Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID

PERCOBAAN V
PASTA

Oleh :
Kelompok 1

Feni Ferlina 11194761920048


Khusnul Berty I. 11194761920054
Olmi Nornazriah 11194761920065
Yutta Endah M. 11194761920077
Zainuddin 11194761920078

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2019
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................... i


Daftar Isi................................................................................................................ ii
BAB I Pendahuluan ......................................................................................... 1
A. Tujuan Praktikum ........................................................................... 1
B. Latar Belakang ................................................................................ 1
BAB II Tinjauan Pustaka .................................................................................. 3
A. Dasar Teori ...................................................................................... 3
1.Devinisi Pasta ............................................................................... 3
2. Bahan Dasar Pasta ....................................................................... 3
3. Karakteristik Pasta ....................................................................... 4
4. Basis Pasta ................................................................................... 4
5. Kelebihan dan Kekurangan Pasta ................................................ 4
B. Evaluasi Sediaan Pasta ..................................................................... 5
C. Deskripsi Bahan Praktikum ............................................................. 5
BAB III Metode Praktikum ................................................................................ 6
A. Alat dan Bahan ................................................................................ 6
B. Formulasi ......................................................................................... 6
C. Cara Kerja ........................................................................................ 7
BAB IV Hasil ...................................................................................................... 8
BAB V Pembahasan ......................................................................................... 10
BAB VI Kesimpulan ......................................................................................... 13
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 14
Jawaban Pertanyaan ............................................................................................ 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu bentuk sediaan obat adalah melalui jalur topikal. Topikal sendiri
berarti penggunaan dilakukan dengan cara meletakkan sejumlah obat di atas
permukaan tubuh, baik dikulit, hidung, telinga, mata, maupun vagina.
Penggunaan sediaan topikal dapat digunakan untuk tujuan local maupun
sistemik, misalnya untuk obat luka bakar sebagai tujuan lokal dan insulin
transdermal untuk tujuan sistemik.
Sediaan topikal yang beredar biasanya dalam bentuk sediaan setengah
padat. Sediaan setengah padat banyak tersebar di pasaran dalam berbagai
bentuk, baik krim, gel, salep, dan pasta. Sebagai sediaan obat, banyak sediaan
setengah padat yang sudah terkenal di kalangan masyarakat, misalnya obat
jerawat, krim steroid, dan gel penutup luka. Namun, ada juga sediaan topical
yang bentuknya bukan sediaan setengah padat, yaitu Transdermal patch.
Banyaknya penggunaan sediaan semisolid pada masa sekarang ini, baik
sebagai obat maupun kosmetik menjadi perhatian para farmasis dunia, dan
mendorong pengembangan bentuk sediaan yang lebih baik sehingga dapat
mencakup berbagai bidang dan mengatasi permasalahan dalam dunia
kosmetik dan terutama mengobati penyakit yang diderita manusia sehingga
lebih cepat teratasi.
Obat-obat sediaan topikal selain mengandung bahan berkhasiat juga bahan
tambahan (pembawa) yang berfungsi sebagai pelunak kulit, pembalut
pelindung, maupun pembalut penyumbat. Berbagai macam bentuk sediaan
semisolid memiliki kekurangan, salah satu diantaranya yaitu mudah di
tumbuhi mikroba. Untuk meminimalisir kekurangan tersebut, para ahli
farmasis harus bisa memformulasikan dan memproduksi sediaan secara
tepat. Dengan demikian, farmasis harus mengetahui langkah-langkah yang
tepat untuk meminimalisi kejadian yang tidak diinginkan. Dengan cara
melakukan, menentukan formulasi dengan benar dan memperhatikan
konsentrasi serta karakteristik bahan yang digunakan dan dikombinasikan
dengan baik dan benar

1
B. Tujuan Praktikum
Memberikan pengalaman dan pengetahuan kepada mahasiswa dalam
memformulasi sediaan pasta dan melakukan kontrol kualitas serta
evaluasinya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori
1. Definisi pasta
Pasta merupakan sediaan semi padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian luar/ topikal.
Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk
serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau dengan
bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago atau
sabun. Pasta ini serupa dengan salep yang mengandung lebih dari 50%
zat padat (serbuk), suatu salep tebal, karena merupakan penutup atau
pelindung bagian kulit yang diolesi. Digunakan sebagai antiseptik atau
pelindung kulit.

2. Bahan Dasar Pasta


Bahan dasar pasta yang sering dipakai adalah vaselin, lanolin,
adeps lanae, ungt. Simplex, minyak lemak dan paraffin liquidum yang
sudah atau belum bercampur dengan sabun. Kelompok pertama dibuat
dari gel fase tunggal mengandung air misalnya pasta Na-
karboksimetilselulosa (Na-CMC). Kelompok lain adalah pasta
berlemak misalnya Zn-oksida, merupakan salep yang padat, kaku, tidak
meleleh pada suhu tubuh, berfungsi sebagai lapisan pelindung pada
bagian yang diolesi.

3. Karakteristik Pasta
Karakteristik dari sediaan pasta yaitu meliputi:
a. Daya absorbsi pasta lebih besar.
b. Sering digunakan untuk mengabsorbsi sekresi cairan serosal pada
tempat pemakaian.
c. Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
d. Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk
pemakaian topical.
e. Konsistensi lebih kenyal dari unguentum
f. Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.

3
g. Memiliki presentase bahan padat lebih besar daripada salep yaitu
mengandung bahan serbuk (padat) antara 40%-50%.

4. Basis Pasta
a. Basis hidrokarbon, karakteristik:
1) Tidak diabsorpsi oleh kulit
2) Inert
3) Tidak tercampur dengan air
4) Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan
tahan air & meningkatkan hidrasi sehingga meningkatkan absorbsi
obat melalui kulit.
b. Basis absorpsi
Karakteristik: bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah air dan
larutan air.
c. Larut air
Contoh: PEG

5. Kelebihan dan Kekurangan Pasta


Kelebihan pasta:
a. Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum
untuk luka akut dengan tendensi mengeluarkan cairan.
b. Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga
meningkatkan daya kerja lokal.
c. Konsentrasi lebih kental dari salep.
d. Daya absorbsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak
dibandingkan dengan sediaan salep.
Kekurangan Pasta:
a. Tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
b. Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis.
c. Dapat menyebabkan iritasi kulit.

4
B. Evaluasi Sediaan Pasta
1. Organoleptik, merupakan pengujian sediaan dengan menggunakan
pancaindra untuk mendiskripsikan bentuk atau konsistensi (misalnya
padat, serbuk, kental, cair), warna (misalnya kuning, coklat) dan bau
(misalnya aromatik, tidak berbau). (Anonim, 2000).
2. pH, prinsip uji derajat keasaman (pH) yakni berdasarkan pengukuran
aktivitas ion hidrogen secara potensiometri/ elektrometri dengan
menggunakan pH meter (Anonim, 2004). Caranya pengujian klik.
3. Viskositas, viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan
untuk mengalir, makin tinggi viskositas, akan makin besar tahanannya
(Martin et al., 1993). Caranya pengujian klik.
4. Penghamburan/ daya sebar, uji penghamburan diartikan sebagai
kemampuan untuk disebarkan pada kulit. Penentuannya dilakukan
dengan Extensometer. Caranya yakni salep dengan volume tertentu
dibawa ke pusat antara dua lempeng gelas, lempeng sebelah atas dalam
interval waktu tertentu dibebani oleh peletakan dari anak timbang.
Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan menaiknya
pembebanan menggambarkan suatu karakteristik untuk daya hambur
(Voigt, 1994).
5. Resitensi panas, uji ini untuk mempertimbangkan daya simpan suatu
sediaan salep atau gel dalam daerah iklim dengan perubahan suhu
(tropen) nyata dan terus menerus. Caranya yakni salap dalam wadah
tertutup diulang dan ditempatkan dalam pertukaran kontinue suhu yang
berbeda-beda (misalnya 20 jam pada 370C dan 4 jam pada 400C) dan
ditentukan waktunya (Voigt, 1994).

C. Deskripsi Bahan Praktikum


a. Serbuk Biji Kopi = Bahan Tambahan
b. Pati Jagung = Pengikat
c. Nipasol = Pengawet
d. Gliserol = Pelicin / penghalus
e. Veselin kuning = Zat Penambah

5
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan pada praktikum ini, yaitu:
a. Beker Gelas
b. Kompor listrik
c. pH meter
d. Viskosimeter elektrik
e. Alat-alat gelas lainnya
f. Mortir
2. Bahan yang digunakan pada praktikum ini, yaitu:
a. Serbuk biji kopi
b. Pati jagung
c. Nipasol
d. Gliserol
e. Vaselin kuning
B. Formulasi
Formulasi 1
R/ Serbuk Biji Kopi 30%  30% = 30/100 x 10 = 3 gr
Pati Jagung 3%  3%= 3/100 x 10 = 0,3 g
Nipasol 0,6%  0,6% = 0,6/100 x 10 = 0,06 g
Gliserol 20%  20% = 20/100 x 10 = 2 g
Vaselin Kuning add 100%  10-(3+0,3+0,06+2) = 4,64

Formulasi 2
R/ Serbuk Biji Kopi 30%  30% = 30/100 x 10 = 3 gr
Pati Jagung 3%  3%= 3/100 x 10 = 0,3 g
Nipasol 0,6%  0,6% = 0,6/100 x 10 = 0,06 g
Gliserol 30%  30% = 30/100 x 3 g = 0,9 g
Vaselin Kuning add 100%  10-(3+0,3+0,06+3) = 3,64

6
C. Cara Kerja
1. Pembuatan pasta

Menimbang semua bahan

Vaselin kuning diambil sebagian dan dilebur pada suhu 70o C


menggunakan waterbath

Digerus serbuk kopi, kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit


setengah vaselin kuning yang tidak dileburkan hingga homogen

Ditambahkan pati jagung nipasol dan sisa vaselin yang dilebur pada
suhu 70o C sambil digerus

Ditambahkan gliserol sedikit demi sedikit sampai diperoleh pasta yang


homogen. Dimasukkan ke dalam tube dan diberi etiket

7
BAB IV
HASIL

A. Hasil
1. Pengamatan organoleptik
Formulasi Pengamatan organoleptik Gambar
Formulasi 1 Bau : kopi

Warna : coklat tua

Tekstur : agak kasar / bergerigi

Formulasi 2 Bau : kopi

Warna : coklat hitam

Tekstur : agak kasar / bergerigi

2. Uji pH
Formulasi Uji pH Gambar
Formulasi 1

Formulasi 2
5

8
3. Uji homogenitas
Formulasi Uji homogenitas Gambar
Formulasi 1 Kurang homogen

Formulasi 2 Kurang homogen

4. Uji daya sebar


Formulasi 1
Beban D1 D2 D3 D4 Rata-rata
74,17 gram 2,8 2,8 2,9 2,9 2,85
+ 50 gram 3,2 3,2 2,2 3,3 2,97
+ 50 gram 3,4 3,4 3,5 3,4 3,42
+ 50 gram 2,6 3,5 3,5 3,45 3,52
+ 50 gram 3,3 3,5 3,6 3,5 3,47

Formulasi 2
Beban D1 D2 D3 D4 Rata-rata
74,17 gram 2,8 2,7 2,8 2,8 2,77
+ 50 gram 3,1 2,9 3,1 3,0 3,02
+ 50 gram 3,3 3,2 3,5 3,2 3,3
+ 50 gram 3,4 3,3 3,7 3,5 3,47
+ 50 gram 3,5 3,5 7,8 3,6 3,6

9
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pembuatan pasta. Praktikum
ini bertujuan untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam
meformulasikan sedian pasta dan melakukan kontrol kualitas serta evaluasinya.
Pasta adalah sedian semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang
ditunjukan untuk pemakain topikal berdasarkan farmakoterapi IV. Pasta memiliki
keuntungan yaitu pasta lebih melekat pada kulit. Pasta memiliki sifat melindungi,
membentuk lapisan yang menyerap dan menetralkan bahan kimia tertentu yang
berbahaya sebelum mencapai permukaan kulit. Sifat ini karena adanya bahan tak
terlarut dari sedian pasta, selain itu sedian pasta juga lebih disukai karena lebih
praktis, mempunyai sifat pengering untuk luka akut yang lebih cendrung
mengeras, menggelembung dan mengeluarkan cairan, melindungi daerah yang
terluka dari udara luar dan mempermudah perbaikan kulit serta menghantarkan
obat pada kulit untuk efek khusus yang topikal.
Pelepasan zat aktif dalam sedian pasta tidak lepas dari pemilihan basis
yang cocok karena basis pasta juga ikut berperan pada keberhasilan terapi
pemakain pasta. Pada praktikum kali ini basis yang digunakan adalah vaselin
kuning sebagai basisnya, mengingat konsentrasi, kelunakan dan sifatnya yang
netral serta kemampuannya menyebarnya yang mudah pada kulit. Hal ini sesuai
dengan sifat vaseline kuning yang merupakan basis yang berminyak dan bebas air
sehingga dapat bertahan pada kulit untuk waktu yang lama. Basis vaseline kuning
juga mudah bercampur dengan bahan obat dan stabil dalam penyimpanan. Pada
praktikum kali ini telah dilakukan uji kualitas pasta pada serbuk kopi yang
meliputi uji homogenitas, uji pH, uji organoleptis, dan uji daya sebar. Pada
percobaan kali ini dibuat 2 formulasi dengan perbedaan konsentrasi pati jagung
dan vaselin kuning. Bahan aktif yang digunakan yaitu serbuk kopi karena
fungsinya sebagai anti bakteri khususnya staphylococcus aureus. Digunakan
konsentrasi 30% karena merupakan konsentrsi yang paling efektid dalam
menghambat bakteri staphylococcus aureus. (Anggi,2016). Pada 70˚C dengan
menggunakan waterbath. Kemudian langkah selanjutnya serbuk kopi digerus
sampai halus, dan ditambahkan sedikit demi sedikit selanjutnya setengah vaseline

10
kuning yang tidak dileburkan hingga homogen. Langkah selanjutnya ditambahkan
pati jagung, nipasol dan sisa vaseline kuning yang di lebur pada suhu 70˚C tadi,
sambil digerus. Penambahan pati jagung bertujuan atau berfungsi sebagai
pengeras pada sedian pasta, karena konsentrasi pasta yang keras dapat membuat
sedian lebih lama tertempel pada permukaan kulit. Kemudian penambahan nipasol
bertujuan atau berfungsi sebagai pengawet. Langkah selanjutnya penambahan
gliserol sedikit demi sedikit sampai diperoleh pasta yang homogen. Penambahan
gliserol berfungsi sebagai pelembut dan menambah efek emolien agar sediannya
memiliki efek dingin pada kulit apabila digunakan. Langkah selanjutnya pasta
yang sudah jadi dimasukan didalam tube kemudian diberi etiket. Salah satu aspek
yang harus dilakukan untuk mengetahui kualitas pasta yang dihasilkan untuk
memperoleh sedian pasta yang berkualitas dengan mutu yang diharapkan maka
perlu dilakukannya uji, yaitu uji homogenitas, uji daya sebar, uji organoleptis, dan
uji pH.
Pada uji organoleptis meliputi warna, bentuk, tekstur, rasa, dan bau. Dari
pengujian yang telah dilakukan didapatkan pada formula 1 berbau kopi memiliki
warna coklat tua dan teksturnya agak kasar atau bergigi. Sementara pada
formulasi 2 di dapatkan hasil berbau kopi memiliki warna coklat hitam dan
teksturnya agak kasar atau bergerigi. Dari hasil yang didapatkan dari formula 1
dan formula 2 hasilnya memiliki kesamaan. Sementara itu pada teksturnya hasil
yang didapat kan kasar atau masih bergerigi itu dipengaruhi oleh ketidak halusan
atau belum homogen saat pengerusaan biji kopi. Selanjutnya uji yang dilakukan
yaitu uji pH dengan menggunakan kertas indikator pH. Uji pH merupakan
parameter fisikokimia yang harus dilakukan pada sedian dermal, karena pH dapat
mempengaruhi efektivitas pelepasan obat, stabilitas, dan kenyamanaan
penggunaan sedian pada kulit. Uji pH diperoleh nilai formulasi 1 dan formulasi 2
sebesar 5. Dari nilai pH yang didapatkan menunjukan bahwa nilai pH yang baik
dan tidak mengiritasi kulit untuk sedian farmasi dalam bentuk sedian pasta kering
yaitu berkisar antara pH 4 sampai pH 8. Kemudian langkah selanjutnya dilakukan
uji daya sebar sediaan pasta dengan menggunkan alat uji daya sebar, sedian pasta
ditimbang sebanyak 0,5 gram dan diberikan tambahan beban 50 mg setiap 3
menit, dilakukan dengan interval waktu yaitu 3, 6, 9, 12, dan 15 menit. Uji daya

11
sebar bertujuan untuk menunjukan kemampuan pasta untuk menyebar pada lokasi
pemakain dan elastisitas pasta apabila dioleskan pada kulit sehingga dapat
memberikan kenyamanan pada saat pemakaain atau penggunaan. Semakin besar
nilai diameter daya sebar dapat menggambarkan bahwa viskositas pasta semakin
menurun sehingga dapat menyebar dengan cepat hanya dengan sedikit pengolesan
saja. Sedian pasta yang baik adalah pasta yang mempunyai daya sebar yang luas
sehingga mudah untuk dioleskan dan kontak zat aktif dengan kulit semakin baik.
Berdasarkan hasil percobaan uji daya sebar pada masing-masing formula didapat
kan bahwa semakin lama waktu dan semakin berat beban yang diberikan maka
diameter daya sebar pasta semakin besar pula. Kemudian langkah yang terakhir
dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas menggambarkan tidak terbentuknya
partikel-partikel yang memisah atau sedian merata pada semua komponen. Hasil
uji homogenitas yang didapat pada kedua formulasi 1 dan formulasi 2 diperoleh
hasil yang kurang homogen. Hal ini disebabkan karena pengaruh pada saat
pembuatan pasta bahan aktif yaitu serbuk biji kopi dan bahan lainnya tidak
tercampur dengan baik sehingga mempengaruhi hasil akhir.

12
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
sedian pasta perlu dilakukan beberapa uji yaitu diantaranya. Uji organoleptis, uji
homogenitas, uji daya sebar, dan uji pH. Pada uji organoleptis hasil yanh
didapatkan pada formula 1 berbau kopi memiliki warna coklat tua dan teksturnya
agak kasar atau bergigi. Sementara pada formulasi 2 di dapatkan hasil berbau kopi
memiliki warna coklat hitam dan tekturnya agak kasar atau bergerigi. Pada uji
daya sebar hasil yang didapatkan pada masing-masih formulasi bahwa semakin
lama waktu dan semakin berat beban yang diberikan maka diameter daya sebar
semakin besar juga. Selanjutnya pada uji pH hasil yang didapat pada formulasi 1
dan formulasi 2 yaitu 5. Selanjutnya uji yang terakhir yaitu uji homogenitas
didapatkan hasil dari formula 1 dan formula 2 yaitu pasta yang kurang homogen.

13

Anda mungkin juga menyukai