Anda di halaman 1dari 14

TUGAS ANTHROPOLOGI

SISTEM MEDIS

Oleh : Kelompok 1

1. Abdullah, Nim : 1620001B


2. Agung Wahyu Iriandi, Nim : 1620002B
3. Agus Kriswanto, Nim : 1620003B
4. Endang Siti Lestari, Nim : 1620032B
5. Heny Susilowati S, Nim : 1620033B
6. Trubus Sriyanto, Nim : 1620037B
7. Anwar Aliudin, Nim : 1620006B

PRODI D III KEPRAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT, yang telah memberikan hidayah dan
inayah nya kepada kami ,sehingga kami dapat kan menyelesaikan makalah yang berjudul
“SISTEM MEDIS“.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnanan dan banyak
kekurangannya, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya makalah ini dapat memberikan pemikiran serta kelancaran
tugas kami selanjutnya dan dapat berguna bagi semua pihak Amin.

Surabaya mei 2017

Keompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................ 3
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5


2.1 Pengertian Sistem Medis ................................................................................. 5
2.2 Ciri-Ciri Universal Sistem Medis .................................................................... 5
2.3 Pandangan Antropologi Kesehatan Terhadap
Terjadinya Suatu Penyakit .............................................................................. 9

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 13


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 13
3.2 Saran ............................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 14

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk biologis senantiasa menjalankan serta
mempertahankan kehidupanya. Dalam menjalankan serta mempertahankan kehidupanya, manusia
cenderung menjaga kesehatanya dari berbagai penyakit baik penyakit menular maupun penyakit
tidak menular. Kesehatan merupakan bagian penting dari kehidupan, faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan adalah faktor sosial, faktor budaya, dan ekonomi di samping biologi dan
lingkungan (WHO,1992:16)
Secara umum, sistem medis dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu sistem medis
alamiah yang merupakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan (terutama dalam dunia barat) dan
sistem medis tradisional yang hidup aneka warna kebudayaan-kebudayaan (Kalangie,1976:15).
Pengobatan modern adalah pengobatan yang dilakukan secara alamiah (Samunjaya,2007:1).
Pengobatan tradisional merupakan suatu sistem pengobatan yang (pengetahuan) pada pengalaman
dan ketrampilan turun-temurun (Handoko,2008:xxxii).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian sistem medis ?
2. Apa ciri-ciri universal sitem medis ?
3. Bagaimana pandangan antropologi kesehatan tergadap terjadinya suatu penyakit ?

1.3 TUJUAN
1. Agar mahasiswa mengetahui apa pengertian sistem medis
2. Agar mahasiswa mengetahui ciri-ciri universal sistem medis
3. Agar mahasiswa mengetahui pandangan antropologi kesehatan terhadap terjadinya suatu
penyakit.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sistem medis


Menurut Dunn (1976) yang dikutip dari Anne (2007) sistem medis adalah pola-pola
dari pranata sosial dan tradisi-tradisi yang menyangkut perilaku yang disengaja untuk
meningkatkan kesehatan, meskipun hasil dari tingkah laku khusus tersebut belum tentu
menghasilkan kesehatan yang baik. Sistem medis juga merupakan suatu kompleks luar dari
pengetahuan, kepercayaan, teknik, peran, norma-norma, nilai-nilai, ideology, sikap, adat istiadat,
upacara-upacara dan lain-lain. Secara singkat sistem medis mencakup semua kepercayaan dalam
usaha untuk meningkatkan kesehatan dan tindakan serta pengetahuan ilmiah maupun
keterampilan anggota-anggota kelompok yang mendukung sistem tersebut.

2.2 Ciri-ciri Universal Dalam Sistem Medis


Terdapat suatu struktur universal yang mendasari semua sistem medis untuk memudahkan
kita dalam pemahaman dan studi yang sifatnya berhubungan dengan peranan dan kewajiban-
kewajiban antara pasien dan penyembuh. Beberapa ciri universal dalam sistem medis adalah
sebagai berikut:

1. Sistem Medis Merupakan Integral dari Kebudayaan-Kebudayaan.


Di sini dikatakan bahwa sistem medis berkaitan dengan keseluruhan pola-pola
kebudayaan. Sebagai contoh, kepercayaan terhadap penyakit pada banyak masyarakat sangat
terjalin erat dengan magis dan religi, di mana sebagian masyarakat masih mempercayai mitos dan
makhluk-makhluk lain yang mendatangkan penyakit, serta adanya pantangan-pantangan yang
didapat dari sesepuhnya. Masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu
mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit
ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis, dan tidak nafsu makan. Orang dewasa
dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau “kantong kering” (tidak
punya uang).

5
Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam tiga bagian:

a. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia


b. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin
c. Supranatal (roh, setan dan lain-lain) untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan
pertama dan kedua, dapat digunakan obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantangan makan,
dan bantuan tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ketiga harus dimintakan bantuan dukun,
kyai dan lain-lain. Dengan demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan
mereka terhadap penyebab sakit
2. Penyakit Ditentukan oleh Kebudayaan
Dari pandangan budaya, penyakit adalah pengakuan sosial bahwa seseorang itu tidak bisa
menjalankan peran normalnya secara wajar dan harus dilakukan sesuatu terhadap kondisi tersebut.
Dengan kata lain, harus dibedakan antara penyakit (disease) sebagai suatu konsep patologi, dan
penyakit (illness) sebagai suatu konsep kebudayaan.
Illness adalah penyakit yang dianggap sebagai suatu konsep kebudayaan atau dapat
dikategorikan konsep penyebab sakit personalistik dimana dianggap munculnya penyakit
disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk atau bukan manusia.
Sedangkan disease adalah penyakit yang dianggap sebagai suatu konsep patologi atau dapat
dikategorikan konsep penyebab sakit naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh
lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk
juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan.
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan
daerah yang lain, tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat
tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih
ada di masyarakat; dapat turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat
berkembang luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini masih ada di
beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk Papua adalah sagu
yang tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh dari mereka tinggal terdapat hutan
lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa gaib yang dapat
menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya. Pelanggaran dapat berupa menebang,

6
membabat hutan untuk tanah pertanian, dan lain-lain akan diganjar hukuman berupa penyakit
dengan gejala demam tinggi, menggigil, dan muntah. Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara
minta ampun kepada penguasa hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan
untuk di minum dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam beberapa hari penderita akan
sembuh. Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan
sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan Allah, makhluk
gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang, dan sebagainya.
Pada sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara
menyiram air di malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi–jampi oleh dukun dan
pemuka masyarakat yang disegani digunakan sebagai obat malaria.
3. Sistem Medis memiliki segi-segi pencegahan dan pengobatan.
Segi-segi pencegahan umumnya dilakukan dengan upaya preventif dari tindakan individu itu
sendiri, dan tindakan ini merupakan tingkah laku individu yang secara logis mengikuti konsep
tentang penyebab sakit, menjelaskan mengapa orang jatuh sakit, dan tentang apa yang harus
dilakukan untuk menghindari penyakit itu. Apabila penduduk percaya bahwa penyakit terjadi
karena dikirim oleh dewa-dewa atau leluhur yang marah untuk menghukum suatu dosa, maka
prosedur untuk melakukan upaya preventifnya adalah dengan pengakuan dosa.
Contoh nyata dalam masyarakat di beberapa daerah, yaitu penyakit kejang-kejang di mana
masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang-kejang disebabkan oleh
hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan di Sumatra Barat disebabkan hantu jahat. Di
Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke dukun atau memasukkan bayi ke bawah
tempat tidur yang ditutupi jaring.

Contoh lain adalah penyakit campak yang dalam asumsi masyarakat mengatakan bahwa
Penyebabnya adalah karena anak terkena panas dalam, anak dimandikan saat panas terik, atau
kesambet. Di Indramayu ibu-ibu mengobatinya dengan membalur anak dengan asam kawak,
meminumkan madu dan jeruk nipis atau memberikan daun suwuk.

Walaupun banyak praktik-praktik “pencegahan” ala pribumi tidak lebih dari mitos atau
tahayul, namun beberapa tindakan memberikan hasil, walaupun tidak untuk alasan yang
diasumsikan. Namun hal demikian juga termasuk dalam upaya preventif di mana tindakan tersebut
dilakukan untuk mencegah sakit.

7
4. Sistem Medis Memiliki Sejumlah Fungsi

a) Sistem teori penyakit memberikan rasional bagi pengobatan maksudnya setiap penyakit
memiliki upaya pengobatan demi kesembuhan si pasien.
b) Sistem teori penyakit menjelaskan “mengapa”. Sistem teori penyakit tidak hanya
mendiagnosis sebab penyakit dan memberikan pengobatan yang logis untuk penyembuhan, tetapi
juga menjelaskan mengapa penyakit tersebut dapat menyerang seseorang dengan menjelaskan
tentang apa yang telah mengganggu hubungan sosial si pasien atau apakah adanya gangguan
keseimbangan alam yang terjadi pada pasien. Hal ini guna memuaskan kebutuhan dasar manusia
untuk mengetahui penyebab penyakit-nya agar dapat melakukan upaya-upaya agar penyakitnya
tidak kembali.
c) Sistem-sistem teori penyakit berperan dalam memberi sanksi dan dorongan norma-norma
budaya sosial dan moral. Hal ini menyatakan bahwa penyakit disebabkan oleh dosa, pelanggaran
tabu, dan bentuk-bentuk lain dari kesalahan tindakan. Dalam hal ini penyakit dilihat sebagai
ganjaran bagi tingkah laku yang tidak baik atau tidak disukai. Hal itu merupakan akibat dari
tingkah laku yang menyimpang dari pola-pola umum yang berlaku dalam hubungan antar pribadi,
baik sesama manusia atau antara manusia dengan makhluk lain yang bukan manusia.
d) Sistem teori penyakit juga berperan dalam dorongan norma-norma budaya sosial dan
moral. Psikiater John Cawte menyatakan dalam sanksi atas ketidak sepakatan sosial di kalangan
penduduk asli Australia, di mana timbale balik antara dominasi-submissi digunakan oleh para
dukun pribumi sebagai suatu dorongan menuju kesepakatan sosial. Dukun mengatakan: sesuaikan
diri atau kamu akan menjadi sakit, ia memaksakan para pembangkang pada tindakan yang
kompromistis supaya kelompok kekerabatan tersebut dapat hidup bersama secara lebih baik.
e) Sistem teori penyakit dapat memberikan rasional bagi pelaksanaan-pelaksanaan konservasi
(perlindungan alam). Hal ini dapat dilihat di kalangan tertentu, misalnya kalangan pemburu orang-
orang Indian Tukano di daerah Amazon Columbia. Mereka tidak boleh sembarangan memburu
dan untuk melakukan perburuan mereka harus mentaati beberapa peraturan tertentu dari sang
penguasa yang ditakuti oleh orang-orang Tukano. Mereka mempercayai bahwa hewan buruan
dapat melakukan tindakan balasan terhadap para pemburu dengan mengakibatkan penyakit di
kalangan penduduk desanya. Dengan demikian hal tersebut menekankan pemburu agar membunuh
hewan apabila makanan diperlukan. Kepercayaan-kepercayaan terhadap penyakit jelas
menghasilkan konservasi yang baik bagi pelaksanaan perburuan.

8
f) Sistem teori penyakit dapat mengatasi agresi.Dalam masyarakat luas yang terbuka, jumlah
tertentu dari sifat-sifat agresif yang terbuka dapat diserap tanpa mengancam masyarakat. Namun
dalam masyarakat kecil yang tertutup, agresi terbuka merupakan ancaman yang tak dapat diterima
bagi kelangsungan hidup masyarakat tersebut.
g) Peran nasionalistik pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional suatu negara berperan
dalam pengembangan kebangsaan nasional, hal ini dikarenakan pengobatan tradisional
mencerminkan tingkatan kebudayaan suatu negara di masa silam. Misalnya, kebangsaan Cina
termasuk salah satu kebudayaan yang maju, hal ini ditandai dengan teknik-teknik pengobatan Cina
yang telah dikenal dan digunakan lama sebelum pengobatan itu muncul di Barat . Salah satu contoh
peran nasionalistik pengobatan tradisional di Indonesia adalah jamu yang merupakan khas milik
Indonesia. (Huard dan Wong 1968).

2.3 Pandangan Antropologi kesehatan Terjadinya Suatu Penyakit

2.3.1 Pengertian Antropologi Kesehatan


Antropologi Kesehatan adalah cabang dari ilmu mengenai manusia yang mempelajari
aspek-aspek biologi dan kebudayaan manusia (termasuk sejarahnya) dari titik tolak pandangan
untuk memahami kedokteran (medical), sejarah kedokteran (medico-historical), hukum
kedokteran (medico-legal), aspek sosial kedokteran (medico-social) dan masalah-masalah
kesehatan manusia.(Hasan dan Prasad (1959).

2.3.2 Pandangan dari ahli kesehatan


Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan dipandang sebagai disiplin biobudaya
yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia,
terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena
penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya
secara wajar.

9
2.3.3 Konsep Sehat- Sakit Menurut Budaya Masyarakat
Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural,sosial dan pengertian pro-
fesional yang beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan
kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah seseder-hana itu, sehat harus dilihat dari
berbagai aspek. WHO melihat sehat dari berbagai aspek
Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan
munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat
menimbulkan penyakit. Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab
sakit, yaitu: Naturalistik dan Personalistik.
Penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan,
makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga
kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Konsep sehat sakit yang
dianut pengobat tradisional (Battra) sama dengan yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu
keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi tubuh kelainan-kelainan serta
gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan yang normal,wajar, nyaman,
dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu
keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga
menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang
sehat. ( Departemen Kesehatan RI. 1997.hal. 4).
Penyebab bersifat personalistik menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh
intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau
roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung). Menelusuri nilai budaya, misalnya
mengenai pengenalan kusta dan cara perawatannya. Kusta telah dikenal oleh etnik Makasar sejak
lama. Adanya istilah kaddala sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala massolong (kusta yang lumer),
merupakan ungkapan yang mendukung bahwa kusta secara endemik telah berada dalam waktu
yang lama di tengah-tengah masyarakat tersebut. (Ngatimin, HM.Rusli, 1992).
Sudarti (1987) menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat beberapa daerah di
Indonesia mengenai sakit dan penyakit; masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan
individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menim-bulkan rasa tidak nyaman. Anak
yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan.Orang

10
dewasa dianggap sakit jika lesu,tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau "kantong
kering" (tidak punya uang).
Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu :
1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia
2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.
3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.).
Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan ke dua, dapat digunakan
obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan bantuan tenaga kesehatan. Untuk
penyebab sakit yang ke tiga harus dimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain. Dengan demikian
upaya penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit.

2.3.4 Kejadian Penyakit


Penyakit merupakan suatu fenomena kompleks yang berpengaruh negatif terhadap
kehidupan manusia. Perilaku dan cara hidup manusia dapat merupakan penyebab bermacam-
macam penyakit baik di zaman primitif maupun di masyarakat yang sudah sangat maju peradaban
dan kebudayaannya. Ditinjau dari segi biologis penyakit merupakan kelainan berbagai organ tubuh
manusia, sedangkan dari segi kemasya-rakatan keadaan sakit dianggap sebagai penyimpangan
perilaku dari keadaan sosial yang normatif. Penyimpangan itu dapat disebabkan oleh kelainan
biomedis organ tubuh atau lingkung-an manusia, tetapi juga dapat disebabkan oleh kelainan
emosional dan psikososial individu bersangkutan. Faktor emosional dan psikososial ini pada
dasarnya merupakan akibat dari lingkungan hidup atau ekosistem manusia dan adat kebiasaan
manusia atau kebudayaan. (Loedin AA. ,1989).
Konsep kejadian penyakit menurut ilmu kesehatan ber-gantung jenis penyakit. Secara umum
konsepsi ini ditentukan oleh berbagai faktor antara lain parasit, vektor, manusia dan
lingkungannya. Para ahli antropologi kesehatan yang dari definisinya dapat disebutkan
berorientasi ke ekologi, menaruh perhatian pada hubungan timbal balik antara manusia dan
lingkungan alam-nya, tingkah laku penyakit-nya dan cara-cara tingkah laku penyakitnya
mempengaruhi evolusi kebudayaannya melalui proses umpan balik (Foster, Anderson, 1978).

2.3.5 Perilaku Sehat dan Perilaku Sakit

11
Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para antropolog seperti
perilaku sehat (health behavior), perilaku sakit (illness behavior) perbedaan antara illness dan
disease, model penjelasan penyakit (explanatory model), perandan karir seorang yang sakit (sick
role), interaksi dokter-perawat, dokter-pasien, perawat-pasien, penyakit dilihat dari sudut pasien,
membuka mata para dokter bahwa kebenaran ilmu kedokteran modern tidak lagi dapat dianggap
kebenaran absolut dalam proses penyembuhan (Rudi Salan, 1994).
Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang
sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang
dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan
penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi.
(Solita Sarwono, 1993).
Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis
belum tentu mereka betul-betul sehat. Sesuai dengan persepsi tentang sakit dan penyakit maka
perilaku sakit dan perilaku sehat pun subyektif sifatnya. Persepsi masyarakat tentang sehat-sakit
ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu di samping unsur sosial budaya.
Sebaliknya petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kreteria medis yang
obyektif berdasarkan gejala yang tampak guna mendiagnosis kondisi fisik individu.

2.3.6 Persepsi Masyarakat Terhadap Penyakit


Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan
daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat
tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih
ada dimasyarakat; dapat turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat
berkembang luas.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan sederhana
dan mudah secara turun-temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan Allah, makhluk gaib, roh-roh
jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang,dan sebagainya.

12
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem medis adalah pola-pola dari pranata sosial dan tradisi-tradisi yang menyangkut
perilaku yang disengaja untuk meningkatkan kesehatan, meskipun hasil dari tingkah laku
khusus tersebut belum tentu menghasilkan kesehatan yang baik. Terdapat suatu struktur
universal yang mendasari semua sistem medis untuk memudahkan kita dalam pemahaman dan
studi yang sifatnya berhubungan dengan peranan dan kewajiban-kewajiban antara pasien dan
penyembuh atau bisa dikatan sebagai tenaga kesehatan.

Didalam sistem medis pengobatan tradisional masih digunakan karena model pengobatan
tradisional ini dianggap suatu pengobatan yang diperoleh secara turun temurun, atau berguru
melalui pendidikan, baik asli maupun yang berasal dari luar indonesia, dan diterapkan sesuai
norma yang berlaku dalam masyarakat.

3.2 Saran

Kita sebagai tenaga kesehatan yang sudah mengikuti perkembangan zaman yang semakin
modern sebaiknya harus bisa mensiasati lebih baik lagi bagaimana sistem medis menyembuhkan
pasien yang lebih rasional dan bisa dibuktikan dengan nyata, tanpa mengganggap penyakit yang
belum bisa didiagnosa oleh tenaga kesehatan harus mengunakan ilmu yang masyarakat umum
menyebutnya “Black Magic”.

Sebagai tenaga kesehatan kita boleh menerapkan sistem pengobatan yang tradisional asalkan
itu yang bisa di anggap nyata dan bisa diuji untuk benar-benar bisa menyembuhkan penyakit
misalnya menerapkan pengobatan tradisional dengan memanfaatkan kekayaan alam yang tersedia.
Bukan menggunakan ilmu-ilmu yang tidak bisa dirasionalkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
AA, L. (1989). Lumenta.B. Penyakit, Citra Alam dan Budaya. Tinjauan Fenomena Sosial.
Kanisius.
Ngatimin, R. (1992). Dari Nilai Budaya Bugis di Sulawesi Selatan. Apakah Kusta atau ditakuti
dibenci ? Ujung Pandang: Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Hasanudin.
Sarwono, S. (1993). Sosiologi Kesehatan: Beserta Konsep Beserta Aplikasinya. Gajah Mada
University.
Walukow, A. (2004). Antropologi Kesehatan. Jakarta: UI Press.
Walukow, A. (2004). Dari Pendidikan Kesehatan ke Promosi Kesehatan VI (XVIII). Konsep
Sehat, Sakit dan Penyakit , 4.

14

Anda mungkin juga menyukai