Anda di halaman 1dari 6

NURAINI

1710611038

HUKUM WARIS – F

DOSEN: Drs. DJAMHARI HAMZA, S.H., M.M

1.a. kedudukan harta waris sebelum dibagi

KHI memberikan pengertian harta peninggalan adalah harta yang ditinggalkan oleh pewaris
baik yang berupa harta benda yang menjadi miliknya maupun hak-haknya. Dalam pelaksanaan
hukum kewarisan islam, harta peninggalan (tirkan) belum bisa dibagi sebelum dikurangi
dengan beberapa hal yang terkait dengan kewajiban orang yang meninggal maupun kewajiban
ahli waris. Kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan, sebelum dilaksanakannya
pembagian warisan meliputi:

a. biaya perawatan mayat baik sebelum meninggal seperti biaya pengobatan, perawatan
dan biaya setelah meninggal seperti mengkafani dan biaya penguburan dsb.

b. biaya pelunasan hutang dari orang yang meninggal dunia.

c. wasiat dengan catatn besaran wasiat tidak boleh melebihii 1/3 dari tirkah.

Setelah dilaksanakannya tiga kewajiban tersebut maka barulah dilaksanakan pembagian


warisan sesuai dengan petunjuk Al-Quran, hadist serta Ijma ulama. KHI Pasal 175 diatur pula
tentang kewajiban ahli pewaris terhadap waris yaitu :

a. mengurus dan menyelesaikan pemakaman jenazah

b. menyelesaikan hutang-hutang pengobatan, perawatan termasuk kewajiban pewaris


maupun menagih piutang. (kewajiban ahli waris membayar hutang dibatasi besarannya
dengan terbatas pada jumlah atau nilai harta peninggalan)

c. menyelesaikan wasiat pewaris

d. membagi harta warisan diantara ahli waris yang berhak.

b. Sebab-sebab memperoleh harta warisan

Setelah tirkah dikurangi dengan biaya perawatan jenazah, pembayaran hutang dan pelaksanaan
wasiat maka dilaksanakan pembagian warisan kepada ahli waris disebabkan:

a. hubungan darah dengan pewaris baik garis keturunan kebawah, keatas dan
menyamping.
b. hubungan semenda (pernikahan) yaitu berhak mendapat warisan karena pernikahan
yang sah dengan orang yang meninggal dunia. Dalam hal ini suami istri saling mewarisi
satu dengan yang lainnya.

c. al wala’ yaity akibat hukum dari perbuatan memerdekakan budak. Apabila seseorang
memerdekakan budak maka terjadi hubungan hukum antara orang tersebut dengan
budak yang dibebaskannya sebagai ahli waris, namun hal ini dibatasi dengan ketentutab
bahwa budak tidak mempunyai ahli waris sama sekali baik dari hubungan nasab
maupun perkawinan.

Pelaksanaan kewarisan islam harus dipenuhi hal-hal yaitu:

a. pewaris

b. sesuatu yang ditinggalkan baik bergerak maupun tidak bergerak

c. sebab-sebab terhalang memperoleh harta warisan

a. hamba sahaya (budak), terjadi karena jika budak menerima warisan dari keluarganya
maka majikan yang memiliki hartanya padahal majikannya tidak termasuk keluarga dan
kerabat dari pewaris.

b. Orang yang membunuh tidak bisa mewarisi harta peninggalan dari orang yang
dibunuhnya, baik ia membunuhnya secara sengaja atau karena suatu kesalahan. Karena
membunuh sama saja dengan memutus hubungan kekerabatan, sedangkan hubungan
kekerabatan merupakan salah satu sebab seseorang bisa menerima warisan.

Imam Abu Dawud meriwayatkan sebuah hadits dari kakeknya Amr bin Syu’aib, bahwa
Rasulullah bersabda:

َ ‫ش ْيء ِل ْلقَاتِ ِل لَي‬


‫ْس‬ َ

Artinya: “Tak ada bagian apa pun (dalam warisan) bagi orang yang membunuh”.

Sebagai contoh, bila ada seorang anak yang membunuh bapaknya maka anak tersebut tidak bisa
menerima harta warisan yang ditinggalakan oleh sang bapak.

Namun demikian, orang yang dibunuh bisa menerima warisan dari orang yang membunuhnya.
Misalnya, seorang anak melukai orang tuanya untuk dibunuh. Sebelum sang orang tua benar-
benar meninggal ternyata si anak lebih dahulu meninggal. Pada kondisi seperti ini orang tua
yang dibunuh tersebut bisa mendapatkan warisan dari harta yang ditinggalkan anak tersebut,
meskipun pada akhirnya sang orang tua meninggal dunia juga.
Adapun pembunuh secara tidak sengaja, maka menurut Imam Malik, dia tetap mendapat harta
waris. Lihat Sunan Tirmidzi (3/288). Sedangkan jumhur ulama berpendapat, pembunuh tidak
mendapat harta waris, baik dengan sengaja atau tidak . Lihat Sunan Tirmidzi (3/288).

Jalan tengah dari dua pendapat yang berbeda ini, Syaikh Al-Allamah Muhammad bin Shalih
Al-Utsaimin berkata : “Pembunuhan yang disengaja tidak berdosa apabila pembunuhan itu
seperti membunuh perampok (walaupun itu ahli waris), maka membunuh perampok (walaupun
itu ahli waris), maka tidaklah menghalangi pembunuhnya mendapatkan harta waris dari yang
dibunuh., karena tujuannya untuk membela diri. Demikian juga, misalnya pembunuhan yang
disebabkan karena mengobati atau semisalnya, maka tidaklah menghalangi orang itu untuk
mendapatkan harta waris, selagi dia diizinkan untuk mengobati dan berhati-hati”. Lihat Tashilul
Fara’id, hal. 21-22

c. berlainan agama

Orang yang beragama non-Islam tidak bisa mendapatkan harta warisan dari keluarganya yang
meninggal yang beragama Islam. Juga sebaliknya seorang Muslim tidak bisa menerima warisan
dari harta peninggalan keluarganya yang meninggal yang tidak beragama Islam.

Berdasarkan hadits riwayat Imam Bukhari yang menyatakan:

ُ ‫الَ يَ ِر‬
‫ث ال ُم ْس ِل ُم ال َكافِ َر َوالَ ال َكافِ ُر ال ُم ْس ِل َم‬

Artinya: “Seorang Muslim tidak bisa mewarisi seorang kafir, dan seorang kafir tidak bisa
mewarisi seorang Muslim.”

Bagaimana dengan sesama orang kafir namun beda agama? Dalam hal warisan ini para ulama
menghukumi bahwa agama apa pun selain Islam dianggap sebagai satu agama sehingga mereka
yang beragama non-Islam dapat saling mewarisi satu sama lain. Maka bila dalam satu keluarga
ada beda-beda agama selain Islam di antara angggota keluarganya mereka bisa saling mewarisi
satu sama lain.

Dalam hal perkara yang menjadikan tercegahnya seseorang mendapatkan harta warisan ini
Imam Muhammad bin Ali Ar-Rahabi dalam kitabnya Matnur Rahabiyyah menuturkan:

‫ واحدة من علل ثالث‬... ‫ويمنع الشخص من الميراث‬


‫ فافهم فليس الشك كاليقين‬... ‫رق وقــــتل واختــالف دين‬

Artinya:
Yang mencegah seseorang mendapatakan warisan
Adalah satu dari tiga alasan
Yakni budak, membunuh dan berbedanya agama
Maka pahamilah, karena kergauan tak sama dengan keyakinan

2. Penggolongan ahli waris menurut prof Dr. Hazairin SH .


Zawil-furud: ahli waris yang mendapat bagian warisan tertentu dalam keadaan tertentu:

1.anak perempuan yang tidak didampingi anak lelaki;

2.ibu;

3.ayah dalam hal pewaris mempunyai anak;

4.duda;

5.Janda;

6.saudara lelaki dan saudara perempuan bersyarikah ketika Pewaris kalalah jika ayah
masih hidup;

7.saudara perempuan dalam hal kalalah.

Zul-Qarabat: ahli waris yang mendapat bagian warisan yang tidak tertentu jumlahnya atau
disebut juga memperoleh bagian terbuka atau memperoleh bagian sisa:

1.Anak lelaki;

2.Anak Perempuan didampingi anak lelaki;

3.Ayah;

4.Saudara lelaki dalam hal kalalak;

5.Saudara Perempuan didampingi saudara lelaki

Zul-Qarabat dalam hubungan dengan Pewaris: orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan
dengan pewaris baik melalui garis lelaki dan garis perempuan secara serentak, tidak terpisah
(bilateral), yaitu bentuk hubungan garis keturunan lain jika dibandingkan dengan garis
hubungan secara unilateral, baik patrilineal maupun matrilineal.

Mawali ialah Ahli Waris Pengganti: ahli waris yang menggantikan seseorang untuk
memperoleh bagian warisan yang akan diperoleh oleh orang yang digantikan, yang meninggal
terlebih dahulu dari Pewaris.
3. a. bagan

F
G

B
H I
A

C E

b. ahli waris yang berhak

- Hk Islam: Yang menjadi ahli warisnya adalah F dan G (kedua orang tua), B (istri), C, D,
E (anak)

Serta bagian masing-masing ahli waris adalah:

F (Bapak) mendapatkan 1/6 karena pewaris meninggalkan anak.

G (Ibu) mendapatkan 1/6 karena pewaris meninggalkan anak.

B (istri) mendapatkan 1/8 karena pewaris meninggalkan anak.

C, D (anak perempuan) dan E (anak laki-laki) mendapatkan ketentuan bagian 2:1. Artinya
disini C dan D mendapatkan 1 sedangkan E mendapatkan 2 karena berdampingan dengan anak
perempuan.

- Patrilinear: Yang menjadi ahli warisnya adalah E


Serta bagian yang menjadi hak E adalah 1 atau seluruhnya karena E adalah satu-satunya ahli
waris menurut ketentuan hukum adat Patrilineal.

- BW: Istri (B), 2 Orang anak perempuan (C dan D) dan Seorang anak Laki-laki (E)
karena ahli waris golongan 1 menutup ahli waris golongan lainnya. Serta bagian
masing-masing ahli waris adalah:

B: ¼ dari harta warisan

C: ¼ dari harta warisan

D: ¼ dari harta warisan

E: ¼ dari harta warisan

Anda mungkin juga menyukai