Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berbagai penyakit, sehingga bayi dan anak tumbuh dalam keadaan sehat. Pemberian
imunisasi merupakan tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit infeksi
tertentu seperti etanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tuberkulosis
atau seandainya terkenapun, tidak memberikan akibat yang fatal bagi tubuh. Penyakit
mencapai 90%, diperkirakan 85% dari bayi diseluruh dunia telah mendapat imunisasi dan
masih terdapat 19,3% juta bayi dan anak-anak belum sepenuhnya mendapatkan vaksinasi
dan tetap beresiko terkena penyakit. Cakupan imunisasi dasar pada tahun 2009
menunjukkan bahwa dari jumlah sasaran 4.461.341 bayi, cakupan imunisasi BCG 93,8%,
DPT 1 69,6%, Polio 1 76,6%, Polio 4 92,4%, campak 91%. Dengan angka Drop Out
sebesar 43,5%, angka Drop Out ini menggambarkan terdapat sekitar lebih satu juta bayi
berdampak pada cakupan Universal Child Immunization (UCI) \ Hal ini dapat dilihat
dari persentasi UCI di Indonesia tahun 2008 sebesar 68, 2% mengalami penurunan
menjadi 68% pada tahun 2009 Status kelengkapan imunisasi dasar lengkap pada anak di
provinsi Banten pada tahun 2013 sebanyak 45,8%, dengan jenis imunisasi 76,9% HB-0,
1
83,6% BCG, 63,3% DPT-HB3, 64,0% Polio 4, dan 66,7% campak. Dengan nilai rata-
Imunisasi sangat dibutuhkan dalam upaya pencegahan penyakit. Hal ini sesuai
dengan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 42 tahun 2013. Peraturan
cakupan imunisasi adalah pengetahuan dan kesadaran ibu. Rendahnya cakupan imunisasi
disebabkan oleh faktor pengambilan keputusan. Ibu yang berusia ≥ 30 tahun cenderung
untuk tidak melakukan imunisasi lengkap dibanding ibu yang berusia < 30 tahun,
pendidikan tinggi berkaitan erat dengan pemberian imunisasi anak. Penghasilan orang tua
sangat erat juga kaitannya dengan kesejahteraan anak dan memungkinkan anak untuk
hidup lebih sehat sehingga mempengaruhi status imunisasi anak, semakin sejahtera
ekonomi orang tua maka semakin baik pula status kesehatan anak. (Emilya, 2014)
menjadi salah satu faktor. Semakin banyak jumlah anak terutama ibu yang masih
mempunyai bayi yang merupakan anak ketiga atau lebih akan membutuhkan banyak
waktu bagi ibu untuk mendatangi tempat pelayanan imunisasi. Pengetahuan ibu yang
2
kurang tentang imunisasi dan rendahnya kesadaran ibu membawa anaknya ke Posyandu
imunisasi yang lengkap karena takut anaknya sakit, dan ada pula yang merasa bahwa
imunisasi tidak diperlukan untuk bayinya, kurang informasi atau penjelasan dari petugas
Ibu adalah orang yang berperan besar dalam merawat anak dandalam
pengambilan keputusan di rumah tangga untuk kelengkapan imunisasi anak. Hal ini
didapatkan dari hasil penelitian bahwa survey menunjukkan sebanyak 71,2% dari 1320
anak usia 12-23 bulan dengan ibu yang terlibat aktif dalam pengambilan keputusan di
rumah tangga telah mendapat imunisasi lengkap (Hepatitis, BCG, Campak, DPT, dan
Polio) lebih banyak dibanding pada anak yang ibunya tidak terlibat dalam pengambilan
Dalam Laporan tahunan hasil kegiatan program Kesehatan Ibu dan Anak
Barat tahun 2016 menunjukkan angka cakupan pelayanan ibu hamil sebanyak 158 ibu
hamil atau 71% dari jumlah sasaran proyeksi sejumlah 220 ibu hamil. Dengan cakupan
komulatif 104 (50%), DPT-HB-HIB 2,Polio 3 = sasaran 205 cakupan komulatif 104
(50%), DPT-HB-HIB 3,Polio 4 = sasaran 205 cakupan komulatif 102 (49%), Campak =
sasaran 205 cakupan komulatif 104 (50%). (Data Puskesmas Tommo, 2016)
Dalam Laporan tahunan hasil kegiatan program Kesehatan Ibu dan Anak
3
Barat tahun 2017 menunjukkan angka cakupan pelayanan ibu hamil sebanyak 130 ibu
hamil atau 65% dari jumlah sasaran proyeksi sejumlah 200 ibu hamil. Dengan cakupan
180 cakupan.
Berdasarkan data Puskesmas Tommo Kabupaten Mamuju pada tahun 2016 &
2017 didapatkan data yang tidak sesuai target yang diharapkan, maka peneliti tertarik
untuk mengadakan penelitian tentang “Pengaruh pengetahuan ibu yang memiliki batita
usia >1 tahun tentang imunisasi dasar terhadap cakupan imunisasi dasar di puskesmas
B. Rumusan masalah
ibu yang memiliki batita usia >1 tahun tentang imunisasi dasar terhadap cakupan
C. Tujuan Peneliltian
a. Tujuan Umum
Kecamatan Tommo.
4
b. Tujuan Khusus
pendidikan, pekerjaan).
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
pelayanan kesehatan.
5
4. Bagi ibu hamil
kesehatan keluarganya.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pengetahuan
1. Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia,yakni
pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over
seseorang (over behavior). Dari pengalaman penelitian tertulis bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
(Notoatmodjo S, 2008)
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
7
b. Memahami (Comprehension)
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Application)
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat di artikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada
e. Sintesis (Synthesis)
kata lain sintesis adalah suatu kemampuan menyusun formasi baru dari formasi-formasi
yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu criteria yang
8
2. Proses Adopsi Pengetahuan
sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut disini sikap obyek
c. Trial (mencoba) dimana subyek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
a. Belajar (study/learning)
pikiran secara aktif, dalam rangkaian aktifitas atau proses pemikiran itu adalah untuk
bukanlah menunggu secara pasif sampai pengetahuan itu datang sendiri. Melainkan secara
giat dengan pikiran mengejar, mencari, dan menggali pengetahuan mengenai suatu hal
yang menarik perlahan, dimana hal itu diperoleh dengan kegiatan belajar yang dapat
9
b. Ilham (intuition)
jawaban atas permasalahan yang dihadapinya. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa
diramalkan, sebagai dasar untuk meyusun pengetahuan teratur maka intuisi ini tidak bisa
diandalkan.
c. Pengalaman (experience)
empiris. Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu didapatkan melalui
penalaran rasional yang abstrak namun lewat yang konkrit, dimana panca indra sebagai
d. Rasio (ratio)
bersifat abstrak dan terbatas dan pengalaman dalam hal ini pemikiran rasional cenderung
10
apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain sampai
Yaitu cara kebiasaan atau tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui
penalaran dan kebiasaan ini diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi
berikutnya.
pernyataan yang dikemukakan kemudian dicari hubungan sehingga dapat dibuat suatu
kesimpulan.
pernyataan yang dikemukakan kemudian dicari hubungan sehingga dapat dibuat suatu
kesimpulan.
Modern atau cara ilmiah disebut juga metode penelitian ilmiah cara baru atau cara
a Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses menuju pada perubahan yang lebih baik, individu,
kelompok dan masyarakat. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah
menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-
11
nilai yang baru diperkenalkan. (Baratawidjaja, 2006)
b. Usia
Definisi usia adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun. Semakin cukup tingkat kematangan dan kekuatn seseorang akan lebih
matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang
lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini
c. Pengalaman
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pengalaman sendiri atau dari pengalaman orang lain.
Sebagai contoh seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa api itu panas adalah
setelah memperoleh pengalaman dimana tangan atau kakinya terkena api dan terasa
panas.
d. Pekerjaan
lebih banyak mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.
Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan kehidupan keluarga.
e. Penyuluhan
f. Sosial Budaya
Kebiasaan dan tradisi yang akan dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah
yang akan dilakukan tersebut baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan
12
bertambah pengetahuan walaupun itu tidak dilakukan.
g. Media Massa
Dengan majunya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam media massa yang dapat
(Baratawidjaja, 2006)
6. Kategori Pengetahuan
Menurut Nursalam (2008) untuk mengetahui cara kualitatif tingkat pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
ΣF
P = _______ x 100 %
Keterangan :
P : Prosentase (%)
Keterangan :
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Data yang bersifat kualitatif digambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat
13
kuantitatif berwujud angka-angka, hasil hasil perhitungan atau pengukuran, dapat
diproses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan
bersifat kualitatif.
1. Pengertian
Imunisasi berasal dari kata imun yang artinya kebal. Imunisasi artinya kekebalan.
(Baratawidjaja, 2006) Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Imunisasi
merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin
ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
2. Macam Kekebalan
Yang dimaksud dengan faktor-faktor non khusus adalah pertahanan tubuh pada manusia
yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit. Misalnya kulit, air
mata, cairan-cairan khusus yang keluar dari perut (usus), adanya refleks-refleks tertentu,
1) Genetik Kekebalan yang berasal dari sumber genetik ini biasanya berhubungan dengan
ras (warna kulit dan kelompok-kelompok etnis, misalnya orang kulit hitam (negro)
14
cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis vivax. Contoh lain, orang yang
Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang bersangkutan. Kekebalan
dapat bersifat aktif dan dapat bersifat pasif. Kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang
sembuh dari penyakit tertentu. Misalnya anak yang telah sembuh dari penyakit campak, ia
akan kebal terhadap penyakit campak. Kekebalan aktif juga dapat diperoleh melalui
imunisasi yang berarti ke dalam tubuhnya dimasukkan organisme patogen (bibit) penyakit.
Kekebalan pasif diperoleh dari ibunya melalui plasenta. Ibu yang telah memperoleh
kekebalan terhadap penyakit tertentu misalnya campak, malaria dan tetanus maka anaknya
(bayi) akan memperoleh kekebalan terhadap penyakit tersebut untuk beberapa bulan
pertama. Kekebalan pasif juga dapat diperoleh melalui serum antibodi dari manusia atau
binatang. Kekebalan pasif ini hanya bersifat sementara (dalam waktu pendek saja).
Banyak faktor yang mempengaruhi kekebalan antara lain umur, seks, kehamilan, gizi dan
a. Umur
Untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita) dan orang tua lebih mudah
terserang. Dengan kata lain orang pada usia sangat muda atau usia tua lebih rentan, kurang
kebal terhadap penyakit-penyakit menular tertentu. Hal ini mungkin disebabkan karena
15
b. Seks
Untuk penyakit-penyakit menular tertentu seperti polio dan difteria lebih parah terjadi
c. Kehamilan
d. Wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap penyakit-penyakit
Sebaliknya untuk penyakit tifoid dan meningitis jarang terjadi pada wanita hamil.
e. Gizi
Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-
f. Trauma
Stres salah satu bentuk trauma adalah merupakan penyebab kerentanan seseorang terhadap
4. Tujuan Imunisasi
a. Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
b. Khusus
3) Apabila terjadi penyakit tidak terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat
16
menimbulkan cacat dan kematian
a. Vaksin harus baik di simpan dalam lemari es dan belum lewat batas waktu
1. Pengertian
Imunisasi dasar adalah imunisasi yang diberikan untuk mendapat kekebalan awal secara
Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL) adalah program yang dicanangkan pemerintah untuk
meningkatkan derajat kesehatan bayi di Indonesia. Imunisasi ini diberikan mulai dari bayi
baru lahir (hepatitis B) sampai berumur 9 bulan (campak). LIL terdiri dari imunisasi HBV,
2. Macam-macam Imunisasi Dasar Pada Bayi Usia 0-12 bulan menurut Sri Rejeki S.
a. Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit Tuberkulosis (TBC). BCG
diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena
keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk
17
bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur
lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus
a) Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul
kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi
pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka
ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan
jaringan parut.
b) Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai
yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat
penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses
dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.
18
b. Imunisasi HBV (Hepatitis B)
infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Dosis pertama diberikan
segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat
bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1
bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan
HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III.
Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin
disuntikkan pada otot lengan atau paha. Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg
positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (Hepatitis B immune
globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada
saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan. Kepada
bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam
waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk
menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-
Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis
(demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam
beberapa hari.
c. Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan
19
tetanus.
Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan
Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk
hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama
beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat
bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti
Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.
Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang
dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada
Pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III) selang
waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III
dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin
pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan
perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster). Hampir 85% anak
yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan
DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di
20
tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya
2) kejang- kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah
Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT
bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau
1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri,
menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri
di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-
6. Imunisasi Campak
Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih.
Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian.
21
b) Gangguan sistem kekebalan
f) Wanita hamil.
2) Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan
7. Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa
menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai.
Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk
a) IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah
b) OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah
dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV) efektif
melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak
kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio
IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).
Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1
mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
22
2) Kontra indikasi pemberian vaksin polio:
Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang. Dosis pertama
dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis
ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada tingkat
yang tertingiu. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa
tidak perlu dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke
IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare. Jika anak sedang menderita
penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka benar-
benar pulih. IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang
23
BAB 3
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pemberian imunisasi
dasar pada bayi :
Cakupan imunisasi
dasar pada bayi :
1. Pengetahuan 1. BCG Bayi sehat
2. Hep.B
2. Kepercayaan 3. DPT
3. Perilaku kesehatan 4. Polio
4. Status Ekonomi 5. Campak
Keterangan :
: diteliti
: Tidak diteliti
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pemberian imunisasi dasar pada bayi antara
pengetahuan ibu yang memiliki batita usia >1 tahun tentang imunisasi dasar terhadap
yang terdiri dari BCG, Hepatitis B, DPT, Polio dan Campak. Imunisasi dasar yang
24
B. Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh pengetahuan ibu yang memiliki batita usia >1 tahun tentang imunisasi
Kabupaten Mamuju.
25
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
cross sectional, jenis penelitian ini tujuannya untuk menemukan ada atau tidak adanya
pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Tidak semua subjek penelitian harus
diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama, akan tetapi baik variabel independen
maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali saja. Dengan studi ini, akan diperoleh
Tommo. Penelitian ini dilakukan hanya pada satu periode tertentu dan pengambilan
sampel dilakukan dalam sekali waktu saja, tidak ada pengulangan dalam pengambilan
data, dimana responden hanya mendapat satu kali kesempatan untuk menjadi responden.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2018 di wilayah kerja Puskesmas Tommo
Kecamatan Tommo. Alasan peneliti memilih wilayah kerja Puskesmas Pisangan tersebut
26
sebagai lokasi penelitian, karena letaknya terjangkau, kemudahan dalam hal birokrasi,
dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengaruh pengetahuan ibu yang
memiliki batita usia >1 tahun terhadapan cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja
C. Populasi Penelitian
Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Populasi
dibagi menjadi dua yaitu populasi target dan populasi terjangkau. Populasi target adalah
populasi yang memenuhi kriteria sampling dan menjadi sasaran akhir penelitian.
Sedangkan populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi criteria penelitian dan
biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya (Nursalam, 2008). Populasi
dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki batita usia >1 tahun yang
1. Sampel
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan ketentuan
rumus 𝑛 = 𝑍𝛼 𝑥 𝑃 𝑥 𝑄
d2
sebesar 5%)
27
P= Prevalensi imunisasi 0,5
Q=Prevalensi pengatahuan ibu yang memiliki batita usia >1 tahun 0,5
(0,1)2
= 96 sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik simpe random sampling
yaitu pemilihan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:
Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai
28
F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu yang memiliki
2. Definisi Operasional
Tabel 4.1 Definisi Operasional pengaruh pengetahuan ibu yang memiliki batita usia
>1 tahun tentang imunisasi dasar terhadap cakupan imunisasi di Puskesmas
Tommo Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju
29
Cakupan Pemberian imunisasi 1. Lengkap, jika imunisasi Nominal
imunisasi dasar secara lengkap diberikan secara lengkap
daasar sesuai dengan batas (kode 2)
waktu yang 2. Tidak lengkap, jika imuniasi
ditentukan yang diberikan tidak lengkap
(kode 1)
Tabel IV.1 Definisi Operasional
Populasi diambil dari semua ibu yang memiliki batita usia >1 tahun yang
memeriksakan kehamilannya di di Puskesmas Tommo Kecamatan Tommo
Kabupaten Mamuju
sebanyak 46 responden.
Teknik Sampling:
Probability sampling dengan teknik simple random sampling
30
H. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian. Oleh kareana
itu, harus dilakukan dengan baik dan benar. Proses pengolah data terisiri dari:
1. Editing
Editing adalah memerikasa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan,
kartu, atau buku register. Yang dilakukan pada kegiatan ini adalah melakukan
pemeriksaan data atau pengecekan kuisioner apakah sudah lengkap atau belum
2. Coding
Coding adalah pemberian kode pada data dimaksudkan untuk menerjemahkan data ke
dalam kode-kode yang biasanya dalam bentuk angka. Pemberian kode (sandi pada
variabel dan data yang telah terkumpul melalui lembar instrument. Setelah data lengkap,
peneliti memberikan kode pada jawaban, untuk jawaban pengetahuan jika benar
diberikan kode 1 jika salah diberikan kode 0, sedangkan untuk kelengkapan imunisasi
3. Entry
Entry adalah proses pengisian kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau
kartu sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan. Salah satu paket program yang
paling sering digunakan untuk “entri data’ penelitian adalah paket program SPSS for
Windows. Peneliti memasukkan data yang telah dikoding ke dalam software SPSS.
4. Cleaning data
Cleaning yaitu proses pengecekkan kembali data – data yang telah dimasukkan untuk
31
Apabila terjadi kesalahan, maka data tersebut akan segera diperbaiki sehingga sesuai
proses terakhir dalam pengolahan data. Pada proses ini peneliti melakukan pengecekan
Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi dari variabel dependen
(kelengkapan imunisasi dasar) dan variabel independen (tingkat pengetahuan ibu ) yang
disajikan dalam bentuk tabel dan dilengkapi tekstular. Analisis univariat pada penelitian
ini dilakukan pada variabel penelitian yang meliputi: 1) Karakteristik perawat yang terdiri
dari usia ibu, jumlah anak, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jarak pelayanan
Analisis Bivariat
Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
hubungan antara variabel independen dengan dependen, yaitu hubungan pengetahuan ibu
tentang imunisasi dasar terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada anak ≥ 10 bulan – 15
Untuk membuktikan adanya hubungan antara dua variabel tersebut digunakan uji chi
square. Hasil perhitungan di atas kemudian disignifikan dengan nilai alpha 0,05. Jika
kelengkapan imunisasi dasar anak > 10 bulan. Jika p > α (0,05) maka tidak ada
32
10 bulan- 15 bulan. (Hastono, 2008)
33
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada Juli 2018. Wilayah kerja Puskesmas Tommo terletak 15
km arah barat daya dari kota Mamuju, secara geografis wilayah Puskesmas Tommo
terletak diantara garis 112,5° - 112,9° bujur timur dan garis 7,3°-7,5° lintang selatan.
34
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
32,3%
67,7%
imunisasi dasar lengkap 67,7%, 32,3% tidak melakukan imunisasi dasar lengkap. Jadi,
frekuensi cakupan imunisasi dasar yang terbanyak adalah cakupan imunisasi dasar lengkap.
35
Tabel V.2: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Jumlah
Pengetahuan
Orang %
Baik 57 59,4
Cukup 24 25,0
Kurang 15 15,6
Jumlah 96 100
Sumber: Data diolah
15,6%
25,0% 59,4%
baik 59,4%, pengetahuan cukup 25,0%, dan pengetahuan kurang 15,6%. Jadi, frekuensi
2. Analisis Bivariat
dengan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antar variabel. Berikut ini akan
36
Tabel V.3: Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Respoden di Puskemas Tommo, Mamuju Juli 2018
Imunisasi Dasar
Total Chi-
Pengetahuan Tidak
Leng Persen Persen (Persentaase) Square
Lengk
kap tase tase
ap
Baik 45 46,9% 12 12,5% 57 59,4% Value =
Cukup 12 12,5% 12 12,5% 24 25% 8,153
Kurang 8 8,3% 7 7,3% 15 30,6% Sig. =
Total 65 67,7% 31 32,3% 96 100% 0,017
Dari data yang diperoleh, didapatkan bahwa dari 96 orang yang memiliki anak
dengan cakupan imunisasi dasar lengkap ada 65 orang (67,7%) dan 31 orang (32,3%)
Dari 65 orang memiliki anak dengan cakupan imunisasi dasar lengkap dibedakan
baik, 12 orang (12,5%)) memiliki pengetahuan cukup, dan 8 orang (8,3%) memiliki
pengetahuan kurang. Dari 31 orang memiliki anak dengan cakupan imunisasi dasar tidak
memiliki pengetahuan baik, 12 orang (12,5%) memiliki pengetahuan cukup, dan 7 orang
(7,3%) memiliki pengetahuan kurang. Artinya proporsi cakupan imunisasi dasar lengkap
hasil nilai p = 0,017 (α < 0,05). Nilai P dapat diartikan sebagai Ho ditolak atau H1 diterima,
sehingga dapat diartikan ada hubungan antara pengetahuan ibu yang memiliki anak > 1
tahun dengan imunisasi dasar lengkap di Puskemas Tommo, Kecamatan Tommo, Kabupaten
37
Mamuju Juli 2018.
38
BAB VI
PEMBAHASAN
tingkat pengetahuan ibu didapatkan bahwa dari 96 orang yang memiliki anak dengan
cakupan imunisasi dasar lengkap ada 65 orang dan 31 orang memiliki anak dengan
cakupan imunisasi dasar tidak lengkap. Berdasarkan data analisis tersebut dengan
menggunakan uji chi-square didapatkan hasil nilai p = 0,017 (α < 0,05). Nilai P dapat
diartikan sebagai Ho ditolak atau H1 diterima, sehingga dapat diartikan ada hubungan
antara pengetahuan ibu yang memiliki anak > 1 tahun dengan imunisasi dasar lengkap di
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Emilya (2014)
tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu balita terhadap tindakan imunisasi dasar
lengkap di kelurahan Lambung Bukit Kota Padang tahun 2014, bahwa pemberian
imunisasi dasar lengkap lebih besar persentasenya pada ibu dengan tingkat pengetahuan
yang tinggi (75%) dibandingkan dengan yang berpengetahuan rendah (12,5%). Dengan
hasil uji statistik didapatkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap ibu
Penelitian lainnya oleh Yuda (2018) dengan menggunakan metode cross sectional
(58%) patuh terhadap imunisasi. Hasil uji statistik bivariat menunjukkan terdapat
hubungan pengetahuan terhadap kepatuhan imunisasi dengan p = 0,00 (p < 0,05). Hasil
39
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Hasil ini juga sesuai dengan pendapat
dalam buku Notoatmodjo tahun 2012 yang menyatakan bahwa adanya kecenderungan
seseorang yang berpengetahuan tinggi untuk berperilaku baik dalam bidang kesehatan,
sebelumnya oleh Burns (2005). Kedua penelitian tersebut menyebutkan bahwa kurangnya
status, keluarga atau budaya; keterbatasan ekonomi, dan kondisi yang berhubungan
Saari (2009), faktor lain yang berhubungan adalah bayi preterm dan low birth weight.
imunisasi dasar.
pengetahuan ibu yaitu pemberian informasi oleh orang lain. Semakin banyak ibu
memperoleh informasi tentang imunisasi dasar lengkap maka semakin baik pula
makin mudah menerima informasi sehingga semakin baik pula pengetahuan yang
dimiliki. Apabila ibu memiliki pengetahuan baik tetapi tidak ada kemauan untuk
Dalam penelitian ini didapatkan ibu dengan tingkat pengetahuan baik sebesar
40
46,9% namun angka ini tidak menjamin seluruh ibu memberikan imunisasi pada anaknya.
Pada penelitiannya didapatkan sebesar 12,5% ibu dengan pengetahuan baik memiliki
anak dengan cakupan imunisasi dasar tidak lengkap. Hal ini dikarenakan beberapa ibu
mengaku lupa dan sibuk dengan pekerjaannya sehingga anak tidak memiliki cakupan
imunisasi dasar lengkap. Beberapa alasan lainnya, yaitu karena pengalaman ibu-ibu
tentang imunisasi adalah pengetahuan yang rendah tentang imunisasi, semakin rendah
pengetahuan ibu tentang imunisasi maka akan memberikan kontribusi yang besar
terhadap pembentukan sikap yang kurang baik/negatif tentang imunisasi. Seseorang yang
telah mengetahui kebenaran akan suatu hal maka mereka juga akan memiliki sikap yang
positif terhadap hal tersebut, begitu juga dengan imunisasi. Pembentukan sikap ini juga
tidak terlepas dari orang lain yang dianggap penting, media massa, faktor emosional dari
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan
percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa
terhadap suatu penyakit yang pada akhirnya dapat mempengaruhi perilaku seseorang
Rendahnya hasil kelengkapan imunisasi dasar pada penelitian ini dapat juga
41
disebabkan karena tidak lengkapnya pencatatan imunisasi pada buku KIA atau KMS
anak. Sesuai dengan penelitian Ernoviana (2006) yang mendapatkan bahwa buku KIA
lebih banyak tidak terisi lengkap (80%) dibandingkan dengan terisi lengkap (20%).
Pada penelitian ini didapatkan pemberian imunisasi di bawah usia satu tahun
tertinggi adalah imunisasi DTP 1 (88,9%) dan polio 2 (78,9%) sedangkan yang terendah
dicapai DTP 1 dan polio 2 karena jadwal yang bersamaan dan jarak pemberian imunisasi
masalah yang utama karena kebijakan mengenai imunisasi hepatitis B 4 mulai diterapkan
pada tahun 2005. Pada penelitian ini digunakan acuan pemberian pemberian imunisasi
Orang yang memiliki pengetahuan tentang sesuatu hal maka orang tersebut akan
dengan masalah imunisasi, orang tua/ibu dengan pengetahuan tinggi tentang imunisasi
maka mereka akan memberikan imunisasi dasar yang lengkap pada banyinya serta
memperhatikan kapan waktu yang tepat untuk memberikan imunisasi tersebut. Begitu
juga sebaliknya ibu yang memiliki pengetahuan rendah maka mereka tidak akan
mengetahu apa yang seharusnya dilakuan pada bayinya terutama masalah imunisasi. Oleh
karena itu tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan orang tua
ibu yang memiliki bayi, penyuluhan ini dapat dilaksanakan di Puskesmas, Posyandu baik
secara individu maupun kelompok. Penyuluhan juga dapat dilakuan dengan penyebaran
42
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa dari 96 orang yang diteliti didapatkan 65 orang
(67,7%) memiliki anak dengan cakupan imunisasi dasar lengkap dan 31 orang (32,3%)
3. Berdasarkan data analisis menggunakan uji chi-square didapatkan hasil nilai p = 0,017
(Ho ditolak), sehingga dapat diartikan ada hubungan antara pengetahuan ibu yang
memiliki anak > 1 tahun dengan imunisasi dasar lengkap di Puskemas Tommo,
B. Saran
Karena masih adanya kelemahan pada penelitian ini maka disarakan untuk peneliti
selanjutnya:
b. Melakukan penelitian yang lebih spesifik pada faktor risiko yang terbukti
43
secara bertahap dan berkesinambungan agar cakupan imunisasi dasar dapat meningkat
Ibu berperan aktif dalam kegiatan posyandu yang dilakukan oleh Puskesmas Tommo dan
aktif mencari informasi tentang pentingnya imunisasi bagi kesehatan anak untuk
44