Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak kalah penting untuk proses
perkembangan individu teruntuk dalam dunia pendidikan. Sebagai sebuah layanan
profesional, kegiatan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan.
Akan tetapi bimbingan dan konseling harus berpijak pada landasan yang kokoh dan
berdasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Dengan adanya pijakan yang jelas diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan
konseling baik dalam teori maupun prakteknya lebih bisa dipertanggungjawabkan serta
memberikan manfaat bagi kehidupan khususnya bagi para penerima jasa layanan
(klien).Tugas seorang konselor juga sangat berpengaruh dalam melaksanakan bimbingan
dan konseling. Semua aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling tersebut supaya
tidak masuk kedalam penyimpangan yang dapat merugikan semua pihak terutama klien,
maka pemahaman dan penguasaan tentang landasan bimbingan dan konseling khususnya
para konselor perlu diperhatikan dan dimengerti mengenai apa saja yang menjadi tanggung
jawabnyasupaya permasalahan bisa teratasi dengan baik.
Dengan demikian, dalam upaya memberikan pemahaman tentang landasan bimbingan
dan konseling khususnya bagi para konselor, maka melalui tulisan ini penulis akan
membahas tentang landasan bimbingan konseling dan profesi konselor.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja landasan bimbingan dan konseling ?
2. Bagaimana profesi konselor?

C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang landasan bimbingan dan konseling.
2. Menjelaskan tentang profesi konselor.

D. Manfaat
1. Mengetahui tentang landasan bimbingan dan konseling.
2. Mengetahui tentang profesi konselor.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Bimbingan Konseling


Membicarakan tentang landasan dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya
tidak jauh berdeda dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan dalam pendidikan,
seperti landasan dalam pengembangan kurikulum, landasan pendidikan non formal
ataupun landasan pendidikan secara umum. 1 Adapun penjelasan mengenai landasan
pelayanan bimbingan konseling yang meliputi :
1. Landasan Filosofis
Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa Yunani philos berarti cinta dan
shopos berarti bijaksana. Jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan.
Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi serangkaian kegiatan atau tindakan
yang semuanya diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana. Untuk itu
diperlukan pemikiran filosofis tentang berbagai hal yang bersangkut paut dalam
pelayanan bimbingan dan konseling. Berikut akan diuraikan beberapa pemikiran
filosofis yang selalu terkait dalam pelayanan bimbingan dan konseling yaitu tentang
hakikat manusia, tujuan dan tugas kehidupan.
a. Hakikat Manusia
Pertanyaan filosofis yang setiap kali muncul adalah : Apakah manusia itu ?
Menurut teori evolusinya yang berdasarkan perkembangan biologis, Charles
Darwin memberikan pendapat bahwa manusia adalah hasil evolusi binatang yang
lebih rendah. Semua cikal bakal manusia tidak seperti keadaannya sekarang,
melainkan lebih menyerupai kera. Nenek moyang manusia yang seperti kera itu
terus berevolusi, mengalami perubahan secara perlahan-lahan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan selama berjuta-juta tahun. Dan
akhirnya terwujudlah manusia dalam bentuknya sekarang.
Sedangkan menurut Albert Ellis hakikat manusia adalah dilahirkan dengan
potensial, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional
dan jahat. Hakikat manusia sebagaimana tergambar diatas akan terwujud selama
manusia itu ada, dari zaman ke zaman. Namun untuk mengoptimalkan
perwujudan kemanusiaan itu, upaya-upaya pendidikan, pembudayaan, dan
konseling perlu diselenggarakan. Dari sisi yang lain, upaya-upaya pembudayaan,
pendidikan dan konseling perlu didasarkan pada pemahaman tentang hakikat

1
Syamsu Yusuf,L.N. dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung:PT
Remaja Rosdakarya Offset, 2014), 105.
2
manusia itu agar upaya-upaya tersebut lebih efektif dan tidak menyimpang dari
hakikat manusia itu sendiri.
b. Tujuan dan Tugas kehidupan
Secara naluriah manusia memiliki kebutuhan untuk hidup bahagia, sejahtera,
nyaman, dan menyenangkan. Secara ekstrim, Freud mengatakan bahwa manusia
dalam hidupnya selalu mengejar kenikmatan dan menghindar dari rasa sakit
(kondisi yang tidak menyenangkan). Sedangkan menurut Prayitno dan Erman
Amti mengemukakan model Witner dan Sweeney tentang kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup serta upaya mengembangkan dan mempertahankannya
sepanjang hayat. Menurut mereka, ciri-ciri hidup sehat sepanjang hayat itu
ditandai dengan 5 kategori tugas kehidupan yaitu :
1) Spiritualitas yaitu terdapat agama sebagai sumber inti bagi manusia.
2) Pengaturan diri yaitu seseorang yang mengamalkan hidup sehat pada dirinya
dan memiliki ciri-ciri tertentu.
3) Bekerja, dengan bekerja seseorang akan memperoleh keuntungan ekonomis,
psikologis dan sosial.
4) Persahabatan yaitu hubungan sosial, baik antar individu maupun dalam
masyarakat secara lebih luas yang tidak melibatkan unsur-unsur perkawinan
dan keterikatan ekonomis.
5) Cinta, dengan cinta hubungan seseorang dengan orang lain cenderung menjadi
amat intim, saling mempercayai, saling terbuka, saling kerjasama dan saling
memberikan komitmen yang kuat.

2. Landasan Religius
Landasan religius bimbingan dan konseling pada dasarnya ingin menetapkan
klien sebagai makhluk Tuhan dengan segenap kemuliaannya menjadi fokus sentral
upaya bimbingan dan konseling. Terkait dengan kecenderungan berkembangnya
konseling yang berbasis spiritual maka konselor dituntut memiliki pemahaman
tentang :
a. Manusia Sebagai Makhluk Tuhan
Keyakinan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan menekankan pada
ketinggian derajat dan keindahan makhluk manusia itu serta peranannya sebagai
khalifah dimuka bumi. Derajat dan keberadaan yang paling mulia diantara
makhluk-makhluk Tuhan itu perlu dimuliakan oleh manusia itu sendiri.
b. Sikap Keberagamaan
Kehidupan beragama merupakan gejala yang universal. Pada bangsa-bangsa
dan kelompok-kelompok manusia dari zaman ke zaman senantiasa dijumpai
praktek-praktek kehidupan keagamaan. Kehidupan keagamaan yang semula
3
dianggap sakral (suci) karena segala sesuatunya didasarkan pada firman-firman
Tuhan dan yang merosot menjadi sekedar upacara rutin belaka.
c. Peranan Agama
Dalam kehidupan keberagamaan yang kental dan dinamis, peranan agama
dalam upaya pemuliaan kemanusiaan manusia mendapat tempat yang amat
penting dan strategis. Dalam bimbingan dan konseling juga diperankan kaidah-
kaidah agama, yaitu berkenaan dengan hakikat sasaran layanan (klien), serta
konteks sosial-budayanya.
3. Landasan Psikologis
Psikologis merupakan kajian tentang tingkah laku individu. Landasan
psikologis dalam bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang
tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk keperluan
bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi yang perlu
dikuasai yaitu :
a. Motif dan motivasi
b. Pembawaan dasar dan lingkungan
c. Perkembangan individu
d. Belajar, balikan dan penguatan
e. Kepribadian2

4. Landasan Sosial Budaya


Sebagai makhluk sosial manusia tidak pernah dapat hidup seorang diri.
Dimanapun dan bilamanapun manusia hidup senantiasa membentuk kelompok
hidup terdiri dari sejumlah anggota, guna menjamin baik keselamatan,
perkembangan, maupun keturunan. Masyarakat dan kebudayaan itu merupakan dua
sisi dari satu mata uang yang sama, yaitu sisi generasi tua sebagai pewaris dan sisi
generasi muda sebagai penerus.
a. Individu sebagai produk lingkungan sosial budaya
Setiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya tuntutan
biologisnya, tetapi juga tuntutan budaya di tempat ia hidup. Tuntutan budaya itu
menghendaki agar ia mengembangkan tingkah lakunya, sehingga sesuai dengan
pola-pola yang dapat diterima dalam budaya tersebut. Kegagalan memenuhi
tuntutan biologis individu akan mengakibatkan mati atau kepunahan, dan
kegagalan memenuhi tuntutan budaya akan mengakibatkan ia tersingkir dari
kehidupan bersama

2
Syamsu Yusuf,L.N. dan Juntika Nurihsan, 106-119

4
b. Bimbingan dan konseling antar Budaya
Sesuai dengan dimensi kesosialannya, individu-individu saling
berkomunikasi dan menyesuaikan diri. Komunikasi dan penyesuaian diri antar
individu yang berasal dari latar belakang budaya yang sama cenderung lebih
mudah daripada antar mereka yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Ada
5 macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi dan
penyesuaian diri antarbudaya, yaitu sumber-sumber berkenaan dengan perbedaan
bahasa,komunikasi non-verbal,stereotip,kecenderungan menilai,dan kecemasan.
5. Landasan Ilmiah dan Teknologis
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang
memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan
kegiatannya, maupun pengembangan-pengembangan pelayanan itu secara
berkelanjutan.
a. Keilmuan bimbingan dan konseling
Ilmu sering disebut “ilmu pengetahuan”, merupakan sejumlah pengetahuan
yang disusun secara logis dan sistematik. Pengetahuan adalah sesuatu yang
diketahui melalui panca indra dan pengolahan oleh daya pikir. Dengan demikian,
ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan
dan konseling yang tersusun secara logis dan sistematik. Sebagai layaknya ilmu-
ilmu lain, ilmu bimbingan dan konseling mempunyai objek kajiannya sendiri,
metode penggalian pengetahuan yang menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika
pemaparannya.
b. Peran ilmu lain dan teknologi dalam bimbingan dan konseling
Pernah disebutkan, bimbingan dan konseling sebagaimana juga pendidikan,
merupakan ilmu yang bersifat multireferensial, artinya ilmu dengan rujukan
berbagai ilmu yang lain. Sumbangan berbagai ilmu lain itu kepada bimbingan
konseling tidak hanya terbatas kepada pembentukan dan pengembangan teori-
teori bimbingan dan konseling, melainkan juga kepada praktek pelayanannya.
c. Pengembangan bimbingan dan konseling melalui penelitian
Pengembangan praktek pelayanan bimbingan dan konseling, tidak boleh
tidak harus melalui penelitian, bahkan kalau dapat penelitian yang bersifat
eksperimen. Dengan demikian melalui penelitian suatu teori dan praktek
bimbingan konseling menemukan pembuktian tentang ketepatan dan keefektifan
atau keefesiennnya di lapangan.
6. Landasan Pedagogis
Landasan pedagogis mengemukakan bahwa antara pendidikan dan bimbingan
memang dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Secara mendasar

5
bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk pendidikan. Demikianlah,
proses bimbingan dan konseling adalah proses pendidikan yang menekankan pada
kegiatan belajar dan sifat normative. Tujuan-tujuan bimbingan dan konseling
memperkuat tujuan-tujuan pendidikan dan menunjang program-program pendidikan
secara menyeluruh.3

B. Profesi Konselor
Sebelum mengetahui apakah yang dikerjakan oleh seorang konselor terlebih
dahulu penulis akan memaparkan penjelasan mengenai konseling sebagai profesi
penolong. Konseling sebagai profesi penolong (helping profession) adalah konsep
yang melandasi peran dan fungsi konselor di masyarakat. Profesi penolong adalah
profesi yang anggota-anggotanya dilatih khusus dan memiliki sertifikat untuk
melakukan sebuah pelayanan yang dibutuhkan masyarakat.4
Berkaitan tentang profesi penolong sangat tepat jika dimulai dari fondasi
terdalam eksistensinya yaitu klien. Adapun klien tersebut memiliki karakteristik
pembeda tertentu sehingga seorang konseling dan lembaga institusi harus
mengkonstribusikan pengetahuan dan keterampilan khusus.
Selanjutnya penjelasan mengenai apa saja aktivitas-aktivitas mendasar yang telah
dikembangkan oleh konselor, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Asesmen Individu
Asesmen individu adalah upaya sistematis pengidentifikasian karakteristik dan
potensi setiap klien. Aktivitas ini sering dianggap sebagai keterampilan utama
konselor karena menyediakan basis data untuk memahami secara menyeluruh
individu (klien) dalam lingkup konseling. Seorang konselor harus bisa melakukan
pengidentifikasian karakteristik dan potensi setiap klien melalui perencanaan efektif
aktivitas-aktivitas konseling kelompok yang mencerminkan minat dan kebutuhan
klien. Selain itu juga bisa melakukan progam pengembangan karir dan potensi
individu.
2. Konseling Individu
Konseling individu adalah hubungan yang berupa bantuan satu-satunya yang
berfokus kepada pertumbuhan dan penyesuaian pribadi serta memenuhi kebutuhan
akan penyelesaian problem yang dihadapi individu. Bantuan tersebut merupakan
proses berpusat pada klien yang menuntut kepercayaan diri konselor dan
kepercayaan klien kepadanya. Seorang konselor tidak hanya memiliki jenjang

3
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,(Jakarta: PT Rineka
Cipta,2004),169-186
4
Robert L. Gibson dan Marianne H. Mitchell, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011), 43
6
tertinggi dalam pelatihan dan keahlian profesional tetapi juga watak kepribadian
yang baik.
3. Bimbingan dan Konseling Kelompok
Bimbingan dan konseling kelompok adalah cara untuk memberikan bantuan
terorganisasi dan terencana untuk individu-individu diberbagai jangkauan. Konselor
menyediakan bantuan melalui konseling kelompok atau bimbingan kelompok yaitu
melalui pembentukan kelompok-kelompok tugas.
Bimbingan kelompok mengacu kepada aktivitas-aktivitas kelompok yang
berfokus kepada penyediaan informasi dan diorganisasikan untuk mencegah
berkembangnya suatu permasalahan. Sedangkan konseling kelompok terfokus untuk
membantu klien dalam mengatasi penyesuaian diri sehari-hari serta menjaga
perkembangan dan pertumbuhan pribadi.
4. Bantuan Karir
Bantuan karir sangat diperlukan sekali bagi klien untuk mempersiapkan masa
depan yang baik. Dalam lingkup sekolah disediakan layanan informasi tentang
pekerjaan dan pendidikan atau bisa disebut dengan bimbingan karir. Bimbingan
karir tersebut adalah tanggung jawab seorang konselor di sekolah untuk
pengembangan karir siswa.
5. Penempatan dan Tindak lanjut
Aspek penempatan dan tindak lanjut berfungsi dalam penentuan karir
dikemudian. Konselor mempunyai tanggung jawab dalam penempatan dan tindak
lanjut tersebut dengan melakukan penekanan terhadap penempatan jalur pendidikan
yang tepat dalam bentuk mata pelajaran dan program-program pelatihan.
Penempatan dan tindak lanjut semakin penting dalam kesetimbangan dan
perencanaan karir.
6. Perujukan
Perujukan adalah praktek membantu klien untuk menemukan bantuan dari ahli
yang dibutuhkan lantaran tidak bisa disediakan konselornya. Perujukan
mengarahkan klien ke konselor lain yang lebih tinggi tingkat pelatihannya. Dengan
demikian seorang konselor itu harus meningkatkan kemampuannya sendiri dan bisa
menerima banyak rujukan dari banyak ahli atau konselor lain agar bisa membantu
klien dalam memenuhi semua kebutuhannya.
7. Konsultasi
Konsultasi adalah proses membantu klien melalui pihak ketiga. Bentuk yang
pertama adalah konsultasi triadik. Konsultasi triadik sangat efektif untuk membantu
orang tua dalam menangani anaknya yang bermasalah atau guru dalam mengatasi
siswanya yang bermasalah. Bentuk yang kedua biasanya disebut dengan konsultasi

7
proses. Dimana dalam konsultasi proses tersebut berfokus utamanya kepada proses
yang digunakan konselor dalam memecahkan masalah. Di lingkup sekolah,
konselor semakin banyak digunakan untuk menjadi konsultan guru dan orang tua.
8. Riset
Riset sangat diperlukan bagi pengembangan profesi konseling. Riset adalah
cara memproduksi pengetahuan tambahan, menyediakan data faktual untuk
memperkuat dan membimbing penilaian profesional konselor. Hasil riset dan proses
riset sangat penting untuk membuat program jadi lebih baik. Konselor tidak bisa
mengabaikan atau meremahkan pentingnya melakukan riset.
9. Evaluasi
Konselor diharapkan melakukan evaluasi. Evaluai adalah cara atau proses
menilai efektivitas dari aktivitas konselor. Dengan demikian seorang konselor bisa
melakukan perbaikan dan peningkatan dalam tanggung jawabnya untuk membantu
kebutuhan yang diperlukan klien.5
Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa tugas dan tanggung jawab
konselor adalah membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya. Konselor harus
mempelajari pertumbuhan dan perkembangan klien untuk bisa mencari jalan solusi
yang tepat serta memenuhi kebutuhan dan harapannya untuk mencapai perkembangan
profesi konselor.
Adapun profesi konselor mempunyai tanggung jawab yang meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. Konselor harus terlatih sepenuhnya agar dapat memenuhi kebutuhan populasi klien
yang mereka tangani.
2. Konselor secara aktif harus mencari dan mendapatkan sertifikasi yang tepat sesuai
pelatihan, latar belakng dan lingkup praktiknya.
3. Konselor perlu berkomitmen secara pribadi dan profesional untuk terus
memperbaharui dan meningkatkan keahlian dan pengetahuan mereka sebagai
cerminan kemajuan terbaru di bidang profesi mereka.
4. Konselor perlu menyadari dan berkonstribusi bagi pengembangan profesi dengan
melakukan studi-studi riset yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan
tentang profesinya.
5. Konselor sadar betul dan taat pada peraturan dalam praktek konseling.6

Corey juga menyatakan bahwa fungsi utama dari seorang konselor adalah
membantu klien menyadari kekuatan-kekuatan mereka sendiri, menemukan hal-hal apa

5
Robert L. Gibson dan Marianne H. Mitchell, 50-56
6
Robert L. Gibson dan Marianne H. Mitchell, 46
8
yang merintangi mereka untuk menemukan kekuatan tersebut dan memperjelas pribadi
seperti apa yang mereka harapkan.7

7
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam teori Dan Praktik, (Jakarta:
Kencana, 2014), 32
9
BAB III
PENUTUP

Simpulan

1. Berbagai hal yang menjadi landasan pelayanan bimbingan konseling yaitu landasan
filosofis, landasan religius, landasan psikologis, landasan sosial budaya, landasan
ilmiah dan teknologis, serta landasan pedagogis.

2. Profesi konselor mencakup aktivitas-aktivitas mendasar diantaranya adalah sebagai


berikut :
a. Asesmen Individu
b. Konseling Individu
c. Bimbingan dan Konseling Kelompok
d. Bantuan Karir
e. Penempatan dan Tindak lanjut
f. Perujukan
g. Konsultasi
h. Riset
i. Evaluasi

10
DAFTAR PUSTAKA

Lumongga, Namora Lubis. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam teori Dan Praktik.
Jakarta: Kencana. 2014.

Prayitno dan Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka
Cipta. 2004.

Robert, L. Gibson dan Marianne H. Mitchell. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar. 2011.

Yusuf, Syamsu dan A.Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:PT
Remaja Rosdakarya Offset. 2014.

11

Anda mungkin juga menyukai