Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 GANGGUAN NAPAS PADA BAYI BARU LAHIR

II.1.1 Definisi dan Klasifikasi Gangguan Napas pada Bayi Baru Lahir

Definisi gangguan napas adalah suatu keadaan meningkatnya kerja

pernapasan yang ditandai dengan:6

1. Takipnea atau frekuensi napas >60-80 x/menit

2. Retraksi : cekungan atau tarikan kulit antara iga dan atau dibawah sternum

selama inspirasi

3. Napas cuping hidung: kembang kempis lubang hidung selama inspirasi

4. Merintih atau grunting: terdengar merintih atau menangis saat inspirasi

5. Sianosis sentral yaitu warna kebiruan pada bibir

6. Apneu atau henti napas.6

Bayi dengan gangguan napas mempunyai risiko atau komplikasi terjadinya

hipoksia, yang bila berlangsung lama dapat mengakibatkan gangguan pada organ

vital seperti otak, paru, jantung, dan ginjal, asidosis metabolik, hipoglikemia,

hipotermi, serta masalah hematologik seperti anemia.6

Tabel 2.1 Klasifikasi Gangguan Napas6


Frekuensi Gejala Tambahan Klasifikasi
Napas
>60 x/menit DENGAN Sianosis sentral DAN Gangguan
tarikan dinding dada Napas Berat
atau merintih saat
ekspirasi
ATAU >90 DENGAN Sianosis sentral
x/menit ATAU tarikan dinding

4
dada ATAU merintih
saat ekspirasi
ATAU <30 DENGAN atau Gejala lain dari
x/menit TANPA gangguan napas
60-90 DENGAN Tarikan dinding dada Gangguan
x/menit Tetapi ATAU merintih saat Napas Sedang
ekspirasi
TANPA Sianosis sentral
ATAU >90 TANPA Tarikan dinding dada
x/menit atau merintih saat
ekspirasi atau sianosis
sentral
60-90 TANPA Tarikan dinding dada Gangguan
x/menit atau merintih saat Napas Ringan
ekspirasi atau sianosis
sentral
60-90 DENGAN Sianosis sentral Kelainan
x/menit Tetapi Jantung
TANPA Tarikan dinding dada Kongenital
atau merintih

Evaluasi gawat napas menggunakan Skor Downe’s yaitu:6

1. gawat napas Skor Downe’s 1-3 sesak napas ringan

2. gawat napas Skor Downe’s 4-5 sesak napas sedang

3. gawat napas Skor Downe’s ≥6 sesak napas berat.

Tabel 2.2 Penilaian Skor Downe’s6


0 1 2
Frekuensi < 60 x/menit 60-80 x/menit >80 x/menit
Napas
Air Entry Udara masuk Penurunan Penurunan
bebas Ringan Berat
Sianosis - Hilang dengan Menetap
O2
Retraksi - Ringan Berat
Merintih - Dapat didengar Dapat didengar
(Grunting) dengan tanpa stetoskop
stetoskop

5
II.1.2 Etiologi Gangguan Napas pada Bayi Baru Lahir

Etiologi gangguan napas adalah sebagai berikut:6

1. Obstruksi jalan napas, seperti: edema nasalis, ensefalokel, makroglossi,

struma kongenital, higroma kistik, dan lainnya

2. Trakea, seperti: trakeomalasia, fistula trakeoesofageal, stenosis trakeal,

stenosis bronkial, dan lainnya

3. Penyebab Pulmonal, seperti: aspirasi mekoneum, Penyakit Membran

Hialin (PMH), Transient Tachypnea of the Newborn (TTN), atelektasis,

pneumonia, pneumotoraks, emfisema, kista, tumor, dan lainnya

4. Penyebab non Pulmonal, seperti: gagal jantung kongestif, asidosis,

hipoglikemia, syok, depresi neonatal, hipotermi, dan lainnya.

II.1.3 Penatalaksanaan Gangguan Napas

Berikut salah satu tatalaksana jenis gangguan napas tipe sedang:6

1. Lanjutkan pemberian oksigen dengan kecepatan aliran sedang

2. Bayi jangan diberikan minum

3. Jika ada tanda berikut dibawah, ambil sampel darah untuk kultur darah dan

berikan antibiotik untuk terapi kemungkinan besar sepsis. Tanda berikut

adalah: suhu aksila <340C atau >390C, air ketuban bercampur mekoneum,

riwayat infeksi intruterin dan KPD pada ibu

4. Pasang pipa lambung, berikan ASI peras setiap 2 jam

5. Bila bayi menunjukkan tanda –tanda perbaikan (frekuensi napas menurun,

tarikan dinding dada dan merintih berkurang, kurangi terapi oksigen secara

bertahap

6
6. Apabila tak diperlukan lagi pemberian oksigen, mulailah melatih bayi

untuk menyusui

7. Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila

bayi kembali tampak kemerahan tanpa pemberian oksigen selama 3 hari,

minum baik, dan tak ada alasan bayi tetap tinggal, mala bayi dapat

dipulangkan

8. Jangan memberikan terapi oksigen yang tidak perlu secara terus-menerus.

Sedangkan pada tatalaksana pada gangguan napas ringan pada waktu lahir

tanpa gejala-gejala lain terutama terjadi setelah bedah sesar, biasanya kondisi

tersebut akan membaik dan sembuh sendiri tanpa pengobatan, meskipun demikian

pada beberapa kasus, gangguan napas ringan merupakan tanda awal dari infeksi

sitemik. Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya. Kurangi

pemberian oksigen secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas. Hentikan

pemberian oksigen jika frekuensi napas 30-60 x/menit. Tatalaksana pada

gangguan napas berat dapat membutuhkan terapi oksigen dengan kecepatan tinggi

dan penggunaan ventilator mekanik.6

Pemberian CPAP akan meningkatkan oksigenase dan kelangsungan hidup.

CPAP mulai dipasang pada tekanan 5-7 cmH2O melalui prong nasal, pipa

nasofaring, atau pipa endotrakeal. Pada beberapa bayi dengan derajat sakit sedang,

penggunaan CPAP mungkin dapat mencegah kebutuhan untuk pemakaian

ventilator mekanik. CPAP juga merupakan indikasi untuk penyakit paru yang

menunjukkan hasil gangguan oksigenasi dengan berat misalnya Fi.O2 >0,6 (60%)

yang diperlukan untuk memelihara PaO2 >60 mmHg.6

7
II.2 Transient Tachypnea of the Newborn (TTN)

II.2.1 Definisi, Etiologi, Tanda dan Gejala TTN

Gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat yang

biasanya <24 jam dan bersifat self-limited, terjadi setelah ataupun beberapa jam

setelah kelahiran, baik pada bayi prematur maupun pada bayi matur (aterm).

Penyebab TTN lebih dikaitkan dengan beberapa faktor risiko yang meningkatkan

kejadian TTN diantaranya lahir secara sesar, ibu dengan diabetes, ibu dengan

asma, dan bayi kecil untuk usia kehamilan. Tanda dan gejala TTN meliputi

bernapas cepat dan dalam (takipnea) >60 x/menit, napas cuping hidung (PCH),

sela iga cekung saat bernapas (retraksi), mulut dan hidung kebiruan (sianosis), dan

grunting atau merintih saat bayi mengeluarkan napas.7

Gambar 2.1 Faktor Risiko terkait dengan TTN8

8
II.2.2 Patofisiologi TTN

Sebelum lahir paru-paru bayi terisi dengan cairan. Saat didalam

kandungan, bayi tidak menggunakan paru-parunya untuk bernapas. Bayi

mendapatkan oksigen dari pembuluh darah dan plasenta. Saat mendeteksi

kelahiran, cairan didalam paru-paru mulai berkurang sebagai respon dari

perubahan hormonal.7

Beberapa hari sebelum onset persalinan spontan, produksi cairan

berkurang. Pada awal persalinan, hormon ibu seperti epinefrin dan glukokortikoid

merangsang paru-paru janin untuk memulai penyerapan cairan alveolar melalui

aktivasi amiloride-sensitive epithelial sodium channel (ENaC). Penelitian pada

tikus mengenai α-ENaC telah menunjukkan bahwa ketika transport natrium tidak

aktif, retensi cairan alveolar terjadi, yang menyebabkan gangguan pernapasan dan

kematian.9

Pembersihan cairan paru janin dimulai dengan transport natrium pasif

melintasi protein ENaC, yang ditemukan pada membran apikal alveolar

pneumosit tipe II. Setelah natrium memasuki sel tipe II ini, secara aktif diangkut

ke interstitial paru melalui pompa Na/K ATPase. Hal ini menghasilkan gradien

osmotik yang memungkinkan klorida dan air mengikuti dan diserap ke dalam

sirkulasi paru dan limfatik. Melalui mekanisme inilah sebagian besar cairan paru

janin dibersihkan.9

Cairan juga terperas keluar saat bayi lahir melewati jalan lahir melalui

persalinan normal. Setelah lahir, bayi cukup bulan akan mengambil napas

pertamanya dan paru-paru akan terisi udara, dan cairan didalam paru-paru

9
didorong keluar selama proses persalinan normal. Terutama bayi cukup bulan,

tekanan selama jalan lahir akan menekan cairan dari dalam paru-paru untuk

keluar. Cairan yang masih tersisa akan dibatukkan atau diserap oleh tubuh secara

bertahap melalui sistem pembuluh darah atau sistem limfatik bayi. Bayi dengan

TTN mengalami sisa cairan yang masih terdapat didalam paru-paru atau akibat

pengeluaran cairan di paru-paru terlambat sehingga bayi mengalami kesulitan

untuk menghirup oksigen secara normal, kemudian bayi bernapas lebih cepat dan

lebih dalam untuk mendapatkan cukup oksigen ke dalam paru-paru.7

Gambar 2.2 Mekanisme Transportasi Cairan Paru Pada Fetus dan Neonatus. Panel
kiri menunjukkan sekresi aktif ion klorida dari sel alveolar ke dalam ruang
alveolar. Sodium (Na+) dan air diikuti klorida (Cl-). Saat kelahiran (panel kanan),
sel tipe II ENaC menjadi aktif dengan stimulasi adrenergik. Na/K ATPase
basolateral membantu memindahkan natrium ke interstitium, yang membawa
klorida dan air secara pasif bersamaan dengannya melalui jalur paraselular dan
intraselular. Sebagian besar cairan paru interstisial bergerak ke sirkulasi paru dan
beberapa melalui saluran limfatik.8

K+= Kalium, NKCC= Natrium, kalium, 2 klorida kotransporter

10

Anda mungkin juga menyukai