Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada bayi dan anak terhadap

berbagai penyakit, sehingga bayi dan anak tumbuh dalam keadaan sehat. Pemberian

imunisasi merupakan tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit infeksi

tertentu seperti etanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tuberkulosis

atau seandainya terkenapun, tidak memberikan akibat yang fatal bagi tubuh. Penyakit

infeksi atau menular dapat dicegah dengan imunisasi. (Ayubi, 2009)

Cakupan imunisasi di wilayah Asia Tenggara baru mencapai 52%. Cakupan

imunisasi anak di negara-negara anggota WHO (World Health Organization) telah

mencapai 90%, diperkirakan 85% dari bayi diseluruh dunia telah mendapat imunisasi dan

masih terdapat 19,3% juta bayi dan anak-anak belum sepenuhnya mendapatkan vaksinasi

dan tetap beresiko terkena penyakit. Cakupan imunisasi dasar pada tahun 2009

menunjukkan bahwa dari jumlah sasaran 4.461.341 bayi, cakupan imunisasi BCG 93,8%,

DPT 1 69,6%, Polio 1 76,6%, Polio 4 92,4%, campak 91%. Dengan angka Drop Out

sebesar 43,5%, angka Drop Out ini menggambarkan terdapat sekitar lebih satu juta bayi

di Indonesia yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap setiap tahunnya, sehingga

berdampak pada cakupan Universal Child Immunization (UCI) \ Hal ini dapat dilihat

dari persentasi UCI di Indonesia tahun 2008 sebesar 68, 2% mengalami penurunan

menjadi 68% pada tahun 2009 Status kelengkapan imunisasi dasar lengkap pada anak di

provinsi Banten pada tahun 2013 sebanyak 45,8%, dengan jenis imunisasi 76,9% HB-0,

1
83,6% BCG, 63,3% DPT-HB3, 64,0% Polio 4, dan 66,7% campak. Dengan nilai rata-

rata kelengkapan imunisasi di Indonesia adalah 59,2% (Soetjiningsih., 2012)

Imunisasi sangat dibutuhkan dalam upaya pencegahan penyakit. Hal ini sesuai

dengan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 42 tahun 2013. Peraturan

tersebut menyatakan tentang penyelenggaraan imunisasi bahwa untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat dan mempertahankan status kesehatan seluruh rakyat

diperlukan tindakan imunisasi sebagai tindakan preventif. (Dewi, 2013)

Cakupan imunisasi yang rendah di Asia Tenggara dapat

disebabkan oleh banyak faktor. Kemungkinan faktor yang berhubungan dengan

rendahnya cakupan imunisasi disebabkan oleh faktor usia, pendidikan,

penghasilan, ketersediaan waktu ibu sedangkan faktor yang mempengaruhi rendahnya

cakupan imunisasi adalah pengetahuan dan kesadaran ibu. Rendahnya cakupan imunisasi

disebabkan oleh faktor pengambilan keputusan. Ibu yang berusia ≥ 30 tahun cenderung

untuk tidak melakukan imunisasi lengkap dibanding ibu yang berusia < 30 tahun,

pendidikan tinggi berkaitan erat dengan pemberian imunisasi anak. Penghasilan orang tua

sangat erat juga kaitannya dengan kesejahteraan anak dan memungkinkan anak untuk

hidup lebih sehat sehingga mempengaruhi status imunisasi anak, semakin sejahtera

ekonomi orang tua maka semakin baik pula status kesehatan anak. (Emilya, 2014)

Faktor ketersediaan waktu ibu membawa anaknya ke pelayanan kesehatan

menjadi salah satu faktor. Semakin banyak jumlah anak terutama ibu yang masih

mempunyai bayi yang merupakan anak ketiga atau lebih akan membutuhkan banyak

waktu untuk mengurus anak-anaknya tersebut sehingga semakin sedikit ketersediaan

waktu bagi ibu untuk mendatangi tempat pelayanan imunisasi. Pengetahuan ibu yang

2
kurang tentang imunisasi dan rendahnya kesadaran ibu membawa anaknya ke Posyandu

atau Puskesmas juga menyebabkan rendahnya cakupan imunisasi. Untuk mendapatkan

imunisasi yang lengkap karena takut anaknya sakit, dan ada pula yang merasa bahwa

imunisasi tidak diperlukan untuk bayinya, kurang informasi atau penjelasan dari petugas

kesehatan tentang manfaat imunisasi, serta hambatan lainnya. (Soetjiningsih., 2012)

Ibu adalah orang yang berperan besar dalam merawat anak dandalam

pengambilan keputusan di rumah tangga untuk kelengkapan imunisasi anak. Hal ini

didapatkan dari hasil penelitian bahwa survey menunjukkan sebanyak 71,2% dari 1320

anak usia 12-23 bulan dengan ibu yang terlibat aktif dalam pengambilan keputusan di

rumah tangga telah mendapat imunisasi lengkap (Hepatitis, BCG, Campak, DPT, dan

Polio) lebih banyak dibanding pada anak yang ibunya tidak terlibat dalam pengambilan

keputusan rumah tangga yaitu 64,8%. (Soetjiningsih., 2012)

Dalam Laporan tahunan hasil kegiatan program Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA) di Puskesmas Tommo,Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju Profinsi Sulawesi

Barat tahun 2016 menunjukkan angka cakupan pelayanan ibu hamil sebanyak 158 ibu

hamil atau 71% dari jumlah sasaran proyeksi sejumlah 220 ibu hamil. Dengan cakupan

imunisasi HB 0 = Sasaran 205, Cakupan 100 (48%), BCG /Polio 1 = sasaran

205,cakupan komulatif 102 (49%), DPT-HB-HIB 1,Polio 2 = sasaran 205 cakupan

komulatif 104 (50%), DPT-HB-HIB 2,Polio 3 = sasaran 205 cakupan komulatif 104

(50%), DPT-HB-HIB 3,Polio 4 = sasaran 205 cakupan komulatif 102 (49%), Campak =

sasaran 205 cakupan komulatif 104 (50%). (Data Puskesmas Tommo, 2016)

Dalam Laporan tahunan hasil kegiatan program Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA) di Puskesmas Tommo,Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju Profinsi Sulawesi

3
Barat tahun 2017 menunjukkan angka cakupan pelayanan ibu hamil sebanyak 130 ibu

hamil atau 65% dari jumlah sasaran proyeksi sejumlah 200 ibu hamil. Dengan cakupan

imunisasi HB 0 = Sasaran 180, Cakupan 80 (44%), BCG /Polio 1 = sasaran

180,cakupan komulatif 81 (45%), DPT-HB-HIB 1,Polio 2 = sasaran 180 cakupan

komulatif 84 (55%), DPT-HB-HIB 2,Polio 3 = sasaran 180 cakupan komulatif 84 (55%),

DPT-HB-HIB 3,Polio 4 = sasaran 180 cakupan komulatif 82 (45%), Campak = sasaran

180 cakupan.

Berdasarkan data Puskesmas Tommo Kabupaten Mamuju pada tahun 2016 &

2017 didapatkan data yang tidak sesuai target yang diharapkan, maka peneliti tertarik

untuk mengadakan penelitian tentang “Pengaruh pengetahuan ibu yang memiliki batita

usia >1 tahun tentang imunisasi dasar terhadap cakupan imunisasi dasar di puskesmas

Tommo Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju”.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah pengaruh pengetahuan

ibu yang memiliki batita usia >1 tahun tentang imunisasi dasar terhadap cakupan

imunisasi dasar dipuskesmas Tommo Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju?”

C. Tujuan Peneliltian

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi

dasar terhadap cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Tommo,

Kecamatan Tommo.

4
b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui data demografi ibu (usia ibu, jumlah anak,

pendidikan, pekerjaan).

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar

pada bayi di wilayah Puskesmas Tommo, Kecamatan Tommo..

3. Untuk mengetahui kelengkapan imunisasi dasar pada bayi usia ≥ 10 –

15 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tommo, Kecamatan Tommo..

4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar

terhadap kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas

Tommo, Kecamatan Tommo.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Meningkatkan wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan

penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah.

2. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumber wacana diperpustakaan dalam

upaya peningkatan mutu pendidikan.

3. Bagi Lokasi Penelitian

Menambah pengetahuan di bidang KIA, sehingga dapat meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan.

5
4. Bagi ibu hamil

Menambah pengaruh pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi dasar terhadap

cakupan imunisasi dasar di puskesmas tommo, kecamatan tommo kabupaten

mamuju sehingga mampu memotivasi ibu untuk selalu meningkatkan status

kesehatan keluarganya.

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Pengetahuan

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui; kepandaian Pengetahuan

merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia,yakni

indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over

behavior). (Notoatmodjo S, 2008)

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (over behavior). Dari pengalaman penelitian tertulis bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan . (Notoatmodjo S, 2008)

Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut :

(Notoatmodjo S, 2008)

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

7
b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat di artikan

sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam

komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan

kata lain sintesis adalah suatu kemampuan menyusun formasi baru dari formasi-formasi

yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi yaitu kemampuaan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu criteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan criteria-kriteria yang telah ada.

8
2. Proses Adopsi Pengetahuan

Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut

terjadi proses yang berurutan yaitu :

a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

lebih dahulu terhadap stimulus (obyek)

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut disini sikap obyek

sudah mulai timbul.

c. Trial (mencoba) dimana subyek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

d. Adoption (adaptasi) dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus

3. Sumber - Sumber Pengetahuan

a. Belajar (study/learning)

Study merupakan aktifitas yang mempelajari sesuatu yang berarti menggunakan

pikiran secara aktif, dalam rangkaian aktifitas atau proses pemikiran itu adalah untuk

mencapai kebenaran, memperoleh pengetahuan dan mendapatkan pemahaman. Study

bukanlah menunggu secara pasif sampai pengetahuan itu datang sendiri. Melainkan secara

giat dengan pikiran mengejar, mencari, dan menggali pengetahuan mengenai suatu hal

yang menarik perlahan, dimana hal itu diperoleh dengan kegiatan belajar yang dapat

melalul pendidikan maupun non formal. (Baratawidjaja, 2006)

9
b. Ilham (intuition)

Instuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran

tertentu, tanpa melalui proses berfikir yang berliku-liku seseorang tibamenemukan

jawaban atas permasalahan yang dihadapinya. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa

diramalkan, sebagai dasar untuk meyusun pengetahuan teratur maka intuisi ini tidak bisa

diandalkan.

c. Pengalaman (experience)

Mereka yang mendasari diri pada pengalaman mengembangkan paham yang

empiris. Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu didapatkan melalui

penalaran rasional yang abstrak namun lewat yang konkrit, dimana panca indra sebagai

alat untuk menangkapnya,

d. Rasio (ratio)

Karena rasional menggmbarkan paham yang dikenal dengan rasionalisme, adalah

evaluasi dan kebenaran-kebenaran yang semuanya bersumber penalaran rasional yang

bersifat abstrak dan terbatas dan pengalaman dalam hal ini pemikiran rasional cenderung

bersifat subyektif (Baratawidjaja, 2006)

4. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005) cara memperoleh pengetahuan dapat

dikelompokkan menjadi dua yakni :

Cara kuno atau cara non ilmiah

1) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini digunakan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah an

10
apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain sampai

masalah tersebut dipecahkan.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Yaitu cara kebiasaan atau tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui

penalaran dan kebiasaan ini diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi

berikutnya.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-

pernyataan yang dikemukakan kemudian dicari hubungan sehingga dapat dibuat suatu

kesimpulan.

4) Melalui jalan pemikiran

Merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-

pernyataan yang dikemukakan kemudian dicari hubungan sehingga dapat dibuat suatu

kesimpulan.

Modern atau cara ilmiah disebut juga metode penelitian ilmiah cara baru atau cara

modern dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis, logis dan ilmiah.

5. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses menuju pada perubahan yang lebih baik, individu,

kelompok dan masyarakat. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah

menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya

pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-

11
nilai yang baru diperkenalkan. (Baratawidjaja, 2006)

b. Usia

Definisi usia adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat

berulang tahun. Semakin cukup tingkat kematangan dan kekuatn seseorang akan lebih

matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang

lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini

sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya.

c. Pengalaman

Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pengalaman sendiri atau dari pengalaman orang lain.

Sebagai contoh seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa api itu panas adalah

setelah memperoleh pengalaman dimana tangan atau kakinya terkena api dan terasa

panas.

d. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan aktifitas yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan lainnya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi

lebih banyak mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.

Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan kehidupan keluarga.

e. Penyuluhan

Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat melalui metode penyuluhan dengan

pengetahuan bertambah seseorang akan merubah perilakunya.

f. Sosial Budaya

Kebiasaan dan tradisi yang akan dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah

yang akan dilakukan tersebut baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan

12
bertambah pengetahuan walaupun itu tidak dilakukan.

g. Media Massa

Dengan majunya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam media massa yang dapat

mempengaruhi masyarakat untuk mendapatkan pengetahuan atau informasi.

(Baratawidjaja, 2006)

6. Kategori Pengetahuan

Menurut Nursalam (2008) untuk mengetahui cara kualitatif tingkat pengetahuan yang

dimiliki oleh seseorang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

ΣF

P = _______ x 100 %

Keterangan :

P : Prosentase (%)

F : Jumlah jawaban yang benar

N : Jumlah pertanyaan (skor tertinggi atau seluruhnya)

Keterangan :

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76%-100%

b. Tingkat pengetahuan cukup baik bila skor atau nilai 56%-75%

c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai <56%

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Data yang bersifat kualitatif digambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat

13
kuantitatif berwujud angka-angka, hasil hasil perhitungan atau pengukuran, dapat

diproses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan

diperoleh persentase, setelah dipersentasekan lalu ditafsirkan kedalam kalimat yang

bersifat kualitatif.

B. Konsep Dasar Imunisasi

1. Pengertian

Imunisasi berasal dari kata imun yang artinya kebal. Imunisasi artinya kekebalan.

(Baratawidjaja, 2006) Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Imunisasi

merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin

ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.

2. Macam Kekebalan

Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi 2, yakni :

a. Kekebalan Tidak Spesifik (Non Specific Resistance)

Yang dimaksud dengan faktor-faktor non khusus adalah pertahanan tubuh pada manusia

yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit. Misalnya kulit, air

mata, cairan-cairan khusus yang keluar dari perut (usus), adanya refleks-refleks tertentu,

misalnya batuk, bersin dan sebagainya.

b. Kekebalan Spesifik (Specific Resistance)

Menurut kekebalan spesifik dapat diperoleh dari 2 sumber, yakni :

1) Genetik Kekebalan yang berasal dari sumber genetik ini biasanya berhubungan dengan

ras (warna kulit dan kelompok-kelompok etnis, misalnya orang kulit hitam (negro)

14
cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis vivax. Contoh lain, orang yang

mempunyai hemoglobin S lebih resisten terhadap penyakit plasmodium falciparum

daripada orang yang mempunyai hemoglobin AA.

2) Kekebalan yang Diperoleh (Acquired Immunity)

Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang bersangkutan. Kekebalan

dapat bersifat aktif dan dapat bersifat pasif. Kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang

sembuh dari penyakit tertentu. Misalnya anak yang telah sembuh dari penyakit campak, ia

akan kebal terhadap penyakit campak. Kekebalan aktif juga dapat diperoleh melalui

imunisasi yang berarti ke dalam tubuhnya dimasukkan organisme patogen (bibit) penyakit.

Kekebalan pasif diperoleh dari ibunya melalui plasenta. Ibu yang telah memperoleh

kekebalan terhadap penyakit tertentu misalnya campak, malaria dan tetanus maka anaknya

(bayi) akan memperoleh kekebalan terhadap penyakit tersebut untuk beberapa bulan

pertama. Kekebalan pasif juga dapat diperoleh melalui serum antibodi dari manusia atau

binatang. Kekebalan pasif ini hanya bersifat sementara (dalam waktu pendek saja).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekebalan

Banyak faktor yang mempengaruhi kekebalan antara lain umur, seks, kehamilan, gizi dan

trauma. (Baratawidjaja, 2006)

a. Umur

Untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita) dan orang tua lebih mudah

terserang. Dengan kata lain orang pada usia sangat muda atau usia tua lebih rentan, kurang

kebal terhadap penyakit-penyakit menular tertentu. Hal ini mungkin disebabkan karena

kedua kelompok umur tersebut daya tahan tubuhnya rendah.

15
b. Seks

Untuk penyakit-penyakit menular tertentu seperti polio dan difteria lebih parah terjadi

pada wanita daripada pria.

c. Kehamilan

d. Wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap penyakit-penyakit

menular tertentu misalnya penyakit polio, pneumonia, malaria serta amubiasis.

Sebaliknya untuk penyakit tifoid dan meningitis jarang terjadi pada wanita hamil.

e. Gizi

Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-

penyakit infeksi tetapi sebaliknya kekurangan gizi berakibat kerentanan seseorang

terhadap penyakit infeksi.

f. Trauma

Stres salah satu bentuk trauma adalah merupakan penyebab kerentanan seseorang terhadap

suatu penyakit infeksi tertentu.

4. Tujuan Imunisasi

a. Umum

Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi. (A. Samik Wahab 2002)

b. Khusus

1) Tercapai mutu pelayanan imunisasi sesuai dengan standart (WHO)

2) Mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu missal, polio, campak

3) Apabila terjadi penyakit tidak terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat

16
menimbulkan cacat dan kematian

5. Syarat Pemberian Imunisasi

Syarat Pemberian Imunisasi menurut Azis Alimul H. (2005) :

a. Vaksin harus baik di simpan dalam lemari es dan belum lewat batas waktu

b. Pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat

c. Meneliti jenis vaksin yang akan diberikan

d. Memperlihatkan dosis yang akan diberikan

C. Konsep Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Imunisasi Dasar

1. Pengertian

Imunisasi dasar adalah imunisasi yang diberikan untuk mendapat kekebalan awal secara

aktif. (Baratawidjaja, 2006)

Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL) adalah program yang dicanangkan pemerintah untuk

meningkatkan derajat kesehatan bayi di Indonesia. Imunisasi ini diberikan mulai dari bayi

baru lahir (hepatitis B) sampai berumur 9 bulan (campak). LIL terdiri dari imunisasi HBV,

BCG, DPT, Polio dan Campak. (Irfan, 2010).

2. Macam-macam Imunisasi Dasar Pada Bayi Usia 0-12 bulan menurut Sri Rejeki S.

(2001) antara lain:

a. Imunisasi BCG

Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit Tuberkulosis (TBC). BCG

diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena

keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk

17
bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur

lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus

Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis.

1) Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan

(misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka

panjang, penderita infeksi HIV).

2) Reaksi yang mungkin terjadi:

a) Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul

kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi

pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka

ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan

jaringan parut.

b) Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai

nyeri tekan maupun demam, menghilang dalam waktu 3-6 bulan.

3) Komplikasi yang mungkin timbul adalah:

a) Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan

yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat

penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses

dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.

b) Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau

dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.

18
b. Imunisasi HBV (Hepatitis B)

Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap Hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu

infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Dosis pertama diberikan

segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat

bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1

bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan

HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III.

Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin

disuntikkan pada otot lengan atau paha. Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg

positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (Hepatitis B immune

globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada

saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan. Kepada

bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam

waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk

menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi

berumur lebih dari 1 minggu).

Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-

benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil.

Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis

(demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam

beberapa hari.

c. Imunisasi DPT

Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan

19
tetanus.

Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan

komplikasi yang serius atau fatal.

Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk

hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama

beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat

bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti

pneumonia, kejang dan kerusakan otak.

Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.

Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang

dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada

otot lengan atau paha.

Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu:

Pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III) selang

waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III

dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin

pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT.

Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin TT

pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan

perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster). Hampir 85% anak

yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan

memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun.

DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di

20
tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya

komponen pertusis di dalam vaksin.

Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi berikut:

1) demam tinggi (lebih dari 40,5o Celsius)

2) kejang- kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah

mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)

3) syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).

Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT

bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau

perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik

atau kejangnya bisa dikendalikan.

1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri,

kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan

menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri

di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-

gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.

6. Imunisasi Campak

Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek).

Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih.

Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian.

Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.

1) Kontra indikasi pemberian vaksin campak:

a) Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38o Celsius

21
b) Gangguan sistem kekebalan

c) Pemakaian obat imunosupresan

d) Alergi terhadap protein telur

e) Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin

f) Wanita hamil.

2) Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan

gejala kataral serta ensefalitis (jarang).

7. Imunisasi Polio

Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa

menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai.

Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk

menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.

1) Terdapat 2 macam vaksin polio:

a) IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah

dimatikan dan diberikan melalui suntikan

b) OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah

dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV) efektif

melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.

Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak

kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio

IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).

Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1

mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.

22
2) Kontra indikasi pemberian vaksin polio:

Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang. Dosis pertama

dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis

ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada tingkat

yang tertingiu. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa

tidak perlu dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke

daerah dimana polio masih banyak ditemukan.

IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare. Jika anak sedang menderita

penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka benar-

benar pulih. IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang

biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari.

23
BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pemberian imunisasi
dasar pada bayi :
Cakupan imunisasi
dasar pada bayi :
1. Pengetahuan 1. BCG Bayi sehat
2. Hep.B
2. Kepercayaan 3. DPT
3. Perilaku kesehatan 4. Polio
4. Status Ekonomi 5. Campak

Gambar III.1 Kerangka Konsep

Keterangan :

: diteliti

: Tidak diteliti

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pemberian imunisasi dasar pada bayi antara

lain pengetahuan, kepercayaan, perilaku kesehatan, dan status ekonomi. Pengaruh

pengetahuan ibu yang memiliki batita usia >1 tahun tentang imunisasi dasar terhadap

cakupan imunisasi dasar di puskesmas tommo, kecamatan tommo kabupaten mamuju

yang terdiri dari BCG, Hepatitis B, DPT, Polio dan Campak. Imunisasi dasar yang

lengkap akan mempengaruhi kesehatan bayi.

24
B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini:

Ada pengaruh pengetahuan ibu yang memiliki batita usia >1 tahun tentang imunisasi

dasar terhadap cakupan imunisasi dasar dipuskesmas Tommo Kecamatan Tommo

Kabupaten Mamuju.

25
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi dengan pendekatan

cross sectional, jenis penelitian ini tujuannya untuk menemukan ada atau tidak adanya

hubungan. Penelitian cross-sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu

pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen dinilai secara simultan

pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Tidak semua subjek penelitian harus

diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama, akan tetapi baik variabel independen

maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali saja. Dengan studi ini, akan diperoleh

prevalensi atau efek suatu fenomena (variabel dependen) dihubungkan dengan

penyebab/variabel dependen (Nursalam, 2008).

Rancangan penelitian ini untuk mengidentifikasi pwngaruh pengetahuan ibu hami

terhadapan cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Tommo Kecamatan

Tommo. Penelitian ini dilakukan hanya pada satu periode tertentu dan pengambilan

sampel dilakukan dalam sekali waktu saja, tidak ada pengulangan dalam pengambilan

data, dimana responden hanya mendapat satu kali kesempatan untuk menjadi responden.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2018 di wilayah kerja Puskesmas Tommo

Kecamatan Tommo. Alasan peneliti memilih wilayah kerja Puskesmas Pisangan tersebut

26
sebagai lokasi penelitian, karena letaknya terjangkau, kemudahan dalam hal birokrasi,

dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengaruh pengetahuan ibu yang

memiliki batita usia >1 tahun terhadapan cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja

Puskesmas Tommo Kecamatan Tommo.

C. Populasi Penelitian

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Populasi

dibagi menjadi dua yaitu populasi target dan populasi terjangkau. Populasi target adalah

populasi yang memenuhi kriteria sampling dan menjadi sasaran akhir penelitian.

Sedangkan populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi criteria penelitian dan

biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya (Nursalam, 2008). Populasi

dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki batita usia >1 tahun yang

memeriksa di Puskesmas Tommo Kecamatan Tommo.

D. Sampel dan Cara Pengambilan Sample

1. Sampel

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan ketentuan

rumus besar sampel yang sesuai dengan rancangan penelitian yaitu

rumus 𝑛 = 𝑍𝛼 𝑥 𝑃 𝑥 𝑄

d2

𝑍𝛼= 1,96 (derajat kemaknaan 95% CI/ Condidence Interval dengan α

sebesar 5%)

27
P= Prevalensi imunisasi 0,5

Q=Prevalensi pengatahuan ibu yang memiliki batita usia >1 tahun 0,5

D2=Presisi ditetapkan 0,1

𝑛 = (1,96)2 x 0,5 x 0,5

(0,1)2

= 96 sampel

2.Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik simpe random sampling

yaitu pemilihan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,

berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

E. Kriteria Inklusi & Eksklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota

populasi yang dapat diambil sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:

1. Ibu yang mampu berkomunikasi dengan baik.

2. Ibu yang sedang yang memiliki batita usia >1 tahun

3. Ibu yang memiliki KIA

4. Ibu yang berkebangsaan Indonesia

5. Menerima fasilitas pelayanan kesehatan yang sama

6. Ibu yang memiliki pengalaman mengimunisasikan anaknya

Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai

sampel. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah

1. ibu yang mengalami gangguan jiwa.

28
F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu yang memiliki

batita usia >1 tahun tentang imunisasi dasar

b. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah cakupan imunisasi dasar

2. Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional pengaruh pengetahuan ibu yang memiliki batita usia
>1 tahun tentang imunisasi dasar terhadap cakupan imunisasi di Puskesmas
Tommo Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju

Variabel Definisi Operasional Kategori & kriteria Skala

Pengaruh Kemampuan ibu yang a. Pengetahuan baik : jika Nominal


pengetahuan memiliki batita usia responden mampu
ibu yang >1 tahun untuk menjawab dengan benar
memiliki menjawab pertanyaan seluruh pertanyaan sebesar
batita usia tentang imunisasi 60-100%
>1 tahun dasar pada bayi usia (kode 2)
tentang 0-12 bulan meliputi : b. Pengetahuan kurang : jika
imunisasi 1. Pengertian responden mampu menjawab
dasar 2. Tujuan dengan benar < 50 %seluruh
terhadap 3. Waktu pertanyaan
cakupan pelaksanaan (kode 1)
imunisasi
dasar di
puskesmas
tommo,
kecamatan
tommo
kabupaten
mamuju

29
Cakupan Pemberian imunisasi 1. Lengkap, jika imunisasi Nominal
imunisasi dasar secara lengkap diberikan secara lengkap
daasar sesuai dengan batas (kode 2)
waktu yang 2. Tidak lengkap, jika imuniasi
ditentukan yang diberikan tidak lengkap
(kode 1)
Tabel IV.1 Definisi Operasional

G. Kerangka Operasional Penelitian

Populasi diambil dari semua ibu yang memiliki batita usia >1 tahun yang
memeriksakan kehamilannya di di Puskesmas Tommo Kecamatan Tommo
Kabupaten Mamuju
sebanyak 46 responden.

Teknik Sampling:
Probability sampling dengan teknik simple random sampling

Sampel diambil dari sebagian ibu hamil yang memeriksakan


kehamilannya di Puskesmas Tommo Kecamatan Tommo Kabupaten
Mamuju sebanyak 96 responden

Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner

Analisa data menggunakan uji chi square

Hasil dan Pembahasan

Simpulan dan saran

Tabel IV.2 Kerangka Operasional

30
H. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian. Oleh kareana

itu, harus dilakukan dengan baik dan benar. Proses pengolah data terisiri dari:

1. Editing

Editing adalah memerikasa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan,

kartu, atau buku register. Yang dilakukan pada kegiatan ini adalah melakukan

pemeriksaan data atau pengecekan kuisioner apakah sudah lengkap atau belum

2. Coding

Coding adalah pemberian kode pada data dimaksudkan untuk menerjemahkan data ke

dalam kode-kode yang biasanya dalam bentuk angka. Pemberian kode (sandi pada

variabel dan data yang telah terkumpul melalui lembar instrument. Setelah data lengkap,

peneliti memberikan kode pada jawaban, untuk jawaban pengetahuan jika benar

diberikan kode 1 jika salah diberikan kode 0, sedangkan untuk kelengkapan imunisasi

kode 1 diberikan pada responden yang imunisasi dasarnya lengkap, kode

0 untuk yang belum melengkapi kelengkapan imunisasi dasar anaknya.

3. Entry

Entry adalah proses pengisian kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau

kartu sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan. Salah satu paket program yang

paling sering digunakan untuk “entri data’ penelitian adalah paket program SPSS for

Windows. Peneliti memasukkan data yang telah dikoding ke dalam software SPSS.

4. Cleaning data

Cleaning yaitu proses pengecekkan kembali data – data yang telah dimasukkan untuk

melihat ada tidaknya kesalahan, terutama kesesuaian pengkodean yang dilakukan.

31
Apabila terjadi kesalahan, maka data tersebut akan segera diperbaiki sehingga sesuai

dengan hasil pengumpulan data yang dilakukan (Hidayat,2008). Cleaning merupakan

proses terakhir dalam pengolahan data. Pada proses ini peneliti melakukan pengecekan

kembali data yang sudah entry

I. Teknik Analisa Data

Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi dari variabel dependen

(kelengkapan imunisasi dasar) dan variabel independen (tingkat pengetahuan ibu ) yang

disajikan dalam bentuk tabel dan dilengkapi tekstular. Analisis univariat pada penelitian

ini dilakukan pada variabel penelitian yang meliputi: 1) Karakteristik perawat yang terdiri

dari usia ibu, jumlah anak, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jarak pelayanan

kesehatan; 2) Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar; 3) Kelengkapan imunisasi dasar.

Analisis Bivariat

Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2005). Dengan tujuan untuk melihat

hubungan antara variabel independen dengan dependen, yaitu hubungan pengetahuan ibu

tentang imunisasi dasar terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada anak ≥ 10 bulan – 15

bulan di wilayah kerja kerja Puskesmas Pisangan.

Untuk membuktikan adanya hubungan antara dua variabel tersebut digunakan uji chi

square. Hasil perhitungan di atas kemudian disignifikan dengan nilai alpha 0,05. Jika

nilai p ≤ α (0,05) maka disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan terhadap

kelengkapan imunisasi dasar anak > 10 bulan. Jika p > α (0,05) maka tidak ada

hubungan antara pengetahuan terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada anak ≥

32
10 bulan- 15 bulan. (Hastono, 2008)

33
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskemas Tommo, Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju.

Penelitian ini dilaksanakan pada Juli 2018. Wilayah kerja Puskesmas Tommo terletak 15

km arah barat daya dari kota Mamuju, secara geografis wilayah Puskesmas Tommo

terletak diantara garis 112,5° - 112,9° bujur timur dan garis 7,3°-7,5° lintang selatan.

Batas-batas wilayah Puskesmas Tommo sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Wilayah Kerja Puskesmas Topore


 Sebelah Timur : Wilayah Kecamatan Sampaga
 Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Kaluku
 Sebelah Barat : Wilayah Kecamatan Campaloga

Gambar V.1 Peta Kecamatan Tommo

34
B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Tabel V.1: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Cakupan Imunisasi Dasar


Jumlah
Cakupan Imunisasi Dasar
Orang %
Lengkap 65 67,7
Tidak Lengkap 31 32,3
Jumlah 96 100
Sumber: Data diolah

32,3%

67,7%

Lengkap Tidak Lengkap

Sumber: Data diolah

Gambar V.2: Proporsi responden berdasarkan cakupan imunisasi dasar

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui distribusi responden dengan cakupan

imunisasi dasar lengkap 67,7%, 32,3% tidak melakukan imunisasi dasar lengkap. Jadi,

frekuensi cakupan imunisasi dasar yang terbanyak adalah cakupan imunisasi dasar lengkap.

35
Tabel V.2: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Jumlah
Pengetahuan
Orang %
Baik 57 59,4
Cukup 24 25,0
Kurang 15 15,6
Jumlah 96 100
Sumber: Data diolah
15,6%

25,0% 59,4%

Baik Cukup Kurang


Sumber: Data diolah

Gambar V.3: Proporsi responden bedasarkan pengetahuan

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui distribusi responden dengan pengetahuan

baik 59,4%, pengetahuan cukup 25,0%, dan pengetahuan kurang 15,6%. Jadi, frekuensi

responden berdasarkan pengetahuan terbanyak adalah pengetahuan baik.

2. Analisis Bivariat

Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel (univariat) dapat diteruskan

dengan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antar variabel. Berikut ini akan

disajikan hasil pengujian menggunakan uji chi-square.

36
Tabel V.3: Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Respoden di Puskemas Tommo, Mamuju Juli 2018

Imunisasi Dasar
Total Chi-
Pengetahuan Tidak
Leng Persen Persen (Persentaase) Square
Lengk
kap tase tase
ap
Baik 45 46,9% 12 12,5% 57 59,4% Value =
Cukup 12 12,5% 12 12,5% 24 25% 8,153
Kurang 8 8,3% 7 7,3% 15 30,6% Sig. =
Total 65 67,7% 31 32,3% 96 100% 0,017

Sumber: Data diolah

Dari data yang diperoleh, didapatkan bahwa dari 96 orang yang memiliki anak

dengan cakupan imunisasi dasar lengkap ada 65 orang (67,7%) dan 31 orang (32,3%)

memiliki anak dengan cakupan imunisasi dasar tidak lengkap.

Dari 65 orang memiliki anak dengan cakupan imunisasi dasar lengkap dibedakan

berdasarkan tingkat pengetahuan, diperoleh bahwa 45 orang (46,9%) memiliki pengetahuan

baik, 12 orang (12,5%)) memiliki pengetahuan cukup, dan 8 orang (8,3%) memiliki

pengetahuan kurang. Dari 31 orang memiliki anak dengan cakupan imunisasi dasar tidak

lengkap dibedakan berdasarkan tingkat pengetahuan, diperoleh bahwa 12 orang (12,5%)

memiliki pengetahuan baik, 12 orang (12,5%) memiliki pengetahuan cukup, dan 7 orang

(7,3%) memiliki pengetahuan kurang. Artinya proporsi cakupan imunisasi dasar lengkap

banyak dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan baik.

Berdasarkan data analisis tersebut dengan menggunakan uji chi-square didapatkan

hasil nilai p = 0,017 (α < 0,05). Nilai P dapat diartikan sebagai Ho ditolak atau H1 diterima,

sehingga dapat diartikan ada hubungan antara pengetahuan ibu yang memiliki anak > 1

tahun dengan imunisasi dasar lengkap di Puskemas Tommo, Kecamatan Tommo, Kabupaten

37
Mamuju Juli 2018.

38
BAB VI

PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel V.3 tentang cakupan imunisasi dasar lengkap berdasarkan

tingkat pengetahuan ibu didapatkan bahwa dari 96 orang yang memiliki anak dengan

cakupan imunisasi dasar lengkap ada 65 orang dan 31 orang memiliki anak dengan

cakupan imunisasi dasar tidak lengkap. Berdasarkan data analisis tersebut dengan

menggunakan uji chi-square didapatkan hasil nilai p = 0,017 (α < 0,05). Nilai P dapat

diartikan sebagai Ho ditolak atau H1 diterima, sehingga dapat diartikan ada hubungan

antara pengetahuan ibu yang memiliki anak > 1 tahun dengan imunisasi dasar lengkap di

Puskemas Tommo, Kecamatan Tommo, Kabupaten Mamuju Juli 2018.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Emilya (2014)

tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu balita terhadap tindakan imunisasi dasar

lengkap di kelurahan Lambung Bukit Kota Padang tahun 2014, bahwa pemberian

imunisasi dasar lengkap lebih besar persentasenya pada ibu dengan tingkat pengetahuan

yang tinggi (75%) dibandingkan dengan yang berpengetahuan rendah (12,5%). Dengan

hasil uji statistik didapatkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap ibu

dengan pemberian imunisasi dasar lengkap.

Penelitian lainnya oleh Yuda (2018) dengan menggunakan metode cross sectional

juga menunjukkan bahwa sebanyak 45 responden dengan tingkat pengetahuan cukup

(58%) patuh terhadap imunisasi. Hasil uji statistik bivariat menunjukkan terdapat

hubungan pengetahuan terhadap kepatuhan imunisasi dengan p = 0,00 (p < 0,05). Hasil

penelitian ini didukung oleh penelitian Arvitarius (2012) di Desa Karanganyar

39
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Hasil ini juga sesuai dengan pendapat

dalam buku Notoatmodjo tahun 2012 yang menyatakan bahwa adanya kecenderungan

seseorang yang berpengetahuan tinggi untuk berperilaku baik dalam bidang kesehatan,

dalam hal ini berperilaku mengimunisasikan anaknya, dan sebaliknya.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemenuhan imunisasi dasar telah diteliti

sebelumnya oleh Burns (2005). Kedua penelitian tersebut menyebutkan bahwa kurangnya

pengetahuan mengenai imunisasi, kondisi yang berhubungan dengan miskonsepsi

imunisasi, terbatasnya akses ke pelayanan imunisasi, kondisi yang berhubungan dengan

status, keluarga atau budaya; keterbatasan ekonomi, dan kondisi yang berhubungan

dengan perilaku petugas kesehatan akan mempengaruhi pelaksanaan imunisasi. Menurut

Saari (2009), faktor lain yang berhubungan adalah bayi preterm dan low birth weight.

Pentingnya mengetahui faktor – faktor tersebut untuk memperbaiki cakupan kelengkapan

imunisasi dasar.

Menurut Ismet (2013), menyebutkan terdapat faktor lain yang mempengaruhi

pengetahuan ibu yaitu pemberian informasi oleh orang lain. Semakin banyak ibu

memperoleh informasi tentang imunisasi dasar lengkap maka semakin baik pula

pengetahuannya, sebaliknya semakin sedikit informasi tentang imunisasi dasar yang

diperoleh maka semakin kurang pengetahuannya. Semakin baik pengetahuan seseorang,

makin mudah menerima informasi sehingga semakin baik pula pengetahuan yang

dimiliki. Apabila ibu memiliki pengetahuan baik tetapi tidak ada kemauan untuk

mengimunisasikan anaknya dapat menyebabkan ketidakpatuhan ibu dalam pemberian

imunisasi dasar lengkap.

Dalam penelitian ini didapatkan ibu dengan tingkat pengetahuan baik sebesar

40
46,9% namun angka ini tidak menjamin seluruh ibu memberikan imunisasi pada anaknya.

Pada penelitiannya didapatkan sebesar 12,5% ibu dengan pengetahuan baik memiliki

anak dengan cakupan imunisasi dasar tidak lengkap. Hal ini dikarenakan beberapa ibu

mengaku lupa dan sibuk dengan pekerjaannya sehingga anak tidak memiliki cakupan

imunisasi dasar lengkap. Beberapa alasan lainnya, yaitu karena pengalaman ibu-ibu

sebelumnya yang memberikan imunisasi menimbulkan efek demam pada anaknya.

Faktor yang mempengaruhi banyaknya responden yang memiliki sikap negatif

tentang imunisasi adalah pengetahuan yang rendah tentang imunisasi, semakin rendah

pengetahuan ibu tentang imunisasi maka akan memberikan kontribusi yang besar

terhadap pembentukan sikap yang kurang baik/negatif tentang imunisasi. Seseorang yang

telah mengetahui kebenaran akan suatu hal maka mereka juga akan memiliki sikap yang

positif terhadap hal tersebut, begitu juga dengan imunisasi. Pembentukan sikap ini juga

tidak terlepas dari orang lain yang dianggap penting, media massa, faktor emosional dari

individu serta pengalamam tentang imunisasi (Triana, 2016).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui

indera penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan diperlukan dalam menimbulkan ras

percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa

pengetahuan merupakan domain yang sangat penting terhadap pembentukan tindakan

seseorang. Pengetahuan tentang penyakit dapat mempengaruhi persepsi seseorang

terhadap suatu penyakit yang pada akhirnya dapat mempengaruhi perilaku seseorang

untuk mengurangi ancaman dari suatu penyakit (Notoadmodjo, 2008).

Rendahnya hasil kelengkapan imunisasi dasar pada penelitian ini dapat juga

41
disebabkan karena tidak lengkapnya pencatatan imunisasi pada buku KIA atau KMS

anak. Sesuai dengan penelitian Ernoviana (2006) yang mendapatkan bahwa buku KIA

lebih banyak tidak terisi lengkap (80%) dibandingkan dengan terisi lengkap (20%).

Pada penelitian ini didapatkan pemberian imunisasi di bawah usia satu tahun

tertinggi adalah imunisasi DTP 1 (88,9%) dan polio 2 (78,9%) sedangkan yang terendah

adalah hepatitis B 4 (39,9%) dan polio 4 (64,7%). Kelengkapan imunisasi tertinggi

dicapai DTP 1 dan polio 2 karena jadwal yang bersamaan dan jarak pemberian imunisasi

dekat dengan waktu kelahiran. Kelengkapan imunisasi hepatitis B 4 bukan merupakan

masalah yang utama karena kebijakan mengenai imunisasi hepatitis B 4 mulai diterapkan

pada tahun 2005. Pada penelitian ini digunakan acuan pemberian pemberian imunisasi

hepatitis B di bawah usia satu tahun tiga kali.

Orang yang memiliki pengetahuan tentang sesuatu hal maka orang tersebut akan

mengaplikasikan pengetahuannya tersebut dalam kehidupannya seharihari, begitu juga

dengan masalah imunisasi, orang tua/ibu dengan pengetahuan tinggi tentang imunisasi

maka mereka akan memberikan imunisasi dasar yang lengkap pada banyinya serta

memperhatikan kapan waktu yang tepat untuk memberikan imunisasi tersebut. Begitu

juga sebaliknya ibu yang memiliki pengetahuan rendah maka mereka tidak akan

mengetahu apa yang seharusnya dilakuan pada bayinya terutama masalah imunisasi. Oleh

karena itu tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan orang tua

adalah mengupayakan agar terlaksananya penyuluhan rutin kepada masyarakat terutama

ibu yang memiliki bayi, penyuluhan ini dapat dilaksanakan di Puskesmas, Posyandu baik

secara individu maupun kelompok. Penyuluhan juga dapat dilakuan dengan penyebaran

leaflet/poster ataupun media sosial.

42
BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa dari 96 orang yang diteliti didapatkan 65 orang

(67,7%) memiliki anak dengan cakupan imunisasi dasar lengkap dan 31 orang (32,3%)

memiliki anak dengan cakupan imunisasi dasar tidak lengkap.

2. Dalam penelitian ini berdasarkan tingkat pengetahuan didapatkan sejumlah 57 orang

(59,4%) memiliki pengetahuan yang baik, 24 orang (25,0%) memiliki pengetahuan

cukup, dan 15 orang (15,6%) memiliki pengetahuan kurang.

3. Berdasarkan data analisis menggunakan uji chi-square didapatkan hasil nilai p = 0,017

(Ho ditolak), sehingga dapat diartikan ada hubungan antara pengetahuan ibu yang

memiliki anak > 1 tahun dengan imunisasi dasar lengkap di Puskemas Tommo,

Kecamatan Tommo, Kabupaten Mamuju Juli 2018.

B. Saran

1. Bagi Penelitian Selanjutnya

Karena masih adanya kelemahan pada penelitian ini maka disarakan untuk peneliti

selanjutnya:

a. Faktor pekerjaan orang tua yang berpengaruh terhadap cakupan imunisasi

b. Melakukan penelitian yang lebih spesifik pada faktor risiko yang terbukti

berpengaruh sehingga dapat diketahui lebih jelas pengaruhnya.

2. Bagi Lokasi Penelitian

Diadakan penyuluhan dan sosialisasi terhadap masyarakat sekitar puskesmas Tommo

43
secara bertahap dan berkesinambungan agar cakupan imunisasi dasar dapat meningkat

dari tahun sebelumnya.

3. Bagi ibu yang memiliki anak > 1 tahun

Ibu berperan aktif dalam kegiatan posyandu yang dilakukan oleh Puskesmas Tommo dan

aktif mencari informasi tentang pentingnya imunisasi bagi kesehatan anak untuk

pencegah timbulnya penyakit yang dapat dicegah dengan cara imunisasi.

44

Anda mungkin juga menyukai