DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
B. Distribusi Ketenagaan
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
BAB V LOGISTIK
BAB IX PENUTUP
2|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/Menkes/PER/IX/2010
tentang
Standar Pelayanan Kedokteran;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/PER/X/2011
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Tahun 671);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 1400);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Panduan
Praktek klinis Bagi dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 231);
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Tenaga pelaksana yang digunakan untuk pelayanan medik dasar adalah
tenaga yang
memiliki surat izin praktek /surat izin kerja ,al;
1,Dokter
2.Tenaga Bidan
3.Tenaga administrasi *
Tenaga baru harus melalui orietasi petugas.Tenaga kesehatan mengikuti
seminar dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan pelayanan dikoordinir oleh penanggungjawab
poli KIA/KB/MTBS.
C. Jadual Kegiatan,
Jadwal Tenaga Rawat Jalan di Poli KIA /KB/MTBS
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
5|Page
B. Standar
Fasilitas standar
VI. Perlengkapan
Ari timer
Bantal
Baskom Cuci Tangan
Celemek Plastik
Duk Bolong, Sedang
Kasur
Kotak Penyimpan Jarum Bekas
Lemari Alat
Lemari Obat
Meteran (untuk mengukur tinggi Fundus)
Perlak
Pispot
Pita Pengukur Lila
Pompa Payudara untuk ASI
Sarung Bantal
Selimut
Seprei
7|Page
Set Tumbuh Kembang Anak
Sikat untuk Membersihkan Peralatan
Tempat Sampah Tertutup yang dilengkapi dengan injakan
pembuka penutup
Tirai
Toples Kapas / Kasa Steril
Tromol Kasa / Kain Steril
Waskom Bengkok Kecil
VII. Meubelair
Kursi Kerja
Lemari Arsip
Meja Tulis ½ biro
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
ALUR PELAYAN
Pendaftaran
Poli KIA/KB/MTBS
laboratorium
Rujuk
8|Page
Konseling
Farmasi
Pulang
5. Mekanisme rujukan
1. Rujukan dilakukan kefasyankes terdekat sesuai dengan sistem rujukan
2. Rujukan berdasarkan indikasi medis
PERENCANAAN RUJUKAN
Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan keluarganya, karena rujukan
harus
medapatkan pesetujuan dari ibu dan/atau keluarganya. Tenaga kesehatan
perlu memberikan kesempatan, apabila situasi memungkinkan, untuk
menjawab pertimbangan dan pertanyaan ibu serta keluarganya. Beberapa hal
yang disampaikan sebaiknya meliputi:
• Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan
• Alasan untuk merujuk ibu
• Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan
• Risiko yang dapat timbul selama rujukan dilakukan
• Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi yang dibutuhkan untuk
merujuk
• Tujuan rujukan
9|Page
• Modalitas dan cara transportasi yang digunakan
• Nama tenaga kesehatan yang akan menemani ibu
• Jam operasional dan nomer telepon rumah sakit/pusat layanan
kesehatan yang dituju
• Perkiraan lamanya waktu perawatan
• Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan (termasuk dokumen
kelengkapan untuk Jampersal, Jamkesmas, atau asuransi kesehatan)
• Petunjuk arah dan cara menuju tujuan rujukan dengan menggunakan
modalitas transportasi lain
• Pilihan akomodasi untuk keluarga
u Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan rujukan dan
sampaikan kepada tenaga kesehatan yang akan menerima pasien hal-hal
berikut ini:
• Indikasi rujukan
• Kondisi ibu dan janin
•Rencana terkait prosedur teknis rujukan (termasuk kondisi lingkungan
dan cuaca menuju tujuan rujukan)
• Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukan
• Penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan selama dan sebelum
transportasi, berdasarkan pengalaman-pengalaman rujukan
sebelumnya
Hal yang perlu dicatat oleh pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien
adalah:
• Nama pasien
• Nama tenaga kesehatan yang merujuk
• Indikasi rujukan
• Kondisi ibu dan janin
• Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya
• Nama dan profesi tenaga kesehatan yang mendampingi pasien
Saat berkomunikasi lewat telepon, pastikan hal-hal tersebut telah dicatat dan
diketahui
oleh tenaga kesehatan di pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien.
Lengkapi dan kirimlah berkas-berkas berikut ini (secara langsung ataupun melalui
faksimili) sesegera mungkin:
Formulir rujukan pasien (minimal berisi identitas ibu, hasil pemeriksaan, diagnosis
kerja,
terapi yang telah diberikan, tujuan rujukan, serta nama dan tanda tangan tenaga
kesehatan yang memberi pelayanan)
• Fotokopi rekam medis kunjungan antenatal
• Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan kondisi saat ini
• Hasil pemeriksaan penunjang
• Berkas-berkas lain untuk pembiayaan menggunakan jaminan
kesehatan Pastikan ibu yang dirujuk telah mengenakan gelang
identifikasi.
Bila terdapat indikasi, pasien dapat dipasang jalur intravena dengan kanul
berukuran 16
atau 18.
Mulai penatalaksanaan dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi segera setelah
berdiskusi dengan tenaga kesehatan di tujuan rujukan. Semua resusitasi,
penanganan kegawatdaruratan dilakukan sebelum memindahkan pasien.
Periksa kelengkapan alat dan perlengkapan yang akan digunakan untuk merujuk,
dengan
mempertimbangkan juga kemungkinan yang dapat terjadi selama
transportasi. Selalu siap sedia untuk kemungkinan terburuk.
Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk, meliputi:
• Keadaan umum pasien
• Tanda vital (Nadi, Tekanan darah, Suhu, Pernafasan)
11 | P a g e
• Sarung tangan steril/DTT
• 1 buah gunting episiotomi
• 1 buah gunting tali pusat
• 1 buah pengisap lendir DeLee atau suction mekanis dengan kateter berukuran 10 Fr
• 2 buah klem tali pusat
• Benang tali pusat steril/DTT atau penjepit tali pusat
• 2 buah kantong plastik
• 6 buah kasa steril/DTT 4x4
• 1 lembar duk steril/kain bersih
• Selimut bayi (2 buah)
• Selimut ibu
Perlengkapan resusitasi bayi
• Laringoskop bayi dengan blade ukuran 0 dan 1
• Self inflating bag dan sungkup oksigen untuk bayi, berukuran 0,1, dan 2
• Pipa endotrakeal dengan stylet dan konektor, berukuran 2,5 sampai 4
• 3 buah ampul epinefrin 1:10.000 1 ml/ampul
• Spuit 1 ml dan 2 ml
• Jarum ukuran 20 dan 25
• Pipa orogastrik
• Gunting dan plester
• Tabung oksigen kecil lengkap
Perlengkapan resusitasi dewasa
Pastikan tenaga kesehatan mampu menggunakan alat-alat di bawah ini:
• Tabung oksigen lengkap
• Self inflating bag dan sungkup oksigen
• Airway nomor 3
• Laringoskop dan blade untuk dewasa
• Pipa endotrakeal 7-7,5 mm
• Suction dan kateter ukuran 14 Fr
Kendaraan
Kendaraan yang dipakai untuk merujuk ibu dalam rujukan tepat waktu harus
disesuaikan dengan medan dan kondisi lingkungan menuju tujuan rujukan. Berikut ini
adalah contoh tampilan desain ambulans sederhana yang dapat digunakan untuk
merujuk ibu
6.Kredensial
12 | P a g e
Kredensial adalah proses menilai dokter/dokter gigi oleh Dinas Kesehatan
dengan suatu
kriteria mutu yang ditetapkan .Proses ini bertujuan agar kualitas mutu
pelayanan dapat
distandarkan.
Hal-hal yang dikredensialingkan adalah;
1. Aspek legal:Perizinan
2. Sarana prasarana sesuai standard
STATUS GENERALIS :
KEPALA : PARU :
MATA : PAYUDARA :
GIGI : ABDOMEN :
THYROID : TULANG :
BELAKANG
JANTUNG : EKSTREMITAS :
STATUS OBSTETRI :
INSPEKSI VULVO PERINEUM ; NORMAL : VARISES \; KONDILOMA :EDEMA :
HEMOROID ;LAINNYA
INSPEKUL KEL.BARTHO KEL.SKENE URETHRA SERVIKS TANDA CAIRAN
O LIN INFEKSI
PALPASI TFU LEOPOLD I LEOPOLD II LEOPOLD LEOPOLD
III IV
14 | P a g e
1. Sebelum 15 minggu :usia gestasi: ...........................,viabilitas
janin,................,jumlah janin........... kelainan,...................
2. 20 minggu :.anomali janin
3. Trimester ke tiga :perencanaan persalinan
IMUNISASI,SUPLEMEN,DAN KIE
1. Skrining status TT
2. Zat besi dan asam folat
3. Aspirin (sesuai indikasi)
4. Kalsium (sesuai indikasi )
5. KIE
1. Kehamilan normal
2. Kehamllan dengan masalah khusus
3. Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan untuk
konsultasi atau kerjasama penanganannya
4. Kehamilan dengan kondisi gawat darurat yang membutuhkan rujukan segera
PEMERIKSA
Nama :.......................................
Seringkali informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan tidak diterapkan atau
digunakan oleh ibu karena tidak dimengerti atau tidak sesuai dengan kondisi ataupun
kebutuhan mereka. Hal ini dapat terjadi karena komunikasi yang terjadi antara tenaga
kesehatan dan ibu terjadi hanya satu arah sehingga ibu tidak mendapatkan dukungan
yang cukup untuk menerapkan informasi tersebut.
Konseling merupakan proses interaktif antara tenaga kesehatan dan ibu serta
keluarganya. Selama proses tersebut, tenaga kesehatan mendorong ibu untuk saling
bertukar informasi dan memberikan dukungan dalam perencanaan atau pengambilan
keputusan serta tindakan yang dapat meningkatkan kesehatan ibu.
LANGKAH-LANGKAH KONSELING
1. Ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengerti situasi ibu dan latar
belakangnya. Lakukan klarifikasi bila diperlukan dan jangan menghakimi.
2. Identifikasi kebutuhan ibu, masalah ibu, dan informasi yang belum diketahui
ibu. Pelajari setiap masalah yang ada serta dampaknya terhadap berbagai pihak
(ibu, suami, keluarga, komunitas, tenaga kesehatan, dan sebagainya).
3. Tanyakan pendapat ibu mengenai solusi alternatif apa yang dapat dilakukan
untuk meyelesaikan masalah yang ia hadapi.
4. Identifikasi kebutuhan ibu terhadap informasi, sumber daya, atau dukungan
lain untuk memecahkan masalahnya.
5. Susun prioritas solusi dengan membahas keuntungan dan kerugian dari
berbagai alternatif pemecahan masalah bersama ibu.
6. Minta ibu untuk menentukan solusi apa yang paling memungkinkan untuk
mengatasi masalahnya.
7. Buatlah rencana tindak lanjut bersama.
8. Evaluasi pelaksanaan rencana tindak lanjut tersebut pada pertemuan konseling
berikutnya.
KETERAMPILAN KONSELING
16 | P a g e
Membina suasana yang baik
Tenaga kesehatan dapat membangun kepercayaan dan suasana yang baik dengan ibu
misalnya dengan cara menemukan kesamaan-kesamaan dengan ibu dalam hal usia,
paritas, daerah asal, atau hal-hal kesukaan.
Mengajukan pertanyaan
Dalam berkomunikasi, kita mengenal dua jenis pertanyaan:
• Pertanyaan tertutup memiliki jawaban pasti dan biasa dipakai untuk mendapatkan
data riwayat kesehatan ibu, misalnya: “Berapa usia Anda?” atau “Apakah Anda sudah
menikah?”
• Pertanyaan terbuka menggali informasi terkait situasi, emosi, perasaan, sikap,
pengetahuan, maupun kebutuhan ibu, misalnya “Apa yang Anda rasakan setelah
melahirkan?” atau “Ceritakanlah mengenai persalinan terakhir Anda”
Hindari pertanyaan yang bersifat sugestif.
Contoh:
× SALAH: “Apakah suami Anda memukuli Anda?”
√ BENAR: “Bagaimana munculnya memar-memar ini?”
Ajukan pertanyaan yang tidak menghakimi dan memojokkan ibu. Contoh:
× SALAH: “Mengapa Anda tidak segera datang kemari ketika Anda tahu Anda hamil?”
√ BENAR: “Baik sekali Anda mau datang untuk memeriksakan kehamilan Anda saat ini.
Apakah ada alasan yang membuat Anda tidak bisa datang sebelumnya?”
Memberikan informasi
Sebelum memberikan informasi, tenaga kesehatan harus mengetahui sejauh mana ibu
telah memahami informasi yang akan disampaikan dan memberikan informasi baru
yang sesuai dengan situasi ibu.
Contoh:
Bidan: Apakah Ibu sudah mengerti bagaimana Ibu harus merawat diri selama kehamilan?
Bidan: Betul sekali Bu. Selain itu, ada pula beberapa jenis makanan tertentu yang perlu Ibu
konsumsi lebih banyak. Apa Ibu sudah tahu makanan apa saja itu?
Ibu: Sayur, daging…
Bidan: Ya, benar. Makanlah lebih banyak sayur dan daging, juga buah, kacang-kacangan, ikan,
telur, keju, dan susu. Ibu tahu mengapa Ibu perlu mengkonsumsinya?
Ibu: Agar bayinya sehat
Bidan: Ya, makanan-makanan itu akan mendorong pertumbuhan bayi dan menjaga Ibu tetap
sehat. Apakah ada lagi yang ingin ibu tanyakan mengenai apa yang harus ibu makan selama
hamil?
Fasilitasi
Penting diingat bahwa konselor tidak boleh memaksa ibu untuk mengatasi masalahnya
dengan solusi yang tidak sesuai dengan kebutuhan ibu. Bimbinglah ibu dan
keluarganya untuk menganalisa kelebihan dan kekurangan dari setiap pilihan yang
mereka miliki dan memutuskan sendiri pilihannya.
PERSETUJUAN TINDAKAN
17 | P a g e
PERSETUJUAN TERTULIS DIPERLUKAN PADA KEADAAN-KEADAAN SBB:
Bila tindakan terapetik bersifat kompleks atau menyangkut risiko atau efek samping
yang
bermakna.
Bila tindakan kedokteran tersebut bukan dalam rangka terapi
Bila tindakan kedokteran tersebut memiliki dampak yang bermakna bagi
kedudukan
kepegawaian atau kehidupan pribadi dan sosial pasien
Bila tindakan yang dilakukan adalah bagian dari suatu penelitian
18 | P a g e
19 | P a g e
20 | P a g e
21 | P a g e
BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan dana dan logistik untuk melaksanakan kegiatan pelayanan medik rawat
jalan direncanakan dalam loka karya mini sesuai dengan tahapan kegiatan yang akan
dilaksanakan
22 | P a g e
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
23 | P a g e
Puskesmas menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan. Kriteria:
3.1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan
saat pasien keluar dari puskesmas.
3.2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap
pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
3.3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi
dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
3.4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
4.1. Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (desain) yang baik,
mengacu pada visi, misi, dan tujuan puskesmas, kebutuhan pasien, petugas pelayanan
kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang
berpotensi risiko
bagi pasien sesuai dengan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas”.
4.2. Setiap puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain
terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu
pelayanan, keuangan.
4.3. Setiap puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua insiden,
dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
4.4. Setiap puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan
pasien terjamin.
Standar:
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien
secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Puskesmas “.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji,
dan meningkatkan kinerja puskesmas serta meningkatkan keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan
kinerja puskesmas dan keselamatan pasien
Kriteria:
5.1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
5.2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden.
24 | P a g e
5.3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
puskesmas terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
5.4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian
informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5.5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah
“Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program
keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
5.6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani
“Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko,
termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
5.7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan di dalam puskesmas dengan pendekatan antar disiplin. 5.8.
Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan
kinerja puskesmas dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala
terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
5.9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja puskesmas dan keselamatan
pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.
Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan
pasien
Standar:
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan
pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria:
7.1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen
untuk memperoleh data dan informasi tentang halhal terkait dengan keselamatan
pasien.
7.2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada.
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
25 | P a g e
Standar SKP I
Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/meningkatkan ketelitian
identifikasi pasien.
Maksud dan Tujuan Sasaran I
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir semua
aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi
pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak
sadar, bertukar tempat tidur/kamar/ lokasi di puskesmas, adanya kelainan sensori,
atau akibat situasi lain. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali
pengecekan yaitu: pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan
menerima pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau
pengobatan terhadap individu tersebut.
Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk
memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien
ketika pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen
lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain.
Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi
seorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang
identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak
bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan/atau prosedur juga menjelaskan
penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di puskesmas, seperti di
pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau ruang operasi termasuk identifikasi
pada pasien koma tanpa identitas. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk
mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur agar dapat memastikan semua
kemungkinan situasi untuk dapat diidentifikasi. Elemen Penilaian Sasaran I
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan
nomor kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada
semua situasi dan lokasi.
26 | P a g e
Elemen Penilaian Sasaran II
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara
lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi
lisan atau melalui telepon secara
28 | P a g e
Jaga agar kuku jari-jari tangan tetap
pendek. Tutup luka di tangan dengan
bahan kedap air.
Selalu bersihkan tangan pada situasi-situasi
berikut ini: o Sebelum dan sesudah
menyentuh pasien.
o Sebelum memegang alat/instrumen invasif, baik ketika mengenakan
sarung
tangan maupun tidak.
o Setelah kontak dengan cairan tubuh atau ekskresi, membran mukosa,
kulit yang tidak intak, atau kasa penutup luka.
o Ketika berpindah dari satu bagian tubuh yang terkontaminasi ke bagian
tubuh lain dari pasien yang sama.
o Setelah kontak dengan permukaan objek yang bersentuhan dengan pasien
(termasuk peralatan medis).
o Setelah melepas sarung tangan (steril maupun non-steril).
Jika tangan tidak terlihat kotor, gunakan pembersih tangan berbahan dasar
alkohol (alcohol-based handrub). Jika tangan tidak terlihat kotor namun pembersih
tangan berbahan dasar alkohol tidak tersedia, cucilah tangan dengan sabun dan
air bersih mengalir.
Jika tangan terlihat kotor, atau bila terkena darah/cairan tubuh, atau setelah
menggunakan
toilet, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir. Cuci tangan juga
dianjurkan bila dicurigai ada paparan terhadap patogen berspora, misalnya pada
wabah Clostridium difficile. Lakukan teknik mencuci tangan sesuai BAGAN 1
selama 40-60 detik.
Sebelum menangani obat-obatan atau menyiapkan makanan, bersihkan tangan
dengan
pembersih tangan berbahan dasar alkohol atau cuci tangan dengan sabun dan
air bersih mengalir.
Bila di fasilitas kesehatan tidak tersedia keran dengan air bersih mengalir, letakkan
ember
berisi air bersih di tempat yang cukup tinggi dan berikan keran di dasar ember
sehingga air bisa mengalir keluar untuk cuci tangan.
Telapak kanan di atas Telapak dengan telapak Bagian belakang jari pada punggung
telapak kiri dengan jari saling telapak dengan posisi dan sebaliknya menyilang saling
mengunci
Gosok jempol dengan Kelima jari kanan Bilas kedua tangan gerakan memutar
menguncup digosok dengan air memutar pada telapak kiri dan sebaliknya
31 | P a g e
BAGAN 2. LANGKAH-LANGKAH PEMROSESAN INSTRUMEN
1. DEKONTAMINASI
Rendam instrumen bekas pakai di dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. (lihat BAGAN 3)
1. DEKONTAMINASI
BAGAN 3.
Cara membuat larutan klorin
Larutan klorin dapat dibuat dengan mencairkan produk larutan pemutih pakaian yang
mengandung klorin. Caranya adalah:
l Periksa kepekatan (% konsentrasi) produk klorin yang digunakan
l Campur 1 bagian konsentrat pemutih dengan jumlah bagian air yang dibutuhkan
sesuai rumus dibawah ini:
% konsentrat
Jumlah bagian air = produk –1
% konsentrat yang diinginkan
Contoh:
Membuat larutan klorin 0,5% dari larutan pemutih (klorin 5%)
Jumlah bagian air = (5% / 0,5%) – 1 = 10 – 1 = 9
Larutan klorin 0,5% dapat dibuat dengan menambahkan 1 bagian larutan pemutih
(klorin 5%) dengan 9 bagian air, misalnya 100 ml Larutan pemutih dengan 900 ml air
u Saat mencuci alat, kenakan sarung tangan tebal/sarung tangan rumah tangga dan
berhati-hatilah jangan sampai tertusuk instrumen tajam.
u Jika tidak segera dipakai, instrumen yang sudah disterilisasi harus dijaga
agar tidak terkontaminasi.
32 | P a g e
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya beragamterhadap
kesehatan,terdapat disemua tempat baik didalam maupun diluar gedung yang dapat
timbul dari
33 | P a g e
lingkungan tempat kerja,proses kerja,cara kerja,alat dan bahan kerja yang dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja.
tujuan dari pengenalan potensi bahaya di puskesmas dan masalah yang
ditimbulkannya adalah agar petugas puskesmas dapat melakukan pengendalian resiko
dengan benar sehingga terhindar dari berbagai masalah yang ditimbulkan akibat
pekerjaan
biologimikroorganisme,virinfeksi
us bakteri dll hepatitis,tbc,cacar
air,influenza,HIV,ebol
a, jamur
Perlakua
No Jenis Limbah Asal n
Kegiata dapur,kard dala
1 Limbah domestik n us obat, Ditampung m kantong
plastik lain yang tidak hitam
Selanjutnya di bawa ke
infeksius,terkontaminasi TPA
Materi recappin
2 Limbah benda padat yang memiliki Tidak boleh g
langsun
tajam sudut lancip ,dapat g
menyebabka dalam safety
n luka tusuk Dikumpul box
ataupun iris ;contohnya atau kontener lain yang
;jarum tidak
suntik,kaca sedian,infus bocor
set,vial obat Tidak boleh didaur ulang
didug Ditampung dalam wadah
3 Limbah infeksius Limbah yang a yang
34 | P a g e
mengandung kuat dan
patogen dalam tidak bocor,tidak
jumlah cukup untuk boleh dicampur dengan
limbah
menyebabkan infeksi lain
kultur,sto tida
misalnya limbah k Penyimpanan di pkm k
boleh lebih dari 48 jam
agen infeksius dari sejak
laboratorium.limbah hasil mulai dari penyimpanan
operasi, limbah pasien
dengan Penyimpanan di ruang
penyakit khusus,tertutup,a
menular da
pencatata timbula
n jumlah n
tida
limbah setiap hari, k
mungkin pengert
binatang a
masuk,termasuk
pembatasan
keruan
orang masuk g
tersebu
t.
Limba dar organ kontene
4 Limbah patologis h berasal i Masukkan dalam r
janin,orga
tubuh misalnya n kuat dan tidak bocor
tubuh,darah,muntah
an. Perlakuannya sama dengan
limbah infeksius
Jika limbah padat maka
diolah
pengolaha
dengan alat n
limbah padat
denga
Jika cair diolah n alat
pengolahan limbah
cair
35 | P a g e
iii. Kuratif:
1. Penatalaksanaan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum
2. Penatalaksanaaan kecelakaan akibat kerja
3. Melakukan pengobatan penyakit akibat kerja
4. Melakukan rujukan kasus
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Bakuan Mutu
Mutu pelayanan medik adalah:Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
seorang pasien sebaik-baiknya mealui pengetahuan yang konsisten sesuai
dengan pengetahuan terkini,sehingga probabilitas outcome yang diharapkan
meningkat (IOM 1990)
36 | P a g e
Pelayanan individual Yang dilandasi ilmu klinik sebagai kesehatan perorangan
meliputi ;aspek pencegahan primer,pencegahan sekundr,pencegahan tersier
berupa rehabilitasi medik.
Rincian
Input Kegiatan Target
1 Sumber Daya
. Manusia
SDM memiliki SIK 100 %
SDM menerima
pelatihan 20 jam
pelatihan
Ketersediaan alat sesuai
2 Alat standard 90 %
.
3 Sarana Ketersediaan sarana sesuai 90 %
. standard
Kebijaka
4 n 1. Pola ketenagaan ada
.
2. Persyaratan kompetensi ada
petugas Poli
3. Tentang penyusunan ada
rencana layanan medis.
4. Tentang layanan klinis ada
yangmenjamin
kesinambungan layanan
tentang hak dan ad
5. kewajiban a
pasien yang didalamnya
memuat hak untuk
menolak
atau tidak melanjutkan
pengobatan.
ad
6. yang mewajibkan a
penulisan lengkap dalam
rekam medis: semua
pemeriksaan penunjang
diagnostik tindakan dan
pengobatan yang diberikan
pada pasien dan kewajban
perawat dan petugas
kesehatan lain untuk
mengingatkan pada dokter
jika terjadi pengulangan
37 | P a g e
yang tidak perlu. Dalam
SOP layanan klinis
memuat
jika terjadi pengulangan
pemeriksaan penunjang
diagnostik, tindakan, atau
pemberian obat, petugas
kesehatan wajib
memberitahu kepada
dokter yang
bersangkutan.
ad
7. tentang penggunaan dan a
pemberian obat dan/atau
cairan intravena
ad
8. SK penyediaan obat-obat a
emergensi di unit kerja.
Daftar obat emergensi di
unit pelayanan
ad
9. Kebijakan penanganan a
pasien berisiko tinggi
ad
10. tentang jenis-jenis sedasi a
yang dapat dilakukan di
Puskesmas.
ad
11. tentang tenaga kesehatan a
yang mempunyai
kewenangan melakukan
sedasi
ad
12. Kebijakan dan SOP a
penanganan pasien
berisiko
tinggi
13. SK tentang
kewajiban tenaga klinis
dalam peningkatan
mutu klinis dan
keselamatan pasien.
14. SK penanganan KTD,
KTC, KPC, KNC
15. SK tentang standar dan
SOP layanan klinis,
bukti monitoring
pelaksanaan standar
dan SOP, hasil
monitoring dan tindak
lanjut
16. SK tentang
penetapan dokumen
eksternal yang menjadi
acuan dalam
penyusunan standar
pelayanan klinis tentang
17. SK
indikator mutu layanan
klinis
20. SKtentang
petugasyang
bertanggungjawab
untukpelaksanaan
kegiatan yang
direncanakan
21. SKtentang
petugas yang berkewajiban
melakukan pemantauan
pelaksanaan kegiatan
40 | P a g e
pendidikan/penyuluhan
pada pasien
26. SOP penanganan KTD,
KTC, KPC, KNC.
27. SOP tentang penyusunan
indikator klinis dan
indikator
perilaku pemberi layanan
klinis dan penilaiannya
Out put
Kematian Ibu akibat 0 %
pendarahan/Eklamsi,
Pre Eklamsi
dan Infeksi
Out come
Kepuasan pelanggan 90 %
PROSEDUR-PROSEDUR OBSTETRI
A.1 Induksi Persalinan
A.2 Plasenta Manual
A.3 Aspirasi Vakum Manual
A.4 Dilatasi dan Kuretase
A.5 Perbaikan Robekan Serviks
A.6 Perbaikan Robekan Vagina dan Perineum
A.7 Reposisi Inversio Uteri
A.8 Kompresi Bimanual
A.9 Kondom Kateter
A.10 Pemasangan AKDR Pasca Salin
A.11 Ekstraksi Vakum
A.12 Ekstraksi Cunam
A.13 Persalinan Sungsang
A.14 Versi Luar
A.15 Seksio Sesarea
A.16 Perbaikan Robekan Dinding Uterus
A.17 Jahitan B-Lynch
A.18 Ligasi Arteri Uterina
A.19 Histerektomi Pascasalin
41 | P a g e
A.20 Salpingektomi pada Kehamilan Ektopik
A.21 Analgesia dan Anestesia dalam Prosedur Obstetri
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dalam melaksanakan pelayanan
medik dasar gig di Puskesmas
42 | P a g e