1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan tugas laporan kasus Seminar Keperawatan
Medikal Bedah dengan Kasus Ca Paru
Sebelumnya kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah KMB yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
mengumpulkan tugas ini.
Dalam penulisan Laporan ini kami merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki kami. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan tugas kami ini.
Akhirnya kami berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat,
umumnya bagi pembaca dan khususnya bagi kami.
Gerbong A1
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................... 2
Daftar Isi..................................................................................................... 3
Bab 1: Pendahuluan.................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 4
1.3 Tujuan…………………………………………………...…………4
Daftar Pustaka………………………………………...………………..... 36
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum:
Menjelaskan asuhan keperawatan dengan klien kanker paru
1.3.2 Tujuan Khusus:
1. Menjelaskan konsep dasar dari penyakit kanker paru
2. Menjelaskan definisi dari penyakit kanker paru
3. Menjelaskan etiologi dari penyakit kanker paru
4. Menjelaskan patofisiologi kanker paru
5. Menjelaskan Stadium kanker paru
6. Menjelaskan manifestasi klinis kanker paru
4
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Pengertian Kanker Paru
5
terjadi di bagian perifer dan meluas kearah pusat paru. Tumor ini berkaitan
erat dengan merokok dan dapat menyebabkan nyeri dada. Kanker jenis ini
mamiliki prognosis berthan hidup yang sangat buruk.
Karsinoma sel kecil sekitar 25% dari semua sel kanker paru. Tumor jenis
ini juga disebut sebagi karsinoma oat cell dan biasanya tumbuh dibagian
tengah paru. Karsinoma sel kecil sejenis tumor yang bersifat sangat anaplastik,
atau embrionik, sehingga memperlihatkan insiden metastasis yang tinggi.
Tumor ini sering merupakan tempat produksi tumor ektopik dan dapat
menyebabkan gejala awal berdasarkan gangguan endokrin. Metastasis paru
yang timbul ada tumor ini juga disebabkan obstruksi aliran udara. Tumor jenis
ini mungkin merupakn jenis yang paling sering dijumpai pada perokok, dan
memiliki prognosis paling buruk. (elizabeth, 2008).
6
mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua
kali (Wilson, 2005).
3. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian
akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan
bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas
tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka
dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari
kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung
hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara
kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang
ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah
3,4 benzpiren (Wilson, 2005).
4. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium,
nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker
paru (Amin, 2006).Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani
asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko
kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat
kalau orang tersebut juga merokok.
5. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko
terkena kanker paru (Amin, 2006).
6. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih
besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler
memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan
tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker
paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-
7
gen K-ras dan myc), dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk
gen rb, p53, dan CDKN2) (Wilson, 2005).
7. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga
dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru
obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena
kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).
2.1.3 Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan
biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru
dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
8
2.1.4 WOC Kanker Paru
9
2.1.5 Manifestasi Klinis
Gejala-gejala kanker paru yaitu:
1. Gejala awal.
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi
pada bronkus.
2. Gejala umum.
a. Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa
tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum,
tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental
dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui
permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan
10
3. Histopatologi.
a) Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi
lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b) Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c) Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi.
d) Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
e) Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam –
macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.
a) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b) MR
11
2.1.7 Penatalaksanaan Kanker Paru
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a) Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan
hidup klien.
b) Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c) Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien
maupun keluarga.
d) Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti
infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan
Keperawatan, 2000)
e) Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.
f) Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
g) Pneumonektomi (pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
h) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb
atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak
tuberkulois.
i) Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
12
j) Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan
paru – paru berbentuk baji (potongan es).
k) Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
l) Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi,
seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/
bronkus.
m) Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas
serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
13
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Preoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan,2004).
1). Aktivitas/ istirahat.
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan
rutin,
dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
2). Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia.
Jari tabuh.
3). Integritas ego.
Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan
Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
4). Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan
hormonal, tumor epidermoid)
5). Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan
masukan
makanan.
Kesulitan menelan
Haus/ peningkatan masukan cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema
wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor
14
epidermoid).
6). Nyeri/ kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak
selalu
pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh
perubahan posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau
adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.
7). Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan
atau
produksi sputum.
Nafas pendek
Pekerja yang terpajan polutan, debu industri
Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran
udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang
mengalami lesi).
Hemoptisis.
8). Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma
sel kecil)
9). Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma
sel
besar)
15
Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
10). Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru),
tuberculosis
Kegagalan untuk membaik.
16
Nyeri, ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya insisi
Atau efek – efek anastesi.
3. Intervensi
a. Diagnosa no.1
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
obstruksi bronkial sekunderkarena invasi tumor.
Tujuan : Setelah dilaksanakan asuhan keperawatan 1x24 jam bersihan
jalan nafas kembali efektif
Kriteria Hasil :
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dispneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed lips)
- Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentan 16-20 x/menit, tidak ada suara
nafas abnormal).
17
- Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang mampu
menghambat jalan nafas.
Rencana Tindakan :
1) Monitor status oksigen pasien
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4) Ajarkan pasien batuk efektif
5) Berikan bronkodilator bila perlu
6) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
7) Monitor respirasi dan status O2
b. Diagnosa no.2
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi
bronkus, deformitas dinding dada, keletihan otot nafas
Tujuan : Setelah dilaksanakan asuhan keperawatan 1x24 jam pola nafas
kembali efektif
Kriteria Hasil :
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dispneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed lips)
- Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentan 16-20 x/menit, tidak ada suara
nafas abnormal).
- Tanda tanda vital dalam rentan normal (tekanan darah, nadi, pernapasan)
Rencana Tindakan :
1) Monitor respirasi dan O2
2) Monitor tensi darah, nadi, suhu dan RR
3) Auskultasi suara nafas catat adanya suara nafas tambahan
4) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
5) Berikan bronkodilator jika perlu
18
c. Diagnosa no.3
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (karsinoma,
penekanan syaraf oleh tumor paru
Tujuan ; Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1x24 jam skala
nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
- Mampu mengontrol Nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri).
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan menejemen
nyeri
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Rencana Tindakan :
1. Observasi nonverbal dalam ketidaknyamanan.
2. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor resipitasi.
3. Ajarkan tentang tehnik nonfarmakologi.
4. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
5. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil.
6. Monitor penerimaan pasien tentang menejemen nyeri
d. Diagnosa no.4
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menelan makana, anoreksia,
kelelahan, dispneu
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
- Adanya peningkatan berat badan sesuai denga tujuan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
19
Rencana Tindakan :
1. Monitor adanya penurunan berat badan
2. Berikan makanan yang terpilih (sudah di konsultasikan dengan ahli gizi)
3. Ajarkan pasien bagaiman membuat catatan makanan harian.
4. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang di butuhkan pasien
e. Diagnosa no.5
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
oksigen (anemis, kelemahan secara umum).
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam intoleransi
aktifitas berkurang.
Kriteria Hasil :
- Mampu melakukan aktifitas sehari 1hari secara mandiri.
- Berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa di sertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR.
- Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat.
Rencana Tindakan :
1. Monitor respon fisik emosi dan spiritual.
2. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di waktu luang
3. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan akifitas seperti kursi roda, krek.
4. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan
program terapi yang tepat.
f. Diagnosa no.6
Anseitas berhubungan dengan proses perkembangan penyakit.
Tujuan : Setelah dilaksanakan asuhan keperawatan 1x24 jam pasien paham
dengan penyakitnya
Kriteria Hasil :
- Mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan tehnik untuk
mengontrol cemas.
- Vital sign dalam batas normal
20
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktifitas
menunjukan berkurangnya kecemasan.
Rencana Tindakan :
1. Identifikasi tingkat kecemasan
2. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi rasa takut
3. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan ketakutan, persepsi.
4. Ajarkan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi.
5. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan.
6. Ajak pasien untuk bersantai dan membiarkan sensasi terjadi.
g. Diagnosa no.7
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan
informasi proses dan pengobatan penyakit.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam pasien
mengetahui penyakitnya
Kriteria Hasil :
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan
- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang di jelaskan
secara benar
- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang di jelaskan
perawat / Tim kesehatan lainnya
Tindakan Keperawatan :
1. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat.
2. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyaki, dengan
cara yang tepat.
3. Sediakan informasi pada pasien tentang kondis, dengan cara yang tepat
4. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien terhadap proses
penyakit yang spesifik.
21
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Riwayat Penyakit
Keluhan Uama : Sesak nafas
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan sesak nafas, ngos ngosan
kalau berbicara, 5 hari yang lalu juga sesak nafas dan batuk
Riwayat penyakit Dahulu : Hypertiroid sejak 2 tahun yang lalu, ca mamae (S)
Riwayat Penyakit Keluarga : keluarga mengatakan tidak ada yang mengalami
penyakit seperti Nn SR
22
Genogram:
Ket : Perempuan =
Laki laki =
Meninggal =
Pasien =
Tinggal serumah =
Data penunjang
Tanggal 1-11-2018
Uria nitrogen : 8,6 mg/dl 8,0 - 24,0
Creatinin : 1,0 mg/dl 0,5 – 1,3
Glucose : 137 mg/dl 70 – 115
Natrium : 127,7 135,0 – 145,0
Kalium : 4,21 3,50 – 5,00
Clorida : 98,2 95,0 – 108,0
Terapi medis
tanggal terapi obat dosis rute indiksi
06-11-18 Dexametason 3x2 IV mengurangi resiko alergi
Ranitidin 2x1 IV mengurangi nyeri
Paracetamol 3x1 mg oral mencegah panas
Fetrolit 14 tts/mnt IV terapi cairan
23
Analisa Data
Data/Faktor resiko Etiologi Masalah/Problem
DS: Obstruksi bronkial Bersihan jalan nafas tidak
pasien mengatakan sesak sekunder karena invasi efektif( D.0001)
napas dan ngos-ngosan tumor(PPOK)
aat berbicara
DO:
-pasien terlihat ngos-
ngosan saat diajak bicara
-pasien terpasang O2 3
Lpm
-TD : 149/96 mmHg
S : 37,9’C
N : 107x/mnt
RR : 28x /mnt
SPO2 :94%
DS:
Pasien mengatakan bila
dipakai gerak missal ke Ketidakseimbangan Resiko Intoleransi
kamar mandi napas suplai oksigen aktivitas (D.0060)
makin sesak
DO:
-pasien tampak sesak saat
bernapas
-berjalan dibantu oleh
keluarga
-TD : 149/96mmHg
S : 37,9’C
N : 107x/mnt
RR : 28x/mnt
SPO2: 93%
24
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Dalam pembahasan ini penulis akan membahas tentang Asuhan
Keperawatan pada Nn. S dengan diagnose medis Dispnea dengan suspek massa
paru dengan tinjauan kepustakaan yang ada. Pengamatan kasus ini meupakan
kenyataan yang terjadi pada pasien sedangkan tinjauan kepustakaan merupakan
konsep dasar dari teori Asuhan Keperawatan pada pasien dyspnea. Pembahasan
ini menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi 5 tahap yaitu
pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksaan dan evaluasi.
4.2 Pengkajian
4.2.1 Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data, penulis tidak mengalami kesulitan karena
penulis telah mengadakan perkenalan dan menjelaskan maksud penulis yaitu,
untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien sehingga pasien dan keluarga
terbuka dan kooperatif.
1. Identitas pasien
Data yang di peroleh pada kasus dyspnea terjadi pada Nn.S berjenis
kelamin perempuan usia 49 tahun. Beragama Islam, Pendidikan terakhir SMA
beralamatkan di Surabaya, Pekerjaan Swasta< Suku Jawa / Indonesia,
Penanggung biaya BPJS.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama pasien adalah sesak nafas.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dating ke IGD pada tanggal 31 Oktober 2018 pukul 11.45 WIB
dengan di antar oleh Ibunya. Pasien mengatakan sesak nafas sejak 5 hari
yang lalu, waktu berbicara ngos-ngosan dari UGD di berikan terapi O2
masker 3Lpm dan mendapat terapi infus RL, Futorolit 14Tpm,
25
Dexamethasoe 3x2 amp, Ranitidin 2x1 amp, Nebulizer Combivent /
8jam, pulmicort / 12jam.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan menderita Hypertyroid sejak 2 tahun yang lalu, Post
op Ca Mamae Sinistra.
d. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti
Nn. S
e. Riwayat alergi
Pasien tidak punya riwayat alergi
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan pasien Compos mentis, GCS 456. Tekanan darah TD :
149/96Mmhg, N : 107 x/menit, S : 37,9C, R : 28 x / menit, Sp02 : 90%.
b. B1 (Breathing)
Pasien menggunakan otot bantu nafas, Bentuk dada simetris. Saat
dilakukan palpaasi fokal premitus, Perkusi dada terdengar suara sonor
sebelah sinistra dekat jantung pekak. Pada saat di auskultasi suara nafas
wheezing irama ieguler, pola nafas consonant / cepat dan dangkal
c. B2 (Blood)
Ada nyeri dada, Sklera konjungtiva normal, Saat di palpasi terdapat hasil
CRT < 2 detik, Irama jantung regular S1S2 tunggal bunyi jantung.
d B3 (Brain)
Pasien didapatkan kesadaran Compos mentis GCS : 456, Nervus 1
Olfaktorius : Fungsi penciuman berfungsi baik antara kiri dan kanan,
Nervus 2 Optikus : Lapang pandang baik Nervus 3 Okulomotor fungsi
pergerakan mata ekstraokular, elevasi kelopak mata, konstriksi pupil,
bentuk lensa normal, Nervus 5 Trigeminalis : Fungsi semsasi pada wajah,
kulit kepala, reflek kornea baik, dan membrane mukosa oral serta nasal,
Pergerakan rahang untuk mngunyah normal, Nervus 6 abdusens :
Pergerakan bola mata lateral baik, Nervus 7 Fasial : Senyum pasien
simetris, gerakan dahi simetis, pasien dapat mengembungkan pipi dengan
26
bai, Pergerakan bibir saat bicara normal, Nervus 8 Vestibulokoklear :
Pendengaran pasien baik, Nervus 9 Glossofariues : Tidak ada kesulitan
menelan/disfagia, tidak terdapat deviasi uvul, Nervus 10 Vagus : Tidaj
disfagia, Nervus 11 Assesirious Spinal : Pasien dapat menoleh kiri kanan,
dapat mengangkat bahu, Nervus 12 Hipoglossus : Pasien menjulurkan
lidah, posisilidah simetris.
e. B4 (Bladder)
Frekuensi berkemih pasien tidak terpaasang kateter. Jumlah urine primer
1000cc/hari berwarna kuning pekat, Tidak ada gangguan miks, Tidak
terdapat nyeri tekan pada perut kuadran atas pada region epigastrium dan
hipokondrium kanan.
f. B5 (Bowel)
Nafsu makan pasien cukup, mukosa bibir kering, tidak ada
pembengkakan faring, tidak ada mual muntah, jenis diet nasi dan lauk,
tidak terpasang NGT, Tidak ada nyeri tekan abdomen, Hypar, Limpa,
Turgor kulit baik, Peristaltik usus 20x/menit, BB SMRS : 58, BB MRS :
54, IMT : 50.
g. B6 (Bone)
ROM aktif pada ekstermitas tidak terganggu,
kekuatan otot 4444 4444
4444 4444
Turgor kulit kering, Kemampuan pergerakan sendi bebas, Terasa nyeri
dengan skala nyeri 5 dari 0-10.
27
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
28
2 Resiko Setelah -berpartisipasi dalam 1. monitor respon
intoleransi dilakukan aktivitaas fisik tanpa fisik ,emosi sosial
aktivitas asuhan disertai peningkatan dan spiritual
keperawatan tekanan darah,nadi 2.bantu pasien
selama 1 x 24 dan RR untuk
jam psien - mampu mengidentifikasi
mampu melakuakan aktivitas yang
beraktivitas aktivitassehari hari mampu dilakukan
kembali tanpa secara mandiri 3ajarkan pasien
sesak -mampu berpindah membuat jadwal
dengan atau tanpa latihan diwaktu
alat luang
4.kolaborasikan
dengan tenaga
rehabilitasi medic
dalam
merencanakan
program terapi
yang tepat
Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda
29
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO.
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
dan Keperawatan
waktu
1. Selasa Diagnosa 1 dan Obsevasi Ttv : Diagnosa 1
6-11- 2 TD : 126/70 S : Pasien mengatakan
2018 Mmhg sesak berkurang
08.10 S : 36C O : - Paasien masih
N : 96 x/menit menggunakanoks
RR : 24 x/menit igen nasal 3Lpm
Sp02 : 94 % - Pasien masih
ngos ngosan
ketika bicara
09.00 Diagnosa 1 Melaksanakan A : Masalah teratasi
Fisioterapi dada sebagian
P : Intervensi 2,3,5 d
09.30 Diagnosa 2 Membantu pasien lanjutkan
untuk melakukan
aktifitas sehari
hari secara
mandiri
30
12.00 Diagnosa 1 Memberikan Diagnosa 2
Nebulizer S : Pasien mengatakan
13.30 Diagnosa 1 dan masih sesak kalau di
2 Evaluasi pasien pake jalan
O : Pasien tampak
lemas
TD : 126/70 Mmhg
S : 36C
N : 96 x/menit
RR : 24 x/menit
Sp02 : 94 %
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi 2,4,5 di
lanjutkan
31
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO.
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
dan Keperawatan
waktu
2. Rabu Diagnosa 1 dan Obsevasi Ttv : Diagnosa 1
7-11- 2 TD : 152/105 S : Pasien mengatakan
2018 Mmhg sesak berkurang
08.10 S : 36C O : - Paasien masih
N : 100 x/menit menggunakanoks
RR : 22 x/menit igen nasal 3Lpm
Sp02 : 98 % TD : 152/105 Mmhg
S : 36C
N : 100 x/menit
09.00 Diagnosa 1 Memposisikan RR : 22 x/menit
pasien semi Sp02 : 94 %
fowler A : Masalah teratasi
sebagian
09.30 Diagnosa 2 Membantu pasien P : Intervensi 2,3,5 d
untuk lanjutkan
mendapatkan alat
bantuan aktifitas
seperti kursi roda
32
12.00 Diagnosa 1 Memberikan Diagnosa 2
Nebulizer S : Pasien mengatakan
13.30 Diagnosa 1 dan masih sesak kalau di
2 Evaluasi pasien pake jalan
O : Pasien tampak
mulai cerah
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi 2,4,5 di
lanjutkan
33
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO.
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
dan Keperawatan
waktu
3. Diagnosa 1 dan Obsevasi Ttv : Diagnosa 1
Kamis 2 TD : 131/93 S : Pasien mengatakan
8-11- Mmhg sesak berkurang
2018 S : 36,3C O : - Paasien masih
08.43 N : 94 x/menit menggunakanoks
RR : 27 x/menit igen nasal 3Lpm
Sp02 : 98 % TD : 152/105 Mmhg
S : 36C
N : 100 x/menit
RR : 22 x/menit
09.00 Diagnosa 1 Memberikan Sp02 : 94 %
Nebulizer A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi 2,3,5 d
lanjutkan
34
09.30 Diagnosa 2 Memposisikan Diagnosa 2
pasien semi S : Pasien mengatakan
fowler masih sesak kalau di
pake jalan
13.30 Diagnosa 1 dan Evaluasi pasien O : Pasien tampak
2 mulai cerah
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi 2,4,5 di
lanjutkan
35
DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG
Price, Sylvia A and Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi. Konsep Klinik
Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan.
Yogyakarta: B First
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai
Penerbit FKUI : Jakarta.
Underwood, J.C.E. 2002. Patologi Umum dan Sistematik. Edisi 2.
EGC:Jakarta
36