Anda di halaman 1dari 12

Lab/SMF Farmasi-Farmakoterapi P-treatment

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

ANTIMIKROBA

Disusun Oleh
Antonius Priliandro Paskah Putra 1410015063
Vivi Evita Dewi 1410015035

Pembimbing
dr. Ika Fikriah, M.Kes

Lab/SMF Ilmu Farmasi/Farmakoterapi


Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
Samarinda
2019
BAB 1
PRESENTASI KASUS

SKENARIO

Seorang anak 5 tahun yang nampak kurus, dibawa oleh ibunya ke poli anak
karena demam tinggi. Anak rewel dan tak pernah tidur sejak malam sebelumnya.
Anak ini sudah sering batuk berdahak dengan lendir berwarna kekuningan dan
hampir 1 bulan. Kadang ia sesak bila batuk, serta kadang-kadang juga disertai
demam. Riwayat imunisasi: hanya mendapatkan imunisasi wajib. Tinggi badan
anak 110 cm dan berat badan 15 kg.
Pertanyaan:
- Tentukan langkah-langkah p-treatment dalam pemilihan kontrasepsi pada kasus
diatas.

P-Treatment
1) Problem Pasien
 Problem utama : Ingin mengobati gejala yang dialami anak tersebut.
 Problem tambahan : Pasien merupakan anak-anak yang perlu diperhatikan
penggunaan obat dan dosis.
2) Tujuan pengobatan
 Untuk mengobati gejala yang dialami anak tersebut
 Memilih pengobatan yang tepat
3) Pemilihan Terapi
Pemilihan terapi yang disesuaikan dengan usia, berat badan dan kondisi
pasien.

Obat Efficacy Safety Suitability Cost


Cephalosporin ++ +++ ++ +++
Mengganggu ES: Reaksi KI:kehamilan, Microlut tab
langkah terakhir anafilaktik, dan wanita usia > 40 35
sintesis dinding sel alergi. tahun, thrombosis (Rp.19.600),
bakteri, atauemboli, Microdiol tab
menyebabkan hipertensi, 28
paparan memberan gangguan fungsi (Rp.5.200),
yang kurang stabil hepar, hiperplasi Planak tab 28
secara osmotic. endometrium (Rp.5.000),
Hanya efektif Planibu
melawan organism (MPA) vial
yang tumbuh (Rp.8.000)
secara cepat yang
menyintesis
dinding sel
peptidoglikan.
IUD ++ ++ ++ ++
Terjadi ES: perdarahan KI: Hamil/diduga Nova T Cu
endomeriosis steril dan nyeri, hamil, infeksi 200 AG
sehingga ekspulsi, panggul, lecet/erosi (Rp.170.000)
menimbulkan : perforasi,infeksi, mulut rahim,
proses nidasi sukar hamil, dicurigai
terjadi, kehamilan keganasan,
meningkatkan ektopik, perdarahan haid
lendir hebat
servik,adanya
makrofag yang
membuuh kuman
Efektif 97-99%

Berdasarkan tabel di atas, pilihan kontrasepsi hormonal yang sesuai


dengan kondisi pasien adalah metode progesterone, karena progesteron dapat
digunakan pada wanita semua usia reproduksi dan dapat mengurangi keluhan
dismenore pasien. Bentuk sediaan kontrasepsi hormonal progesteron dapat berupa
pil, suntik dan intradermal.

Cara Efficacy Safety Suitability Cost


pemberian
Oral +++ +++ +++ ++
Gangguan I: wanita usia Cerazette tab
siklus haid, reproduktif yang 75 mcg x 28
peningkatan membutuhkan (Rp.79.695)
berat badan, proteksi dari
pusing, mual kehamilan
dan anoreksia (reversible), nyeri
haid hebat

Injeksi +++ +++ +++ +++


Menghambat ovulasi Gangguan I: wanita usia Lanibu
dengan menekan sekresi siklus haid, reproduktif yang (MPA) vial
hormone FSH dan LH peningkatan membutuhkan (Rp.8.000)
berat badan, proteksi dari
pusing, mual kehamilan
dan anoreksia (reversible), nyeri
haid hebat
Implan ++ +++ ++ +
subkutan Menekan lonjakan LH dan Gangguan I: wanita usia Implanon,
ovulasi. Perlindungan siklus haid, reproduktif yang Implan limas
kontrasepsi mulai 24 jam peningkatan membutuhkan (Rp.608.000)
setelah insersi dimana obat berat badan, proteksi dari
dilepaskan kedalam darah pusing, mual kehamilan
secara difusi melalui dan anoreksia (reversible), nyeri
dinding kapsul haid hebat

Cara pemberian kontrasepsi yang dipilih adalah suntikan karena


kontrasepsi ini mudah dan pasien tidak perlu mengingat-ingat setiap hari.
Pemberian suntikan KB dilakukan 3 bulan sekali. Suntikan KB tidak mengganggu
hubungan seksual, cocok untuk wanita usia reproduktif yang memiliki riwayat
dismenore dan harganya lebih murah dibandingkan dengan pil KB, sedangkan
pada pemberian oralada kemungkinan untuk lupa karena harus diminum tiap hari
dan efektif bila dilakukan secara benar (waktu yang tepat/jam yang sama setiap
harinya dan tidak oleh ada tablet yang lupa diminum setiap hari). Coitus
hendaknya dilakukan 3-20 jam setelah penggunaan minipil. Sedangkan untuk
pemberian intradermal, selain harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan oral dan
suntikan, juga mempertimbangkan keadaan psikologis pasien dengan tindakan
bedah minor dan kesulitan dalam pengangkatan implant.
4) Pemberian terapi
a. Terapi non farmakologis
- Memberikan pengertian tentang kontrasepsi pilihan yang aman dan
sesuai untuk pasien
- Meminta pasien untuk menghindari stress dan meyakinkan pasien agar
tidak takut dalam memilih kontrasepsi yang sesuai dan aman
- Mengatur pola makan dan menu makanan yang sehat dan bergizi
b. Terapi farmakologis
Penulisan Resep
Setelah diberi penjelasan dan saran,pasien memilih bentuk
konrasepsi suntik, maka obat yang diberikan :

dr. Anne Octavia


Jln. Bhayangkara No. 25 (08124567897)
SIP : 16 / 100 / SIP / V / 025
Samarinda, 15 April 2017

R/ Depo Prevora vial fl No. I


S i.m.m

R/ Syringe 3 cc No. I
S i.m.m

Pro : Ny. A
Usia : 21 tahun
Alamat : Jln. Mawar No. 11

5) Komunikasi terapi
 Informasi obat
- Bentuk sediaan adalah suntik
- Cara pemakaian: suntikan secara intramuskulus di pantat, diberikan
setiap 12 minggu sekali
 Informasi terapi
- Menjelaskan tentang efek samping dari penggunaan KB suntik
seperti gangguan siklus menstruasi, mual, muntah dan pendarahan
spotting.
- Mengingatkan pasien jadwal kembali untuk suntikan selanjutnya (3
bulan dari tanggal suntikan pertama)
- Memberitahu pasien bahwa suntikan ulangan DMPA
bisa diberikan 2 minggu lebih awal hingga 2 minggu lebih lambat-
tanpa perlu perlindungan tambahan.
- Memberi informasi pada pasien mengenai adanya
kemungkinan untuk terjadinya kehamilan, walaupun telah
menggunakan kontrasepsi.
 Monitoring dan Evaluasi

- Jika efek samping sangat menganggu, segera


kembali ke dokter

- Apabila pasien mengeluh nyeri perut bawah hebat


kemungkinan terjadi kehamilan ektopik, segera kembali ke dokter.

- Kembali ke dokter, apabila ingin mengganti


kontrasepsi untuk kemudian diganti dengan kontrasepsi bentuk lain
(tergantung pasien).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1) Latar belakang
Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus
respiratorius dan alveoli, menimbulkan konsolidasi jaringan paru sehingga
dapat mengganggu pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru.3
Pada perkembangannya , berdasarkan tempat terjadinya infeksi, dikenal dua
bentuk pneumonia, yaitu pneumonia-masyarakat (community-acquired
pneumonia/CAP), apabila infeksinya terjadi di masyarakat; dan pneumonia-
RS atau pneumonia nosokomial (hospital-acquired pneumonia/HAP), bila
infeksinya didapat di rumah sakit.
Etiologi
Penyebab paling sering pneumonia yang didapat dari masyarakat dan
nosokomial: a. Yang didapat di masyarakat: Streeptococcus pneumonia,
Mycoplasma pneumonia, Hemophilus influenza, Legionella pneumophila,
chlamydia pneumonia, anaerob oral, adenovirus, influenza tipe A dan B.10 b.
Yang didapat di rumah sakit: basil usus gram negative (E. coli, Klebsiella
pneumonia), Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, anaerob oral
Patogenesis
Proses patogenesis pneumonia terkait dengan tiga faktor yaitu keaadan
(imunitas) pasien, mikroorganisme yang menyerang pasien dan lingkungan
yang berinteraksi satu sama lain.3 Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan
terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya
mekanisme pertahanan paru. Adanyanya bakteri di paru merupakan akibat
ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan,
sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya
sakit.11 Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan: 1)
Inokulasi langsung; 2) Penyebaran melalui darah; 3) Inhalasi bahan aerosol,
dan 4) Kolonosiasi di permukaan mukosa.2 Dari keempat cara tersebut, cara
yang terbanyak adalah dengan kolonisasi. Secara inhalasi terjadi pada virus,
mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan bakteria
dengan ikuran 0,5-2,0 mikron melalui udara dapat mencapai brokonsul
terminal atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi
kolonisasi pada saluran napas atas (hidung, orofaring) kemudian terjadi
aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme, hal ini
merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari
sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50%)
juga pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat
(drug abuse). Sekresi orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang sanagt
tinggi 108-10/ml, sehingga aspirasi dari sebagian kecil sekret (0,001 - 1,1 ml)
dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan terjadi
pneumonia.2,3 4 Gambar 1. Patogenesis pneumonia oleh bakteri
pneumococcus 11 Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli
menyebabkan reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan
infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan
fagositosis sebelum terbentuk antibodi. Sel-sel PNM mendesak bakteri ke
permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui
psedopodosis sistoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian terjadi
proses fagositosis. pada waktu terjadi perlawanan antara host dan bakteri
maka akan nampak empat zona (Gambar 1) pada daerah pasitik parasitik terset
yaitu : 1) Zona luar (edama): alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan
edema; 2) Zona permulaan konsolidasi (red hepatization): terdiri dari PMN
dan beberapa eksudasi sel darah merah; 3) Zona konsolidasi yang luas (grey
hepatization): daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah
PMN yang banyak; 4) Zona resolusi E: daerah tempat terjadi resolusi dengan
banyak bakteri yang mati, leukosit dan alveolar makrofag.2

Manifestasi Klinis
Gejala khas dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik
non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau
bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah
pasien lebih suka berbaring pada 5 yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri
dada. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian
bawah saat pernafas, takipneu, kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi
redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura,
ronki, suara pernafasan bronkial, pleural friction rub.3

Diagnosis
Diagnosis pneumonia kominiti didasarkan kepada riwayat penyakit yang lengkap,
pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti
pneumonia komunitas ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau
infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini: a. Batuk-
batuk bertambah b. Perubahan karakteristik dahak/purulen c. Suhu tubuh > 38C
(aksila) /riwayat demam d. Pemeriksaan fisis: ditemukan tanda-tanda konsolidasi,
suara napas bronkial dan ronki e. Leukosit > 10.000 atau < 4500 1

Diagnosa Banding
Tuberculosis Paru (TB), adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh M. tuberculosis. Jalan masuk untuk organism M. tuberculosis adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan. Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu), nyeri dada, dan hemoptisis dan gejala
sistemik meliputi demam, menggigil, keringat malam, lemas, hilang nafsu makan
dan penurunan berat badan.8 2. Atelektasis, adalah istilah yang berarti
pengembangan paru yang tidak sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus
pada bagian paru yang terserang tidak mengandung udara dan kolaps.8 3.
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), adalah suatu penyumbatan
menetap pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh emfisema atau bronkitis
kronis. COPD lebih sering menyerang laki-laki dan sering berakibat fatal. COPD
juga lebih sering terjadi pada suatu keluarga, sehingga diduga ada faktor yang
dirurunkan.8 4. Bronkhitis, adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran
udara ke paru-paru). Penyakit bronchitis biasanya bersifat ringan dan pada 7 akhirnya
akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun
(misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronchitis
bisa bersifat serius.8 5. Asma bronkhiale, adalah penyakit yang ditandai dengan
penyempitan saluran pernapasan, sehingga pasien yang mengalami keluhan sesak
napas/kesulitan bernapas. Tingkat keparahan asma ditentukan dengan mengukur
kemampuan paru dalam menyimpan oksigen. Makin sedikit oksigen yang tersimpan
berarti semakin buruk kondisi asma.8

Pemeriksaan Penunjang
Radiologi Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan
penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis pneumonia. Gambaran
radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsoludasi dengan air bronchogram,
penyebaran bronkogenik dan intertisial serta gambaran kavitas.3 2. Laboratorium
Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul, Leukosit
polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula ditemukanleukopenia.
Hitung jenis menunjukkan shift to the left, dan LED meningkat.12,13 3. Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah untuk
mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi antigen polisakarida
pneumokokkus.12,13 4. Analisa Gas Darah Ditemukan hipoksemia sedang atau berat.
Pada beberapa kasus, tekanan parsial karbondioksida (PCO2) menurun dan pada
stadium lanjut menunjukkan asidosis respiratorik.12,13

BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

PDPI. 2003. Pneumonia komuniti-pedoman diagnosis dan penatalaksaan di Indonesia.


Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Wilson LM. Penyakit pernapasan restriktif dalam Price SA, Wilson LM. 2012.
Patofisiologi: konsep klinis prosses-proses penyakit E/6 Vol.2. Jakarta:EGC. Hal:796-815

Anda mungkin juga menyukai