A. Hasil penelitian
prosthesis di klinik APOC Boyolali dalam kurun waktu Januari 2016 - Desember
berjumlah 17 orang. Dengan kriteria inklusi pada penelitian ini adalah : (1)
prosthesis (3) Subyek minimal memiliki nilai kekuatan otot stump 3 (4) tidak
eksklusi dalam penelitian ini adalah : (1) Usia kurang dari 20 (2) Kontraktur
sendi (3) Kelemahan otot (4) Subyek menggunakan billateral prosthesis (5)
mengalami nyeri pada ujung stump (6) Subyek tidak berkenan mengikuti prosedur
penelitian.
prosthesis single axis foot. Dalam pengukuran kecepatan berjalan pasien yang
menggunakan jenis foot yang telah ditentukan dan memenuhi kriteria inklusi
dilakukan pengukuran kecepatan berjalan yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu
39
40
prosthesis single axis foot. Dari hasil penelitian ini akan dijelaskan karakteristik
a. Karakteristik responden
yang dijadikan sampel dalam penelitian. Karakteristik responden ini meliputi jenis
kelamin, umur , pekerjaan dan jenis foot. Jumlah responden dalam penelitian ini
berasal dari satu gender. Hal ini ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut ini :
Menurut Giriwijoyo (2007) perbedaan yang nyata antara wanita dan pria jelas
nampak dalam aspek anatomi. Perbedaan anatomi itulah yang menyebabkan kaum
pria secara umum lebih mampu melakukan kegiatan fisik yang memerlukan
kekuatan.
antara 21 tahun sampai 60 tahun. Dapat dilihat dari tabel 4.3 sebagai berikut:
Dari hasil table distribusi frekuensi berdasarkan umur dari 15 responden yang
diteliti, terdapat 5(33,3%) usia 21-30 tahun, 3(20,0%) usia 31-40 tahun, 4(26,7%)
usia 41-50 tahun , dan 3(20,0%) usia 51-60 tahun. menurut Miller (2003) dalam
responden bermacam - macam. Dapat dilihat dari tabel 4.4 sebagai berikut :
dari 15 responden yang diteliti, terdapat 2(13,3%) Ibu Rumah Tangga, 5(33,3%)
1(6,7%) Buruh. . Dari berbagai aktifitas sampel yang ada ini dapat berpengaruh
pada saat berjalan, karena sudah terpola dari aktifitas yang dilakukan sehari-hari.
43
fisik dapat dilihat antara lain berupa peningkatan kemampuan gerak, tidak cepat
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa terdapat dua jenis foot yang
Dari hasil table distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis foot yang
digunakan dari 15 responden yang diteliti, terdapat 7(46,7%) single axis foot, dan
canggih dapat membantu pola berjalan mendekati tungkai normal, dengan ini
sehari-hari sehingga memiliki kepercayaan diri yang lebih baik lagi dan
B. Analisa Data
prosthesis single axis foot yaitu menggunakan uji Indepandent Sample T-Test
apabila data berdistribusi normal dan menggunakan Mann Withney apabila data
44
berdistribusi tidak normal. Variabel bebas adalah SACH foot dan Single Axis Foot
data Rasio. Uji komparatif ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan berjalan
hipotesis yang telah dirumuskan dengan hasil data yang di dapat dari penelitian.
a. Uji prasyarat
Uji prasyarat dalam penelitian ini untuk menentukan uji hipotesis. Uji
prasyarat yang dibutuhkan untuk menentukan uji hipotesis yaitu uji normalitas.
Jika jumlah data lebih dari 50 maka digunakan kolmogorov-smirnov dan shapiro-
wilk apabila data kurang dari 50. Apabila distribusi data normal maka
menggunakan uji parametrik dan jika data tidak normal menggunakan uji non
Uji normalitas data menggunakan Shapiro Wilk karena jumlah sampel 15 (<
50), uji normalitas ini dimaksudkan untuk mengetahui sebaran data dari kecepatan
berjalan pengguna transtibial prosthesis sach foot dengan single axis foot.
Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan diperoleh waktu tempuh dengan nilai
significancy 0,256. Yang artinya nilai p >0,05. Karena hasil dari uji normalitas
45
memiliki sebaran data yang normal maka menggunakan uji parametrik yaitu uji
a. Uji hipotesis
prosthesis single axis foot yaitu menggunakan uji Indepandent Sample T-Test. Uji
Dari hasil table di atas diketahui bahwa nilai significancy 0,009 (p <0,05)
yang berarti terdapat perbedaan kecepatan berjalan antara single axis foot dengan
SACH foot. Selain dilihat dari nilai significancy dapat dilihat juga dari nilai rata-
rata waktu tempuh masing-masing kelompok yaitu single axis foot (0,787) dan
SACH foot (0,607) dengan selisiih sebesar 0,18 atau ada peningkatan sebesar
18%. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa ada perbedaan kecepatan berjalan
C. Pembahasan
,pekerjaan, dan jenis foot yang digunakan sehingga dapat melihat perbedaan
menentukan jenis foot mana yang lebih baik digunakan pada pengguna Transtibial
prosthesis.
a. Jenis Kelamin
didapatkan hasil bahwa saat tes kecepatan berjalan pada subyek laki-laki dan
antara kecepatan laki-laki dan perempuan ini bisa dilihat dari nilai mean laki-laki
sebesar 0,754 m/s sedangkan mean untuk perempuan sebesar 0,720 m/s. Melihat
hasil dari mean yang didapat antara laki-laki dan perempuan diatas bisa dilihat
bahwa hasil tersebut sesuai dengan pendapat Giriwijoyo (2007) perbedaan yang
nyata antara wanita dan pria jelas nampak dalam aspek anatomi. Perbedaan
anatomi itulah yang menyebabkan kaum pria secara umum lebih mampu
47
melakukan kegiatan fisik yang memerlukan kekuatan. Kekuatan otot adalah faktor
utama yang menentukan seberapa baik seorang untuk bisa bergerak dengan cepat.
Laki-laki pada umumnya memiliki massa otot yang lebih besar dibandingkan
lebih baik dibandingkan dengan perempuan. Dengan melihat hasil mean dan teori
dari ahli dapat disimpulkan bahwa laki-laki memiliki kecepatan berjalan yang
b. Usia
Dilihat dari usia subjek penelitian memiliki rentang usia dikisaran 21- 60
tahun . menurut Miller (2003) dalam Pujakesuma (2015) salah satu faktor yang
berjalan pada orang muda lebih bagus dibandingkan pada usia tua. Dari hasil table
5(33,3%) usia 21-30 tahun, 3(20,0%) usia 31-40 tahun, 4(26,7%) usia 41-50 tahun
, dan 3(20,0%) usia 51-60 tahun. Dari hasil sebaran data tersebut nilai rata-rata
usia 21-30 tahun memiliki nilai mean kecepatan yang lebih bagus dibandingkan
dengan usia diatasnya yaitu 0.744 m/s, karena semakin bertambahnya usia
faktor antara lain : (1) panajang tungkai , orang yang memiliki tungkai panjang
maka akan berpengaruh terhadap kecepatan berjalan, (3) kekuatan otot, orang
c. Pekerjaan
dalam kecepatan berjalan nya, karena sudah terpola dari aktifitas yang dilakukan
pekerjaan dari 15 responden yang diteliti, terdapat 2(13,3%) Ibu Rumah Tangga,
Pelajar, dan 1(6,7%) Buruh. Atlet memiliki nilai mean kecepatan yang lebih tinggi
disbanding jenis pekerjaan lainnya yaitu 0.900 m/s . Hasil ini didukung oleh
fisik dapat dilihat antara lain berupa peningkatan kemampuan gerak, tidak cepat
seseorang sering terlatih atau melakukan kegiatan yang melatih otot-otot tubuhnya
maka orang tersebut memiliki kecepatan yang lebih baik dibandingkan dengan
orang yang jarang melatih otot tubuhnya . Karena otot-otot tungkai yang berperan
besar dalam berjalan yaitu otot plantar fleksor pergelangan kaki yang berkerja
otot-otot pada ekstensor lutut berperan sebagai stabilisasi pada saat menumpu
semakin canggih teknologi yang digunakan dalam suatu komponen foot prosthesis
normal. Dilihat dari perbandingan nilai mean antara kecepatan berjalan antara
single axis foot dan Sach foot menunjukan hasil bahwa single axis foot memiliki
mean nilai kecepatan lebih baik yaitu 0,787 m/s dibanding sach foot yang hanya
0,607 m/s. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian dari
komponen single axis foot diharapkan lebih bisa membantu pasien untuk
diri yang lebih baik lagi dan meningkatkan kualitas hidup dari pasien tersebut.
50
Penelitian yang dilakukan pada bulan Januari - Februari 2018 di klinik APOC
pada penelitian ini : (1) Subyek berusia 20 - 60 tahun. (2) Subyek menggunakan
unilateral transtibial prosthesis (3) Subyek minimal memiliki nilai kekuatan otot
penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah : (1) Usia kurang dari 20
(2) Kontraktur sendi (3) Kelemahan otot (4) Subyek menggunakan billateral
prosthesis (5) mengalami nyeri pada ujung stump (6) Subyek tidak berkenan
<0,05). Nilai t (uji beda) 3,273, Dengan nilai rata-rata kecepatan berjalan 0,607
(SACH foot ) dan 0,787 (single axis foot) . Hal tersebut menunjukan bahwa
SACH foot dengan single axis foot. Dilihat dari hasil nilai rata-rata waktu tempuh
jenis foot, dapat dikatakan bahwa pengguna transtibial prosthesis single axis foot
jenis foot SACH foot (8 Orang) dan single axis foot (7 orang). Dari perbedaan
berjalan. Menurut Giriwijoyo (2007) perbedaan yang nyata antara wanita dan pria
jelas Nampak dalam aspek anatomi. Perbedaan anatomi itulah yang menyebabkan
kaum pria secara umum lebih mampu melakukan kegiatan fisik yang memerlukan
kekuatan.
Usia dari 15 sampel berbeda-beda, mulai dari usia 21 tahun hingga 60 tahun.
dalam dua kelompok yaitu kelompok SACH foot memiliki usia tertinggi 60 tahun
sedangkan pada kelompok single axis foot memiliki usia tertinggi 45 tahun. Dari
perbedaan usia ini dapat berpengaruh pada saat berjalan. menurut Miller (2003)
tangga, wiraswasta, pekerja swasta, atlet, pelajar, hingga buruh. Dari berbagai
aktifitas sampel yang ada ini dapat berpengaruh pada saat berjalan, karena sudah
terpola dari aktifitas yang dilakukan sehari-hari. Berdasarkan hasil data yang di
dapatkan dari aktifitas pekerjaan yang waktu tempuhnya paling cepat yaitu atlet,
karena dilihat dari aktivitas tentunya seorang atlet sering olahraga yang dapat
52
meningkatan kebugaran jasmasni dan membuat otot-otot nya menjadi lebih kuat
Setiawan, 1991. Atlet yang memiliki kualitas fisik yang baik maka kualitas gerak
dapat dilihat antara lain berupa peningkatan kemampuan gerak, tidak cepat merasa
Sesuai dengan teori Rippati, 2012. bahwa Single axis foot merupakan jenis
foot yang memiliki axis yang sesuai untuk kondisi amputasi transtibial. Sendi
pada pergelangan kaki terbuat dari logam, meniru gerak pergelangan kaki,
meskipun tidak dapat melakukan gerak inversi atau eversi, tetapi dapat melakukan
over menjadi mudah pada saat melakukan fase berjalan heel strike-toe off. Dari
hasil analisa data di atas dapat dilihat bahwa rata-rata kecepatan berjalan dari 7
Sedangkan, menurut Puteri, 2016. SACH (solid ankle cushion heel ) foot
merupakan salah satu jenis komponen foot yang tidak memiliki pergerakan pada
ankle. SACH (solid ankle cushion heel) foot adalah salah satu assembly non
artikulasi. Bahan yang biasa dipakai untuk sumbu (axis) adalah kayu atau
aluminium dengan bagian tumit dilapisi karet spons. Pergerakan yang dapat
dilakukan oleh assembly ini sangat minimal (Primawati, 2010). Sehingga gerakan
53
yang dihasilkan pada saat berjalan lebih lambat dibandingkan dengan single axis
foot sesuai dengan teori diatas. Dari hasil analisis data di atas menunjukan bahwa
rata-rata kecepatan berjalan dari 8 orang pengguna SACH foot sebesar 0,602 m/s.
flex foot pada transtibial prosthesis dapat meningkatkan kecepatan berjalan dan
foot.
Maka dapat disimpulkan bahwa dengan komponen Single Axis foot pada
prosthesis. Hal ini disebabkan karena Single axis foot merupakan jenis foot yang
memiliki axis yang sesuai untuk kondisi amputasi transtibial. Sendi pada
pergelangan kaki terbuat dari logam, meniru gerak pergelangan kaki plantarfleksi
dan dorsifleksi. Plantar fleksi Bumper dapat meredam goncangan akibat gerak
mudah pada saat melakukan fase berjalan heel strike-toe off. Selain dari faktor
design pada komponen single axis foot terdapat faktor lain yang bisa membantu
kecepatan berjalan dengan single axis foot bisa lebih cepat yaitu dipengaruhi oleh
beberapa faktor internal dari pengguna prosthesis sendiri yaitu : (1) panjang stump
pasien karena dengan memiliki panjang stump yang lebih panjang akan
stump lebih pendek, (2) Jenis Kelamin bisa berpengaruh terhadap kecepatan
berjalan karena bisa dilihat bahwa laki-laki apabila dibanding dengan perempuan
laki-laki memiliki masa otot yang lebih besar dibanding dengan perempuan dan
ini berpengaruh terhadap kecepatan berjalan, (3) Usia menjadi salah satu faktor
,karena dengan seiringnya bertambah usia maka kemapuan fisik tubuh juga
yang dilakukan oleh subjek juga mempengaruhi kecepatan berjalan karena level
atau tingkat kegiatan sehari-hari setiap orang berbeda. Orang yang memiliki
aktivitas fisik yang tinggi pasti memiliki kondisi fisik yang lebih baik karena
setiap hari melakukan kegiatan yang melatih otot-otot mereka sehingga memiliki
kemampuan fisik yang lebih bagus apabila dibandinkan dengan orang yang
memiliki aktivitas fisik yang lebih ringan. Melihat dari berbagai uraian diatas bisa
dilihat bahwa single axis foot memang memiliki design dan teknologi yang
membuat seorang pengguna transtibial prothesis berjalan lebih cepat tetapi juga
harus didukung oleh beberapa faktor lain seperti panjang stump ,kekuatan otot,
usia ,dan jenis kelamin. Apabila seseorang memiliki kondisi stump dan otot yang
bagus dengan usia masih produktif maka dengan menggunakan sinle axis foot ini
terhadap kondisi psikologis nya sehingga membuat nya lebih percaya diri dan
hasil penelitian ini adalah (1) Keterbatasan waktu dalam penelitian serta
terbatasnya subyek yang memenuhi kriteria inklusi. (2) Frekuensi jenis kelamin
subyek tidak berimbang. (3) Umur subyek dalam rentang yang cukup tinggi