Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 1

Misbahul Jannah
I Ketut Gunawan Kusuma
Noorjannah
Yutta Endah Mularati
Zainnuddin
Kandungan Senyawa Tanaman Kumis
Kucing
Outline
Pendahuluan Hasil

Pembahasan Kesimpulan
Pendahuluan
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas
perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantaranya dua
fase yaitu fase gerak dan fase diam. Fase diam merupakan salah satu
komponen yang penting dalam proses pemisahan dengan kromatografi.
Fase gerak merupakan pembawa analit yang bersifat inert maupun
berinteraksi dengan analit tersebut. Kromatografi digunakan untuk
memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponen.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran
senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang
digunakan. Kromatografi kolom merupakan piliham yang tepat jika ingin
memisahkan campuran senyawa yang masih dalam bentuk ekstrak.
Hasil
Pembahasan
Pada percobaan kali ini praktikan melakukan uji identifikasi senyawa kimia atau senyawa
sekunder dengan reaksi warna dan melakukan pemisahan senyawa sekunder dari ekstrak
menggunakan metode kromatografi. Identifikasi yang dilakuakan pada ekstrak yang sudah
dibuat dengan metode soxletasi. Adapun simplisia yang digunakan pada percobaan kali ini
adalah tanaman kumis kucing.
Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi pada simplisia adalah etanol. Pemilihan
pelarut pada prosses ekstraksi ini karena zat kimia yang ada pada tanaman kumis kucing
ini bersifat polar, oleh karena itu etanol merupakan pilihan pelarut yang cocok untuk proses
ekstrasi. Ada beberapa uji senyawa senyawa yang dilakukan diantaranya uji flavonoid,
tannin, glikosida, alkaloid, steroid dan uji saponin.
Dari hasil yang didapatkan senyawa sekunder yang terdapat pada tanaman kumis kucing
adalah senyawa sekunder flavonoid. Senyawa flavonoid yang terdapat pada ekstrak dari
simplisia tanaman kumis kucing ditandai dengan perubahan warna dari merah jingga
menjadi merah, hal itu menunjukan adanya flavanon, flavonol, dan dehidrovlavonol.
Metode kromatografi yang digunakan pada pemisahan senyawa atau zat aktif yang ada
pada ekstrak tersebut adalah metode kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kolom.
Berdasarkan hasil kromatografi lapis tipis dalam percobaan ini praktikan melakukan
kromatografi lapis tipis untuk menguji adanya kandungan metabolit sekunder flavonoid dari
simplisia kumis kucing, cara kromatografi lapis tipis dilakukan dengan memasukkan plat
yang sudah ditotolkan ekstrak kedalam chamber yang sebelumnya sudah berisi , eluen
etanol.

Hasil dapat diketahui positif jika terlihat pada bagian bawah ekstrak yang telah didiamkan
naik kebagian atas plat yang sebelumnya sudah diberikan tanda, untuk memastikan apakah
ekstrak dari kumis kucing tersebut positif mengandung flavonoid. dilakukan kembali
penyinaran dengan menggunakan sinar ultraviolet senyawa alam akan berfluorisensi
memancarkan cahaya tampak akan dikenai sinar UV.

pada saat penyinaran plat terlihat jelas bahwa terdapat bercak berwarna merah dibagian
atas plat sehingga dari penyinaran tersebut menandakan bahwa ekstrak dari simplisia
kumis kucing positif mengandung flavonoid. hasil dari kromatografi kolom dilakukan dengan
cara memasukkan kapas kedalam alat kromatografi kolom setelah itu fase diam berupa
silica gel lalu dimasukkan fase gerak berupa eluen yang sesuai dengan simplisia yang
digunakan. simplisia kumis kucing eluen yang digunakan klorofom dan etil asetat dengan
perbandingan 60 : 40.
Hasil dari tetesan kromatografi kolom dilakukan penotolan kembali pada plat untuk
kromatografi dengan menggunakan perlakuan yang sama seperti kromatografi kolom
bahwa setelah itu dilakukan kembali penyinaran dengan sinar ultraviolet nomor 366 nm
yang terlihat berwarna biru dan pada saat dilakukan penyinaran terlihat dengan jelas bahwa
terdapat bercak berwarna merah dibagian atas kertas,hal ini menandakan bahwa ekstrak
dari simplisia kumis kucing tersebut positif mengandung senyawa metabolit sekunder.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa senyawa flavonoid yang terdapat pada ekstrak dari simplisia
tanaman kumis kucing ditandai dengan perubahan warna dari merah jingga menjadi
merah, hal itu menunjukan adanya flavanon, flavonol, dan dehidrovlavonol. Hasil dapat
diketahui positif jika terlihat pada bagian bawah ekstrak yang telah didiamkan naik kebagian
atas plat yang sebelumnya sudah diberikan tanda, untuk memastikan apakah ekstrak dari
kumis kucing tersebut positif mengandung flavonoid. dilakukan kembali penyinaran dengan
menggunakan sinar ultraviolet senyawa alam akan berfluorisensi memancarkan cahaya
tampak akan dikenai sinar UV. Hasil dari tetesan kromatografi kolom dilakukan penotolan
kembali pada plat untuk kromatografi dengan menggunakan perlakuan yang sama seperti
kromatografi kolom bahwa setelah itu dilakukan kembali penyinaran dengan sinar ultraviolet
nomor 366 nm yang terlihat berwarna biru dan pada saat dilakukan penyinaran terlihat
dengan jelas bahwa terdapat bercak berwarna merah dibagian atas kertas,hal ini
menandakan bahwa ekstrak dari simplisia kumis kucing tersebut positif mengandung
senyawa metabolit sekunder.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai