Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang
paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat
mengakibatkan kebutaan, melainkan juga kematian. Di Negara berkembang,
upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan oleh para orang
tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih minim mengenai
penyakit kanker tersebut.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5 – 10% anak usia prasekolah dan
10% anak usia sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali anak-
anak sulit menceritakan masalah penglihatan yang mereka alami. Karena itu,
skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk mendeteksi masalah
penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata anak sebaiknya
dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan dilanjutkan
pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke
dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebh sering apabila telah ditemukan
masalah spesifik atau terdapat factor risiko.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi
pengetahuan tentang penyakit retina blastoma ke masyarakat luas yang mana di
Negara Indonesia masih kurang di perhatikan. Dan kami sebagai perawat perlu
memahami dan mengetahui asuhan keperawatan terhadap pasien dengan
retinoblastoma.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana anatomi fisiologi retina?
2. Bagaimana konsep tumbuh kembang anak?
3. Bagaimana konsep persepsi-sensori ?
4. Bagaimana konsep teori retinoblastoma ?

1
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan retinoblastoma ?

1.3 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mengetahui secara umum mengenai penyakit retinoblastoma serta
asuhan keperawatan yang tepat terhadap penyakit retinoblastoma tersebut.

b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian dari penyakit retinoblastoma
2. Mengetahui etiologi dari penyakit retinoblastoma
3. Mengetahi manifestasi klinis dari penyakit retinoblastoma
4. Mengetahui patofisiologi dari penyakit retinoblastoma
5. Mengetahui penatalaksanaan terhadap penyakit retinoblastoma
6. Mengetahui asuhan keperawatan yang tetap pada pasien
retinoblastoma

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi Dan Fisiologi Retina

2
Anatomi Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan
multilapis yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata. Retina
membentang kedepan hamper sama jauhnya dengan corpus sillier, dan berakhir
di tepi ora serrata. Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada kutub posterior. Di
tengah-tengah retina posterior.
Permukaan luar retina berhubungan dengan koroid, sedangkan permukaan
dalamnya berhubungan dengan badan vitreous. Retina memiliki 10 lapisan,
yang terdiri dari (dari luar ke dalam):
1. epitel pigmen
2. batang dan kerucut
3. membran limitans eksterna
4. lapisan inti luar
5. lapisan pleksiform luar
6. lapisan inti dalam
7. lapisan pleksiform dalam
8. lapisan sel ganglion Universitas Sumatera Utara
9. lapisan serat saraf
10. membran limitans interna

3
Sumber: ( Mescher, A.L., 2010)

Fisiologi Retina
Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata
harus berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan
sebagai suatu trasdunces yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut dilapisan
fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya memjadi suatu impuls saraf
yang dihantarkan oleh lapisan, serta saraf retina melalui saraf optikus dan
akhirnya ke korteks penglihatan.

2.2 Konsep Dasar Persepsi Sensori


a. Pengertian Persepsi dan Sensori

Mangkunegara (dalam Arindita, 2002) berpendapat bahwa persepsi adalah


suatu proses pemberian arti atau makna terhadap lingkungan. Dalam hal ini
persepsi mecakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus (Input),
pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus yang telah
diorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap.

Adapun Robbins (2003) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya


dengan lingkungan, yaitu sebagai proses di mana individu-individu

4
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna
kepada lingkungan mereka.

Sensori adalah stimulus atau rangsang yang datang dari dalam maupun
luar tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori (panca
indera) yang ditambah dengan dua sistem lain, yaitu sistem vestibular (sistem
dalam tubuh yang bertanggung jawab untuk menjaga untuk menjaga
keseimbangan, postur, dan orientasi tubuh dalam ruangan dan sistem propioseptif
(kemampuan keseimbangan, postur, dan orientasi tubuh dalam ruangan) dan
sistem propioseptif (kemampuan seseorang untuk memahami keberadaan
tubuhnya dalam ruang).

b. Jenis-jenis persepsi

Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh


indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis:

1. Persepsi visual

Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini adalah


persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan memengaruhi bayi dan
balita untuk memahami dunianya.Persepsi visual merupakan topik utama dari
bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering
dibicarakan dalam konteks sehari-hari.

2. Persepsi auditori

Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.

3. Persepsi perabaan

Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.

4. Persepsi penciuman

5
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu
hidung.

5. Persepsi pengecapan

Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu


lidah.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi


1. Persepsi

Menurut Robbins (2003) bahwa meskipun individu-individu


memandang pada satu benda yang sama, mereka dapat mempersepsikannya
berbeda-beda. Ada sejumlah faktor yang bekerja untuk membentuk dan
terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini dari :

1) Pelaku persepsi (perceiver)

2) Objek atau yang dipersepsikan

3) Konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan

Gilmer (dalam Hapsari, 2004) menyatakan bahwa persepsi


dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan
pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi.

Oskamp (dalam Hamka, 2002) membagi empat karakteristik penting


dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang terdapat dalam persepsi, yaitu

a) Faktor-faktor ciri dari objek stimulus.


b) Faktor-faktor pribadi seperti intelegensi, minat.
c) Faktor-faktor pengaruh kelompok.
d) Faktor-faktor perbedaan latar belakang kultural.
d. Aspek-aspek Persepsi

6
Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai
komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (dalam Mar'at,
1991) ada tiga yaitu:

1. Komponen kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi


yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian
akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.

2. Komponen Afektif

Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya
evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai
yang dimilikinya.

3. Komponen Konatif

Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang


berhubungan dengan obyek sikapnya.

2. Sensori
a. Usia
- Bayi tidak dapat membedakan stimulus sensori karena jalur jalur
sarafnya masih belum matang.
- Penglihatan berubah selama usia dewasa mencakup presbiopi
(ketidakmampuan memfokuskan pada objek dekat) dan kebutuhan
kacamata baca (biasanya terjadi pada usia 40-50 tahun
b. Medikasi
Beberapa antibiotika (misal streptomisin, gentamisin)adalah
oksitosik dan secara permanen dapat merusak saraf pendengaran,
kloramfenikol dapat mengiritasi saraf optik. obat-obat analgesik
narkotik, sedate dan antidepresan dapat mengubah persepsi stimulus.
c. Lingkungan
Stimulus lingkungan yang berlebihan (misal peralatan bising
dan percakapan staf di dalam unit perawatan intensif)dapat

7
menghasilkan beban sensori yang berlebihan, ditandai dengan
kebingungan, disorientasi, dan ketidakmampuan membuat keputusan.
Stimulus lingkungan yang terbatas (misal dengan isolasi# dapat
mengarah kepada deprivasi sensori. Kualitas lingkungan yang buruk
(misal penerangan yang buruk, lorong yang sempit, latar belakang
yang bising)dapat memperburuk kerusakan sensasi.

2.3 Konsep Tumbuh Kembang Anak


1. Masa Pranatal

Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus.
Pada fase embrio, pertumbuhan dapat diawali mulai dari konsepsi hingga 8
minggu pertama yang dapat terjadi pertumbuhan yang cepat dari ovum
menjadi suatu organisme dan terbentuknya manusia. Pada minggu ke-2,
terjadi pembelahan sel dan pemisahan jaringan antara endoterm dan ektodrm.
Pada minggu ke-3 terbentuk lapisan mesoderm.

Pada masa ini sampai usia 7 minggu belum tampak adanya gerakan
yang berarti melainkan hanya terdapat denyut jantung janin, yaitu sudah mulai
dapat berdenyut sejak 4 minggu. Pada fase fetus terjadi sejak usia 9 minggu
hingga kelahiran, sedangkan minggu ke-12 sampai ke-40 terjadi peningkatan
fungsi organ, yaitu bertambahnya ukuran panjang dan berat badan terutama
pertumbuhan serta penambahan jaringan subkutan dan jaringan otot.

2. Masa Pascanatal

Tumbuh kembang pada masa pascanatal dibagi ke dalam beberapa


fase berikut :

a. Masa Neonatus (0-28 hari)

8
Tumbuh kembang masa pascanatal diawali dengan masa neonatus,
yaitu dimana terjadinya kehidupan yang baru. Pada masa ini terjadi proses
adaptasi semua sistem organ tubuh, dimulai dari aktifitas pernafasan,
pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan antara 35-50 kali permenit,
penyesuaian denyut jantung antara 120-160 kali permenit, perubahan ukuran
jantung menjadi lebih besar di bandingkan dengan rongga dada, kemudian
gerakan bayi mulai meningkat untuk memenuhi kebutuhan gizi.

b. Masa Bayi (29 hari – 1 tahun)

Pada masa bayi, tahap tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi


3 tahap yaitu :

 Usia 1-4 bulan, tumbuh kembang pada tahap ini diawali dengan
perubahan berat badan. Bila gizi anak baik, maka perkiraan berat
badan akan mencapai 700-1000 g/bulan. Pertumbuhan tinggi badan
agak stabil, tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan tinggi
badan.
 Usia 4-8 bulan, pertumbuhan pada usia ini ditandai dengan perubahan
berat benda pada waktu lahir. Rata-rata kenaikan berat benda adalah
500-600 g/bulan, apabila mendapatkan gizi yang baik. Sedangkan
pertumbuhan tinggi badan tidak mengalamikecepatan dan stabil
berdasarkan pertambahan umur.
 Usia 8-12 bulan, pada usia ini pertumbuhan berat badan dapat
mencapai tiga kali berat badan lahir, pertambahan berat badan
perbulan sekitar 350-450 gram pada usia 7-9 bulan, 250-350 gram
pada usia 10-12 bulan, bila memperoleh gizi baik. Pertumbuhan tinggi
badan sekitar 1,5 kali tinggi badan pada saat lahir. Pada usia 1 tahun,
pertambahan tinggi badan masih stabil dan diperkirakan mencapai 75
cm.

c. Masa Anak (1-2 tahun)

9
Pada masa ini, anak akan mengalami beberapa perlambatan dalam
pertumbuhan fisik. Pada tahun kedua, anak hanya mengalami kenaikan berat
badan sekitar 1,5 – 2,5 kg dan penambahan tinggi badan 6-10 cm.
Pertumbuhan otak juga akan mengalami perlambatan, kenaikan lingkar kepala
hanya 2 cm. untuk pertumbuhan gigi, terdapat tambahan 8 buah gigi susu,
termasuk gigi geraham pertama dan gigi taring, sehingga seluruhnya
berjumlah 14-16 buah. Pada usia 2 tahun, pertumbuhan fisik berat badan
sudah mencapai 4x berat badan lahir dan tinggi badan sudah mencapai 50
persen tinggi badan orang dewasa. Menginjak usia 3 tahun, rata-rata berat
badan naik menjadi 2-3 kg/tahun, tinggi badan naik 6-8 cm/tahun, dan lingkar
kepala menjadi sekitar 50 cm.

d. Masa Prasekolah (3-6 tahun)

Pada masa prasekolah, berat badan mengalami kenaikan rata-rata


2kg/tahun. Tubuh anak terlihat kurus, akan tetapi aktivitas motorik tinggi dan
sistem tubuh mencapai kematangan dalam hal berjalan, melompat, dan lain-
lain. Tinggi badan bertambah rata-rata 6,75 – 7,5 cm setiap tahun.

Pada masa ini anak mengalami proses perubahan pola bakan,


umumnya mengalami kesulitan untuk makan. Anak juga mulai menunjukkan
kemandirian pada proses eliminasi.

e. Masa Sekolah (6-12 tahun)

Fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai


12 tahun, sama dengan masa usia Sekolah Dasar. Anak-anak menguasai
keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung. Secara
formal mereka mulai memastiki dunia yang lebih luas dengan budayanya.
Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan
pengendalian diri sendiri bertambah pula.

f. Masa Remaja (12-18 tahun)

10
Pada masa remaja ini banyak dijumpai masalah, karena masa ini
merupakan proses menuju kedewasaan dan anak ingin mencoba mandiri.
Masalah yang sering dijumpai adalah perubahan bentuk tubuh. Perkembangan
khusus yang terjadi pada masa ini adalah kematangan identitas seksual yang
ditandai dengan perkembangan organ reproduksi. Masa ini merupakan masa
krisis identitas dimana anak memasuki proses pendewasaan dan
meninggalkan masa anak-anak, sehingga membutuhkan bantuan dari orang
tua.

2.4 Teori-Teori Perkembangan


1. Perkembangan kognitif Menurut Jean Piaget

A. Tahap sensori motor (0-2 tahun)

Anak mempunyai kemampuan dalam mengasimilasi dan


mengakomodasi informasi dengan cara melihat, mendengar, menyentuh dan
kativitas motorik. Semua gerakan akan diarahkan ke mulut dengan merasakan
keingintahuan sesuatu dari apa yang dilihat, didengar, disentuh dll.

B. Tahap praoperasional ( 2-7 tahun)

Anak belum mampu mengoperasionalkan apa yang dipikirkan melalui


tindakan dalam pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentris.
Pada masa ini pikiran bersifat transduktif menganggap semuanya sama.
Seperti semua pria dikeluarga adalah ayah maka semua pria adalah ayah.
Selain itu ada pikiran animisme, yaitu selalu memperhatikan adanya benda
mati. Seperti anak jatuh dan terbentur batu, dia akan menyalahkan batu
tersebut dan memukulnya.

C. Tahap kongret (7-11 tahun)

Anak sudah memandang realistis dari dunianya dan mempunyai


anggapan yang sama dengan orang lain, sifat egosentrik sudah hilang, karena

11
anak sudah mengerti tentang keterbatasan diri sendiri. Anak sudah mengenal
konsep tentang waktu dan mengingat kejadian yang lalu. Pemahaman belum
mendalam dan akan berkembang di akhir usia sekolah (masa remaja).

D. Tahap formal operasional ( > 11 tahun)

Anak remaja dapat berpikir dengan pola yang abstrak menggunakan


tanda atau simbol dan menggambarkan kesimpulan yang logis. Mereka dapat
membuat dugaan dan mengujinya dengan pemikirannya yang abstrak, teoritis
dan filosofis. Pola berfikir logis membuat mereka mampu berpikir tentang apa
yang orang lain juga memikirkannya dan berpikir untuk memecahkan
masalah.

2. Perkembangan Psikoseksual Anak Menurut Sigmund Freud

a. Tahap oral (0-1 tahun)

Pada masa ini kepuasan dan kesenangan, kenikmatan dapat melalui


dengan cara menghisap, menggigit, mengunyah atau bersuara, ketergantungan
sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman.
Masalah yang diperoleh pada tahap ini adalah menyapih dan makanan.

b. Tahap anal (1-3 tahun)

Kepuasan pada fase ini adalah pada pengeluaran tinja.Anak akan


menunjukkan keakuannya dan sikapnya sangat narsistik yaitu cinta terhadap
dirinya sendiri dan sangat egosentrik, mulai mempelajari struktur tubuhnya.
Masalah pada saat ini adalah obesitas, introvet, kurang pengendalian diri dan
tidak rapi.

c. Tahap oedipal/phalik ( 3-5 tahun)

Kepuasan pada anak terletak pada rangsangan autoerotik yaitu


meraba-raba, merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, suka

12
pada lain jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya dan anak
perempuan cenderung suka pada ayahnya.

d. Tahap laten ( 5-12 tahun)

Kepuasan anak mulai terintegrasi, anak masuk dalam fase pubertas


dan berhadapan langsng pada tuntutan sosial seperti suka hubungan dengan
kelompoknya atau sebaya, dorongan libido mulai mereda.

e. Tahap Genital ( > 12 tahun)

Kepuasan anak pada fase ini kembali bangkit dan mengarah pada
perasaan cinta matang terhadap lawan jenis.

3. Perkembangan Psikososial Menurut Erik Erikson

a. Tahap percaya VS tidak percaya (0-1 th)

Bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik orang tua
maupun orang yang mengasuhnya ataupun tenaga kesehatan yang
merawatnya. Kegagalan pada tahap ini apabila terjadi kesalahan dalam
mengasuh atau merawat maka akan timbul rasa tidak percaya.

b. Tahap kemandirian VS rasa malu dan ragu (1-3 tahun)

Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tumbuh


kembang seperti kemampuan motorik dan bahasa. Pada tahap ini jika anak
tidak diberikan kebebasan anak akanmerasa malu.

c. Tahap inisiatif VS rasa bersalah (4-6 tahun)

Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru


secara aktif dalam aktivitasnya. Apabila pada tahap ini anak dilarang akan
timbul rasa bersalah.

d. Tahap rajin VS rendah diri (6-12 tahun)

13
Anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau
prestasinya sehingga anak pada usia ini adalah rajin dalam melakukan sesuatu.
Apabila pada tahap ini gagal anak akan rendah diri. Tahap identitas dan
kebingungan peran pada masa adolesence.anak mengalami perubahan diri,
perubahan hormonal. Tahap keintiman dan pemisahan terjadi pada masa
dewasa yaitu anak mencoba melakukan hubungan dengan teman sebaya ata
kelompok masyarakat dalam kehidupan sosial.

Tahap generasi dan penghentian terjadi pada dewasa pertengahan yaitu


seseorang ingin mencoba memperhatikan generasi berikutnya dalam kegiatan
aktivitasnya. Tahap integritas dan keutusasaan terjadi pada dewasa lanjut yaitu
seseorang memikirkan tugas-tugas dalam mengakhiri kehidupan.

4. Tahap Psikomoral Menurut Kolhbery

Menurut Kohlberg (dalam Ormord, 2000:371)

Kohlberg mengemukakan ada tiga tingkat perkembangan moral, yaitu


tingkat prakonvensional, konvensional dan post-konvensional. Masing-
masing tingkat terdiri dari dua tahap, sehingga keseluruhan ada enam tahapan
(stadium) yang berkembang secara bertingkat dengan urutan yang tetap.

1). Tingkat Penalaran Prakonvensional

Pada penalaran prakonvensional anak tidak memperhatikan


internalisasi nilai-nilai moral-penalaran moral dikendalikan oleh imbalan
(hadiah) dan hukuman eksternal. Pada tingkat ini terdapat dua tahap.

a. Orientasi hukuman dan ketaatan (punihsment and obedience orientation)


ialah tahap penalaran moral didasarkan atas hukuman. Anak-anak taat
karena orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat.

b. Individualisme dan tujuan (individualism and purpose) ialah tahap


penalaran moral didasarkan atas imbalan (hadiah) dan kepentingan sendiri.

14
Anak-anak taat bila mereka ingin dan butuh untuk taat. Apa yang benar
adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan
hadiah.

2). Tingkat Penalaran Konvensional

Pada tingkat ini, internalisasi indivdual ialah menengah. Seseorang


menaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak menaati
standar-standar orang lain (eksternal), seperti orang tua atau aturan-atuaran
masyarakat.

a. Norma-norma interpersonal (interpersonal norms). Pada tahap ini,


seseorang menghargai kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan kepada orang
lain sebagai landasan pertimbangan moral. Anak-anak sering mengadopsi
standar-standar moral orang tuanya pada tahap ini, sambil mengharapkan
dihargai oleh orang tuanya sebagai seorang “perempuan yang baik” atau
seorang “laki-laki yang baik.”

b. Moralitas sistem sosial (social system morality). Pada tahap ini


pertimbangan-pertimbangan didasarkan atas pemahaman aturan sosial,
hukum-hukum, dan kewajiban.

3. Tingkat Penalaran Pascakonvensional

Tingkat ini ialah tingkat tertinggi dalam teori perkembangan moral


kohlberg. Pada tingkat ini moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak
didasarkan pada standar-standar orang lain. Seseorang mengenal tindakan-
tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian
memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.

a. Hak-hak masyarakat Vs hak-hak individual (community rights Vs


individual rights) atau disebut orientasi kontrak sosial. Pada tahap ini,
seseorang memahami bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat

15
relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain.
Seseorang menyadari bahwa hukum penting bagi masyarakat, tetapi juga
mengetahui bahwa hukum dapat diubah. Seseorang percaya bahwa
beberapa nilai, seperti kebebasan, lebih penting dari pada hukum.

b. prinsip-prinsip etis universal (universal ethical principles). Pada tahap ini


seseorang telah mengembangan suatu standar moral yang didasarkan pada
hak-hak manusia yang manusia yang universal. Bila menghadapi konflik
antara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati,
walaupun keputusan itu mungkin melibatkan resiko pribadi.

16
Sumber : Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006

2.5 Konsep Retinoblastoma

17
1. Definisi Retinoblastoma
Retinoblastoma merupakan tumor ganas intraokular yang ditemukan pada
anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan
retino embrional (Mansjoer, 2005).
Retinoblastoma adalah Tumor ganas dalam bola mata pada anak dan
bayi sampai 5 tahun ( Sidarta Ilyas, 2002 ).
Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik
yang tidak berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pada anak.
Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-anak,
terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina
embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar
kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom.
Massa tumor diretina dapat tumbuh kedalam vitreus (endofitik) dan
tumbuh menembus keluar (eksofitik). Pada beberapa kasus terjadi
penyembuhan secara spontan. Sering terjadi perubahan degeneratif, diikuti
nekrosis dan kalsifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50%
menurunkan anak dengan retinoblastoma. Pewarisan ke saudara sebesar 4-7%.
2. Etiologi
Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi gen RB1, yang terletak pada
lengan panjang kromosom 13 pada locus 14 (13q14) dan kode protein pRB,
yang berfungsi sebagai supresor pembentukan tumor. pRB adalah
nukleoprotein yang terikat pada DNA (Deoxiribo Nucleid Acid) dan
mengontrol siklus sel pada transisi dari fase G1 sampai fase S. Jadi
mengakibatkan perubahan keganasan dari sel retina primitif sebelum
diferensiasi berakhir. Retinoblastoma normal yang terdapat pada semua orang
adalah suatu gen supresor atau anti-onkogen. Individu dengan penyakit yang
herediter memiliki satu alel yang terganggu di setiap sel tubuhnya, apabila alel
pasangannya di sel retina yang sedang tumbuh mengalami mutasi spontan,
terbentuklah tumor. Pada bentuk penyakit yang nonherediter, kedua alel gen

18
Retinoblastoma normal di sel retina yang sedang tumbuh diinaktifkan oleh
mutasi spontan.

3. Patofisiologi
Teori tentang histogenesis dari Retinoblastoma yang paling banyak
dipakai umumnya berasal dari sel prekursor multipotensial (mutasi pada
lengan panjang kromosom pita 13, yaitu 13q14 yang dapat berkembang pada
beberapa sel retina dalam atau luar. Pada intraokular, tumor tersebut dapat
memperlihatkan berbagai pola pertumbuhan yang akan dipaparkan di bawah
ini.
Pola pertumbuhan

Retinoblastoma Intraokular dapat menampakkan sejumlah pola


pertumbuhan, pada pola pertumbuhan endofitik, ini tampak sebagai gambaran
massa putih sampai coklat muda yang menembus membran limitan interna.
Retinoblastoma Endofitik kadang berhubungan dengan vitreus seeding. Sel-sel
dari Retinoblastoma yang masih dapat hidup terlepas dalam vitreous dan ruang
sub retina dan biasanya dapat menimbulkan perluasan tumor melalui mata.
Vitreous seeding sebagian kecil meluas memberikan gambaran klinis mirip
endopthalmitis,vitreous seeding mungkin juga memasuki bilik mata depan,
yang dapat berkumpul di iris membentuk nodule atau menempati bagian
inferior membentuk Pseudohypopyon
Tumor Eksofitik biasanya kuning keputihan dan terjadi pada ruang
subretinal, yang mengenai pembuluh darah retina dan sering kali terjadi
peningkatan diameter pembuluh darah dengan warna lebih pekat.
Retinoblastoma eksofitik, berasal dari lapisan luar retina dan meluas ke koroid
menyebabkan solid RD, dapat meluas hingga ke sklera. Retinoblastoma
eksofitik ini dapat pula menyebabkan retinal detachment.
Invasi saraf optikus;

19
Dengan penyebaran tumor sepanjang ruang sub arachnoid ke otak. Sel
Retinoblastoma paling sering keluar dari mata dengan menginvasi saraf optikus
dan meluas kedalam ruang sub arachnoid.
Diffuse infiltration retina

Pola yang ketiga adalah Retinoblastoma yang tumbuh menginfiltrasi


luas yang biasanya unilateral, nonherediter, dan ditemukan pada anak yang
berumur lebih dari 5 tahun. Pada tumor dijumpai adanya injeksi conjunctiva,
anterior chamber seeding, pseudohypopyon, gumpalan besar sel vitreous dan
tumor yang menginfiltrasi retina, karena masa tumor yang dijumpai tidak jelas,
diagnosis sering dikacaukan dengan keadaan inflamasi seperti pada uveitis
intermediate yang tidak diketahui etiologinya. Glaukoma sekunder dan
Rubeosis Iridis terjadi pada sekitar 50% kasus.
Penyebaran metastasis ke kelenjar limfe regional, paru, otak dan tulang.

Sel tumor mungkin juga melewati kanal atau melalui slera untuk masuk
ke orbita. Perluasan ekstraokular dapat mengakibatkan proptosis sebagaimana
tumor tumbuh dalam orbita. Pada bilik mata depan, sel tumor menginvasi
trabecular messwork, memberi jalan masuk ke limphatik conjunctiva.
Kemudian timbul kelenjar limfe preauricular dan cervical yang dapat teraba.
Dibagi menjadi IV stadium, masing-masing:
1) Stadium I: menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium tenang)
2) Stadium II: tumor terbatas pada bola mata.
3) Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang
melampaui ujung nervus optikus yang dipotong saat enuklasi.
4) Stadium IV: ditemukan metastase jauh ke dalam otak.

Pathway

20
Faktor pemicu :
Herediter / keturunan
lingkungan, sinar UV,
Virus, Zat Kimia, Radiasi

Tidak terdapatnya gen penekan tumor

Meyerang salah satu atau keda mata

Massa tumor makin membesar

Letak tumor di makula Pertumbuhan tumor


bermetastasis

strabismus Massa tumor makin membesar


Metastasis melaui nervus
optikus ke otak, sclera ke
Gangguan persepsi
jaringa orbita dan sum sum
sensori pegelihatan
tulang

Respon psikologis Leukoria hyphema Sel sel tumor lepas ke bagian anterior
mata
cemas
Tajam pengelihatan menurun,
hipoion
merah dan berair, juling
ansietas pandangan berat
Peningkatan TIO

Gangguan sensori persepsi pengelihatan Penurunan fungsi penglihatan


Resiko keterlambatan
perkembangan Resiko cedera

4. Manifestasi klinis
1. Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan.

21
2. Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling, mata merah atau
terdapatnya warna iris yang tidak normal.
3. Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion, di dalam
bilik mata depan, uveitis, endoftalmitis, ataupun suatu panoftalmitis.
4. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola
mata.
5. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
6. Tajam penglihatan sangat menurun.
7. Nyeri
8. terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan pembuluh
darah di atasnya.
5. Klasifikasi
1. Golongan I
 Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil.
 Terdapat pada atau dibelakang ekuator
 Prognosis sangat baik
2. Golongan II
 Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil
 Prognosis baik
3. Golongan III
 Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter
papil
 Prognosis meragukan
4. Golongan IV
 Tumor multiple sampai ora serata
 Prognisis tidak baik
5. Golongan V
 Setengah retina terkena benih di badan kaca
 Prognosis buruk

6. Pemeriksaan Penunjang
beberapa pemeriksaan sebagai sarana penunjang:
1. Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina
disertai pembuluh darah pada permukaan ataupun didalam massa tumor
tersebut dan berbatas kabur
2. X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan
kalsifikasi. Bila tumor mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen :
Optikum melebar.

22
3. USG : Adanya massa intraokuler
4. LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah, bila
ratsio lebih besar dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya retinoblastoma
intaokuler (Normal ratsio Kurang dari 1)
5. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien
dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
7. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan dari retinoblastoma telah berubah secara dramatis
sejak beberapa tahun belakangan sehubungan dengan evolusi dari kemajuan
teknik operasi. Tujuan dari terapi adalah diutamakan untuk menyelamatkan
hidup pasien dan juga mata pasien. Ultrasonografi dan tomografi komputer
dilakkukan terutama untuk klien dengan metastasis keluar, misalnnya dengan
gejala proptosis bola mata.
Jika satu mata yang terserang, pengobatan tergantung pada klasifikasi
tumor :
a. Golongan I atau II dengan pengobatan local (radiasi, cryotherafy,
fotokoagulasi laser). Kadang-kadang digabung dengan kemoterapi..
b. Jika tumor besar (golongan IV atau V), mata harus dienukleasi segera.
Mata yang tidak terkena dilakukan radiasi sinar-X dan kemoterapi.
Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreus dan visus nol,
dilakukan enukleasi. Jika tumor telah keluar bulbus okuli tetapi masih terbatas di
rongga orbita, dilakukan kombinasi eksenterasi, radioteraapi dan kemoterafi. Klien
harus dievaluasi seumur hidup katena 20-90 % klien ratinnoblastoma bilateral akan
menderita tumor ganas primer terutamaasteosarkoma.

23
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata klien

Berisi identitas klien seperti nama, umur : sering terjadi padaa anak-anak
di bawah 2 tahun, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No
register, dan diagnosa medis. Retinoblastoma umumnya ditemukan pada anak-
anak, terutama pada usia di bawah 5 tahun.

2. Keluhan utama

24
Biasanya anak akan rewel, merasa kesakitan di daerah mata,bola mata
membesar, sering mengalami sakit kepala

3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang

Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak


ataupun bola mata. Trauma sebelumnya dapat juga memberikan
kelainan pada mata tersebut sebelum meminta pertolongan. Gejala awal
yang muncul pada anak. Bisa berupa bintik putih pada mata tepatnya pada
retina, terjadi pembesaran, mata merah dan besar.

b. Riwayat penyakit keluarga


Retinoblastoma bersifat herediter yang diwariskan melalui
kromosom, protein yang selamat memiliki kemungkinan 50 %
menurunkan anak dengan retinoblastoma atau penyakit mata lainnya
seperti glukoma, kebutaaan, katarak dll.
c. Riwayat penyakit mata sebelumnya

Kadang-kadang dengan mengetahui riwayat penyakit mata


sebelumnya akan dapat menerangkan tambahan gejala-gejala penyakit
yang dikeluhkan penderita. Biasanya penderita merasa nyeri kepala,
pusing

4. Riwayat Psikologi
Reaksi pasien dan keluarganya terhadap gangguan penglihatan yang
dialami pasien: cemas, takut, gelisah, sering menangis, sering bertanya.
5. Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan fisik persistem
1. B1 : Breathing tandanya dispnea, takipnea, batuk, ronki.
Penurunan bunyi napas. Kulit, membran mukosa pucat.
2. B2 : Blood Tanda: takikardi, mur-mur jantung
3. B3: Brain. Tanda: Defisit saraf kranial dan/atau tanda perdarahan
cerebral.
4. B4: Bladder

25
5. B5: Bowel. Tandanya : diare; nyeri tekan perianal, nyeri.
BAB(Darah merah terang pada tisu, feses hitam.)BAK(Darah
pada urine, penurunan haluaran urine.)
6. B6 : Bone. Tandanya:kelelahan, malaise, kelemahan,
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas biasanya.
- Pemeriksaan lanjutan
a. Pemeriksaan Tajam Penglihatan (Visus)
Tajam penglihatan pada kasus RB umumnya sangat menurun dan
tergantung tingkat keparahannya. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menentukan tingkat keparahan dan tata laksana yang tepat. Penulis belum
menemukan jurnal mengenai tajam penglihatan awal sebelum dilakukan
intervensi dan tata laksana (Ilyas & Yulianti, 2011).
Tajam penglihatan diuji dengan kartu mata (kartu snellen) yang
diletakkan 6 meter (20 kaki) dari pasien atau menggunakan kartu dekat.
Pasien diminta untuk menutup salah satu mata dengan selembar karton/kertas
agar kedua mata tetap terbuka dan membaca setiap baris pada kartu sampai
huruf tidak dapat dikenali.
b. Pemeriksaan Funduskopi
Pemeriksaan funduskopi bertujuan untuk melihat gambaran normal
atau tidak normal pada bagian dalam mata atau fundus okuli. Gambaran
funduskopi pasien RB bermacam-macam tergantung pada tingkat
keparahannya. Stadium awal dengan keluhan leukokoria menghasilkan
gambaran funduskopi berupa daerah retina yang tampak memutih. Gambaran
lainnya dapat berupa neovaskularisasi, hifema, hipopion, atau depresi sklera
(Lin & O’brien, 2009).
c. Pemeriksaan Tekanan Bola Mata
Pemeriksaan tekanan bola mata bertujuan untuk menilai perubahan
pada tekanan bola mata dengan alat tonometer (Ilyas & Yulianti, 2011).
Terkadang pasien RB datang dalam stadium berat dengan komplikasi berupa
glaukoma sehingga pengukuran tekanan bola mata penting untuk diagnosis
awal (Lin & O’brien, 2009).
6. Pola fungsi kesehatan
a. Aktivitas

26
Gejala: kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas biasanya.

b. Sirkulasi

Gejala: palpitasi, Kulit, membran mukosa pucat, tanda perdarahan


cerebral.

c. Eliminasi

Gejala: diare; nyeri tekan perianal, nyeri. BAB(Darah merah terang


pada tisu, feses hitam.) BAK(Darah pada urine, penurunan haluaran
urine).

d. Integritas ego

Gejala: perasaan tak berdaya/tak ada harapan seperti depresi, menarik


diri, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, Perubahan alam
perasaan, kacau.

e. Makanan/cairan

Gejala:

- kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah.


- Perubahan rasa/penyimpangan rasa.
- Penurunan berat badan.
f. Neurosensori

Gejala:

- kurang/penurunan koordinasi.
- Perubahan alam perasaan, kacau, disorientasi, ukuran konsisten.
- Pusing, kebas, kesemutan parastesi.
g. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala: nyeri orbital, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, nyeri tekan


sternal, kram otot.

27
h. Pernapasan

Gejala: napas pendek dengan kerja minimal, dispnea, takipnea, batuk,


Gemericik, Penurunan bunyi napas.

i. Keamanan

Gejala:

- riwayat infeksi saat ini/dahulu, jatuh..


- Gangguan penglihatan/kerusakan.
- Perdarahan spontan tak terkontrol dengan trauma minimal.
j. Seksualitas

Gejala: perubahan libido,Perubahan aliran menstruasi, menoragia,


Lipopren.

k. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala: riwayat terpajan pada kimiawi, mis; benzene, fenilbutazon, dan


kloramfenikol(kadar ionisasi radiasi berlebihan, pengobatan
kemoterapi sebelumnya, khususnya agen pengkilat.

7 Pemeriksaan Penunjang
1) Ultrasound
Ultrasound menggunakan gelombang suara kemudian diubah menjadi
gambar jaringan pada tubuh, seperti jaringan di dalam maupun di sekitar mata
(American Cancer Society, 2013). Ultrasound juga digunakan untuk
mendeteksi temuan-temuan di bagian posterior mata berupa massa, lesi
kalsifikasi intraokular, dan sebagainya (Parulekar, 2010).
2) Computed Tomography (CT) scan
Pemeriksaan CT scan merupakan tes sinar X yang berfungsi
menghasilkan gambar jaringan tubuh dengan potongan melintang. Tes ini
dapat memberi keterangan mengenai ukuran massa RB dan bagaimana
penyebarannya di dalam dan sekitar mata (American Cancer Society, 2013).

28
Akan tetapi, CT scan mempunyai kelemahan radiasi tinggi sehingga sebisa
mungkin dihindari (Parulekar, 2010).
3) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan MRI menggunakan magnet untuk menghasilkan
potongan gambar jaringan yang lebih spesifik dibandingkan CT scan. Tes
MRI sangat berguna jika ada kecurigaan metastasis ekstraokular (sering pada
metastasis intrakranial) dimana anak datang dengan tekanan intrakranial yang
meningkat dan dicurigai adanya trilateral retinoblastoma (Parulekar, 2010).
5) Biopsi
Biopsi pada RB tidak dilakukan sebab dapat memicu rusaknya
jaringan tumor sehingga tumor dapat menyebar lebih cepat (American Cancer
Society, 2013).

B . Diagnosa

1. Gangguan persepsi sensori visual b/d gangguan penerimaan sensori


2. Resiko tinggi cidera b/d keterbatasan lapang pandang
3. Ansietas b/d perubahan status kesehatan
4. Resiko keterlambatan perkembangan b/d pembatasan aktivitas
bermain, sosialisasi dengan kelompok

29
C.Intervensi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional


1. Gangguan Tujuan : setelah dilakukan - Kaji fungsi - Menilai
persepsi tindakan 3x24 jam penglihatan pasien kesehatan
sensori : diharapkan gangguan - Monitor fungsi lapang - Memonito

visual b/d persepsi sensori teratasi pandang, penglihatan, penglihata

gangguan Kriteria hasil : visus mengetah


penglihata
penerimaan - Mengenal - Pastikan derajat/tipe
- Mempeng
sensori gangguan sensori kehilangan
harapan m
(penurunan dan berkompensasi penglihatan
pasien d
penglihatan) terhadap perubahan
intervensi
- Mengidentifikasi/
- Dorong - Sementara
memperbaiki
mengekspresikan dini
potensial bahaya
perasaan tentang kebutaan,
dalam lingkungan.
kehilangan/kemumgki menghada
nan kehilangan kemungki
penglihatan mengalam
kehilanga
- Tunjukan pemberian penglihata
- Mengontr
tetes mata, contoh
mencegah
menghitung tetesan,
kehilanga
mengikuti jadwal,
penglihata
tidak salah dosis
- Lakukan tindakan
- Menurunk
untuk membantu
keamanan
pasien menangni
sehubunga
keterbatasan
perubahan
penglihatan , contoh
pandang/k

30
kurangi kekacauan, penglihata
perbaiki sinar suram akomodas
dan masalah terhadap
penglihatan malam lingkunga
- Kolaborasi : Siapkan - Pengangk
intervensi bedah mata,
sesuai indikasi: apabila tu
enuklasi mencapai
vitreous
nol, dilak
mencegah
- Pelaksanaan bermetast
krioterapi, jauh.
- Dilakukan
fotokoagulasi laser,
tumor
atau kombinasi
intraokule
sitostatik.
mencegah
pertumbuh
akan
memperta
visus.
2. Resiko cedera Tujuan : setelah dilakukan - Batasi aktivitas seperti - Menurunkan
b/d tindakan keperawatan menggerakkan kepala pada area o
keterbatasan 2x24 jam diharapkan tiba-tiba, menggaruk menurunkan
lapang mampu mengurangi resiko mata, membungkuk. intraokuler
pandang cedera - Anjurkan keluarga - Menurunkan

Kriteria Hasil: memberikan mainan memecahkan


yang aman (tidak dan jatuh d
- Klien terbebas
pecah), dan tidur
cidera
- Menyatakan pertahankan pagar
pemahaman factor tempat tidur.

31
yang terlibat dalam - Arahkan semua alat - Memfokuska
kemungkinan mainan yang pandang dan
cedera. dibutuhkan klien pada cedera
- Mengubah
tempat saat berusaha
lingkungan sesuai
menjangkau
- Menganjurkan keluarga
indikasi untuk - Melakukan
untuk selalu menemani
meningkatkan pengawasan
anak
keamanan mengontrol
- Berikan informasi pada cidera
- Memberikan
keluarga adanya
pengetahuan
perubahan status
resiko cider
kesehatan, penyakit
penyakit yan

- Kolaborasi: Pemberian
analgesik, misalnya: - Digunakan
acetaminophen mengatasi
(tyenol), empirin ketidaknyam
dengan kodein. meningkatka
istirahat/men
gelisah.

3. . Ansietas Tujuan : dilakukan - Bina hubungan saling - Menumbu


b/d perubahan tindakan dalam 1x24 jam percaya antara pasien percaya
status diharapkan anak mampu dengan perawat perawat
kesehatan mengungkapkan - Dorong pasien untuk - Menguran

kecemasannya mengungkapkan rasa kecemasa


takut atau kecemasan dengan

Kriteria hasil : yang mengganggunya mengungk


perasaann
- Ansietas menurun
- Mempeng
sampai pada tingkat - Kaji tingkat ansietas,

32
yang dapat diatasi derajat pengalaman nyeri persepsi
- Menggunakan sumber
dan pengetahuan kondisi terhadap
secara efektif
saat ini. diri,untuk
- Mengungkapkan rasa
mengontro
takut - Dukungan
- Dorong keluarga untuk
mampu m
selalu menemani anak
kenyaman
anak
- Berikan terapi bermain
- Menstimu
untuk ber
situasi ber
sedang
anak
- Menurunk
- Berikan informasi yang
ansietas s
akurat dan jujur.
dengan
ketidaktah
an yang ak
4. Resiko Tujuan : dilakukan - Kaji kemampuan - Mengetah
keterlambatan tindakan 6x 24 jam tingkat pengetahuan usia per
perkembangan diharapkan mampu pengasuh atau orang anak
b/d meningkatkan - Mengukur
tua
pembatasan pertumbuhan dan - Kaji faktor penyebab penyebab

aktivitas perkembangan anak gangguan keterlamb

bermain,sosial Kriteria hasil: perkembangan perkemba


- Komunika
isasi dengan - Anak berfungsi - Tingkatkan
menstimu
kelompok optimal sesuai komunikasi verbal
perkemba
tingkatannya dan stimulasi taktil
dan me
- Status nutrisi
kepercaya
seimbang
- Mampu sosialisasi anak
- Memberik

33
- Berikan reinforcement pengharga
positif atas hasil yang pencapaia
- Meningka
dicapai anak
- Berikan dukungan stimulasi
kepada anak untuk perkemba
melakukan sosialisasi kesiapan
dengan kelompok anak

- Berikan a
- Pantau kecenderungan
sesuai
peningkatan atau
anak
penurunan berat badan

D.Implementasi

Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang


telah direncanakan

E.Evaluasi

Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh
mana tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz Alimul. 2009: hl12)

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai


tujuan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga
perawat dapat mengambil keputusan:

34
1. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan)
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan)

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Retinoblastoma merupakan tumor pada bagian retina yang banyak
ditemukan pada anak-anak. Faktor utama berasal dari keturunan atau dalam
medis isebabkan oleh mutasi gen RB1, yang terletak pada lengan panjang
kromosom 13 pada locus 14 (13q14) dan kode protein pRB, yang berfungsi
sebagai supresor pembentukan tumor.
Retinoblastoma sering menyerang anak-anak dibawah usia 5 tahun
yang mana dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak terutama
pada kegiatan bermain dan sosialisasi dengan kelompok. Ciri-cirinya dengan
adanya penurunan fungsi penglihatan.

4.2 Saran
Diharapkan adanya makalah tersebut mahasiswa mampu mempelajari
etiologi dari penyakit retinoblastoma ini serta memahami asuhan keperawatan
yang sesuai

35

Anda mungkin juga menyukai