ekonomi Terpadu untuk mengembangkan nyaman dan aman
(KAPET Manado- kualitas infrastruktur melalui sistem
Bitung) wilayah agar KAPET transportasi masal
dapat terhubung dengan
pusat perdagangan dan
bisnis Sulut
Rencana Tata ruang 1. Melakukan penataan 1. Melindungi

27
Kota kawasan dengan permukiman Nelayan
memperhatikan public dengan melakukan
easement pada kawasan penataan kawasan
pesisir permukiman
Perkembangan sektor 1. Memberdayakan 1. Mengembangkan lahan
Pariwisata masyarakat Kota sisa reklamasi sebagai
Manado dengan objek wisata
meningkatkan industri
rumahan sebagai
penghasil buah tangan
daerah
Menambah Nilai 1. Melakukan penertiban 1. Menaikan retribusi
Pemasukan Daerah Kota atau pendisiplinan bagi pakir
Manado para wajib pajak

Ancaman(T) Strategi Menggunakan Strategi Mengurangi


Kekuatan untuk Kelemahan Untuk
Mengatasi Ancaman Mengatasi
(S.T) Ancaman(W.T)

Meningkatkan Potensi 1. Meningkatkan 1. Melakukan monitoring


Banjir pengawasan terhadap dan evaluasi terhadap
pembirian izin Amdal analisis mengenai
dan reklamasi dampak lingkungan
Gelombang Tsunami 1. Melakukan upaya 1. Menjaga ekosistem
mitigasi bencana di pantai yang tersisa agar
sepanjang garis pantai mengurangi dampak
untuk mengurangi negative terhadap
resiko bencana lingkungan
Penolakan Warga 1. Menyediakan lahan 1. Memberdayakan
Masyarakat terhadap reklamasi yang masyarakat untuk
Aktivitas Pembangunan memungkinkan warga menjaga lingkungan
Reklamasi untuk mendapatkan tetap bersih dan terjaga
hunian yang layak
2. Meyediakan tempat
khusus bagi
permukiman nelayan
dengan dilengkapi
fasilitas yang memadai

28
Tabel 3.6. Matriks SWOT Pengembagan Konsep Waterfront City di Kota Manado

OPPORTUNITY THREAT
Faktor Eksternal 1. Terbentuknya Masyarakat 1. Meningkatkan Potensi Banjir
EFAS Ekonomi ASEAN (MEA 2015) 2. Gelombang Pasang Tsunami
2. Terbentuknya Kawasan 3. Penolakan Warga Masyarakat
Pengembangan Ekonomi terhadap Aktivitas Pembangunan
Terpadu(KAPET Manado-Bitung) Reklamasi
3. Rencana Tata ruang Kota
Faktor Internal 4. Perkembangan sektor Pariwisata
IFAS 5. Menambah Nilai Pemasukan
Daerah Kota Manado
STRENGTH Strategi Strength-Opportunity(S.O) Strategi Strength-Threat(S.T)
1. Menambah Lahan 1. Mempermudah pengurusan ijin 1. Meningkatkan pengawasan
Huni usaha lewat sistem birokrasi yang terhadap pembirian izin Amdal dan
2. Lokasi Strategis cepat dan mudah reklamasi
3. Memiliki 2. Meningkatkan kualitas pelayanan 2. Melakukan upaya mitigasi bencana
Pemandangan yang masyarakat agar siap mengahadapi di sepanjang garis pantai untuk
indah kedatangan masyarakat ASEAN mengurangi resiko bencana
3. Menyediakan lahan reklamasi yang
4. Pusat Perekonomian 3. Memanfaatkan kebijakan yang ada
memungkinkan warga untuk
dan bisnis Sulawesi untuk mengembangkan kualitas
mendapatkan hunian yang layak
utara infrastruktur wilayah agar KAPET
dapat terhubung dengan pusat
perdagangan dan bisnis Sulut
4. Melakukan penataan kawasan
dengan memperhatikan public
easement pada kawasan pesisir
5. Memberdayakan masyarakat Kota
Manado dengan meningkatkan
industri rumahan sebagai
penghasil buah tangan daerah

6. Melakukan penertiban atau


pendisiplinan bagi para wajib pajak

WEAKNESS Strategi Weakness- Strategi Weakness-Threat(W.T)


1. Berubahnya Opportunity(W.O)
Ekosistem Pantai 1. Melakukan monitoring dan
1. Menjaga kebersihan pantai agar evaluasi terhadap analisis
2. Pencemaran Laut
selalu bersih mengenai dampak lingkungan
3. Menimbukan
2. Menyediakan transportasi yang 2. Menjaga ekosistem pantai yang
Kemacetan Lalu
nyaman dan aman melalui sistem tersisa agar mengurangi dampak
Lintas
transportasi masal negative terhadap lingkungan
4. Menyingkirkan
3. Melindungi permukiman Nelayan 3. Memberdayakan masyarakat
permukiman Nelayan
dengan melakukan penataan untuk menjaga lingkungan tetap
dan Mengurangi
kawasan permukiman bersih dan terjaga
Pendapatan Nelayan
4. Mengembangkan lahan sisa 4. Menyediakan tempat khusus bagi
reklamasi sebagai objek wisata permukiman nelayan dengan
dilengkapi fasilitas yang memadai

29
BAB IV

KESIMPULAN DAN DARAN

4.1 Kesimpulan
Konsep Waterfront City oleh james Rouse merupkan konsep yang memberikan
jalan keluar masalah sumber daya lahan yang tidak berimbang antara ketersediaannya
dan kebutuhannya. Penerapan konsep ini dilaksanakan malalui aktivitas rekalamsi yang
adalah suatu pekerjaan memanfaatkan kawasan berair yang rusak atau tak berguna
menjadi lebih baik dan bermanfaat. Lahan reklamasi di Kota Manado difungsikan
sebagai kawasan Mix-Used dengan luasan sedang yang dilakukan melalui sistem
urugan dengan sumber material daratan.
Pengembangan Konsep Waterfront City yang dilakukan melaui aktivitas
rekalamasi dapat dilakukan dengan menggunakan Analisis SWOT, yaitu dengan
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, potensi dan ancaman. Dari hasil analisis
tersebut dikembangkan beberapa strategi pengembangan, yaitu 18 program. Kedelapan
belas program tersebut terbagi atas 6 Strategi menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang(S.O), 4 Strategi mengurangi kelemahan untuk memanfaatkan
peluang(W.O), 3 strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman (S.T) dan
4 strategi mengurangi kelemahan untuk mengatasi ancaman(W.T)

4.2 Saran
Sebagai hasil akhir dari analisis yang telah dilakukan maka dapat dihasilkan
beberapa saran bagi Pemerintah Kota, yang secara khusus berperan untuk
merencanakan dan mengevaluasi Konsep Waterfront City tersbut. Diharapkan dapat
dilakukan studi lanjutan terhadap kegiatan reklamsi yang terjadi di Kota Manado untuk
dapat mengurangi berbagai dampak negative yang ditimbulkan. Pengawasan yang ketat
sangat diperlukan dalam mencegah berbagai masalah yang mungkin muncul di
kemudian hari, seperti dampak lingkungan maupun masalah legalitas tanah yang
dikembangkan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Kembuan, Yonatan D. Terancamnya Biota Laut dan Terumbu Karang di Teluk


Manado:Dampak Reklamasi di Pantai Boulevard Manado.

Kuncoro. Mudrajad, 2006, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, Penerbit


Erlangga, Jakarta.

Marimin, 2004, Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk, Grasindo,
Jakarta.

Parera, Arthur P., Purwanita Setijanti dan Heru Purwadio. 2010. Dampak Permukiman
Baru Pada Perkembangan Wilayah Sekitar Desa Soya Kecamatan Sirimau Kota
Ambon. Seminar Nasional Perumahan dalam Pembangunan Kota Maret 2010.

Pengaruh Reklamasi Pantai Manado Terhadap Berubahnya Gelombang Laut dan Ekosistem
Pantai Manado. http://devisologi.blogspot.com/2014/05/pengaruh-reklamasi-pantai-
manado_29.html (2 September 2015)

Rangkuti. Freddy, 2001, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.

Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.40/PRT/M/2007


tentang Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai. Direktorat
Jenderal Penataan Ruang. Jakarta

Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No. 27 Tahun 2007. Pengelolaan Wilayah


Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Presiden Republik Indonesia. Jakarta

Sirapanji, Dessy Natalia. Status Hukum Tanah Reklamasi Pantai Kota Manado
Berdasarkan Undang-Undang Agraria Nomor 5 Tahun 1960. 2013

Water Front City Konsep Urban Planning.


http://resynurizati.blogspot.com/2013/06/waterfront-city-konsep-urban-
planning.html ( 27 Maret 2015)

31

Anda mungkin juga menyukai