CSS Korioamnionitis Agif PDF
CSS Korioamnionitis Agif PDF
KORIOAMNIONITIS
Pembimbing :
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah karena berkat rahmat dan
berjudul “Korioamnionitis.” CSS ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Syahrial Syukur, Sp.OG selaku
pembimbing yang telah memberikan arahan dan petujuk, dan semua pihak yang
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata,
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB 1
PENDAHULUAN
pada cairan ketuban, janin dan selaput korioamnion yang disebabkan terutama oleh
bakteri. Pada kehamilan cukup bulan, korioamnionitis didiagnosa pada sekitar 5%-
persalinan lama. Periode ketuban pecah yang lama merupakan faktor risiko yang
antara ketuban pecah dengan persalinan, makin tinggi pula risiko morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin.2-3 Bakteri penyebab biasanya polimikrobial dan biasanya
Risiko yang dapat terjadi pada janin akibat infeksi ini adalah sepsis,
yang lain. Pada ibu, risiko yang dapat terjadi adalah sepsis, endometritis pasca
korioamnionitis. Usia ibu lebih memiliki peranan penting sebagai faktor resiko. Ibu
yang hamil di usia muda memiliki perilaku yang relatif kurang baik dalam menjaga
3
Korioamnionitis mengakibatkan mortalitas perinatal yang signifikan, saat
ini mencapai 5-25% terutama pada neonatus dengan berat badan lahir rendah.
korioamnionitis.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Korioamnionitis atau infeksi intra uterin merupakan infeksi akut pada cairan
ketuban, janin dan selaput korioamnion yang disebabkan oleh bakteri.2 Bakteri
2.2 Epidemiologi
semua persalinan.9 Infeksi ini berhubungan dengan ketuban pecah dini dan
persalinan lama. Sekitar 25% infeksi intrauterin disebabkan oleh ketuban pecah
dini. Makin lama jarak antara ketuban pecah dengan persalinan, makin tinggi pula
serius bagi ibu dan janin, bahkan berlanjut menjadi sepsis. Korioamnionitis
5
2.3 Etiologi
bakteri fakultatif dan anaerob. Bakteri yang paling sering ditemukan adalah
yang sejak tahun 1930-1949 disebut Streptokokus serta hemolitikus (Grup B).
(24%), grup β streptokokkus (GBS) (12%), streptokokus aerobik jenis lain (13%),
Faktor ras tidak menjadi faktor resiko terjadinya korioamnionitis. Usia ibu
lebih memiliki peranan penting sebagai faktor resiko. Ibu yang hamil di usia muda
memiliki perilaku yang relatif kurang baik dalam menjaga higiene urogenitalnya,
6
sehingga meningkatkan risiko bakterial vaginosis, infeksi saluran kemih, dan
infeksi asendens.6
janin dan/atau rongga uterus terhadap mikroba dari vagina akan meningkatkan
dini, pemeriksaan vagina dengan jari, kateter intrauterin, dan infeksi urogenital
(terutama infeksi vagina atau serviks, termasuk infeksi menular seksual (IMS).
Terdapat bukti bahwa mekonium di dalam cairan amnion juga meningkatkan risiko
infeksi ibu dan/atau korioamnionitis, mungkin dengan cara menekan respon imun
ibu atau dengan mengganggu komposisi cairan ketuban dengan cara menurunkan
Terdapat faktor risiko tambahan seperti penyakit kronis ibu, status nutrisi ibu,
dan stres emosional, semua hal tersebut bisa meningkatkan kerentanan wanita
terhadap infeksi dengan cara mempengaruhi fungsi sistem imun. Hubungan pasti
2.5 Patofisiologi
dan vagina setelah terjadinya ketuban pecah dan persalinan8,10. Selain itu dapat
bakteremia maternal dan induksi bakteri pada cairan amnion akibat iatrogenik pada
7
risiko terjadinya korioamnionitis adalah waktu antara ketuban pecah dan
selaput ketuban. Walaupun sangat jarang, korioamnionitis dapat juga terjadi pada
dengan pecahnya selaput ketuban < 24 jam sebelum persalinan, akan menderita
bakteremia. Bila pecahnya selaput ketuban terjadi >24 jam maka sebanyak 17%
8
Pada keadaan selaput ketuban yang masih intak, korioamnionitis sangat
jarang terjadi. Hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi Listeria monosytogenes,
yang merupakan batang gram positif anaerob, yang menginfeksi janin secara
pada ibu dapat asimtomatis atau hanya berupa demam ringan dan jarang
menyebabkan sepsis pada ibu. Streptokokus grup A juga dapat menyebakan infeksi
janin dan rongga amnion pada selaput ketuban yang masih intak10.
desidua, dan pada beberapa kasus dapat melintas melalui membran korioamnion
yang masih utuh dan masuk ke dalam cairan amnion, sehingga menyebabkan
paling banyak dipergunakan saat ini adalah teori invasi bakteri dari ruang
9
yang akan menyebabkan pecahnya membran. Metaloprotease akan membentuk
Persalinan prematur disebabkan akibat janin itu sendiri. Pada janin yang
corticotropin releasing hormone (CRH) dari hipotalamus janin dan juga produksi
CRH dari plasenta. Hal ini akan meningkatkan kadar produksi adrenal janin berupa
prematur11
2.6 Diagnosis
10
1. Demam (suhu intrapartum > 100.4˚ F atau > 37,8˚ C)
Bila terdapat dua dari enam gejala diatas ditemukan pada kehamilan, maka risiko
Gibbs, dkk mengemukakan gejala dan tanda infeksi intrapartum yaitu suhu ibu
≥ 37,8˚C dan 2 atau lebih dari kondisi dibawah ini: takikardia ibu (>100 x/menit),
takikardia janin (>160 x/menit), nyeri uterus, cairan amnion berbau dan
suatu proses kronis dan tidak menunjukkan gejala sampai persalinan dimulai atau
terjadi ketuban pecah dini. Bahkan sampai setelah persalinan sekalipun pada
atau kultur) dapat tidak ditemukan tanda klasik diatas selain tanda-tanda
prematuritas11.
11
Kadar CRP rata-rata pada kehamilan adalah 0,7-0,9 mg/dl. Terdapat peningkatan
lebih pasti dari korioamnionitis. Kombinasi pewarnaan Gram dan kultur dari hasil
semua sel leukosit polimorfonuklear adalah sel yang berasal dari ibu, sedangkan
dan spesifik digunakan secara tersendiri terlepas dari gejala dan tanda klinis untuk
mendiagnosis korioamnionitis.
2.7 Tatalaksana
misalnya sepsis atau infeksi anaerob serius dengan adanya cairan amnion berbau
busuk, terapi kombinasi yang terdiri dari penisilin atau ampisilin, aminoglikosida
12
dan agen anaerob seperti klindamisin (3x900gr) sebaiknya digunakan.4 Dosis
ampisilin yang digunakan adalah 2 gr tiap 4 atau 6 jam, gentamisin 1,5mg/kg tiap
kejadian sepsis & pneumonia neonatal dan morbiditas postpartum ibu.4 Pemberian
antibiotika sesegera mungkin (tanpa menunggu bayi lahir) memberi dampak pada
pemberian antibiotika untuk bayi diberikan terus menerus selama 7 hari. Namun
jika antibiotika ibu diberikan setelah kelahiran bayi, maka dapat diperiksa kultur
darah bayi dan antibiotika dapat dihentikan pada hari ke-3 jika kultur tidak
tumbuh.4
13
kejadiannya semakin meningkat dengan adanya korioamnionitis pada saat
selesai dalam interval 12 jam setelah diagnosis ditegakkan. Hal ini didasarkan dari
neonatus jika interval antar diagnosis dan persalinan kurang dari 12 jam, namun
2.8 Komplikasi
abses pelvik, bakteremia, dan post partum hemorragic. Peningkatan terjadinya post
hasil kultur darah yang positif (bakteremia) sebagian besar oleh bakteri GBS dan
14
E.coli. Namun komplikasi lainnya seperti DIC, ARDS, septic shock, kematian
Paparan infeksi pada fetus dapat menimbulkan kematian fetus, sepsis neonatus,
dan beberapa komplikasi postnatal lainnya. Respon fetus terhadap infeksi yang
dengan SIRS, maka agak sulit membedakannya dengan yang terjadi pada fetus,
FIRS sebenarnya dapat dideteksi bila terjadi peningkatan IL-6 pada darah
umbilical (tali pusat) yang biasanya didapatkan pada persalinan preterm dan
PPROM namun kadang dapat muncul pada umur kehamilan aterm. Penunjuk
histopatologik dari FIRS adalah funisitis dan korionik vaskulitis. FIRS sekarang
dikenal sebagai representasi respon pertahanan fetus terhadap infeksi atau mediasi
perlukaan yang dapat melepas sitokin dan chemokines seperti interleukins, TNF-
pada neonatus preterm dengan kegagalan multi organ, termasuk penyakit paru
terlihat pada proses infeksi. Meski kontoversial, paparan fetus pada mycoplasma
15
2.8.3 Komplikasi jangka panjang untuk neonatus
menampakkan efek advers saat atau segera setelah lahir. Efek advers yang muncul
termasuk kematian perinatal, asfiksi, sepsis neonatus dini, septic shock, pneumonia,
2.9 Prognosis
terutama pada neonatus dengan berat lahir rendah. Secara umum terjadi
peningkatan 3-4 kali lipat kematian perinatal diantara neonatus dengan berat lahir
rendah yang dilahirkan oleh ibu dengan korioamnionitis.4 Selain itu terjadi juga
Berlawanan dengan kejadian pada bayi dengan berat lahir rendah, di negara
maju neonatus cukup bulan yang lahir dari ibu dengan korioamnionitis dapat
bertahan dengan baik. Hanya sedikit bahkan tidak terjadi peningkatan mortalitas
perinatal, risiko sepsis dan pneumonitis juga jarang terjadi pada neonatus cukup
16
Korioamnionitis intrapartum meningkatkan resiko infeksi purpuralis setelah
korioamnionitis intrapartum.7
17
BAB 3
KESIMPULAN
Korioamnionitis atau infeksi intra uterin merupakan infeksi akut pada cairan
ketuban, janin dan selaput korioamnion yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri
janin dan/atau rongga uterus terhadap mikroba dari vagina akan meningkatkan
risiko korioamnionitis. Periode ketuban pecah yang lama merupakan faktor risiko
jarak antara ketuban pecah dengan persalinan, makin tinggi pula risiko morbiditas
seringkali bukan suatu gejala akut, namun merupakan suatu proses kronis dan tidak
menunjukkan gejala sampai persalinan dimulai atau terjadi ketuban pecah dini.
Bahkan sampai setelah persalinan sekalipun pada wanita yang terbukti memiliki
umum gejala dan tanda infeksi intrapartum yaitu suhu ibu ≥ 37,8˚C dan 2 atau lebih
dari kondisi dibawah ini: takikardia ibu (>100 x/menit), takikardia janin (>160
x/menit), nyeri uterus, cairan amnion berbau dan leukositosis ibu (>15.000
sel/mm3) .
18
Tatalaksana pada wanita dengan korioamnionitis biasanya dengan terapi
19
DAFTAR PUSTAKA
20
12. Sumber: Fahey JO. Clinical management of intra-amniotic infection and
korioamnionitis: a review of literature. J Midwifery Womens
Health. 2008;53(3):227-235.
13. Arias F. Premature Rupture of Membrane. Practical Guide to: High Risk
Pregnancy and Delivery, 2nd ed. St Louis: Mosby Year Book; 1993: 100-113
14. Gardner K. Emergency delivery, preterm labor and postpartum hemorrage. In:
Pearlman MD, Tintinalli JE, Dyne PL. Obstetric & Gynecologic Emergencies
Diagnosis & Management. New York: McGraw-Hill; 2004: 320
15. Ketuban pecah dini. Dalam: Saifuddin AB ed. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohadjo: M-115
21