Ny , P 36 tahun dengan sakit pinggang kronik. Aku telah melihatnya selama 2 tahun ½ dan dan masih sakit. Ia datang kepada ku dengan harapan sembuh yang sangat tinggi. Aku diminta untuk merawatnya karena residen memiliki penilaian yang baik tentang ku. Untuk membuktikan bahwa perspektif tersebut benar maka aku memberikan nomor ku kepada ibu tersebut dan mrmintanya menghubungiku jika perlu. Kita akan mengurangi sakit tsb , aku pun mencoba menyakinkanya. Setelah 2x laparoskopi , 1x colonoskopi, dan 1x sistokopi serta beberapa tes dan penelitian semuanya gagal untuk menemukan penyebab penyakitnya dan aku pun sudah putus asa. Aku sudah meresepkan obat narkotik, relaksasi otot, terapi fisik, anti depresan,dan banyak obat lainnya namun tidak ada yang bekerja. Beberapa kolega ku berpikir bahwa masalhnya ada di kepalanya sehingga merujuiknya ke psikolog namun dia menolak untuk pergi. Aku yakin sakitnya itu nyata. Kualitis hidupnya menurun karena sakitnya. Dia coba kerja tapi sering meninggalkan nya karena nyeri tersebut untuk berbaring di tempat tidur. Dia bukan pencari obat karena dia merasa tidak ada obat yang bekerja dengannya. Kadang aku takut untuk menjawab telponnya karena aku tidak tau apa yang harus kuberi tahu nya. Sakitnya membuat ku juga ikut merasakan menderita. Aku coba tanya ke residen ,pasien apa yang sangat sulit untuk menunjukkan kepedulian dan jawabannya adalah pasien dengan nyeri kronik. Pembahasan : a. Dilemma Etik - Seorang dokter jaga RS yang ikut merasakan penderitaan pasiennya - Seorang dokter jaga RS yang tidak kunjung merujuk setelah melakukan semua prosedur yang harus dilakukan - Seorang dokter jaga yang terkadang tidak menjawab telpon pasiennya untuk konsultasi karena takut dan bingung - Seorang residen yang menyuruh dokter umum untuk menangani pasien kronis b. Perspektif/ Sudut Pandang dan Solusi - Dokter umum RS : Menurut kami, jika kami sebagai dokter umum RS yang mengalami kondisi tersebut, setelah dilakukan semua pemeriksaan untuk mencari penyebab dari penyakit tersebut dan tidak kunjung menemukan penyebabnya cobalah mengajak pasien untuk bertemu dengan pasien ketika pasien menelepon, setalah bertemu, beritahukan kondisi yang sebenarnya kepada pasien bahwa belum bisa menemukan penyebab peyakit pasien dan segera merujuk kepada yang lebih ahli. Karena sebagai dokter, bahkan siapapun berhak untuk tidak mengangkat telpon, apalagi dalam kondisi tertentu. Di kasus ini juga sebenarnya dokter jaga RS mengetahui pasien tersebut 2,5 tahun mempunyai penyakit kronis dan mengetahui bagaimana kondisinya, bahkan residen pada kasus tersebut juga mengetahui tetapi residen menyuruh dokter umum untuk menanganinya, mengapa tidak ditangani kepada dokter yang lebih ahli - Residen : Sebagai residen harusnya lebih bisa menangani kasus yang seharusnya tidak ditangani oleh dokter umum, dan seharusnya juga lebih mengetahui bagaimana kepada siapa pasien tersebut ditangani, dan seharusnya dikonsultasikan terlebih dahulu kepada DPJP pasien tersebut. Disini seperti terlihat bahwa pasien tersebut telah lama berobat di RS tersebut tetapi tidak kunjung mengetahui penyebabnya dan rasa sakitnya tidak pernah berkurang atau sembuh. Mungkin, terdapat miskomunikasi antar tenaga kesehatan atau antar dokter yang menangani pasien tersebut, karena seharusnya pasien kronis atau pasien apapun harus mengetahui kondisi yang sebenarnya. Seperti ada lempar melempar tanggung jawab antar dokter - Pasien : Sebagai pasien seharusnya mengetahui tentang kondisi penyakitnya, boleh sekali – kali menanyakan atau konsultasi ke dokter, tapi kalau kasus nya kronis seharusnya pasien mengetahui sepenuhnya tentang keadaan dirinya, dan jangan sering mengeluh kepada dokter, mungkin bisa mencoba untuk menenangkan diri, atau mencoba mencari ketenangan diluar dan lebih introspeksi diri mengapa penyakit itu bisa terjadi padanya. Mungkin ada pendapat lain? c. Aspek Legal - Kode Etik Kedokteran Indonesia - Sumpah Hippocrates Cari yang sesuai dengan kasus Bagaimana batasan dokter umum dalam menangani pasien? Hak dan kewajiban dokter apa saja?