PENDAHULUAN
1
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan retinoblastoma ?
1.3 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mengetahui secara umum mengenai penyakit retinoblastoma serta
asuhan keperawatan yang tepat terhadap penyakit retinoblastoma tersebut.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian dari penyakit retinoblastoma
2. Mengetahui etiologi dari penyakit retinoblastoma
3. Mengetahi manifestasi klinis dari penyakit retinoblastoma
4. Mengetahui patofisiologi dari penyakit retinoblastoma
5. Mengetahui penatalaksanaan terhadap penyakit retinoblastoma
6. Mengetahui asuhan keperawatan yang tetap pada pasien
retinoblastoma
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
Anatomi Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan
multilapis yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata. Retina
membentang kedepan hamper sama jauhnya dengan corpus sillier, dan berakhir
di tepi ora serrata. Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada kutub posterior. Di
tengah-tengah retina posterior.
Permukaan luar retina berhubungan dengan koroid, sedangkan permukaan
dalamnya berhubungan dengan badan vitreous. Retina memiliki 10 lapisan,
yang terdiri dari (dari luar ke dalam):
1. epitel pigmen
2. batang dan kerucut
3. membran limitans eksterna
4. lapisan inti luar
5. lapisan pleksiform luar
6. lapisan inti dalam
7. lapisan pleksiform dalam
8. lapisan sel ganglion Universitas Sumatera Utara
9. lapisan serat saraf
10. membran limitans interna
3
Sumber: ( Mescher, A.L., 2010)
Fisiologi Retina
Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata
harus berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan
sebagai suatu trasdunces yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut dilapisan
fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya memjadi suatu impuls saraf
yang dihantarkan oleh lapisan, serta saraf retina melalui saraf optikus dan
akhirnya ke korteks penglihatan.
4
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna
kepada lingkungan mereka.
Sensori adalah stimulus atau rangsang yang datang dari dalam maupun
luar tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori (panca
indera) yang ditambah dengan dua sistem lain, yaitu sistem vestibular (sistem
dalam tubuh yang bertanggung jawab untuk menjaga untuk menjaga
keseimbangan, postur, dan orientasi tubuh dalam ruangan dan sistem propioseptif
(kemampuan keseimbangan, postur, dan orientasi tubuh dalam ruangan) dan
sistem propioseptif (kemampuan seseorang untuk memahami keberadaan
tubuhnya dalam ruang).
b. Jenis-jenis persepsi
1. Persepsi visual
2. Persepsi auditori
3. Persepsi perabaan
4. Persepsi penciuman
5
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu
hidung.
5. Persepsi pengecapan
6
Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai
komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (dalam Mar'at,
1991) ada tiga yaitu:
1. Komponen kognitif
2. Komponen Afektif
Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya
evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai
yang dimilikinya.
3. Komponen Konatif
2. Sensori
a. Usia
- Bayi tidak dapat membedakan stimulus sensori karena jalur jalur
sarafnya masih belum matang.
- Penglihatan berubah selama usia dewasa mencakup presbiopi
(ketidakmampuan memfokuskan pada objek dekat) dan kebutuhan
kacamata baca (biasanya terjadi pada usia 40-50 tahun
b. Medikasi
Beberapa antibiotika (misal streptomisin, gentamisin)adalah
oksitosik dan secara permanen dapat merusak saraf pendengaran,
kloramfenikol dapat mengiritasi saraf optik. obat-obat analgesik
narkotik, sedate dan antidepresan dapat mengubah persepsi stimulus.
c. Lingkungan
Stimulus lingkungan yang berlebihan (misal peralatan bising
dan percakapan staf di dalam unit perawatan intensif)dapat
7
menghasilkan beban sensori yang berlebihan, ditandai dengan
kebingungan, disorientasi, dan ketidakmampuan membuat keputusan.
Stimulus lingkungan yang terbatas (misal dengan isolasi# dapat
mengarah kepada deprivasi sensori. Kualitas lingkungan yang buruk
(misal penerangan yang buruk, lorong yang sempit, latar belakang
yang bising)dapat memperburuk kerusakan sensasi.
Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus.
Pada fase embrio, pertumbuhan dapat diawali mulai dari konsepsi hingga 8
minggu pertama yang dapat terjadi pertumbuhan yang cepat dari ovum
menjadi suatu organisme dan terbentuknya manusia. Pada minggu ke-2,
terjadi pembelahan sel dan pemisahan jaringan antara endoterm dan ektodrm.
Pada minggu ke-3 terbentuk lapisan mesoderm.
Pada masa ini sampai usia 7 minggu belum tampak adanya gerakan
yang berarti melainkan hanya terdapat denyut jantung janin, yaitu sudah mulai
dapat berdenyut sejak 4 minggu. Pada fase fetus terjadi sejak usia 9 minggu
hingga kelahiran, sedangkan minggu ke-12 sampai ke-40 terjadi peningkatan
fungsi organ, yaitu bertambahnya ukuran panjang dan berat badan terutama
pertumbuhan serta penambahan jaringan subkutan dan jaringan otot.
2. Masa Pascanatal
8
Tumbuh kembang masa pascanatal diawali dengan masa neonatus,
yaitu dimana terjadinya kehidupan yang baru. Pada masa ini terjadi proses
adaptasi semua sistem organ tubuh, dimulai dari aktifitas pernafasan,
pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan antara 35-50 kali permenit,
penyesuaian denyut jantung antara 120-160 kali permenit, perubahan ukuran
jantung menjadi lebih besar di bandingkan dengan rongga dada, kemudian
gerakan bayi mulai meningkat untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Usia 1-4 bulan, tumbuh kembang pada tahap ini diawali dengan
perubahan berat badan. Bila gizi anak baik, maka perkiraan berat
badan akan mencapai 700-1000 g/bulan. Pertumbuhan tinggi badan
agak stabil, tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan tinggi
badan.
Usia 4-8 bulan, pertumbuhan pada usia ini ditandai dengan perubahan
berat benda pada waktu lahir. Rata-rata kenaikan berat benda adalah
500-600 g/bulan, apabila mendapatkan gizi yang baik. Sedangkan
pertumbuhan tinggi badan tidak mengalamikecepatan dan stabil
berdasarkan pertambahan umur.
Usia 8-12 bulan, pada usia ini pertumbuhan berat badan dapat
mencapai tiga kali berat badan lahir, pertambahan berat badan
perbulan sekitar 350-450 gram pada usia 7-9 bulan, 250-350 gram
pada usia 10-12 bulan, bila memperoleh gizi baik. Pertumbuhan tinggi
badan sekitar 1,5 kali tinggi badan pada saat lahir. Pada usia 1 tahun,
pertambahan tinggi badan masih stabil dan diperkirakan mencapai 75
cm.
9
Pada masa ini, anak akan mengalami beberapa perlambatan dalam
pertumbuhan fisik. Pada tahun kedua, anak hanya mengalami kenaikan berat
badan sekitar 1,5 – 2,5 kg dan penambahan tinggi badan 6-10 cm.
Pertumbuhan otak juga akan mengalami perlambatan, kenaikan lingkar kepala
hanya 2 cm. untuk pertumbuhan gigi, terdapat tambahan 8 buah gigi susu,
termasuk gigi geraham pertama dan gigi taring, sehingga seluruhnya
berjumlah 14-16 buah. Pada usia 2 tahun, pertumbuhan fisik berat badan
sudah mencapai 4x berat badan lahir dan tinggi badan sudah mencapai 50
persen tinggi badan orang dewasa. Menginjak usia 3 tahun, rata-rata berat
badan naik menjadi 2-3 kg/tahun, tinggi badan naik 6-8 cm/tahun, dan lingkar
kepala menjadi sekitar 50 cm.
10
Pada masa remaja ini banyak dijumpai masalah, karena masa ini
merupakan proses menuju kedewasaan dan anak ingin mencoba mandiri.
Masalah yang sering dijumpai adalah perubahan bentuk tubuh. Perkembangan
khusus yang terjadi pada masa ini adalah kematangan identitas seksual yang
ditandai dengan perkembangan organ reproduksi. Masa ini merupakan masa
krisis identitas dimana anak memasuki proses pendewasaan dan
meninggalkan masa anak-anak, sehingga membutuhkan bantuan dari orang
tua.
11
anak sudah mengerti tentang keterbatasan diri sendiri. Anak sudah mengenal
konsep tentang waktu dan mengingat kejadian yang lalu. Pemahaman belum
mendalam dan akan berkembang di akhir usia sekolah (masa remaja).
12
pada lain jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya dan anak
perempuan cenderung suka pada ayahnya.
Kepuasan anak pada fase ini kembali bangkit dan mengarah pada
perasaan cinta matang terhadap lawan jenis.
Bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik orang tua
maupun orang yang mengasuhnya ataupun tenaga kesehatan yang
merawatnya. Kegagalan pada tahap ini apabila terjadi kesalahan dalam
mengasuh atau merawat maka akan timbul rasa tidak percaya.
13
Anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau
prestasinya sehingga anak pada usia ini adalah rajin dalam melakukan sesuatu.
Apabila pada tahap ini gagal anak akan rendah diri. Tahap identitas dan
kebingungan peran pada masa adolesence.anak mengalami perubahan diri,
perubahan hormonal. Tahap keintiman dan pemisahan terjadi pada masa
dewasa yaitu anak mencoba melakukan hubungan dengan teman sebaya ata
kelompok masyarakat dalam kehidupan sosial.
14
Anak-anak taat bila mereka ingin dan butuh untuk taat. Apa yang benar
adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan
hadiah.
15
relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain.
Seseorang menyadari bahwa hukum penting bagi masyarakat, tetapi juga
mengetahui bahwa hukum dapat diubah. Seseorang percaya bahwa
beberapa nilai, seperti kebebasan, lebih penting dari pada hukum.
16
Sumber : Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006
17
1. Definisi Retinoblastoma
Retinoblastoma merupakan tumor ganas intraokular yang ditemukan pada
anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan
retino embrional (Mansjoer, 2005).
Retinoblastoma adalah Tumor ganas dalam bola mata pada anak dan
bayi sampai 5 tahun ( Sidarta Ilyas, 2002 ).
Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik
yang tidak berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pada anak.
Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-anak,
terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina
embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar
kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom.
Massa tumor diretina dapat tumbuh kedalam vitreus (endofitik) dan
tumbuh menembus keluar (eksofitik). Pada beberapa kasus terjadi
penyembuhan secara spontan. Sering terjadi perubahan degeneratif, diikuti
nekrosis dan kalsifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50%
menurunkan anak dengan retinoblastoma. Pewarisan ke saudara sebesar 4-7%.
2. Etiologi
Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi gen RB1, yang terletak pada
lengan panjang kromosom 13 pada locus 14 (13q14) dan kode protein pRB,
yang berfungsi sebagai supresor pembentukan tumor. pRB adalah
nukleoprotein yang terikat pada DNA (Deoxiribo Nucleid Acid) dan
mengontrol siklus sel pada transisi dari fase G1 sampai fase S. Jadi
mengakibatkan perubahan keganasan dari sel retina primitif sebelum
diferensiasi berakhir. Retinoblastoma normal yang terdapat pada semua orang
adalah suatu gen supresor atau anti-onkogen. Individu dengan penyakit yang
herediter memiliki satu alel yang terganggu di setiap sel tubuhnya, apabila alel
pasangannya di sel retina yang sedang tumbuh mengalami mutasi spontan,
terbentuklah tumor. Pada bentuk penyakit yang nonherediter, kedua alel gen
18
Retinoblastoma normal di sel retina yang sedang tumbuh diinaktifkan oleh
mutasi spontan.
3. Patofisiologi
Teori tentang histogenesis dari Retinoblastoma yang paling banyak
dipakai umumnya berasal dari sel prekursor multipotensial (mutasi pada
lengan panjang kromosom pita 13, yaitu 13q14 yang dapat berkembang pada
beberapa sel retina dalam atau luar. Pada intraokular, tumor tersebut dapat
memperlihatkan berbagai pola pertumbuhan yang akan dipaparkan di bawah
ini.
Pola pertumbuhan
19
Dengan penyebaran tumor sepanjang ruang sub arachnoid ke otak. Sel
Retinoblastoma paling sering keluar dari mata dengan menginvasi saraf optikus
dan meluas kedalam ruang sub arachnoid.
Diffuse infiltration retina
Sel tumor mungkin juga melewati kanal atau melalui slera untuk masuk
ke orbita. Perluasan ekstraokular dapat mengakibatkan proptosis sebagaimana
tumor tumbuh dalam orbita. Pada bilik mata depan, sel tumor menginvasi
trabecular messwork, memberi jalan masuk ke limphatik conjunctiva.
Kemudian timbul kelenjar limfe preauricular dan cervical yang dapat teraba.
Dibagi menjadi IV stadium, masing-masing:
1) Stadium I: menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium tenang)
2) Stadium II: tumor terbatas pada bola mata.
3) Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang
melampaui ujung nervus optikus yang dipotong saat enuklasi.
4) Stadium IV: ditemukan metastase jauh ke dalam otak.
Pathway
20
Faktor pemicu :
Herediter / keturunan
lingkungan, sinar UV,
Virus, Zat Kimia, Radiasi
Respon psikologis Leukoria hyphema Sel sel tumor lepas ke bagian anterior
mata
cemas
Tajam pengelihatan menurun,
hipoion
merah dan berair, juling
ansietas pandangan berat
Peningkatan TIO
4. Manifestasi klinis
1. Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan.
21
2. Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling, mata merah atau
terdapatnya warna iris yang tidak normal.
3. Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion, di dalam
bilik mata depan, uveitis, endoftalmitis, ataupun suatu panoftalmitis.
4. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola
mata.
5. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
6. Tajam penglihatan sangat menurun.
7. Nyeri
8. terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan pembuluh
darah di atasnya.
5. Klasifikasi
1. Golongan I
Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil.
Terdapat pada atau dibelakang ekuator
Prognosis sangat baik
2. Golongan II
Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil
Prognosis baik
3. Golongan III
Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter
papil
Prognosis meragukan
4. Golongan IV
Tumor multiple sampai ora serata
Prognisis tidak baik
5. Golongan V
Setengah retina terkena benih di badan kaca
Prognosis buruk
6. Pemeriksaan Penunjang
beberapa pemeriksaan sebagai sarana penunjang:
1. Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina
disertai pembuluh darah pada permukaan ataupun didalam massa tumor
tersebut dan berbatas kabur
2. X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan
kalsifikasi. Bila tumor mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen :
Optikum melebar.
22
3. USG : Adanya massa intraokuler
4. LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah, bila
ratsio lebih besar dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya retinoblastoma
intaokuler (Normal ratsio Kurang dari 1)
5. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien
dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
7. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan dari retinoblastoma telah berubah secara dramatis
sejak beberapa tahun belakangan sehubungan dengan evolusi dari kemajuan
teknik operasi. Tujuan dari terapi adalah diutamakan untuk menyelamatkan
hidup pasien dan juga mata pasien. Ultrasonografi dan tomografi komputer
dilakkukan terutama untuk klien dengan metastasis keluar, misalnnya dengan
gejala proptosis bola mata.
Jika satu mata yang terserang, pengobatan tergantung pada klasifikasi
tumor :
a. Golongan I atau II dengan pengobatan local (radiasi, cryotherafy,
fotokoagulasi laser). Kadang-kadang digabung dengan kemoterapi..
b. Jika tumor besar (golongan IV atau V), mata harus dienukleasi segera.
Mata yang tidak terkena dilakukan radiasi sinar-X dan kemoterapi.
Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreus dan visus nol,
dilakukan enukleasi. Jika tumor telah keluar bulbus okuli tetapi masih terbatas di
rongga orbita, dilakukan kombinasi eksenterasi, radioteraapi dan kemoterafi. Klien
harus dievaluasi seumur hidup katena 20-90 % klien ratinnoblastoma bilateral akan
menderita tumor ganas primer terutamaasteosarkoma.
23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata klien
Berisi identitas klien seperti nama, umur : sering terjadi padaa anak-anak
di bawah 2 tahun, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No
register, dan diagnosa medis. Retinoblastoma umumnya ditemukan pada anak-
anak, terutama pada usia di bawah 5 tahun.
2. Keluhan utama
24
Biasanya anak akan rewel, merasa kesakitan di daerah mata,bola mata
membesar, sering mengalami sakit kepala
3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat Psikologi
Reaksi pasien dan keluarganya terhadap gangguan penglihatan yang
dialami pasien: cemas, takut, gelisah, sering menangis, sering bertanya.
5. Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan fisik persistem
1. B1 : Breathing tandanya dispnea, takipnea, batuk, ronki.
Penurunan bunyi napas. Kulit, membran mukosa pucat.
2. B2 : Blood Tanda: takikardi, mur-mur jantung
3. B3: Brain. Tanda: Defisit saraf kranial dan/atau tanda perdarahan
cerebral.
4. B4: Bladder
25
5. B5: Bowel. Tandanya : diare; nyeri tekan perianal, nyeri.
BAB(Darah merah terang pada tisu, feses hitam.)BAK(Darah
pada urine, penurunan haluaran urine.)
6. B6 : Bone. Tandanya:kelelahan, malaise, kelemahan,
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas biasanya.
- Pemeriksaan lanjutan
a. Pemeriksaan Tajam Penglihatan (Visus)
Tajam penglihatan pada kasus RB umumnya sangat menurun dan
tergantung tingkat keparahannya. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menentukan tingkat keparahan dan tata laksana yang tepat. Penulis belum
menemukan jurnal mengenai tajam penglihatan awal sebelum dilakukan
intervensi dan tata laksana (Ilyas & Yulianti, 2011).
Tajam penglihatan diuji dengan kartu mata (kartu snellen) yang
diletakkan 6 meter (20 kaki) dari pasien atau menggunakan kartu dekat.
Pasien diminta untuk menutup salah satu mata dengan selembar karton/kertas
agar kedua mata tetap terbuka dan membaca setiap baris pada kartu sampai
huruf tidak dapat dikenali.
b. Pemeriksaan Funduskopi
Pemeriksaan funduskopi bertujuan untuk melihat gambaran normal
atau tidak normal pada bagian dalam mata atau fundus okuli. Gambaran
funduskopi pasien RB bermacam-macam tergantung pada tingkat
keparahannya. Stadium awal dengan keluhan leukokoria menghasilkan
gambaran funduskopi berupa daerah retina yang tampak memutih. Gambaran
lainnya dapat berupa neovaskularisasi, hifema, hipopion, atau depresi sklera
(Lin & O’brien, 2009).
c. Pemeriksaan Tekanan Bola Mata
Pemeriksaan tekanan bola mata bertujuan untuk menilai perubahan
pada tekanan bola mata dengan alat tonometer (Ilyas & Yulianti, 2011).
Terkadang pasien RB datang dalam stadium berat dengan komplikasi berupa
glaukoma sehingga pengukuran tekanan bola mata penting untuk diagnosis
awal (Lin & O’brien, 2009).
6. Pola fungsi kesehatan
a. Aktivitas
26
Gejala: kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas biasanya.
b. Sirkulasi
c. Eliminasi
d. Integritas ego
e. Makanan/cairan
Gejala:
Gejala:
- kurang/penurunan koordinasi.
- Perubahan alam perasaan, kacau, disorientasi, ukuran konsisten.
- Pusing, kebas, kesemutan parastesi.
g. Nyeri/ketidaknyamanan
27
h. Pernapasan
i. Keamanan
Gejala:
k. Penyuluhan/pembelajaran
7 Pemeriksaan Penunjang
1) Ultrasound
Ultrasound menggunakan gelombang suara kemudian diubah menjadi
gambar jaringan pada tubuh, seperti jaringan di dalam maupun di sekitar mata
(American Cancer Society, 2013). Ultrasound juga digunakan untuk
mendeteksi temuan-temuan di bagian posterior mata berupa massa, lesi
kalsifikasi intraokular, dan sebagainya (Parulekar, 2010).
2) Computed Tomography (CT) scan
Pemeriksaan CT scan merupakan tes sinar X yang berfungsi
menghasilkan gambar jaringan tubuh dengan potongan melintang. Tes ini
dapat memberi keterangan mengenai ukuran massa RB dan bagaimana
penyebarannya di dalam dan sekitar mata (American Cancer Society, 2013).
28
Akan tetapi, CT scan mempunyai kelemahan radiasi tinggi sehingga sebisa
mungkin dihindari (Parulekar, 2010).
3) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan MRI menggunakan magnet untuk menghasilkan
potongan gambar jaringan yang lebih spesifik dibandingkan CT scan. Tes
MRI sangat berguna jika ada kecurigaan metastasis ekstraokular (sering pada
metastasis intrakranial) dimana anak datang dengan tekanan intrakranial yang
meningkat dan dicurigai adanya trilateral retinoblastoma (Parulekar, 2010).
5) Biopsi
Biopsi pada RB tidak dilakukan sebab dapat memicu rusaknya
jaringan tumor sehingga tumor dapat menyebar lebih cepat (American Cancer
Society, 2013).
B . Diagnosa
29
C.Intervensi
30
kurangi kekacauan, penglihata
perbaiki sinar suram akomodas
dan masalah terhadap
penglihatan malam lingkunga
- Kolaborasi : Siapkan - Pengangk
intervensi bedah mata,
sesuai indikasi: apabila tu
enuklasi mencapai
vitreous
nol, dilak
mencegah
- Pelaksanaan bermetast
krioterapi, jauh.
- Dilakukan
fotokoagulasi laser,
tumor
atau kombinasi
intraokule
sitostatik.
mencegah
pertumbuh
akan
memperta
visus.
2. Resiko cedera Tujuan : setelah dilakukan - Batasi aktivitas seperti - Menurunkan
b/d tindakan keperawatan menggerakkan kepala pada area o
keterbatasan 2x24 jam diharapkan tiba-tiba, menggaruk menurunkan
lapang mampu mengurangi resiko mata, membungkuk. intraokuler
pandang cedera - Anjurkan keluarga - Menurunkan
31
yang terlibat dalam - Arahkan semua alat - Memfokuska
kemungkinan mainan yang pandang dan
cedera. dibutuhkan klien pada cedera
- Mengubah
tempat saat berusaha
lingkungan sesuai
menjangkau
- Menganjurkan keluarga
indikasi untuk - Melakukan
untuk selalu menemani
meningkatkan pengawasan
anak
keamanan mengontrol
- Berikan informasi pada cidera
- Memberikan
keluarga adanya
pengetahuan
perubahan status
resiko cider
kesehatan, penyakit
penyakit yan
- Kolaborasi: Pemberian
analgesik, misalnya: - Digunakan
acetaminophen mengatasi
(tyenol), empirin ketidaknyam
dengan kodein. meningkatka
istirahat/men
gelisah.
32
yang dapat diatasi derajat pengalaman nyeri persepsi
- Menggunakan sumber
dan pengetahuan kondisi terhadap
secara efektif
saat ini. diri,untuk
- Mengungkapkan rasa
mengontro
takut - Dukungan
- Dorong keluarga untuk
mampu m
selalu menemani anak
kenyaman
anak
- Berikan terapi bermain
- Menstimu
untuk ber
situasi ber
sedang
anak
- Menurunk
- Berikan informasi yang
ansietas s
akurat dan jujur.
dengan
ketidaktah
an yang ak
4. Resiko Tujuan : dilakukan - Kaji kemampuan - Mengetah
keterlambatan tindakan 6x 24 jam tingkat pengetahuan usia per
perkembangan diharapkan mampu pengasuh atau orang anak
b/d meningkatkan - Mengukur
tua
pembatasan pertumbuhan dan - Kaji faktor penyebab penyebab
33
- Berikan reinforcement pengharga
positif atas hasil yang pencapaia
- Meningka
dicapai anak
- Berikan dukungan stimulasi
kepada anak untuk perkemba
melakukan sosialisasi kesiapan
dengan kelompok anak
- Berikan a
- Pantau kecenderungan
sesuai
peningkatan atau
anak
penurunan berat badan
D.Implementasi
E.Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh
mana tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz Alimul. 2009: hl12)
34
1. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan)
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Retinoblastoma merupakan tumor pada bagian retina yang banyak
ditemukan pada anak-anak. Faktor utama berasal dari keturunan atau dalam
medis isebabkan oleh mutasi gen RB1, yang terletak pada lengan panjang
kromosom 13 pada locus 14 (13q14) dan kode protein pRB, yang berfungsi
sebagai supresor pembentukan tumor.
Retinoblastoma sering menyerang anak-anak dibawah usia 5 tahun
yang mana dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak terutama
pada kegiatan bermain dan sosialisasi dengan kelompok. Ciri-cirinya dengan
adanya penurunan fungsi penglihatan.
4.2 Saran
Diharapkan adanya makalah tersebut mahasiswa mampu mempelajari
etiologi dari penyakit retinoblastoma ini serta memahami asuhan keperawatan
yang sesuai
35